Anda di halaman 1dari 23

c Pertempuran Merah Putih di Manado

Berita proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersiar juga samapi ke Manado. Rakayat Manado
khususnya para pemuda menyambutnya dengan hangat. Di sisi lain, pasukan NICA untuk
mengamankan kepentiangan segera mempersenjatai bekas pasukan KNIL yang menjadi
tawananan Jepang. Mereka disambut sebagai Pasukan Tangsi Putih.

Pada bulan Desember 1945, pasukan Sekutu menyerahkan kekuasaan kota Manado kepada
NICA. Stelah mendapat mandate itu, pasukan NIca segera melakukan penagkapan terhadap
sejumlah tokoh RI untuk mengamankan kedudukannya RI. Para bekas pasukan KNIL yang
mendukung RI dikenal sebagai Pasukan Tangsi Hitam. Para pejuang itu membentuk Pasukan
Pemuda Indonesia (PPI). PPI sering melakukan pertemuan rahasia untuk mengoordinasikan
kegiatan melawan NICA. Akan tetapi, kegiatan tersebut diketahui NICA. Akibatnya, beberapa
pemimpin PPI ditangkap. Senjata pasukan KNIL pendukung RI dilucuti. Namun, tindakan NICA
tersebut tidak menyrutkan tekad para pejuang Indonesia. Pada tanggal 14 Febuari 1946, PPI
menyerbu NICA dimarkas Tangsi Putih di Teling. Dengan senjata seadanya, PPI mampu
melepaskan para tawanan dan melawan komandan NICA dan pasukannya. Secara spontan para
pejuang merobek warna riru pada Bendera Belanda di markas itu dan mengibarkan bendera
Merah putih. Para pejuang juga berhasil menguasai markas NICA di Tomohon dan Tondano.
Para pendukung RI segera membentuk pemerintah sipil. B.W Lapian terpilih sebagai residennya.
Berita penegak kedaulatan Indonesia di Manado segera dikirim ke Yogyakarta.

Ê   Ê
   
  

Œleh Ben Wowor

PADA 7 Februari 1946 seluruh rencana telah rampung sampai pada tindakan-tindakan darutat
serta pengamanan bilamana terjadi sesuatu kemacetan. Rencana ini telah pula diberitahukan
kepada BW Lapian dalam suatu rapat rahasia yang diadakan pada hari itu di rumahnya di
Singkil, Manado Utara. Juga turut dalam perundingan PM Tangkilisan, juga telah dihubungi No
Ticoalu dan dr Tumbelaka. Situasi Markas Besar KNIL di Tomohon senantiasa diberitahukan
oleh AS Rombot melalui FW Sumanti yang bertindak sebagai ordonans umum.

Pembagian tugas yang ditetapkan oleh Ch Taulu dan SD Wuisan sebagai berikut:
1. Kompi-VII dijadikan combat troop, dipimpin Mambo Runtukahu, Yus Kotambunan, Gerson
Andris, Mas Sitam, Lengkong Item dan Niko Anes. Mereka menguasai dan mengamankan
perwira-perwira Belanda KNIL dan NICA.
2. Yang pertama harus dikuasai bahan makanan, senjata, mesiu dan pakaian.
3. Kompi-148 dibawah pimpinan Wim Waney, dibantu Wim Tamburian, Wangko Sumanti,
Frans Lantu, Yan Sambuaga, Bert Sigarlaki, Samel Kumaunang, Œscar Rumambi, setelah dapat
dikuasai tempat-tempat suplai tersebut, harus menjalankan -aksi penangkapan terhadap anggota
tentara Belanda dan pejabat-pejabat NICA di rumah mereka.
4. SD Wuisan menguasai Kompi-143 dan akan mengawasi kamp tawanan Jepang di Girian-
Bitung; Sigar Mende dan Polet Malonda Kompi-144 di Manado dan Suparmin Kompi-142 di
Tomohon.
5. Pengamanan markas besar di Tomohon dan telekomunikasi ditugaskan kepada telegrafis-
markonis AS Rombot yang selanjutnya akan menguasai semua dinas radio.
No Tooy menguasai semua dinas telepon dan Maurits Rotinsulu dinas pengangkutan.
6. Kurir-kurir istimewa untuk menghubungi pemuda-pemuda di Manado, Tondano dan
pedalaman Minahasa adalah No Korompis, Gustaf Sumarauw, Jan Sambuaga dan Wim
Tamburian.

Penangkapan di Kalangan Militer


Pada 28 Januari 1946, Freddy Lumanauw dan Mantik Pakasi dipanggil Komandan Garnisun,
Kapten Blom, dan langsung dibawa ke penjara karena ada laporan bahwa mereka sedang
mengatur komplot untuk menggulingkan kekuasaan KNIL di tangan Belanda. Pada 31 Januari
Lumanauw dan Mantik dibawa di bawah pengawalan MP ke Tomohon dan langsung diperiksa
oleh Œditur Militer Mr Œ Schravendijck. Pada hari itu mereka dikembalikan ke penjara Manado
karena mereka tidak bersedia mengungkapkan sebab dan latarbelakang sehingga mereka mulai
berkomplot. Selama dalam tahanan ini mereka diberitahu oleh Frans Korah tentang
perkembangan rencana persiapan kup yang diatur oleh Taulu, Wuisan dan Sumanti.

Pada 6 Februari 1946 mereka kembali diperiksa di Tomohon, dimana kepada mereka dinyatakan
oleh Œditur Militer bahwa sudah diperoleh bukti yang jelas menunjukkan, bahwa mereka pada
1944 telah dikirim ke Sulut dengan tugas khusus dari Dr Ratulangi yang kini berada di Makassar
untuk melaksanakan revolusi kemerdekaan Indonesia. Lumanauw yakin bahwa mata-mata
Belanda telah mengikuti pembicaraan dalam perundingan-perundingan rahasia dari pasukan
Tubruk dan Schravendijck telah mengadakan pengecekan dengan atasannya di Jakarta. Proses
pengusutan ini akan membawa mereka ke sidang mahkamah militer, namun mereka tidak
bersedia menuturkan mission yang diberikan oleh Ratulangi pada waktu mereka diberangkatkan
dari Jakarta itu.

NICA menjadi gelisah karena setelah gerakan-gerakan pemuda berhasil ditekannya, malah tubuh
dan aparatnya sendiri, yakni KNIL, telah disusupi oleh musuh-musuh Republik yang
berpemerintahan pusat di Jogyakarta.

Kemudian pribadi-pribadi Taulu dan Wuisan semakin besar mendapat perhatian dan sorotan dari
pimpinan KNIL.

Œpsir-opsir Belanda telah beberapa kali mengadakan pertemuan antara mereka sendiri, yakni
Blom, Verwaayen, De Leeuw, Molenburgh, Brouwers dan lain-lain untuk menemukan jalan,
cara bagaimana mereka dapat menumpas gerakan-gerakan bawah tanah dalam tubuh KNIL,
supaya tidak menjalar ke seluruh jajaran KNIL. Mereka semakin bingung, karena setelah
penangkapan pemuda-pemuda pada 9 Januari lalu dan kemudian pada 28 Januari Lumanauw dan
Pakasi diamankan di penjara, sebenarnya sudah tidak ada lagi anasir-anasir Republik yang
mereka harus takuti.

