Anda di halaman 1dari 44

Stupid Indon(me)

At

Photo by Dimas P

Sebuah Catatan Perjalanan

Yohanes Widi Sono


http://yohanesws.web.id/
Release 1.0

2011
Terima Kasih kepada

Anggota Rombongan:

 Andhini M
 Rangga H
 Dimas P (http://dimaspurbowo.tumblr.com/)

Teman-Teman di KL:

 Firman AKA Kucing


 Mario
 Jaya
 Taufan

Foto-Foto merupakan milik Pribadi :

1.Yohanes Widi Sono


2.Andhini M / Rangga
3.Dimas P

Dan sudah dimintai izin untuk ditampilkan ditulisan


ini.
Day 1

Yes ini cerita tentang perjalanan saya berlibur ke malay beberapa waktu yang lalu, cerita
berawal dari tahun lalu berkat keisengan ngecheck2 ticket di low cost carrier airline (pasti
semua sudah tau) mendapatkan ticket murah ke Kuala Lumpur. Iseng-iseng saya and
beberapa teman memesannya permasalahannya ticket pulang mahal-mahal waktu itu maka
kami tidak memesan ticket pulang dahulu menunggu moment yang tepat istilahnya.Ternyata
memang ada moment yang tepat itu, moment itu didapat pada awal bulan februari akhirnya
kita mendapatkan ticket pulang gak jadi menjadi gelandangan di negeri orang.

Rombongan kami berlima 3 cowo dan 2 cewek yang dan setelah waktu berjalan sampai
kami agak lupa akhirnya hari itu pun tiba, pesawat kami berangkat pukul 19:00 WIB
sehingga mau gak mau harus izin pulang lebih awal dari kantor. Rombongan berangkat dari
2 tempat berbeda karena kebetulan kantornya berbeda tempat. Saya tergabung di
rombongan yg berangkat dari sudirman yang terdiri dari saya dan satu teman saya
perempuan. Ok selepas jam 4 saya izin dari kantor dan menghubungi teman saya yg
kebetulan ngantor di client dibilangan kuningan. Dibantu dengan lemotnya BBM dari
operator saya sehingga komunikasi menjadi agak tersendat dan ditambah dengan kondisi
jalanan yang macet total gara-gara kebakaran di menara tamara maka timbulah kepanikan.

Akhirnya saya bertemu juga dengan teman saya yg masih dalam busana kantor lengkap +
sepatu high heelnya dengan menenteng tas jinjing (sejujurnya tema liburan kali ini
backpacker sih). Agak terkesima dengan penampilan teman saya itu tetapi tetap berpositif
thinking mungkin teman saya itu sudah menpack sandal/sepatu yg lebih nyaman buat jalan
dan soal tas jinjing itu bisa kita titipkan entah dimana disana. Maka berangkatlah kita ke
bandara setelah mencari TAXI cukup lama karena para supir taxi bersengkongkol
bersembunyi karena macet akibat kebakaran itu.
Ok dan akhirnya kita sampai di bandara Soekarno-Hatta kita menunggu rombongan satunya
yang masih tertinggal dibelakang. Karena keterbatasan waktu saya coba berinisiatif lapor ke
counter airline lebih awal walaupun sudah web check in dan meminta passport ke teman
saya dan muncullah jawaban ini “Emang Perlu Passport?” deng deng reng deng hello kita
mau ke malay yang setau ane masih belum jadi propinsi republic Indonesia artinya masih
diperlukan Passport. Speechless, panic, kasian, dan lucu bercampur jadi satu. Benar-benar
kombinasi perasaan yang aneh.

Kepanikan tersebut cukup menghambat dengan kesotoyan saya karena di layar boarding
panel belum ada tanda2 kata boarding maka saya beranggapan pesawat delay dan teman-
teman saya pun mempercayainya, maka kami menghabiskan waktu untuk mencari solusi
soal passport tersebut. Ternyata perkiraan sayaa meleset karena pesawat berangkat
ontime. Terhambat di imigrasi karena harus antri 2x karena berpositif thingking bahwa
petugas imigrasi akan berbaik hati megisikan departure card :P yang ternyata tidak
ditambah pula dengan antrian ke ruang boarding yang sangat panjang dan departure gate
yang diharuskan tempatnya pun ternyata cukup jauh sehingga harus membuat kami lari-
larian. Akhirnya kami berhasil sampai ke pesawat dan menyadari we are the last dan
ternyata pesawat tersebut hanya menunggu kami saja untuk berangkat, dengan tatapan
sinis para penumpang lain kami menuju ke tempat duduk kami dengan wajah tetap cool.
Yes stupid indon(me) lah yg mendelay pesawat ini mungkin pikir para penumpang lain
hahahahhaa.

Oh ya teman saya yg ketinggalan passport tersebut akhirnya gagal terbang sebenarnya


cukup kasian juga. Kami dipesawat cukup menyesali tersebut dan dalam arti baik kita
ketawa-ketawa bukan karena tidak simpati terhadap teman kami itu tetapi mentertawakan
diri sendiri karena telah menjadi stupid indon dan cukup was was baru berangkat liburan aja
kejadian sudah seseru ini. Hahahahhahaha mengiringi pesawat menuju bandara LCCT
KLIA.

Akhirnya kita sampai di bancara LCCT KLIA kami harus cepat-cepat mengejar SkyBus
karena harus mengejar monorail menuju hostel yang sudah kita pesan sebelumnya
sedangkan jam menunjukan pukul 10:30 PM dan monorail hanya beroperasi sampai pukul
00 AM. Ok sampailah kita ke KL Sentral dan waktu menujukan 11:40 PM maka berlari-
larianlah kami menuju station monorail yang terletak diluar KL Sentral dan ternyata kami
terlambat monorail sudah tutup. Kami pun berhenti dulu di minimart terdekat sembari
merundingkan pilihan kami yang tersisa yaitu TAXI. Permasalahan timbul karena taxinya
ternyata tidak bermeter/argo dan juga tidak bisa ditawar. Sang supir meminta RM 20
padahal hanya mengantar ke wilayah Bukit Bintang ditambah sang supir taxi tidak
mengetahui letak hostel kami Sunshine Bedz in KL. Akhirnya supir taxi itu pun menelpon ke
hostel kami untuk meminta pentunjuk arah. Karena tidak ada alternative lain kami pun
terpaksa naik Taxi tersebut menuju bukit bintang.

Foto 1 Antri di Imigrasi LCCT (foto by dini/rangga)

Sesampai di bukit bintang kami cukup takjub dengan Bukit Bintang Crossing yang bisa
dikatakan mini Shibuya Crossing dan hostel kami ternyata tepat didepannya wow nice
location. Hostel kami terletak dilantai 3 dengan lantai 1 McDonalds dan lantai 2 Panti Pijat +
+ hahahahahhaha. Walaupun begitu hostel tersebut sangat bagus sesuailah dengan rating
tingginya di hostel world dan cukup murah hanya RM 30 per bed untuk 6 bed per room. Di
hostel tersebut ada room yg male/female only ada yg mixed kebetulan kita pesan yang
mixed suasanya mirip asrama dengan tempat tidur tingkat dan loker sayangnya tidak
disediakan kunci loker kami sempat sekamar dengan perempuan dari London yang akan
meneruskan perjalanan seorang diri ke Vietnam (boleh saya temenin mbak :D ). Setelah
kami checkin kami pergi mencari makan untuk late dinner karena waktu menunjukkan sudah
pukul 01:00 AM dan petugas hostel memberikan rekomendasi untuk mencari makan di jalan
alor. Sesampai di jalan tersebut ternyata jalan tersebut mirip mini HongKong Food Street
Market dimana banyak penjaja makanan china disana. Kami pun memilih kedai makan
mamak yg ada logo halalnya. Setelah makan kami pun kembali ke hostel dan terlelap
kecapaian dan kekenyangan. Gak percaya bisa melewati hari ini thanks God.

Malam pertama kami di negeri orang ini juga dimeriahkan oleh Ulang tahun teman
rombongan saya yaitu Rangga H yang ke 25 sempat memberikan surprise party sedikit
setidaknya dia bisa merayakan ulang tahun yg sederhana di Negeri Orang.
Foto 2 Jalan Alor

Beberapa Leason Learned:

1. Selalu jaga komunikasi dengan anggota rombongan dan saling mengingatkan akan
primary things yang harus dibawa
2. Check tujuan liburan dan bila sampai kita harus menukar money changer berarti kita
harus membawa passport
3. Jangan memakai jasa taxi diatas jam 00:00AM di KL karena ada late charge dan
biasanya ditembak cukup tinggi. Gunakan bila terpaksa
4. Selalu booking hostel/hotel terlebih dahulu bila memang datang cukup malam.
5. Jangan percaya dengan boarding panel di Soekarno Hatta Airport
6. Sebelum mengantri ke imigrasi selalu liat kebelakang dahulu apakah disediakan
tempat untuk menulis bila ada artinya harus mengisi sesuatu disitu sebelum
mengantri ke loket imigrasi.
7. Bila tidak tau harusng menginap dimana di KL Sunshine Bedz In KL Hostel yang
saya tempati sangat saya rekomendasikan.

