Anda di halaman 1dari 2

Cara Pinter Jadi Trainer

Dua dekade belakangan ini industri training dan konsultasi berkembang secara pesat.
Kebutuhan akan training di perusahaan-perusahaan sangat tinggi, sejalan dengan
semakin tingginya tuntutan akan kinerja karyawannya untuk mengimbangi persaingan
pasar. Namun seringkali tingginya tuntutan training ini tidak bisa dipenuhi oleh
perusahaan sendiri karena beberapa hal. Salah satunya adalah kapasitas trainer
perusahaan yang tidak mencukupi. Oleh karena itu, untuk menutup kekurangan ini
perusahaan memanfaatkan trainer dari luar yang disediakan oleh perusahaan training
dan konsultasi. Persoalannya lagi, tidak selalu training yang diberikan oleh
perusahaan training sesuai dengan harapan perusahaan. Terhadap training yang
diselenggarakan, keluhan yang sering dikemukakan lebih banyak soal cara
penyampaian dan bukan mengenai materinya. Artinya, kompetensi, gaya, cara dan
sikap trainer dalam memberikan training dinilai tidak bagus. Kekurangpahaman
trainer mengenai seluk beluk training adalah penyebab seorang trainer tampak tidak
kompeten. Penguasaan bukan hanya mencakup materi, tetapi juga mencakup proses
belajar, jenis peserta, metode training, perilaku di depan peserta dan berbagai interaksi
dengan peserta. Buku ini disusun untuk memberi bekal kepada para trainer agar
proses training berjalan lebih efektif. Gagasan, pendapat dan pengalaman disusun
sedemikian rupa sehingga membentuk urutan yang se-sistematis mungkin sesuai
dengan kaidah pembelajaran. Pada bab pertama, buku ini membahas mengenai
training baik itu menyangkut definisi, perannya dalam bisnis dan perusahaan, maupun
pandangan-pandangan bias mengenainya. Kemudian untuk lebih memahami training,
pada bab kedua akan dibahas secara lebih mendalam mengenai proses pembelajaran.
Peserta training, yaitu orang dewasa, mempunyai cara belajar yang berbeda dengan
cara belajar anak-anak. Untuk itu mereka harus dimengerti dan dipahami serta
diperlakukan berbeda dengan anak kecil. Bab ketiga membahas secara detil (dan tentu
saja prkatis) mengenai cara belajar, harapan dan perlakuan yang dianjurkan terhadap
orang dewasa agar proses training berjalan efektif, dinamis, interaktif dan mencapai
tujuan. Pencapaian tujuan training juga sangat tergantung dari pemberi materinya,
yakni trainernya. Sikap, perilaku dan kemampuan seorang trainer mempunyai peran
yang sangat besar dalam kelancaran proses training. Proses yang baik akan membuat
tujuan training akan lebih mudah dicapai. Dalam bab keempat inilah akan dibahas
seluk beluk mengenai apa yang sebaiknya dihindari oleh seorang trainer dan saran-
saran agar seorang trainer bisa mendapatkan kharisma di depan peserta training. Tidak
cukup mengandalkan perilaku, seorang trainer juga memerlukan alat bantu dalam
training. Bab kelima akan membahas secara detil alat-alat bantu yang biasa dipakai
oleh seorang trainer untuk membuat proses training menjadi lebih mudah dan efektif.
Pemilihan alat bantu tidak bisa sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan metode
training yang dipilih. Ada banyak metode training, yang masing-masing mempunyai
peruntukannya sendiri. Arti, fungsi utama, kekuatan dan kelemahan setiap metode
akan dibahas dalam bab yang keenam. Setelah seorang trainer mengetahui dan
memahami proses belajar, peserta, sikap, alat bantu dan metode, ia harus
mempraktekkannya. Bab ketujuh akan membahas cara melakukan fasilitasi, yaitu cara
mengajak peserta training untuk terlibat secara aktif, berpartisipasi secara dinamis.
Buku ini tidak bermaksud menggurui, karena semua adalah guru. Buku ini bukan
diperuntukkan bagi murid, karena tidak ada murid. Buku ini bukan merupakan aturan
yang harus dilakukan, tetapi merupakan saran yang berasal dari pengalaman. Buku ini
berisi saran-saran praktis, yang semua trainer atau calon trainer bisa menerapkannya.
Sumber: http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/829726-cara-
pinter-jadi-trainer/#ixzz1LdFha200

Anda mungkin juga menyukai