Pada 9 Februari pimpinan KNIL mengambil tindakan pengamanan di kompleks tentara Teling
dengan menangkap anggota komplotan Wangko Sumanti, Frans Lantu, Yan Sambuaga dan Wim
Tamburian. Mereka ini dikunci dalam sel Tangsi Putih. Bukti kegiatan mereka, termasuk
menghubungi pemuda-pemuda ekstremis dan pejabat-pejabat tertentu yang dicurigai, sudah
cukup jelas bagi NICA setelah dicek dengan laporan-laporan yang masuk.
Taulu dan Wuisan Masuk Sel
Namun, keadaan menjadi makin tegang. Pada 13 Februari, jam 9 pagi, Furir Taulu dipanggil
komandan Kapten Blom dan setelah senjatanya dilucuti oleh sersan-mayor Brouwers, maka ia
dimasukkan dalam sel tahanan.

Tidak berapa lama Sersan Bisman dipanggil oleh Kapten Blom, tetapi ia tidak ditahan, mungkin
karena ia memiliki tanda jasa dari Tentara Sekutu. Bisman dalam Perang Dunia ke-2 mendapat
latihan intelejen di Australia dan sering turut dalam kapal selam Sekutu untuk dilepaskan di
perairan daerah musuh untuk mencari tahu kekuatan tentara Jepang, seperti yang dilakukannya di
Tarakan dan di Manado pada 1944.

Selanjutnya Komandan Kompi VII, Carlier, dipanggil oleh Komandan Korps, Kapten Blom,
yang menanyakan kepadanya bagaimana dengan keadaan Kompi VII. Dijawab oleh Letnan
Carlier bahwa Kompi VII dapat mengamankan seluruh Sulut, karena prajurit-prajuritnya banyak
berpengalaman dalam perang yang baru lampau, lagipula kompi ini adalah pemberani, namun
patuh dan setia pada atasannya.

Mambi Runtukahu Memelopori Aksi


Yang memelopori aksi adalah Peleton I: Mambi Runtukahu, Wkl Kmd Regu I, Gerson Andris,
Wkl Kmd Regu II, Mas Sitam, Wkl Kmd Regu III, Yus Kotambunan, Kmd Verkenner,
Lengkong Item, Angg regu IV dan Wehantouw Verkenner.

Kota Manado Dikuasai


Di penjara Manado para tahanan nasionalis pada tengah malam itu dengan hati berdebar-debar
menunggu saat dimulaikan aksi di Teling. Karena mereka juga telah diberitahu tentang saat dan
awal aksi ini sebelumnya melalui titipan surat yang disembunyikan dalam makanan. Mereka
amat cemas dan hampir saja putus asa ketika mendengar bahwa unsur-unsur pimpinan
pemberontakan sudah tertangkap.

Ketegangan memuncak ketika pintu besi dari penjara berbunyi gemerincing: Apakah aksi telah
gagal dan Belanda akan memperkeras tindakan-tindakan penekanan? Demikianlah Lumanauw
dan Pakasi bertanya-tanya. Melalui trali-trali sel tampaklah pada mereka bukanlah Polisi Militer
(PM) yang muncul melainkan kawan-kawan Frans Lantu dan Yus Kotambunan. Mereka
memasuki halaman penjara dengan menyandang beberapa perlengkapan senjata serta didampingi
oleh sipir yang membawa kunci-kunci. Semuanya lalu bersorak-sorak gembira. Lumanauw dan
Pakasi diberikan masing-masing senapan dan pistol, karena mereka harus melanjutkan tugas
untuk menyelesaikan aksi kup itu yang tengah berjalan dan masih berbentuk tanda tanya.

Kaum nasionalis yang selama ini meringkuk dalam tahanan semuanya dibebaskan. Tampak di
antara mereka tokoh-tokoh perintis nasional seperti G Dauhan, A Manoppo, ŒH Pantouw, Max
Tumbel, Dr Sabu, FH Kumontoy, CP Harmanses, HC Mantiri, NP Somba dan juga pemimpin-
pemimpin pemuda BPNI, John Rahasia dan Mat Canon.

Komandan Garnisun Manado, Kapten Blom, yang berdiam di Sario dibangunkan oleh ajudannya
dengan kata-kata: µ¶Kapten diminta datang segera ke Teling karena keadaan agak berbahaya.
Letnan Verwaayen mendesak agar segera datang!¶¶ Juga ditegaskan oleh ajudannya, bahwa para
pengawal sudah siap menunggu di luar dengan sebuah jeep, bahwa perjalanan aman dan
penjagaan cukup kuat.

Pada subuh hari semua tentara Belanda dimasukkan dalam tahanan di Teling dan selebihnya
dibawa ke penjara untuk menggantikan para tahanan nasionalis yang telah dibebaskan.

Sang Saka Merah Putih Berkibar


Pada jam 03.00 di markas tentara di bukit Teling, sewaktu aksi penangkapan sedang berjalan,
maka Wangko Sumanti yang memberikan perintah, mengambil bendera Belanda (merah-putih-
biru) yang disimpan di rumah jaga, merobek helai birunya dan menyerahkan bagian dwi-warna
kepada Mambi Runtukahu yang sudah siap sebagai inspektur upacara menunggu dekat tiang
bendera. Secara hikmat bendera Merah Putih digerek oleh Kotambunan dan Sitam untuk
kemudian berkibar pada saat fajar menyingsing di bumi Sulut.

Ternyata pasukan-pasukan KNIL yang ada di Tomohon dan Girian masih dikuasai oleh perwira-
perwira Belanda dan perlu mendapat penyelesaian dari Manado. Perintah dan persiapan
dilakukan oleh Wangko Sumanti untuk meneruskan aksi kup ini di Tomohon dan Girian.

Tomohon Diserbu: Korban di Kedua Belah Pihak


Segera Frans Bisman dan Freddy Lumanauw ditugaskan dengan dua peleton siap tempur untuk
menuju Tomohon. Pada jam 04.30 14 Februari mereka berangkat dengan empat kendaraan, yaitu
2 jeep dan 2 truck/power. Jeep depan berbendera Merah-Putih dikendarai oleh Frans Bisman
dengan beberapa pengawal penembak bren, menyusul jeep kedua dengan perlengkapan dan
pengawalan yang sama; yang ditempati oleh Freddy Lumanauw.

Di luar Kota Manado konvoi ini sedikit mengalami hambatan karena jeep terdepan terjerumus
dalam selokan, sehingga agak memakan waktu untuk menariknya, namun tak ada kerusakan apa-
apa.

Gelaerts, demikian nama sersan Belanda itu, berada di Manado waktu terjadi kup tengah malam
dan ia langsung mengendarai motornya ke Tomohon untuk memberitahukan kejadian ini kepada
Komandan De Vries setelah hubungan telepon terputus.

Sewaktu mau kembali ke Manado pagi itu dan berada di pompa bensin untuk mengisi minyak ia
berpapasan dengan pasukan penyerbu dari Bisman.