Expense Yang Dikeluarkan di Hari ini:

Description MYR IDR

Taxi 50.000,00

150.000,0
Airpot tax 0

Ticket JKT – KL
120.000,0
0

Taxi Kl Sentral - Hostel 20,00

Hostel 30,00

Makan Malam Jl Alor 7,80

Coffe 2,10

320.000,0
Total 59,90 0
Day 2

Setelah late dinner di jalan alor bukit bintang saya kembali ke Sunshine Bedz In KL Hostel,
sementara jam menunjukan sudah pukul 02:30 AM waktu setempat. Kecapaian dan
kekenyangan membuat rombongan saya pun segera terlelap tidur di bed masing-masing.
Cuma ada satu kesalahan alarm 2 hape saya lupa saya matikan dan akhirnya bunyi jam
04:45 WIB atau 05:45 AM waktu setempat dan hape saya tersebut masih tersimpan di tas
yang tersimpan di kolong bed kamar tidur bawah sementara saya dapat tempat tidur diatas.
Terpaksa harus membangunkan teman saya Dimas P yg tidur dibawah untuk mengambilkan
tas tersebut. Alarm tersebut ternyata berbunyi cukup lama sebelum saya berhasil
mematikannya, Mohon maaf kepada mbak bule dari London kalo stupid indon ini
mengganggu tidurmu :D. Akhirnya alarm berhasil dimatikan dan saya pun gagal untuk tidur
lagi sehingga bila dihitung efektif saya baru tidur 3 jam.

Kamar yang saya dapat di hostel sangat strategis karena ada jendela yang langsung
menghadap crossing bukit bintang yang mirip crossing shibuya. Walaupun waktu setempat
sudah menunjukan pukul 06:00 tetapi suasana masih mirip pukul 05:00 WIB di Jakarta.
Nyata sudah kalo negeri ini memang sengaja memaksakan wilayah waktunya sama dengan
singapura walaupun secara geografis sejajar dengan Jakarta sehingga seharusnya biar
lebih natural masuk ke zona waktu yang sama dengan Jakarta.

Kami berencana melewatkan 4 hari 4 malam disini dengan plan tripnya adalah 1 hari
pertama di KL, hari kedua di Penang, hari ketiga di mallaca, dan hari terakhir shopping di
KL. Untuk penginapan malam kedua dan ketiga rencanya akan dihabiskan di sleeper train
yang sudah kami pesan sebelumnya dan untuk malam keempat rencananya saya berpisah
dengan rombongan karena memenuhi janji menginap di apartement seorang kawan yaitu
Firman AKA Kucing di KL. Tetapi rombongan saya belum berhasil mendapatkan penginapan
untuk malam keempat tersebut karena hostel yang kami tempati ini sudah full booked untuk
mixed roomnya kalaupun ada rombongan harus terpisah di room yang berbeda. Maka pagi
hari pertama di Malay dibantu dengan akses internet dari hostel teman saya pun mencari-
cari informasi penginapan disekitaran bukit bintang diinternet. Setelah mencari cukup lama
dan sudah mendapatkan beberapa kandidat teman saya Andhini tersebut muncul dengan
ide cemerlangnya yaitu mendatangi satu persatu hotel kandidat tersebut, pertimbangannya
adalah harga diinternet memang murah tapi ada chargenya dengan niat mau menghemat
charge tersebut dan karena kami sudah berada di sekitaran bukit bintang maka sehabis
sarapan teman saya Andhini dan saya menyusuri wilayah bukit bintang dan imbi untuk
mensurvey hotel2 kandidat sekaligus menanyakan bisakah kami membooking dengan harga
sesuai dengan agen di internet.
Foto 3 Statiun Monorail Bukit Bintang

Sementara saya dan teman saya Andhini menyusuri jalan bukit bintang kedua teman saya
yg lain yaitu Rangga H dan Dimas P masih terlelap tidur. Suasana bukit bintang di pagi hari
cukup sejuk dengan suasana mirip seperti suasana jam 7 dijakarta tetapi sudah ramai
mungkin karena waktu setempat sudah menundukan pukul 8 memang layak disebut dengan
segitiga emas Kuala Lumpur, saat itu hari jumat dimana di Jakarta libur tetapi di Kuala
Lumpur tidak dianggap sebagai hari libur. Suasana para pekerja kantoran yang berjalan
cepat dan monorail yang lalu lalang serta mobil yang juga cukup banyak memberikan
kombinasi pemandangan khas sebuah kota metropolitan. Setelah berkeliling sekitar satu
jam teman saya Andhini itu cocok dengan satu hotel yang sayangnya tidak bisa dibook
dengan harga yg sama seperti agent diinternet alias lebih mahal dibanding harga diinternet.
Maka dari itu dia memutuskan untuk kembali ke hostel untuk membooking melalui internet.
Foto 4 Suasana Jalan Bukit Bintang

Setelah urusan penginapan sudah solve dan 2 teman saya yang lain sudah terbangun maka
kami pun siap-siap untuk mulai menjelajah KL. Sebenarnya tujuan awal kami adalah menuju
ke genting tetapi karena fisik dan waktu tidak memungkinkan kami ganti jadi tour de KL
dengan menu Utama Sholat Jumat di Masjid Jameek dan window shopping + berfoto ria di
Suria KL mall dibawah menara kembar petronas. Tetapi ada satu permasalahan kayaknya
bawahan rombongan ini dirasa ada yg cukup merepotkan oleh karena itu kami harus
menitipkannya ke public locker dan selidik punya selidik katanya di station KL Sentral ada
yang menyewakan Public Locker. Kebetulan juga KL Sentral merupakan tempat transit kami
sebelum menuju Masjid Jameek. Maka berangkatlah kami dari bukit bintang menuju KL
Sentral dengan menggunakan Monorail, pengalaman lucu terjadi pada saat Stupid
Indon(me) akan memasukan ticket ke mesin yang telah disediakan untuk masuk ke statiun.
“Poke Yoke” mesin tersebut memang jalan dengan cara memuntahkan ticket yang posisinya
salah tetapi sampai percobaan keempat ticket saya dimuntahkan terus oleh mesin. Baru
pada percobaan kelima akhirnya saya berhasil dan saking senangnya tidak menyadari kalo
ticket saya keluar ditempat yang berbeda dan harus dibawah sebagai alat keluar distatiun
tujuan. Rombongan saya ternyata bernasib yang sama dengan saya agak bermasalah
dengan mesin mass transportation KL ada yang salah masuk line ke mesin yang
diperuntukan untuk pemegang kartu rapidpass ada yang sama seperti saya dimuntahkan
ticketnya oleh mesin berkali-kali ada yang nyangkut di pintu keluar gara2 ticketnya tidak
dimasukan hahahahahha sungguh sangat lucu.
Foto 5 Monorail KL

Sampailah kami ke KL Sentral tempat seluruh mass transpotasi KL bermuara. Ternyata


disini disewakan berbagai ukuran public locker dengan harga RM 5 perhari untuk ukuran
terkecil. Sistemnya cukup aneh locker hanya berlaku untuk penyewaan dari jam 6 pagi
sampai jam 12 siang setiap penambahan hari akan di kenakan charge tambahan sebesar
RM 10 dengan kata lain memaksa para penyewa untuk tidak menginapkan barangnya
dilocker. Karena kami kemungkinan 2 hari diperjalanan maka terpaksa kami pun menyewa 2
hari tambahan belum lagi ditambah additional RM 5 karena kebodohan saya . Jadi system
locker disana menggunakan koin RM 5 ditukar dengan koin yang harus dimasukan dahulu
baru locker ditutup kemudian kunci dicabut entah karena gugup atau ndeso saya miss-step
sehingga menyebabkan satu koin hangus sia-sia :D.