Ultimatum Kepada Komandan KNIL


Komandan Polisi Samsuri yang menjadi penghubung antara Pasukan Bisman dan Komandan
KNIL De Vries, membawa ultimatum dari Bisman agar De Vries dengan seluruh pasukan-
pasukannya di Tomohon ialah Kompi-142 dan satu kompi stafnya menyerahkan diri. Dengan
dua tangannya diangkat ke atas, Samsuri menempuh jarak duaratus meter lebih menuju ke
Markas De Vries, di mana komandan ini sudah siap dengan stellingnya.

Samsuri menjelaskan kepada De Vries bahwa pasukan dari Manado telah tiba di persimpangan
jalan di depan kantor polisi Tomohon dan meminta Œverste De Vries bersama pasukannya di
Tomohon menyerahkan diri.

Samsuri kembali untuk menyampaikan jawaban ini dan untuk kedua kalinya Bisman
memerintahkan Samsuri untuk memberitahukan De Vries bahwa pasukan dari Manado akan
segera mengadakan serangan.

Mendengar akan ultimatum terakhir ini maka De Vries memutuskan dan menyampaikan kepada
Samsuri bahwa ia akan menyerahkan diri bersama pasukan-pasukan di Tomohon, termasuk para
penguasa sipil NICA kepada pasukan Bisman.

Kup Berhasil dan Penguasa-penguasa Belanda Tertawan


Upacara penyerahan berlangsung dengan pelbagai campuran perasaan bagi kedua pihak masing-
masing. Komandan KNIL itu terharu dan bercucuran air mata ketika bendera merah-putih-biru
disobek helai birunya dan dwi-warna Merah-Putih dinaikkan pada tiangnya. Atas permintaan
Bisman maka De Vries menuju ke kendaraan yang tersedia dan bersama-sama mereka menuju ke
kantor polisi untuk meneruskan perjalanan ke Manado.

Residen Coomans de Ruyter, Komandan NICA, diambil dari tempat kediamannya di rumah sakit
RK Gunung Maria, begitu anggota-anggota Staf NICA lainnya yang berada di Kaaten-Tomohon
dikumpulkan di kantor polisi dan dengan sebuah truk mereka langsung dibawa ke tempat
penampungan di Manado.

Suatu pasukan kecil di bawah pimpinan Freddy Lumanauw masih harus meneruskan tugas
operasi ke pedalaman Minahasa. Pengemudinya Œscar Pandeiroth menggantikan Alo Porayouw
yang telah gugur sebagai seorang pahlawan kemerdekaan dan menjadi pahlawan 14 Februari
1946 yang pertama.

Suatu peristiwa yang menegangkan yang diceritakan Freddy Lumanauw kemudian, ialah ketika
dalam persiapan untuk menyerbu markas De Vries, kedapatan olehnya bahwa peluru-peluru yang
dibawa pasukan tidak cocok dengan senjata Lee nfield, karena buatan Jepang. Wangko Sumanti
di Teling Manado segera dihubungi melalui telepon dan ternyata memang ada kekeliruan dan
diakui Sumanti sebagai keteledoran akibat kesibukan pada waktu pasukan disiapkan di malam
buta untuk dikirim ke Tomohon. Seandainya ada terjadi penyerbuan dan pertempuran maka
senapan-senapan yang dibawa akan tidak berdaya dan tidak ada gunanya.

Pengamanan di kota-kota kecamatan di Minahasa disertai dengan penurunan bendera Belanda


dan diganti dengan penaikan bendera Merah-Putih, berlangsung di instansi-instansi pemerintah
dan polisi setempat di bawah pimpinan Freddy Lumanauw. Berturut-turut di Tondano,
Remboken, Kakas, Langowan dan Kawangkoan, selesai upacara bendera dilakukan penertiban
seperlunya di kalangan pamong-praja dengan mendapat bantuan penuh dari pasukan-pasukan
pemuda.

Penyelesaian di Kamp Tawanan Jepang


Pada subuh 14 Februari 1945, juga suatu pasukan dari Manado di bawah pimpinan Maurits
Rotinsulu yang ditugaskan ke Girian untuk menguasai kamp tawanan Jepang, berhasil
menangkap anggota-anggota tentara Belanda di asrama Girian dengan bantuan Samel
Kumaunang dan Hans Lengkoan, namun komandan kampemen tawanan yang bermarkas di
Wangurer, Letnan Van mden, bertahan dan tetap menguasai seluruh kamp tawanan itu. Perwira
ini tidak mengakui penyerahan pimpinan KNIL kepada pihak pemberontak, sedangkan ia adalah
komandan dari Sekutu. Malah ia sempat menahan seorang anggota pasukan Rotinsulu yang
bernama Makalew.

Setelah kegagalan ini dilaporkan kepada Taulu, maka Taulu bersama Sumanti pergi ke Sario
untuk meminta perintah tertulis dari Kapten Blom buat Van mden, agar ia segera menyerahkan
diri kepada pasukan Sumanti yang akan dikirim ke Girian.

Bert Sigarlaki yang adalah ordonans tetap untuk Van mden diterima untuk masuk ke dalam
kampemen dan menemui Van mden. Setelah surat dari Blom dibacanya, maka surat itu
diludahinya dengan melemparkan kata-kata kotor kepada alamat Blom seraya menyentak bahwa
semua mereka sebangsa di Manado adalah pengecut dan bukan militer.

Kumaunang dan Lengkoan yang menguasai asrama tentara di Girian memikirkan suatu siasat
lain untuk menangkap Van mden, yaitu menunggu saatnya mereka berdua memegang pos di
kamp tawanan di lokasi Wangurer.

Begitulah pada 17 Februari 1946 pada jam 06.00 pagi kedua pejuang ini masuk dalam kelompok
jaga, seluruhnya terdiri dari 8 orang. Mereka ini sepakat untuk menunjuk Samel Kumaunang
yang akan menangkap Van mden, mengingat tubuhnya yang besar dan kekar akan dapat
menguasai perwira Belanda itu, bila terpaksa harus adu kekuatan.

Tidak lama kemudian muncul komandan itu dengan jeepnya, lengkap dengan senjata dua pistos
pada masing-masing pinggangnya dan satu stegun yang disandang. Waktu ia turun dari
kendaraannya menuju ke pos, Kumauang berseru: 'µKomandan, Green bizonderheden!¶¶ (tidak
kurang apa-apa dalam penjagaan), namun disambungnya lagi: µ¶Letnan, kenapa kami tidak dapat
jatah rokok dari Manado, apakah saya boleh merokok?¶¶ µ¶Œh, tentu saja¶¶, jawab Van mden,
dan tangannya sibuk memeriksa dan mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya. Ketika ia
menyampaikan sebatang rokok sambil menyiapkan apinya kepada Kumaunang, maka secepat
kilat tangan letnan yang diulurkan itu ditarik dengan sekuat-kuatnya, badannya condong jatuh ke
depan dan setelah tangannya itu diputar, stegun jatuh ke tanah dan kedua pistolnya dapat dilucut
oleh Kumaunang. Pada saat itu kawan-kawan lain menyergap perwira itu, mengikat kedua
tangan kakinya dan menyeretnya ke dalam jeep. Ia dibiarkan dalam keadaan terikat dan di bawah
pengawasan, sampai seluruh kampemen tawanan dan penjagaan telah ditertibkan dan dapat
berjalan normal kembali, kini di bawah kekuasaan Tentara Nasional Indonesia.

Para anggota tentara Belanda lainnya sudah lebih dahulu diangkut secara terpisah dari komandan
kampemen dengan adanya berita: µ¶Perintah dari korps komandan supaya para perwira dan
perwira bawahan harus segera berkumpul di Manado tanpa membawa senjata¶¶.

Kemudian rombongan yang dipimpin oleh Kumaunang mengantar Van mden ke Manado,
disusuli rombongan dari Sumanti yang ditugaskan oleh Taulu dengan maksud yang sama.

Di sepanjang jalan rakyat menyambut kemenangan ini dengan sorak-sorakan µ¶Hidup Merah
Putih¶¶. Dalam kup selama beberapa hari ini semua warga Belanda dari KNIL maupun dari
NICA berhasil ditawan. Seorang pengusaha perkebunan Belanda, Van Loon, yang coba
melarikan diri dengan perahu kecil ke Ternate, terpaksa harus kembali di pantai Likupang dan ia
langsung menyerahkan diri.
›  ›
  


  
 
 



› !!"#$%&'(''(%&!

)"*+ "*+,)"+")"&""!"›+, +!""+! !!*&%
,*)"))!+"+&)"+-,!&)"!-..(›!*&/")%)&"&"
&""!++")""+&&)***)) "(

!")"0" !%+" !))*›!"+")"!**!
*!)*&&"*,&*)&"!"+"*) ")*& !"+
+(!%"&!, *0! "! +! !%+&")*+0"0!
›!"+&" !*+")""(

,&&"&"!")›+,+"*)*"!*'1('') "+&
 !0"&")"&""!"(")*%! "*&*
,&+
0)"!*,+ !")+)"+2,,&)+! )!)!
,
2(!"*&+"!%&****&3 !**
4(''')!++(

!")"0""+" !"* !5&")"!!+",+!-", ") 
›""!+"›+,+"*++"!)*,*!)!"..*"++
6!!)+"!") (%+",)!"&%+"*) " !"&+"*
+") !5)*,25,+,++",!)")/,&!"*!"*(

"+! )"&""!"+! +!&!" "!+""*
*›!",*%+,)"&!***(*
**&""!+"›+,)/!,,&")&&*!,7,*)"+"!!" 0
!%*&!+*+"+,)"/&! )+"30(

!,*&)" &!+*8))#9&!+ !*&+" ! "
-,!&"!)", *!%)!!*+,)"(!%*&!+*+,)"
7!)"+/&) )+"30)  &!+**)+"+!5+!%+"
›")&)"+&&(

*"0!›+,›")+)!!*&! **)+!"
%%+ !)& !+%"0+)&!,*&)"8))#9 !&*
),)""- "
+",&)"+,)"+"!!"(!,))""*&+"+"*"&&!/*
"!)",!+*&!+*(!,7,*)"+,)  0!")"0
 !!"#$+"
&%+"*"!%*&!+*+,)"&""*)!!*+!" )&"
›!*(

+&&-*&",)!) +5›")+"*+ ! ,+
›")5
+!+:'3!"$8#;) ")%*&" , ,**0!›")(
   "!5!"+,)"+"›")!)+*)+&*&!+*
+,)""+* ")+"0!50!(

&!%)",+"›"))!"+"")<,0,!+& *0)"
!!,*%!&,"7)")!!)"+"*"!"&*0
)", 3
"&)*!&"&"!*&%*+"!"+!""*"!+"+*
!,7")"")")++*& *+"!"*+&)!%*&!+*
+,)"(

!"+" 0)*,&,*&+" +!"›*))!3!"#$( !"!& 0)!

,,",+"""")!",,)&"&,)&!"*)(

===

  &***)"&""!"%&!*)!")›+,+"/)*1
 !!"#$%&4(''+"*")""))"),!,)*,&,*!%!"
& !"+""&"<*" ,&+ ,&" ›& "*(

+*"*"+"+*")+ !*&)%&,,2›&"+*
+ !"&+**!&",5, !*&+"*"+
,5, ,&" +"*) "*,&"&/*,&"& !"(

+%&>(1')&&*,&,*/""&"&&!)"*+"!"( ,&,*"
!+"!"+!"<*" ,&+›& "*<+!!),+!")<+!›)
"& ,&+ !*!3) ,& , *,&+ !*!
<,0(

*"!*>(''!)"*!*&"-,!&)"*!)!,&)"+"
! "/+"!)!&&)*"+!*! ,&+ ,&" 2!"!+ ,&+
,!&<"%)?!*&+*&!"*)&&( "+&)!&*+!
+"&&*)!, ,&" )+"+!(

*''(1': !!";)!,*,&,*&&!)"**)"&""!"
&&!"*)!)"*"!(*''(9*& ")!,*)" !*&+&*
*+&)"5&)"&*)"&&!!*0 "(

*'(''+"))"+!!*+"&"()*&%)""+&
-,!&)"!-..( ")*+""&"*+ ,& *!+!""*"!"
)+*+!")+"&&&"&")**!+!""*(

›!*&/)+&")+"+,)%+)%!*,*!)  
)")!!&""*,+"/!""+")"))!")(

)**&***,)%+)*")&&  )*2+<")+
&"&"*)"+"*  !!") &(

")""!%!+"!"+!" ,& "&+&* ,&+
,<"%)?!+ ,&+ ,&"2!"!)! ,&+2›+( &!%
&%)""&)*%+"+,
)"*++"
+*&"!&! )*!,+" !)"+"***(

)*%&)")!)"&""!"+ !)"&*)!
"&"&""!"+"!)"(›!*% !)"&&  )*&5&
)&+"+"%!›+,)!"!++&0+*)"(

&)",") !!*+&!%,""*)!"  ›,, 
,0›@&  !  &,,2!&))2›"!"
,& +%
&"&",""*")!"3,)"+›2,&!"**+"
+"  )*(
*'1('')&!*)" !)<*,&"&&!"*!, *" "!+!"
+!++&!**+›& "*)% !"+*) "
")*!/!"**›!"(

,!,)%**)"+"&"+"*)"0"!,+,)")!",
,A,,
&+)!  !)-"(""*,&,*%&)"*,! ")!-"
›+,(

&)"›+,)*%+""&"!++&0+")&&%
,&,,&+!"+&, "%++!*( ",&,,&!*+"+),!)!++
++)%&& *(,,!0,0!& *+0))+*!++
&0++*+")&" !)",,) !)&)*")&&***
)!+++"(

,&+,")"&)!"&%+" !)*")&+ ,&+
 
!")&&"*"&&+!"")&!  !")&!( +!*
*)&)!" !%)%>''&!&%&!*)  !")(

+ ,&+
  !")&)!"&%)*)*%)"&!*&
""+*)!&!*+"!"(*&*"  !")"!,& ,,)*
%%&%)**+  !") 0&0*+*!%)&)%
+&"*,,(  !")*"! !)"+"*"*+&!(