Setelah masalah perlockeran selesai maka kami pun melanjutkan perjalanan ke Masjid
Jameek dengan menggunakan LRT mungkin dikenal dibelahan bumi lain dengan subway
atau MRT. Oh ya kebetulan hari itu hari jumat dan saya harus menunaikan sholat jumat
itulah alasannya kenapa kami pergi ke masjid jameek. Kami sampai ke lokasi sekitar 12:30
dan menyadari kalo masjid masih sepi tetapi seperti di negeri sendiri diluaran masjid banyak
berkumpul para pedagang penjual barang dan makanan. Dari kondisi sekitar terlihat tanda-
tanda kalo sholat jumat memang belum dimulai. Baru sekitar jam 13:00 mulai ramai ternyata
jam dzuhur disini sama seperti di tanah air. Karena kami datang cukup awal sehingga
berhasil mendapatkan tempat didalam sedangkan banyak jamaah lain terpaksa berdesak-
desakan diluar masjid sampai ke station LRT masjid Jameek begitulah menurut penuturan
teman saya yg menunggu diluar karena tidak ikut sholat jumat. Perbedaan sholat jumat
disana dan ditanah air adalah disana khotib berceramaah dengan bantuan Slide
Presentation yang ditampilkan oleh LCD proyektor diberbagai sudut strategis. Ternyata
sholat jumat tersebut berlangsung cukup lama kami baru selesai pukul 14:15. Dalam
keadaan kelaparan saya pun berkumpul kembali dengan rombongan yang juga kelaparan.
Maka kami pun berjalan kaki menjahui masjid untuk mencari makan siang, kami melewati
wilayah orang India dan sampai memutar lagi ke masjid jameek tetapi tidak menemukan
tempat makan yang cocok. Akhirnya saya pun memutuskan makan saja di kedai kecil di
depan masjid Jameek yang menjual Nasi Lemak. Tak disangka Nasi Lemak tersebut
ternyata “Lemak Nian” dan cukup murah hanya sebesar RM 4 untuk nasi double dengan
lauk semacam paru balado. Selepas makan siang tersebut kami pun pergi ke SURIA KLCC.

Foto 6 Masjid Jameek


foto 7 Kerumunan Sholat Jumat By Andhini

Sesampai di SURIA KLCC kami pun menuju ke food court terdekat untuk beristirahat
kebetulan kondisi tidak memungkinkan untuk berfoto diluar karena sedang hujan. Walaupun
food court tersebut terletak dibilangan Mall Mewah tetapi bila dikonversikan ke IDR maka
harga-harga disana bisa dibilang lebih rendah dibanding Mall-Mall Sekelas di tanah air. Bagi
saya SURIA KLCC hanya sekelas Senayan City belumlah sekelas Grand Indonesia. Setelah
puas beristirahat maka kami pun menjelahjahi mall ini. Ternyata teman saya sudah punya
agenda untuk mecari stand Vincci disini yang sayangnya sudah tidak buka lagi kasian sekali
teman saya tersebut. Maka kami pun menuju taman di depan SURIA KLCC untuk berfoto
dibawah menara kembar Petronas. Rencananya kami ingin berfoto di dua moment Menara
Petronas yaitu pada saat siang dan pada saat malam. Taman didepan Mall tersebut tertata
cukup apik dengan danau buatan, bungalow, dan jogging tracknya bahkan disediakan juga
water fountainnya. Karena ada tulisan drinking water di water fountain maka saya yang
dalam keadaan haus pun meminumnya. Memang airnya saya rasakan cukup segar dan hal
ini mengundang penasaran teman saya yang lain untuk mencobanya. Anehnya teman saya
mencoba di keran posisi lain mendapatkan rasa air yang berbeda dengan punya saya.
Setelah beberapa teman saya ikut-ikutan minum di water fountain tersebut entah karena
sugesti atau apa kami pun merasakan effect samping seperti perut mual, pusing, dsb.
Ternyata kelakukan kami mendapatkan pengamatan pengungjung lain yang lucunya malah
ikut-ikutan minum disitu bahkan ada pasangan india sampai-sampai mengisi botol air minum
mereka dengan air dari situ. Tuhan lindunginya mereka yang minum dari water fountain itu
yang tindakannya semata-mata hanya ingin meniru kami yang dengan ketidaktahuhannya
minum dari situ xixixixixixixixixi.

Ternyata ditaman tersebut juga ada semacam air mancur menari yang mulai tiap 18:00
walaupun tidak sebagus yang di GI tapi ukuran mereka yang lebih besar dibanding di GI
cukup menarik perhatian. Kami menghabiskan waktu ditaman tersebut sambil menunggu
malam untuk berfoto di menara petronas yang katanya lebih wah disaat malam. Setelah
puas berfoto kami pun kembali ke KL Sentral untuk bertemu beberapa kawan saya yg kerja
disana dan kemudian bersama-sama menuju penang dengan menggunakan Keratapi.
Kebetulan ticket kereta salah satu teman saya itu yang memesankannya jauh-jauh hari.
Keratapi KL – Butterworth(mainland city penang) dilayani dengan berbagai kereta, kebetulan
kami memili keretapi Senandung Mutiara karena perjalanan malam hari dan ada kelas
sleeper dimana disediakan tempat tidur sehingga ini mirip seperti penginapan berjalan.
Harga kelas sleeper ini adalah RM 40 untuk tempat tidur diatas dan RM 46 untuk tempat
tidur diatas. Kelas sleeper tersedia cukup terbatas dilayani oleh 2 kelas yaitu kelas 1 yang
tempat tidurnya didalam kompartemen dan kelas 2 yang hanya dibatasi oleh tirai. Oh yah
harga diatas adalah untuk kelas 2nd sleeper. Maka selesailah hari pertama kami di Malay
dan keratapi membawa kami ke buaian sekaligus ke Penang.

Beberapa Leason Learned:

1. Harga internet penginapan terutama dari agent seperti Agoda adalah harga yang
best value dan tidak bisa didapatkan secara walk in.
2. Bila bermasalah dengan mesin ticket RapidKL berusahalah tetap cool dan bila
sedang beruntung anda akan dibantu oleh security setempat.
3. Malaysia memaksakan zona waktu mereka mengikuti singapura padahal secara
geographis seharusnya sama dengan Jakarta.
4. Sholat jumat disini dimulai pukul 13:00 setara dengan pukul 12:00 di tanah air.
5. Vincci sudah tidak ada di SURIA KLCC (hehehehe gak penting yah tapi buat
beberapa orang seperti salah satu teman saya hal tersebut adalah sesuatu yang
penting)

Sedangkan expense yang saya keluarkan pada hari ini adalah:

Air Mineral 1.20

Monorail Bukit Bintang - KL Sentral 2.20

Sewa Loker KL Sentral 5.00

LRT KL Sentral - Masjid Jameek 1.30

Es di Masjid Jameek 1.00

Nasi Lemak Masjid Jameek 4.00

Es Kelapa Masjid Jameek 2.00


LRT Masjid Jameek – KLCC
1.60

Teh Tarik KLCC 1.50

Air Mineral KLCC 1.50

Roti boy at KLCC 1.80

LRT KLCC - KL Sentral 1.60

Air Mineral KL Sentral 1.50

Perpanjang Loker 2 hari 20.00

Train KL – Butterworth 40.00


Total 86.20
Day 3

Pengalaman tidur di kereta sleeper (bertempat tidur) seperti tidur di ayunan, dimana
goyangan berasal dari kereta api yang berjalan. Selain itu karena sebagian besar orang
menyopot sepatu atau sandal sewaktu tidur maka biasakanlah untuk mencium semerbak
aroma kaki yang berasal dari penumpang satu gerbong memang untuk pertama sangat
menggangu tapi cepat atau lambat pasti terbiasa. Tidur saya dikereta ini saya rasa lebih
berkualitas dibandingkan tidur saya di hostel entah karena goyangannya atau memang
kondisi fisik saya yg cukup lelah. Tetapi pada jam 12 malam sepertinya ada penumpang gila
yang bernyanyi/berdoa dalam bahasa india dan dibroadcast ke seluruh gerbong melalui
speaker. Kejadian tersebut terjadi di gerbong teman saya dan untungnya petugas segera
menghentikan orang tersebut. Hal tersebut jelas-jelas sangat menggangu tidur saya
untungnya saya pun bisa segera tidur lagi.

Akhirnya setelah menempu perjalanan selama 8 jam sampailah kami di station butterworth
tepat waktu pukul 06:00 waktu setempat. Butterworth adalah kota industry di state penang
yang masih berada di mainland. Untuk menyebrang ke pulau Penang yang oleh penduduk
setempat disebut Pinang dapat menggunakan ferry atau jembatan antar pulau yang disebut
jembatan Pinang (jembatan kebanggaan rakyat Malaysia terutama rakyat Penang). Karena
saya tidak memiliki kendaraan maka saya pun memilih transportasi ferry untuk mengangkut
saya ke Pulau Penang.
foto 8 welcome to butterworth by Dimas P

Sebelum berangkat ke ferry rombongan kami bersih-bersih dulu di toilet station butterworth
sekedar membersihkan badan yang sudah mulai lengket karena belum mandi sedari malam.
Sayangnya toilet pria disitu tidak layak untuk dibuat mandi entah toilet wanita. Sehabis
bersih-bersih dilanjutkan dengan sesi Foto di station yang terbilang cukup sepi dengan
suasana yang tidak bisa didapatkan di station-station kereta di Jakarta yang sangat padat.
Sehingga saya dan teman saya Dimas dapat membuat foto session dengan tema “Pre Wed
Wannabe” dengan model teman saya Rangga H dan Andhini M. Setelah puas berfoto ria
kami pun menuju Ferry terminal yang terintegrasi dengan Station ini yang nantinya saya
tahu ternyata juga terintegrasi dengan Butterworth bus terminal.

Sepanjang perjalanan ke Ferry terminal saya pun menemukan mesin kopi. Karena masih
pagi dan dingin maka saya pun berniat membelinya untuk menhangatkan badan sekaligus
mencoba mesin kopi tersebut. Mesin kopi terdiri dari berbagai jenis kopi instan local yang
bisa dipilih, 1 cup kopi dihargai RM 1 yang harus dimasukan ke mesin terlebih dahulu
sebelum memilih kopi yang diinginkan. Sebenarnya mesin tersebut sama dengan vending
mesin yang lain Cuma tantangannya adalah bagaimana memasukan RM 1 dengan benar
sehingga diterima oleh mesin. Perlu 4-5 percobaan sebelum saya berhasil memasukkannya
dengan benar. Percobaan yang saya lakukan adalah dengan membolak-balik uang kertas
RM 1 sebelum memasukannya ke mesin tersebut yang ternyata hanya menerima Uang
kertas dimasukan dengan posisi tertentu yang saya sendiri sudah lupa. Ditemani dengan
secangkir Kopi hasil perjuangan itu saya melanjutkan perjalanan ke ferry terminal.

Sesampainya kami di ferry terminal kami menemukan ternyata sudah banyak orang yang
mengantri untuk menyebrang. Belum lagi beberapa mobil dan bus jg juga mengantri untuk
masuk ke dermaga. Ternyata penyebrangan ferry ini masih merupakan favorit
penyebrangan dibandingkan Jembatan Penang yang megah itu. Untuk menyebrang ke
pulau penang ongkosnya adalah RM 1.20 yang harus dimasukkan ke gate dalam bentuk
Uang logam. Yup diperlukan uang logam untuk menyebrang ke penang bila tidak punya
uang logam yang cukup maka bisa menukarkan ke loket yang tadinya saya kira adalah loket
penjualan ticket ferry tersebut. Setelah masuk ke dermaga kami pun menunggu kedatangan
ferry di waiting area, tak beberapa lama ferry pun datang kami pun mengantri ke dekat pintu
masuk. Selagi kami mengantri kami dihibur dengan adu mulut antara seorang penumpang
local dengan petugas. Pertengakaran adu mulut yang tidak bisa kami tangkap sepenuhnya
meskipun bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Melayu. Ternyata penumpang local
tersebut menerobos pintu masuk yang masih ditutup sehingga petugas pun marah. Akhirnya
kami pun masuk ke ferry dan disambut dengan penampakan pulau Penang dikejauhan.

Foto 9 Georgetown Penang

Perjalanan dengan Ferry berlangsung sekitar 10 menit dari butterworth ke penang.


Pelabuhan penang terintegrasi dengan terminal bus RapidPenang yang melayani berbagi
rute sepenjuru penang. Tujuan pertama kami adalah menjelajahi Georgetown yang
merupakan Unesco World Heritage. Untuk menjelajahi Georgetown kami bisa menggunakan
bus CAT yaitu free transportation service dari Penang state. Karena rombongan saya
kelaparan karena belum sarapan tujuan pertama kami adalah mencari sarapan. Tak lama
pandangan mata saya dan teman saya menangkap pemandangan sebuah Medan Selera
(Pujasera). Kami pun turun dari bus dan ternyata Medan Selera tersebut masih tutup :D.
Kami pun berjalan sampai menemukan sebuah kedai mamak yang sudah buka. Saya
memesan Roti Bakar dengan olesan Kaya + Butter plus Teh Tarik hangat yang ditebus
dengan +- RM 4 . Setelah cukup puas sarapan kami pun melanjutkan perjalanan untuk
mencapai fort Cornwallis yang kami liat di Peta RUTE bus CAT berada di halte-halte akhir
sebelum terminal.
Foto 10 Town Hall Foto By Dimas

Georgetown adalah kota tua yang besar jauh dari ekspektasi saya sebelumnya. Kota ini
mungkin seluas Kota Bandung yang suasana peranakannya cukup kuat. Pusat atraksi
budaya seperti Godness Of Mercy Temple, Masjid Kapitan Keling, dan Fort Cornwallis
terletak terpencar-pencar didalam kota ini sehingga cukup menjadi tantangan buat kami
menjelajahinya. Ditambah dengan mulai teriknya matahari dan hawa panas nan lembab
khas sebuah pulau yang dikelilingi oleh laut cukup membuat badan cepat lelah dan
dehidrasi. Denga suasana seperti itu cukup lumrah kalo penjual minuman dingin disini cukup
laris. Walaupun begitu hebatnya tidak ada aji mumpung oleh penjual-penjual tersebut. Disini
saya menemukan harga air mineral yang lebih murah dan rate Mata Uang yang lebih bagus
dibanding di KL.

Foto 11 City Hall by Dimas

Ternyata bus CAT yang gratis tersebut hanya tersedia 3 bus sehingga waktu menunggunya
cukup lama karena tidak sabar dan ditambah dengan keterangan penduduk setempat
tentang lokasi pusat budaya seperti Masjid Kapitan Keling yang katanya hanya 10 menit
jalan kaki dari lokasi kami maka kami pun menuruti nasihat tersebut yang nantinya kami
sesali. 10 menit jalan kaki bagi penduduk local bagi kami seperti 30 menit jalan kaki tetapi
memang ada ditambah waktu tersesatnya sih :D . Untungnya kami dimanjakan dengan
pemandangan kota tua yang apik yang bagus sebagai tempat foto-foto seperti pada gereja
dengan kapel yang tanpa sadar kami lewati pada saat tersesat bernama ST George’s
Church. Tak beberapa lama kami pun menemukan Godness of Mercy Temple yang ternyata
sejalan dengan perjalanan kami ke Masjid Kapitan Keling. Alhamdullilah kami pun sampai di
masjid kapitan keling yang sayangnya masih ditutup untuk renovasi. Maka rombongan pun
beristirahat di trotoar besar yang memang disediakan banyak tempat istirahat di depan
masjid tersebut.

foto 12 Masjid Kapitan Keling By Dimas P

Ternyata untuk naik kembali ke free CAT bus kami harus naik di shuttle-shuttle yang sudah
ditentukan sialnya disekitaran Masjid Kapitan Keling ini tidak tersedia shuttle tersebut
walaupun memang menjadi dilewati rute bus itu. Menurut penuturan penduduk local kami
harus berjalan 10 menit kembali ke tempat kami tadi atau 10 menit ke shuttle lain  . Kami
pun memutuskan jalan ke titik shuttle yang lain walaupun ditemani teriknya matahari.
Setelah berjalan cukup lama kami pun sampai di titik shuttle yang ternyata adalah 1 shutte
sebelum pemberhentian kami tadi  . Kami memutuskan untuk naik bus ini sampai tujuan
terakhir di Bus Terminal sembari istirahat dan melihat-lihat kondisi karena sudah tidak
kondusifnya cuaca terik ini. Bus tersebut ternyata membawa kami ke spot-spot wisata
Georgetown seperti Menara Tertinggi di Penang yaitu menara Komtar, Pasar rakyat, dan
Fort Cornwallis ( yang ternyata di sebrang tempat kami turun pertama kali tadi
hahahahahha).