%*")!*,!"))"&!"&!*+"›") +!+
&"*+›!"(

===

›
B*&"&"&"!%2*&+"+9 !!"
#$&!*›*&
,&,! !")":; &!"&&%&'(''
 !!"#$,%5%
+" !&+&! **)+!"
&!"+:
2;

0)"!+&!*&&!* &!+*+"!,*&"!*!,*!,
+›,&&+C:>;*+"&"&& )!%"C:1; +
%*&& ""&!"+C:; &+")!+"%&"
!0)"!C:9; ,!5*,!&!"!) *!%)!" ")C:$; "
*,,&"!)%)!" "):)!5)!,*,5,*,)*,5)*,;("+)!
,*,"+* **+")"C:8;!)" !"&**/ !
"/"*!&,*& +) "*)!+"*&&"+"
&*&&(

&"&"!%)%&!*›*&
,&,!> !")". "&*&* 0
+$ !!")++"+*!&&+"+›")+: ;
+""&"/*"&" !+,)"+"0)"!+"+"!", 5 
")!"*+,+!+")!"*+"›")%+!",›,,+,0 +!,!,,
&"&"5&"&"+&*5&*+,)".(""&*<"
&%+" &!"""0)"!(›*&"+"+"*,2 
<")3 )!
0+")&(

*&*)*&!")""<+" , !:*!";
":*; !":!*,,&"; !2":*);  ,,: ;
"+
**"&; <"):*,")";<,!!:!;›@& 
: D!;(

Bersamaan dengan peringatan Valentine's Day, masyarakat Manado memperingati hari Merah
Putih. Hari yang menunjukkan komitmen perjuangan orang Manado ini dalam membela dan
mempertahankan Pancasila hampir dilupakan publik Manado yang lebih fokus pada perayaan
kasih sayang.

"Semangat 14 februari itu perlu dilestarikan berhubung orang-orang yang bergerak dalam
peristiwa itu mengikuti perjuangan dari Sam Ratulangi," ujar
 
, akademisi dan
budayawan Sulawesi Utara lewat telepon Senin (14/1) kepada SUARAMANADŒ.
Perjuangan Sam Ratulangi didasarkan atas kesetiaan pada proklamasi yang berdasarkan
Pancasila, terang Bert. "Tetapi, sekarang ini, penerapan Pancasila sebagai ideologi negara
semakin tidak menentu. Sudah kacau. Jadi, kalau negara ini mau tetap setia, maka semua
ideologi agama itu harus dilarang. Kalau tidak, maka semangat 14 Februari itu tidak berlaku
lagi," tegasnya.

Saat ditanya apa yang dimaksud dengan ideologi agama Bert mencontohkan beberapa organisasi
di bawah agama dengan ideologi tertentu yang sudah berani membuat peraturan-peraturan yang
berdasarkan asas-asas tertentu.

"Jika demikian yang terjadi di tanah air ini, maka semangat Pancasila tidak berlaku lagi,"
tegasnya. Kontrak 17 Agustus harus tetap murni, tidak ada lagi pertentangan-pertengan tentang
ideologi yang sudah disusun sejak negara ini didirikan. Semangat merah putih adalah semangat
mempertahankan ideologi Pancasila, tambahnya lagi.

Supit mengaku miris melihat kondisi pemimpin dan para elit politik saat ini yang terkesan abu-
abu, dan dapat dikatakan tidak lagi setia dengan kontrak kemerdekaan yang oleh Supit
diindikasikan lebih membela kepentingan kekuasaan atau partai politik.

Peristiwa Merah Putih terjadi pada tanggal 14 Februari 1946 merupakan bukti komitmen orang
Manado terhadap negara Republik Indonesia yang pada saat itu dianggap pro Belanda. Kejadian
itu benar-benar merupakan ekspresi orang Manado yang µmenelanjangi¶ kolonial BelandaR

Ê   Ê
   
  

Œleh Ben Wowor

PADA 7 Februari 1946 seluruh rencana telah rampung sampai pada tindakan-tindakan darutat
serta pengamanan bilamana terjadi sesuatu kemacetan. Rencana ini telah pula diberitahukan
kepada BW Lapian dalam suatu rapat rahasia yang diadakan pada hari itu di rumahnya di
Singkil, Manado Utara. Juga turut dalam perundingan PM Tangkilisan, juga telah dihubungi No
Ticoalu dan dr Tumbelaka. Situasi Markas Besar KNIL di Tomohon senantiasa diberitahukan
oleh AS Rombot melalui FW Sumanti yang bertindak sebagai ordonans umum.

Pembagian tugas yang ditetapkan oleh Ch Taulu dan SD Wuisan sebagai berikut:
1. Kompi-VII dijadikan combat troop, dipimpin Mambo Runtukahu, Yus Kotambunan, Gerson
Andris, Mas Sitam, Lengkong Item dan Niko Anes. Mereka menguasai dan mengamankan
perwira-perwira Belanda KNIL dan NICA.
2. Yang pertama harus dikuasai bahan makanan, senjata, mesiu dan pakaian.
3. Kompi-148 dibawah pimpinan Wim Waney, dibantu Wim Tamburian, Wangko Sumanti,
Frans Lantu, Yan Sambuaga, Bert Sigarlaki, Samel Kumaunang, Œscar Rumambi, setelah dapat
dikuasai tempat-tempat suplai tersebut, harus menjalankan -aksi penangkapan terhadap anggota
tentara Belanda dan pejabat-pejabat NICA di rumah mereka.
4. SD Wuisan menguasai Kompi-143 dan akan mengawasi kamp tawanan Jepang di Girian-
Bitung; Sigar Mende dan Polet Malonda Kompi-144 di Manado dan Suparmin Kompi-142 di
Tomohon.
5. Pengamanan markas besar di Tomohon dan telekomunikasi ditugaskan kepada telegrafis-
markonis AS Rombot yang selanjutnya akan menguasai semua dinas radio.
No Tooy menguasai semua dinas telepon dan Maurits Rotinsulu dinas pengangkutan.
6. Kurir-kurir istimewa untuk menghubungi pemuda-pemuda di Manado, Tondano dan
pedalaman Minahasa adalah No Korompis, Gustaf Sumarauw, Jan Sambuaga dan Wim
Tamburian.

Penangkapan di Kalangan Militer


Pada 28 Januari 1946, Freddy Lumanauw dan Mantik Pakasi dipanggil Komandan Garnisun,
Kapten Blom, dan langsung dibawa ke penjara karena ada laporan bahwa mereka sedang
mengatur komplot untuk menggulingkan kekuasaan KNIL di tangan Belanda. Pada 31 Januari
Lumanauw dan Mantik dibawa di bawah pengawalan MP ke Tomohon dan langsung diperiksa
oleh Œditur Militer Mr Œ Schravendijck. Pada hari itu mereka dikembalikan ke penjara Manado
karena mereka tidak bersedia mengungkapkan sebab dan latarbelakang sehingga mereka mulai
berkomplot. Selama dalam tahanan ini mereka diberitahu oleh Frans Korah tentang
perkembangan rencana persiapan kup yang diatur oleh Taulu, Wuisan dan Sumanti.

Pada 6 Februari 1946 mereka kembali diperiksa di Tomohon, dimana kepada mereka dinyatakan
oleh Œditur Militer bahwa sudah diperoleh bukti yang jelas menunjukkan, bahwa mereka pada
1944 telah dikirim ke Sulut dengan tugas khusus dari Dr Ratulangi yang kini berada di Makassar
untuk melaksanakan revolusi kemerdekaan Indonesia. Lumanauw yakin bahwa mata-mata
Belanda telah mengikuti pembicaraan dalam perundingan-perundingan rahasia dari pasukan
Tubruk dan Schravendijck telah mengadakan pengecekan dengan atasannya di Jakarta. Proses
pengusutan ini akan membawa mereka ke sidang mahkamah militer, namun mereka tidak
bersedia menuturkan mission yang diberikan oleh Ratulangi pada waktu mereka diberangkatkan
dari Jakarta itu.

NICA menjadi gelisah karena setelah gerakan-gerakan pemuda berhasil ditekannya, malah tubuh
dan aparatnya sendiri, yakni KNIL, telah disusupi oleh musuh-musuh Republik yang
berpemerintahan pusat di Jogyakarta.

Kemudian pribadi-pribadi Taulu dan Wuisan semakin besar mendapat perhatian dan sorotan dari
pimpinan KNIL.

Œpsir-opsir Belanda telah beberapa kali mengadakan pertemuan antara mereka sendiri, yakni
Blom, Verwaayen, De Leeuw, Molenburgh, Brouwers dan lain-lain untuk menemukan jalan,
cara bagaimana mereka dapat menumpas gerakan-gerakan bawah tanah dalam tubuh KNIL,
supaya tidak menjalar ke seluruh jajaran KNIL. Mereka semakin bingung, karena setelah
penangkapan pemuda-pemuda pada 9 Januari lalu dan kemudian pada 28 Januari Lumanauw dan
Pakasi diamankan di penjara, sebenarnya sudah tidak ada lagi anasir-anasir Republik yang
mereka harus takuti.

Pada 9 Februari pimpinan KNIL mengambil tindakan pengamanan di kompleks tentara Teling
dengan menangkap anggota komplotan Wangko Sumanti, Frans Lantu, Yan Sambuaga dan Wim
Tamburian. Mereka ini dikunci dalam sel Tangsi Putih. Bukti kegiatan mereka, termasuk
menghubungi pemuda-pemuda ekstremis dan pejabat-pejabat tertentu yang dicurigai, sudah
cukup jelas bagi NICA setelah dicek dengan laporan-laporan yang masuk.

Taulu dan Wuisan Masuk Sel


Namun, keadaan menjadi makin tegang. Pada 13 Februari, jam 9 pagi, Furir Taulu dipanggil
komandan Kapten Blom dan setelah senjatanya dilucuti oleh sersan-mayor Brouwers, maka ia
dimasukkan dalam sel tahanan.

Tidak berapa lama Sersan Bisman dipanggil oleh Kapten Blom, tetapi ia tidak ditahan, mungkin
karena ia memiliki tanda jasa dari Tentara Sekutu. Bisman dalam Perang Dunia ke-2 mendapat
latihan intelejen di Australia dan sering turut dalam kapal selam Sekutu untuk dilepaskan di
perairan daerah musuh untuk mencari tahu kekuatan tentara Jepang, seperti yang dilakukannya di
Tarakan dan di Manado pada 1944.

Selanjutnya Komandan Kompi VII, Carlier, dipanggil oleh Komandan Korps, Kapten Blom,
yang menanyakan kepadanya bagaimana dengan keadaan Kompi VII. Dijawab oleh Letnan
Carlier bahwa Kompi VII dapat mengamankan seluruh Sulut, karena prajurit-prajuritnya banyak
berpengalaman dalam perang yang baru lampau, lagipula kompi ini adalah pemberani, namun
patuh dan setia pada atasannya.

Mambi Runtukahu Memelopori Aksi


Yang memelopori aksi adalah Peleton I: Mambi Runtukahu, Wkl Kmd Regu I, Gerson Andris,
Wkl Kmd Regu II, Mas Sitam, Wkl Kmd Regu III, Yus Kotambunan, Kmd Verkenner,
Lengkong Item, Angg regu IV dan Wehantouw Verkenner.

Kota Manado Dikuasai


Di penjara Manado para tahanan nasionalis pada tengah malam itu dengan hati berdebar-debar
menunggu saat dimulaikan aksi di Teling. Karena mereka juga telah diberitahu tentang saat dan
awal aksi ini sebelumnya melalui titipan surat yang disembunyikan dalam makanan. Mereka
amat cemas dan hampir saja putus asa ketika mendengar bahwa unsur-unsur pimpinan
pemberontakan sudah tertangkap.

Ketegangan memuncak ketika pintu besi dari penjara berbunyi gemerincing: Apakah aksi telah
gagal dan Belanda akan memperkeras tindakan-tindakan penekanan? Demikianlah Lumanauw
dan Pakasi bertanya-tanya. Melalui trali-trali sel tampaklah pada mereka bukanlah Polisi Militer
(PM) yang muncul melainkan kawan-kawan Frans Lantu dan Yus Kotambunan. Mereka
memasuki halaman penjara dengan menyandang beberapa perlengkapan senjata serta didampingi
oleh sipir yang membawa kunci-kunci. Semuanya lalu bersorak-sorak gembira. Lumanauw dan
Pakasi diberikan masing-masing senapan dan pistol, karena mereka harus melanjutkan tugas
untuk menyelesaikan aksi kup itu yang tengah berjalan dan masih berbentuk tanda tanya.

Kaum nasionalis yang selama ini meringkuk dalam tahanan semuanya dibebaskan. Tampak di
antara mereka tokoh-tokoh perintis nasional seperti G Dauhan, A Manoppo, ŒH Pantouw, Max
Tumbel, Dr Sabu, FH Kumontoy, CP Harmanses, HC Mantiri, NP Somba dan juga pemimpin-
pemimpin pemuda BPNI, John Rahasia dan Mat Canon.
Komandan Garnisun Manado, Kapten Blom, yang berdiam di Sario dibangunkan oleh ajudannya
dengan kata-kata: µ¶Kapten diminta datang segera ke Teling karena keadaan agak berbahaya.
Letnan Verwaayen mendesak agar segera datang!¶¶ Juga ditegaskan oleh ajudannya, bahwa para
pengawal sudah siap menunggu di luar dengan sebuah jeep, bahwa perjalanan aman dan
penjagaan cukup kuat.

Pada subuh hari semua tentara Belanda dimasukkan dalam tahanan di Teling dan selebihnya
dibawa ke penjara untuk menggantikan para tahanan nasionalis yang telah dibebaskan.

Sang Saka Merah Putih Berkibar


Pada jam 03.00 di markas tentara di bukit Teling, sewaktu aksi penangkapan sedang berjalan,
maka Wangko Sumanti yang memberikan perintah, mengambil bendera Belanda (merah-putih-
biru) yang disimpan di rumah jaga, merobek helai birunya dan menyerahkan bagian dwi-warna
kepada Mambi Runtukahu yang sudah siap sebagai inspektur upacara menunggu dekat tiang
bendera. Secara hikmat bendera Merah Putih digerek oleh Kotambunan dan Sitam untuk
kemudian berkibar pada saat fajar menyingsing di bumi Sulut.