Rencana kami selanjutnya adalah menuju ke Bt Ferringhi yang katanya memiliki pantai yang
bagus dan ada Hard Rock Hotel disana. Tapi Waktu menunjukan masih pukul 12:00 siang
yang saya rasa bukan waktu yang tepat ke pantai. Oleh karena itu kami pun naik CAT Free
Bus lagi dan kali ini menuju Mall Dibawah menara Komtar. Mall ini kalo disamakan dengan
mall diJakarta seperti Mall Ambasador dan ITC Kuningan yang lebih banyak menjual baju
dan gadget. Sialnya di mall ini tidak terdapat Medan Selera yang memadai sehingga hanya
kami gunakan untuk berlindung dari panasnya cuaca diluar. Hal yang menarik dipulau ini
adalah kebanyakan populasi penduduknya adalah manula dan masih aktif beraktivas. Kami
seringkali ketemu kaum manula ini di bis atau di mall sebagai SPG-SPG atau pelayan toko.
Setelah berkelling mall yang gersang dengan makanan itu maka kami pun menuju warung
makanan Indonesia yang berwujud semacam warteg tetapi masakannya sudah disesuaikan
dengan selera local. Disini saya mendapatkan masakan jantung pisang yang jarang saya
temui di Tanah Air dan harganya cukup bersahabat.

Setelah makan siang tersebut kami harus kembali ke bus terminal dengan CAT Bus yang
harus kami tunggu cukup lama di shuttle. Sesampainya kami di terminal kami melanjutkan
dengan Rapid Penang bus no 101 menuju Bt Ferringhi. Ongkos yang harus kami bayarkan
harus uang pas karena langsung dimasukan ke box yang tidak bisa dibuka oleh Supir bus
sehingga otomatis supir bus tidak menyediakan kembalian. Sepertinya system pembayaran
ini untuk mencegah supir mengkorupsi uang tarif bus. Bus 101 tersedia cukup banyak
dengan waktu jeda sekitar 5 – 10 menit antar busnya. Perjalanan menuju Pantai ini berkisar
1 jam dengan melewati jalan-jalan pinggir tebing pantai yang cukup eksotis serta jalanan
yang menanjak dan berkelok-kelok.
Saking menikmatinya perjalanan dan ditambah dengan ketidaktauan ternyata kelewatan
turun 1 shuttle dari tujuan kami semula, sehabis kami turun tak beberapa lama hujan pun
turun kami harus berteduh beberapa saat. Ternyata pantai ini tidaklah sangat istimewa.
Pantai ini seperti perpaduan luasnya Kuta dicampur dengan tanjung benoa karena banyak
watersport disini mungkin kalo dijakarta lebih mirip carita anyer kali yah. Kami pun
melanjutkan perjalanan mengunjungi Hard Rock Hotel yang tidak jauh dari pantai.
Ekspektasi kami hotel ini akan seperti Hard Rock Hotel + Cafe di kuta bali yang banyak spot
foto-fotonya ternyata sekali lagi ekspekatsi kami terlalu tinggi karena yang kami temukan
hanya Simple Hard Rock Hotel jauh sekali dari yang di Kuta Bali. Kecewa dengan kenyataan
ini kami memutuskan untuk kembali ke Georgetown.
Foto 13 Beraksi di Fort Cornwallis By Dimas

Sesampai di Georgetown kami menuju fort Cornwallis yang menurut informasi dari
penduduk local tadi pagi disana diadakan Vasakhi Fest sebuah acara dari para penganut
Sikh di penang. Kami sungguh beruntung ternyata di festival ini kami bisa melihat budaya-
budaya Punjabi dan Sikh sekaligus free dinner masakan Punjabi. Buffet free dinner yang
disediakan adalah mutton rice dan roti canai sebagai karbohidrat dengan macam-macam
kare sebagai lautnya. Kare yang tersedia ada versi vegetarian seperti hanya berisi
Kacang2an, Tahu, Kentang, dan Kacang Hijau ada juga versi non vegetarian sayangnya
saya salah mengantri dan hanya mendapatkan versi vegetariannya saja. Tapi entah kenapa
saya kurang menyukai makanan gratis ini dari semua kari yang ada tidak bisa saya nikmatin
begitu juga dengan roti cannainya hanya minuman susu kedelai dan mutton rice saja yang
bisa saya nikmatin. Untungnya saya mengambil tidak dalam porsi besar sehingga masih
sanggup menghabiskan. Beberapa teman saya cukup sial dengan mengambil porsi besar
sehingga terpaksa tidak menghabiskannya bahkan ada yang tidak kuat terpaksa harus
membuang sisa makanan yang masih banyak. Sementara kami tersiksa dengan makanan
itu, tak jauh dari kami Bule Hippes terlihat sangat menikmati sekali kami pun hanya bengong
memandangi dia. Sebenarnya selagi kami makan festival sudah dimulai dengan nyanyian
dan pertunjukan sayangnya perhatian kami teralihkan oleh makanan aneh itu.
Foto 14 Free Food By Andhini/Rangga
foto 15 Vesakhi Fest By Dimas P

Setelah kami selesai makan barulah kami pun mulai memperhatikan festival tersebut.
Festival sudah sampai pada demontrasi seni beladiri Sikh dengan berbagai macam
senjatanya. Sikh merupakan agama baru yang lahir pada saat pembaruan hindu dengan
dipengaruhi oleh ajaran Islam Sufi di daerah punjabi. Kaum sikh bisa dikenali dengan
pemakaian turban yang semakin besar turbannya menandahkan semakin tua dia. Bela diri
sikh diambil dari para kestaria-kestaria sikh jaman dahulu yang terkenal gagah dan pilih
tanding. Sampai-sampai Inggris pun memakai jasa kestaria-kestaria sikh ini di tentaranya
itulah titik awal dari penyebaran kaum sikh di berbagai daerah jajahan inggris seperti
Malaysia. Sehabis demontrasi beladiri kami dihibur dengan berbagai tarian dengan music
yang tidak asing yang sangat bollywood sekali. Kami cukup menikmati pertunjukan tersebut
sampai-sampai kami tidak sadar jam sudah menunjukan pukul 20:00 waktu setempat
dimana kami harus kembali ke Kuala Lumpur dengan kereta pukul 23:00. Kami pun
berbegas kembali ke Penang Port tak lupa sebelumnya berfoto-foto dahulu dengan suasana
malam penang yg cukup meriah.
Foto 16 Tarian By Dimas

Ferry dari penang ke butterworth adalah percuma alias gratis sehingga kami tidak perlu
menukarkan uang koin seperti berangkatnya tadi. Kami pun sampai di station butterworth
pukul 22:30, saya sempatkan membersihkan diri dulu karena mulai tidak nyaman dengan
tidak mandinya saya selama 2 hari 1 malam ini bila ditambah perjalanan kami kembali ke
kuala lumpur maka total saya tidak mandi adalah >48 jam hahahahahaha. Akhirnya kereta
datang dan saya pun cepat tertidur kelelahan akibat energy yang cukup banyak terkuras hari
ini. Dan saya sembari berharap tidak ada penumpang gila lagi yang bernyanyi/berdoa plus
dikeraskan melalui speaker seperti kejadian kemarin.

Beberapa Lesson Learned:

1. KTMB yaitu KAI Malaysia hampir sama dengan KAI yaitu seringkali agak terlambat
berangkat walaupun begitu selalu tepat waktu pada saat kedatangan.
2. Jangan menampakan diri seperti tourist di station butterworth kalo tidak mau ditawar-
tawari banyak supir taxi illegal untuk mengantarkan keliling penang.
3. Georgetown itu mirip bandung selatan dengan versi banguan tua seperti di jalan
braga tetapi dalam kondisi yang terawat.
4. Jangan membuang waktu datang ke Bt Ferringhi bila anda sudah menemukan pantai
yang indah di tanah air.
5. Selalu sedia sunblock dan air mineral bila ingin mengarungi Georgetown karena
susananya cukup panas dan terik.
6. Kehidupan malam Georgetown jauh lebih hidup dibanding kehidupan siangnya, dan
jauh lebih indah dengan banyaknya lampu2 yang menghiasi Bangunan2 tua serta
legendary hawker food penang yang hanya bisa ditemui malam hari.
7. Bila mendapatkan masakan asing yang gratis, tahan diri anda untuk tidak mengambil
banyak-banyak sebelum anda menyobanya.
8. Bus CAT rutenya memutar bila anda pertama kali datang ke penang tidak ada
salahnya anda ikut bus ini dahulu 1 putaran sebelum memutuskan untuk pergi
kemana.