Ternyata pasukan-pasukan KNIL yang ada di Tomohon dan Girian masih dikuasai oleh perwira-
perwira Belanda dan perlu mendapat penyelesaian dari Manado. Perintah dan persiapan
dilakukan oleh Wangko Sumanti untuk meneruskan aksi kup ini di Tomohon dan Girian.

Tomohon Diserbu: Korban di Kedua Belah Pihak


Segera Frans Bisman dan Freddy Lumanauw ditugaskan dengan dua peleton siap tempur untuk
menuju Tomohon. Pada jam 04.30 14 Februari mereka berangkat dengan empat kendaraan, yaitu
2 jeep dan 2 truck/power. Jeep depan berbendera Merah-Putih dikendarai oleh Frans Bisman
dengan beberapa pengawal penembak bren, menyusul jeep kedua dengan perlengkapan dan
pengawalan yang sama; yang ditempati oleh Freddy Lumanauw.

Di luar Kota Manado konvoi ini sedikit mengalami hambatan karena jeep terdepan terjerumus
dalam selokan, sehingga agak memakan waktu untuk menariknya, namun tak ada kerusakan apa-
apa.

Gelaerts, demikian nama sersan Belanda itu, berada di Manado waktu terjadi kup tengah malam
dan ia langsung mengendarai motornya ke Tomohon untuk memberitahukan kejadian ini kepada
Komandan De Vries setelah hubungan telepon terputus.

Sewaktu mau kembali ke Manado pagi itu dan berada di pompa bensin untuk mengisi minyak ia
berpapasan dengan pasukan penyerbu dari Bisman.

Ultimatum Kepada Komandan KNIL


Komandan Polisi Samsuri yang menjadi penghubung antara Pasukan Bisman dan Komandan
KNIL De Vries, membawa ultimatum dari Bisman agar De Vries dengan seluruh pasukan-
pasukannya di Tomohon ialah Kompi-142 dan satu kompi stafnya menyerahkan diri. Dengan
dua tangannya diangkat ke atas, Samsuri menempuh jarak duaratus meter lebih menuju ke
Markas De Vries, di mana komandan ini sudah siap dengan stellingnya.
Samsuri menjelaskan kepada De Vries bahwa pasukan dari Manado telah tiba di persimpangan
jalan di depan kantor polisi Tomohon dan meminta Œverste De Vries bersama pasukannya di
Tomohon menyerahkan diri.

Samsuri kembali untuk menyampaikan jawaban ini dan untuk kedua kalinya Bisman
memerintahkan Samsuri untuk memberitahukan De Vries bahwa pasukan dari Manado akan
segera mengadakan serangan.

Mendengar akan ultimatum terakhir ini maka De Vries memutuskan dan menyampaikan kepada
Samsuri bahwa ia akan menyerahkan diri bersama pasukan-pasukan di Tomohon, termasuk para
penguasa sipil NICA kepada pasukan Bisman.

Kup Berhasil dan Penguasa-penguasa Belanda Tertawan


Upacara penyerahan berlangsung dengan pelbagai campuran perasaan bagi kedua pihak masing-
masing. Komandan KNIL itu terharu dan bercucuran air mata ketika bendera merah-putih-biru
disobek helai birunya dan dwi-warna Merah-Putih dinaikkan pada tiangnya. Atas permintaan
Bisman maka De Vries menuju ke kendaraan yang tersedia dan bersama-sama mereka menuju ke
kantor polisi untuk meneruskan perjalanan ke Manado.

Residen Coomans de Ruyter, Komandan NICA, diambil dari tempat kediamannya di rumah sakit
RK Gunung Maria, begitu anggota-anggota Staf NICA lainnya yang berada di Kaaten-Tomohon
dikumpulkan di kantor polisi dan dengan sebuah truk mereka langsung dibawa ke tempat
penampungan di Manado.

Suatu pasukan kecil di bawah pimpinan Freddy Lumanauw masih harus meneruskan tugas
operasi ke pedalaman Minahasa. Pengemudinya Œscar Pandeiroth menggantikan Alo Porayouw
yang telah gugur sebagai seorang pahlawan kemerdekaan dan menjadi pahlawan 14 Februari
1946 yang pertama.

Suatu peristiwa yang menegangkan yang diceritakan Freddy Lumanauw kemudian, ialah ketika
dalam persiapan untuk menyerbu markas De Vries, kedapatan olehnya bahwa peluru-peluru yang
dibawa pasukan tidak cocok dengan senjata Lee nfield, karena buatan Jepang. Wangko Sumanti
di Teling Manado segera dihubungi melalui telepon dan ternyata memang ada kekeliruan dan
diakui Sumanti sebagai keteledoran akibat kesibukan pada waktu pasukan disiapkan di malam
buta untuk dikirim ke Tomohon. Seandainya ada terjadi penyerbuan dan pertempuran maka
senapan-senapan yang dibawa akan tidak berdaya dan tidak ada gunanya.

Pengamanan di kota-kota kecamatan di Minahasa disertai dengan penurunan bendera Belanda


dan diganti dengan penaikan bendera Merah-Putih, berlangsung di instansi-instansi pemerintah
dan polisi setempat di bawah pimpinan Freddy Lumanauw. Berturut-turut di Tondano,
Remboken, Kakas, Langowan dan Kawangkoan, selesai upacara bendera dilakukan penertiban
seperlunya di kalangan pamong-praja dengan mendapat bantuan penuh dari pasukan-pasukan
pemuda.

Penyelesaian di Kamp Tawanan Jepang


Pada subuh 14 Februari 1945, juga suatu pasukan dari Manado di bawah pimpinan Maurits
Rotinsulu yang ditugaskan ke Girian untuk menguasai kamp tawanan Jepang, berhasil
menangkap anggota-anggota tentara Belanda di asrama Girian dengan bantuan Samel
Kumaunang dan Hans Lengkoan, namun komandan kampemen tawanan yang bermarkas di
Wangurer, Letnan Van mden, bertahan dan tetap menguasai seluruh kamp tawanan itu. Perwira
ini tidak mengakui penyerahan pimpinan KNIL kepada pihak pemberontak, sedangkan ia adalah
komandan dari Sekutu. Malah ia sempat menahan seorang anggota pasukan Rotinsulu yang
bernama Makalew.

Setelah kegagalan ini dilaporkan kepada Taulu, maka Taulu bersama Sumanti pergi ke Sario
untuk meminta perintah tertulis dari Kapten Blom buat Van mden, agar ia segera menyerahkan
diri kepada pasukan Sumanti yang akan dikirim ke Girian.

Bert Sigarlaki yang adalah ordonans tetap untuk Van mden diterima untuk masuk ke dalam
kampemen dan menemui Van mden. Setelah surat dari Blom dibacanya, maka surat itu
diludahinya dengan melemparkan kata-kata kotor kepada alamat Blom seraya menyentak bahwa
semua mereka sebangsa di Manado adalah pengecut dan bukan militer.