Expense yang saya keluarkan hari ini adalah:

Description MYR

Kopi Machine at Butterworth 1.00

Ferry Butterworth – Penang 1.20

Breakfast at Penang 4.00

Air Mineral at Penang 2.00

Lunch at Penang 6.50

Bus Penang Port - Bt Fengrini 2.70

Bus Bt Fengrini - Hard Rock 1.40

Bus Bt Fengrini - Penang Port 2.70

Drink at Penang Port 2.30

Snack 1.70

Toilet Butterworth Station 0.30

Train Butterworth – KL 40.00

Total 65.80
Day 4

Entah karena keretanya yang cepat atau saya yang sangat lelah tau-tau saya sudah
dibangunkan oleh pengeras suara plus irangan lagu yang menandahkan bahwa kereta
sudah mencapai KL Sentral yang merupakan tujuan akhir kereta Senandung Mutiara dari
Butteworth. Dengan mata sayu saya pun turun dari kereta dan berkumpul dengan
rombongan saya. Kami memutuskan untuk menuju ke apartement teman-teman rombongan
saya yang kebetulan memang kerja di Kuala Lumpur. Salah satu teman saya yang bernama
Firman itulah yang membantu saya dan teman-teman rombongan dari Jakarta bisa
mendapatkan Ticket Kereta kelas yang nyaman tapi tetap murah.

Apartement Teman kami ini ada dipinggiran Kuala Lumpur yang belum dijangkau angkutan
umum seperti Monorail dan LRT. Saat ini moda transportasi yang bisa diandalkan menuju
kesana hanya Taxi. Memang ada BUS atau Kereta Kommuter tapi tidak begitu nyaman dan
bisa diandalkan. Untuk menghemat ongkos Taxi kami sengaja keluar dari KL Sentral menuju
station Monorail BrickFields dan menolak segala macam bujuk rayu para supir Taxi di dalam
KL Sentral.

Setelah berjalan cukup lama kami pun mendapatkan Taxi Bermeter yang kami inginkan.
Taxi melaju di jalan yang mirip jalan raya yang kalo di tanah air mirip sekali Jalan Tol nyata
sekali pembangunan infratruktur sangat maju di negeri ini. Setelah beberap lama sampailah
kami ke apartement yang cukup asri dan bagus benar-benar “Damn Lucky Bastrad” Teman-
Teman saya ini. Mereka mendapat fasilitas ini secara percuma dari kantor mereka.
Apartement ini bila dibandingkan dengan yang dijakarta berada di satu level diatas
apartemen seperti mediteria di daerah Jakarta Barat. Kami pun beristirahat sejenak disini
dan tak lupa mandi setelah 2 hari 2 malam tidak mandi.

Setelah seluruh rombongan sudah mendapatkan giliran mandi maka kami pun bergegas
untuk ke Terminal Bus Puduraya untuk melanjutkan ke tujuan kami berikutnya yaitu
Malacca. Tujuan kami berikutnya itu adalah sebuah kota di selatan Kuala Lumpur dan bisa
ditempuh dengan 2 jam perjalanan dengan menggunakan Bus Antarkota. Malacca
merupakan kota pesisir yang bersebrangan dengan kota Duri Riau. Malacca dahulunya
merupakan wilayah Belanda sebelum ditukar guling dengan pemerintahaan inggris dengan
wilayahnya di daerah Sumatra. Maka tak heran di kota ini ada Christ Church yang
beraksitektur Belanda. Malacca tepatnya daerah Christ Church sekitarnya dinobatkan
sebagai Unesco World Heritage yang peresmiannya sama dengan peresmian World
heritage Georgetown Penang.

Akhirnya kami sampai di Pudu Raya setelah menumpang Taxi dari apartement teman saya.
Sesampainya di Puduraya kami mendapatkan informasi bahwa semua bus yang dari dan
akan kearah selatan Kuala Lumpur diberangkatkan di Terminal Bandar Tasik Selatan. Untuk
kesana kita bisa naik LRT dari Plaza Rakyat station (bersebelahan dengan terminal
puduraya) dengan perjalanan berkisar 10 menit. Awalnya kami mengira turun di station yang
salah karena yang ada dihadapan kami bukan seperti Terminal Bus lebih mirip seperti Mall
atau pusat perbelanjaan. Terminal modern tersebut terintegrasikan dengan LRT Ampang
Line serta Jalur Kereta Cepat ke KLIA. Di terminal inilah saya pertama kali melihat boarding
panel seperti terpampang di bandara ada di sebuah terminal bus. Saya pun menuju loket
ticket yang tersedia, alih-alih loket ticket per Operator bus yang saya liat adalah loket ticket
universal yang dikelolah langsung oleh pihak Terminal. Melalui loket ini kita bebas memilih
berbagai macam operator Bus yang melayani tujuan kita. Sebelumnya saya pernah
membaca operator bus yang bagus bila menuju Malacca adalah Operator bus yang
bernama Delima, sayangnya operator tersebut tidak tersedia sewaktu saya hendak membeli
ticket mungkin jadwalnya tidak cocok. Ticket bus ke Malacca semua operator menarik tarif
sama yaitu RM 12.20 dan dari seorang penjaga loket ticket tersebut kami direkomendasikan
dengan Operator Bus “Mayang Sari” nama yang familiar ditelinga saya dan untungnya saya
tidak menyanakan apakah ada Operator bernama “Sigit” :p. Operator tersebut
direkomendasikan karena katanya lebih cepat dibanding operator yang lain.

Kami mendapatkan ticket untuk pukul 11:30 sementara waktu masih menunjukan 10:30
spare waktu tersebut kami gunakan untuk BRAUNCH (Breakfast Lunch) sembari menyusuri
kemodernan terminal ini. Kami memilih makan di sebuah Kedai Nasi Kandar yang mungkin
dikenal dengan Kedai Mamak oleh masyarakat local. Saya pun memesan the tarik hangat
dan roti canai karena rasa penasaran dengan roti canai semalam di penang yg tidak enak itu
dan ditambah dengan niat ingin merasakan perbedaan antara versi gratis dan bayar.
Setelah pesanan saya datang akhirnya ternyata benar rasa roti canai ini lebih baik
dibandingkan versi gratisnya kemarin. Setelah puas makan kami pun menuju untuk
“boarding room” untuk menuju bus yang kami akan naiki. Memang istilah di terminal disini
kebanyakan memakai istilah seperti di airport. Kami pun segera naik ke bus “Mayang Sari”
yang ternyata setara dengan bus malam Super VIP yang ada ditanah air. Dan saya pun
melihat ada semacam LCD Display yang menerangkan bahwa bus sudah “Overstay” dan
harus segera diberangkatkan memang terminal ini benar-benar didukung system yang
terintegrasi. Bus pun melaju keluar terminal dan saatnya saya membalas kurang tidur saya
beberapa hari ini di bus.

Ternyata memang benar apa yang dikatakan petugas tiket bahwa bus ini cepat. Tidak
sampai 2 jam kami sudah tiba di Malacca sentral, sebuah terminal bus utama di kota ini.
Untuk melanjutkan ke wilayah heritage kami mengunakan bus panorama Malacca yang
memang diperuntukan untuk mengangkut tourist. Baru dikota ini saya melihat bus-bus tua
macam dijakarta untungnya bus panorama Malacca tidak begitu. Setelah bertanya di
“kordinator” bus Malacca kami pun ditunjukan ke satu bus yg menuju “Rumah Merah”
sebutan Christ church oleh masyarakat sekitar dengan ongkos hanya RM 1. Suasana kota
ini sangat mirip dengan kota-kota di Tanah Air. Kami pun sampai di wilayah kota tua
Malacca yang menurut saya luasnya sama dengan wilayah Kota Tua di Jakarta yang alih-
alih dicat putih seperti di Jakarta malah di cat warna terang “Merah”. Wilayah kota tua ini
menghubungkan beberapa icon seperti Christ church sampai reruntuan gereja St Xavier.
Icon transportasi wilayah ini adalah semacam becak tetapi dihias berbagai bunga dan
disertai music yang biasanya music-music Indonesia atau music melayu. Tidak seperti
Georgetown yang sangat luas kota tua ini bisa dijelajahi dengan jalan kaki secara nyaman.
Kami pun berkeliling sekitar wilayah kota tua ini dan menemukan replica kapal, menara
pandang memutar, dan tentu saja gedung pasar seni. Ternyata bus panorama Malacca
cukup terbatas sehingga lead timenya cukup lama sehingga sembari menungu bus kami
pun berbelanja oleh-oleh dipasar seni. Bahkan setelah kami selesai berbelanja pun Bus
Panorama Malacca belum kunjung datang juga untungnya tak lama bus tersebut akhirnya
datang juga. Ongkos untuk kembali ke Malacca Sentral adalah RM 1,5 lebih mahal sedikit
dibanding ongkos berangkat. Selama perjalanan pulang kami melewati Malacca shopping
mall yang cukup besar. Memang kota ini selain dikunjungi tourist2 dari Kuala Lumpur juga
dari Singapore sehingga terlihat perkembangan kota yang pesat dengan waktu yang tidak
begitu lama karena banyak sekali gedung2 yang masih baru dan masih dalam on progress.
Sesampainya kami di Malacca sentral saya pun bergegas mencari ticket untuk kembali ke
Kuala lumpur. Berbeda dengan terminal Bandar Tasik Selatan disini loket ticket dilayani
langsung oleh operator busnya. Sayangnya operator bus Mayang Sari yang tadi kami naikin
sudah penuh dan baru ada lagi sekitar 1,5 jam lagi. Saya pun menuju ke loket Operator
“Delima” dan mendapatkan ticket untuk keberangkatan 1 jam lagi. Masa menunggu
keberangkatan itu kami gunakan untuk Late Lunch di kedai masakan melayu didalam
terminal. Bus kami berangkat tepat waktu kesan pertama saya sepertinya lebih suka dengan
bus “Mayang Sari” dibandingkan dengan Bus ini. Dan ternyata benar kami sampai di Bandar
Tasik Selatan 2 jam sekitar pukul 20:00 waktu setempat karena bus berjalan cukup lambat
dibandingkan bus pada saat kami berangkat tadi.

Dari Bandar tasik selatan kami pun menuju ke Bukit Bintang untuk mengantarkan teman-
teman saya check in hotel disana. Kami sampai di bukit bintang sekitar jam 20:30 dan
segera setelah checkin kami pun menyusuri mall-mall yang hampir tutup disana sekaligus
mengantarkan teman saya Andhini mencari outlet Vincci yang katanya ada di salah satu
mall dikawasan ini. Sehabis itu kami pun mencari makan malam kembali di Kawasan Jalan
Alor mini Hongkong Street Market sekaligus menunjukan teman saya Firman yang walaupun
kerja di KL tapi belum pernah kesini benar-benar kasian sekali dia.
Kami pun berbingung-bingung ria memilih kedai makanan yang sangat banyak meskipun
banyak diantaranya saya ragukan kehalalannya. Kami sengaja ingin mencoba makan kedai
disebelah kiri karena pada malam pertama kami disini sudah mencicipi makan di kedai
sebelah kanan yg kebanyakan adalah kedai dengan gerobak. Setelah menemukan satu
kedai yang ada logo halalnya kami pun masuk. Setelah saya membaca buku menu yang
disugukan saya pun bergumam dalam hati “OK kayaknya saya salah tempat”. Selain menu
makanan itu berisikan nama makanan yang saya tidak mengerti (kebanyakan namanya
berbau china) harganya pun tidak murah 1 porsi dihargai > RM 10. Walaupun di buku menu
ada fotonya tapi tetap saja tidak banyak membantu saya memilih. Akhirnya saya pilih menu
yg paling murah Sate Domba yg dilist menu harganya RM 3. Sialnya ternyata itu harga
pertusuk dan saya pun hanya memesan 3 tusuk dengan permintaan spicy(cukup yakin
karena merasa tidak ada bisa yang mengalahkan sambal di tanah air). Ternyata teman-
teman saya juga merasakan hal yang sama bahkan teman saya Dimas sampai lama sekali
memutuskan menu apa yang akan dipesan. Sengaja kami pilih menu2 berbeda agar bias
saling mencicipi istilah kerennya Makan Tengah.Setelah pesanan komplit tak lama makanan
pun berdatangan ternyata 1 porsinya cukup besar pantas harganya cukup Mahal. Berikut
adalah pesanan saya dan teman2:

1. Sate domba 3 tusuk dan minum Lemon Juice yang asem sekali. (Pesanan Saya)

2. Satu baskom soup tahu dengan rumput laut dan minum entah apa namanya karena
aksara china tapi ternyata yg datang adalah sebuah minuman Lian Teh didalam
kaleng :D. (Pesanan Firman)
3. Yang menjadi rekomendasi pelayang “Malatang” 1 mangkok besar sebuah
percampuran Tahu, Olahan Ikan, Bihun, dan Kuah yg merah menyala.(Pesanan
Dimas)

4. Tumis tahu yg mirip tumis tahu saos tiram.(Pesanan Andhini dan Rangga)

Dari 4 menu diatas hanya tumis tahu yg bisa saya makan sisanya penuh dengan sensasi
rasa yang aneh termasuk pesanan saya sendiri sate domba yang ternyata ditusuk di
tusakan besi dengan bumbu aksen india dan ditaburi cabe bubuk yang ternyata cukup
pedas nyesal saya bilang “Spicy”. Menu kedua soup tahu dengan rumput laut berasa sangat
AMIS mungkin karena rumput lautnya. Super food kali ini jatuh pada “Malatang” yang hanya
sesendok saya makannya sudah langsung tidak berselera lagi. Malatang itu masakan super
pedas dengan cabe bubuk yg banyak sehingga aksen rasa yg saya rasakan hanya pedas
dan menyengat. Untungnya tanggung jawab saya hanya menghabiskan pesanan yang saya
pesan Sate Domba dan untungnya lagi saya Cuma pesan 3 tusuk. Teman-teman yg lain
juga bertanggung jawab atas pesanan yg mereka pesan kasian sekali teman saya Dimas yg
memesan Malatang .

Setelah perjuangan cukup berat menhabiskan masakan aneh tadi kami pun segera
melanjutkan ke kedai penjual durian sebagai penawar lidah. Durian yg ditawarkan adalah
durian D24 dari Pahang yang tidak seperti montong yg besar tetapi memiliki daging yg tebal
dan legit. Harga 2 durian adalah RM 44 dibagi oleh 4 orang. Tadinya durian ini akan menjadi
traktiran teman saya Firman bila teman saya Dimas yg memesan malatang bisa
menghabiskan bersih makanan itu. Sayangnya teman saya Dimas gagal menyelesaikan
tantangan dan menyesal setelah tau enaknya durian ini. Setelah kenyang kami pun berpisah
jalan teman-teman saya kembali ke hotel sedangkan saya bersama teman saya Firman
kembali ke apartementnya. Benar-benar malam terakhir di Malay yg penuh dengan kesan.

Beberapa Leason Learned :

1. Malacca kawasan kota tua mirip seperti kawasan Kota Tua dijakarta tetapi dengan
aksen warna yg berbeda dan kondisi yg lebih terawatt.
2. Sebenarnya di Malacca tidak ada sesuatu yg Wah tetapi dikemas dengan menarik
sehingga bisa mendatangkan tourist.
3. Operator bus rekomendasi kami bila ke Mallaca dari KL adalah “Mayang Sari”
4. Bus Panorama Malacca terbatas sehingga harus siap-siap menunggu cukup lama
bila ingin kembali ke Malacca sentral.
5. Becak Malacca senang memutar lagu-lagu dangdut Indonesia.
6. Bila ingin makan di jalan Alor dari arah perempatan Bukit Bintang yang murah ada di
pedagang2 dengan gerobak di sebelah Kanan.
7. Bila disuguhi menu yg tidak anda kenal pesanlah yg paling aneh dengan peluang 50-
50 anda akan mendapatkan masakan yg enak atau bila sial akan mendapatkan
masakan yg aneh.
8. Bila ingin mendapatkan sensasi rasa dan sangat lapar silakan mencoba kedai-kedai
yg ada disebelah kiri jalan Alor dan bila ada muslim pastikan ada logo Halal.
9. Cobalah duren D24 dari Pahang sangat worthed.