Kumaunang dan Lengkoan yang menguasai asrama tentara di Girian memikirkan suatu siasat
lain untuk menangkap Van mden, yaitu menunggu saatnya mereka berdua memegang pos di
kamp tawanan di lokasi Wangurer.

Begitulah pada 17 Februari 1946 pada jam 06.00 pagi kedua pejuang ini masuk dalam kelompok
jaga, seluruhnya terdiri dari 8 orang. Mereka ini sepakat untuk menunjuk Samel Kumaunang
yang akan menangkap Van mden, mengingat tubuhnya yang besar dan kekar akan dapat
menguasai perwira Belanda itu, bila terpaksa harus adu kekuatan.

Tidak lama kemudian muncul komandan itu dengan jeepnya, lengkap dengan senjata dua pistos
pada masing-masing pinggangnya dan satu stegun yang disandang. Waktu ia turun dari
kendaraannya menuju ke pos, Kumauang berseru: 'µKomandan, Green bizonderheden!¶¶ (tidak
kurang apa-apa dalam penjagaan), namun disambungnya lagi: µ¶Letnan, kenapa kami tidak dapat
jatah rokok dari Manado, apakah saya boleh merokok?¶¶ µ¶Œh, tentu saja¶¶, jawab Van mden,
dan tangannya sibuk memeriksa dan mengeluarkan sebungkus rokok dari sakunya. Ketika ia
menyampaikan sebatang rokok sambil menyiapkan apinya kepada Kumaunang, maka secepat
kilat tangan letnan yang diulurkan itu ditarik dengan sekuat-kuatnya, badannya condong jatuh ke
depan dan setelah tangannya itu diputar, stegun jatuh ke tanah dan kedua pistolnya dapat dilucut
oleh Kumaunang. Pada saat itu kawan-kawan lain menyergap perwira itu, mengikat kedua
tangan kakinya dan menyeretnya ke dalam jeep. Ia dibiarkan dalam keadaan terikat dan di bawah
pengawasan, sampai seluruh kampemen tawanan dan penjagaan telah ditertibkan dan dapat
berjalan normal kembali, kini di bawah kekuasaan Tentara Nasional Indonesia.

Para anggota tentara Belanda lainnya sudah lebih dahulu diangkut secara terpisah dari komandan
kampemen dengan adanya berita: µ¶Perintah dari korps komandan supaya para perwira dan
perwira bawahan harus segera berkumpul di Manado tanpa membawa senjata¶¶.

Kemudian rombongan yang dipimpin oleh Kumaunang mengantar Van mden ke Manado,
disusuli rombongan dari Sumanti yang ditugaskan oleh Taulu dengan maksud yang sama.

Di sepanjang jalan rakyat menyambut kemenangan ini dengan sorak-sorakan µ¶Hidup Merah
Putih¶¶. Dalam kup selama beberapa hari ini semua warga Belanda dari KNIL maupun dari
NICA berhasil ditawan. Seorang pengusaha perkebunan Belanda, Van Loon, yang coba
melarikan diri dengan perahu kecil ke Ternate, terpaksa harus kembali di pantai Likupang dan ia
langsung menyerahkan diri.



 Ê 

› ›Ê 
      
 
     
  
 
    
 
       

         
     
  

       
 
 
   
   
       
 Ê 
   
       
       
 
 
   
       
     
   

 !"#$
%%& 
             
  
    
  

         



      
 
  
   
     
%   
     
  
'(   
'      

         
     
  
        
       
 )
   *
   '  
         
  

#            


+      !* +&
    !
&
   !) &
    

#       *  


!   &     

         


   
   ,  
        
         
    
    
        
,
     
  -- 
   
 
 

#  )        


      . 
 Ê)  !    &
      
     ,  
   Ê     +
      !      
 &

âââ

%!  &    


   , "
  , #
          # 
     Ê
, 
   
  $
  ! 
/0&#  /0 
         
 !+ "
&

#      


"       
   12 
       " 3412,
   + 
  5
     " !+ &

)   


     

    ,      
+     '

    ,  ,
  
       

#      


     

   
,  --   

     
    6   
         

   Ê 6  !37+ 3414&


Ê  !89#   3497&Ê   !85
+ 3495&Ê !89)  3417&
Ê     
      
  )      
 

âââ

,
     !
 & --        
 #      -:8 
- Ê     
          
    ;   
  ;     
 383     
  88--

* 38  


   
 !-99999#599&* -32 
 
         
  
  !499+
37&*  37--  
 
   34123412Ê     
       
      
  Ê      
 
        
   

,    
  
 
     
   
     ,   
        
  
     
 
   
   
         
  

#          


   
     
     
      
      /0
 
         
    
       
  
    
   
 
Ô                             

          Ô R           Ô  
              R
   Ô       Ô                   
Ô          R         Ô       
         ÔR                 
      
    Ô         R           RÔRR Ô 
         ! "   "    #   $   $    "    
                         % 
&    !           '          R    
 $  ' $               $
(Ô    #RR                  (R
)      $                        
              '         R     $ 
          *      Ô   "             
                              
  R                      *   ++     
  '             RR#R,R#R Ô        
          #      R %         
               -   ++         
            Ô$  ! R          R .R  
   $   R/  Ô                  R
                    Ô$  !     R
                            
  Ô$  !            (        Ô$ 
!
R    Ô         Ô                 
Ô          R      Ô       Ô    
          '          R     Ô
        R %                    
               Ô       R
!                       R   
 '                                   
   R              
 Ô       
           Ô  R            
Ô  $             R     $     
            Ô           !  R
   $                        
   Ô       Ô  $     #    RÔRRR#R  
   Ô   R
/             $   Ô        
 %         %   !        $ R /       
              $         ' R
                  !   /  R
-  Ô         Ô              R
  !                  ! R
      $    Ô      #  !  $   
0  !    ,   # R
        Ô                 Ô
      '               
    Ô  R % 
+            '   Ô       
 ' R   ,           -  +       
   R
        +  
 Ô             Ô       
    
   '                 ' R      
              ,      "            
 '  R                    
!  
    
- ,  
 "   ! 
 "   )
+ ! 
   
* %  
 ! 
!                         $ 
 R Ô                        
          ,           ' R         
     Ô  ! ,    R R

!                   
  ! 
   "
-  ,
   # 
    Ô       Ô                
  R
                  Ô  Ô      Ô 
      R    RÔRRR#RR Ô       RÔRR Ô R
%  '                 ! "   "    #  $  
$    ' R #               %     
   #
R Ô    $  #  '             Ô  
            R !            
  !   #                     R       
         Ô   #  Ô      Ô      #   
   &  R "               Ô       
                    R !          
$                 R
%                        
            ÔR                  
                        
  R                         
    '    %     #  '        '  R
%                %  &    !      
    '         R         $
(Ô    #                  
R
)    $                          
      '      )     ) R          
                             
        R                       
 R              Ô  "              
 $                            
 R      )   *                R  
                             
    $   Ô        R

ð   


   

%                  Ô   
      R            Ô  R
        Ô       %R

!           '        


 $  R     0   ,   #      
                 '  R 0  
,   #            R

Anda mungkin juga menyukai