Expense saya hari ini:

Description MYR

Taxi KL Sentral - Mt Kiara (RM 16 / 3 orang) 10,00

Taxi Mt Kiara - Pudu Raya (Rm 12/3 orang) 4,00

LRT Plaza Rakyat - Bandar Tasik Selatan 1,70

Ticket Bus KL - Mallaca Mayang Sari 12,20

Breakfast Lunch at Bandar Tasik Selatan 3,30

Air Mineral 2,30

Gantungan kunci Mallaca 10,00


Panorama Mallaca (mallaca sentral - mallaca
bandaraya) 1,00

Gantungan kunci 7,00

Krupuk ikan mentah 6,00


Panorama Mallaca (mallaca bandaraya - mallaca
sentral) 1,50

Ticket Bus Mallaca - KL Delima 12,20

Coklat Oleh2 6,00

Makan Sore at Mallaca Sentral 6,50

LRT Bandar Tasik Selatan - Masjid Jameek 1,70

LRT Masjid Jameek - KL Sentral 1,30

Monorail KL Sentral – IMBI 1,60

Beli Kaos in Times Imbi Mall 25,00

Makan Malam Aneh in Jl Alor 12,00

Duren Enak in Jl Alor (RM 44/4 orang) 11,00


Taxi Bukit Bintang - Mt Kiara ( RM 10 / 2 orang) 5,00
Total 141,30

Day 5

Di hari terakhir saya di Negeri Jiran ini dihabiskan dengan niatan Belanja oleh-oleh
dikawasan bukit bintang. Sebenarnya bukan saya sih yg ingin berbelanja tetapi teman-
teman rombongan kecil saya yang ingin berbelanja terutama si Andhini dan Dimas. Bukit
bintang memang disesaki dengan berbagai macam Mall dari kelas pasar pagi mangga
dua(sungai wyang) sampai kelas mall-mall besar. Bahkan disini pun juga ada semacam
pusat perbelanjaan alat elektronik/ Gadget bernama Low Yat Plaza semacam Roxy/Mangga
Dua/ Glodok di Jakarta. Ternyata semua pusat perbelanjaan disana buka jam 10.00 dan
baru fully operational sekitar 10.30 waktu setempat. Kami tidak memiliki waktu banyak
karena pesawat kami berangkat pukul 14:50 sehingga kami diharuskan untuk sudah tiba
dibandara pukul 13:30 dengan kata lain harus berangkat dari KL sentral pukul 12:30.
Dengan waktu seketat ini membuat Andhini cukup stress karena tidak bisa punya banyak
waktu untuk berbelanja. Karena saya tidak punya niatan untuk berbelanja saya pun kembali
ke hotel, sesampainya saya di hotel ternyata teman saya Andhini dan Rangga sudah sampai
disana menunggu saya tetapi teman saya yg lain Dimas belum juga kembali. Karena diburu
waktu kami pun segera check out selepas check out akhirnya teman saya Dimas itu kembali
juga. Untung saja kalo nggak bisa kami tinggal (devil smile).
Kami naik Monorail ke KL Sentral untuk terakhir kalinya di Kuala Lumpur. Sesampainya di
KL sentral segera kami mencari Sky Bus yang melayani rute KL Sentral – LCCT. Ternyata
kami terlambat setengah jam dari jadwal dan kami sudah ketinggalan bus yg berangkat
pukul 12:30 jadi kami terpaksa harus menunggu keberangkatan berikutnya pukul 13:00.
Untungnya bus berjalan cukup cepat kami sampai di Bandara pukul 13:45 dan kami
bergegas ke counter check in. Setelah check in kami melanjutkan ke imigrasi yang ternyata
antriannya sudah ramai, saya pun sempat tertahan di pemerikasaan metal detector karena
saya masih mengantongi Uang Logam. Saya pun diperiksa dan dipelotin petugas
perempuan bandara :D. Berdasarkan panel informasi pesawat kami belum muncul tulisan
boarding walaupun menurut jadwal harusnya sudah. Ternyata panel informasi disini lebih
bisa diandalkan dibandingkan dengan panel informasi di soekarno hatta. Setelah menunggu
sekitar 15 menit akhirnya kami bisa boarding juga. Good Bye Malaysia negeri tetangga yang
kadang suka kita benci kadang kita kagumi dan terima Kasih sudah menjamu saya selama
beberapa hari ini.
Perjalanan pulang berkisar 1,5 jam sampai ke bandara internasional Soekarno-Hatta. Dari
bandara menuju kost saya naik bus damri bandara tanah abang. Sesampai ditanah abang
saya lanjutan dengan taxi. Perjalanan menyusuri kota Jakarta disuguhi dengan macet,
klakson, sepeda motor, polusi ah nyata benar saya sudah ditanah air tercinta yang
bagaimanapun tetap kebanggan saya. Hidup Indonesia!!!!!!!!!!!!!

Beberapa Leason Learned:

1. Dalam sebuah perjalanan harus diprioritaskan apakah berorientasi shopping atau


sekedar sight seeing.
2. Wilayah Bukit Bintang Kuala Lumpur adalah surganya para shoppingholics.
3. Jangan pernah membuat kesal Wanita yang stress akibat tidak cukup waktunya dia
shopping.
4. Display panel di Bandara LCCT KL lebih bisa diandalkan dibanding di Soekarno
Hatta.
5. Seberapa bagus negeri orang dan seberapa jelek negeri sendiri tetap saja negeri
sendiri adalah yang terbaik karena itu Tanah Air tercinta.

Expense yang dikeluarkan hari ini:

Description MYR IDR

Nasi Lemak Bukit Bintang 3.00

Air Mineral and Roti at Bukit Bintang 4.50

Baju Oleh2 10.00

Ganjungan Kunci 7.00

Milky Bar (3x2,9) 8.70

Vochelle coklat(3x2,6) 7.80

Monorail Imbi - Kl Sentral 1.60

Sky Bus Kl Sentral – LCCT 9.00

Nougat oleh2 (2x5,4) 10.80

250,000.0
Ticket KL – JKT 0

Bus Damri Gambir 20,000.00

Taxi Tanah Abang - Karet (15000/ 2 orang0 7,500.00


Total 62.40
277,500.0
0

Sebuah kesimpulan dan saran

Melihat budaya dan suasana di negeri orang dapat membuka mata sekaligus meningkatkan
wawasan kita. Sebenarnya negeri tetangga tidaklah memiliki hal-hal yang Wah seperti kita
dalam hal pariwisata tetapi disana potensi sekecil apapun dikemas secara menarik sehingga
dapat mendatangkan tourist. Di negeri tersebut keragaman budaya dari berbagai ras
tidaklah berusaha disamakan atau disatukan justru sengaja dibiarkan seperti aslinya dan
pembauran dilakukan secara alamiah. Walaupun begitu perlakuaan agak rasis pun
mewarnai kemasyarakatan di negeri ini dimana Kaum Melayu adalah raja atas semua kaum
lainya.

Segala sesuatu yang Wah disana kita menemukan di Jakarta sebagai sesuatu yang standar
misalnya dalam term Taxi diKuala Lumpur Taxi paling bagus berupa Innova sedangkan
disini sudah lumrah kita bisa temuin Alpard dan Mercy dalam bentuk Taxi. Ada beberapa
Tips mencegah anda menjadi Stupid Indon:

1. Pelajari bahasa melayu minimal logatnya yang sayangnya masih jamak digunakan
untuk transaksi dengan masyarakat melayu agar anda tidak dikira tourist yg takutnya
dikasih harga tourist.
2. Bila anda memesan Ice tea otomatis anda akan mendapatakan Teh Tarik dengan
ICE bila anda menginginkan Es Teh Seperti ditanah air harap pesan Teh-O Ice (Teh
Only Ice).
3. Bila anda masih kagok dengan system ticketing transportasi di Kuala Lumpur mohon
jangan langsung mengantri selalu menjauh sedikit untuk bisa mengamati dahulu
sebelum mempraktekan.
4. Selalu sadar akan anda membawa nama bangsa di negeri Orang sehingga tindak
tanduk anda harus tidak mencerminkan sesuatu yang buruk atas bangsa sendiri.
5. Selalu terlihat yakin dan tidak binggung dimanapun anda berada seolah-olah ini
adalah kota anda.
6. Bila anda dipenang maka alternative lain untuk menunggu bus di terminal pelabuhan
juga bisa dilakukan di Komtar yang mungkin lebih adem.
7. Walaupun keamanan di malay saya rasa cukup bagus tetap saja harap waspada
setiap saat.
8. Bila itenary anda sudah fixed maka ada baiknya anda mempersiapkan semua
termasuk membooking kendaraan seperti kereta (lebih disarankan lewat email) dan
penginapan (bisa dari Agoda atau Hostelworld)
9. Selalu well prepare at any cost.

Total expense perjalanan saya selama 4 hari 4 malam ini adalah RM 415.60 dan Rp
597.000,- bila dikonversikan menjadi rupiah denga kurs 1 RM = 2900 semua total Rp
1.802.740,00 sudah termasuk ticket pesawat, penginapan, transportasi selama disana, dan
living cost disana. Saya rasa cukup murah hemat untuk sebuah perjalanan yang penuh
dengan berbagai pembejaran dan pengalaman.
Reference Site

http://www.bedzkl.com
http://www.delima.com.my

http://www.myrapid.com.my/
http://www.seat61.com/
http://www.journeymalaysia.com
http://mlksentral.com

http://wikitravel.org/en/Main_Page
http://www.hostelworld.com

http://www.ktmb.com.my/

http://www.tourismpenang.net.my/

Anda mungkin juga menyukai