I. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran,
kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Masyarakat
diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan
dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya
sendiri serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Harapan tersebut dapat terwujud apabila masyarakat diberdayakan
sepenuhnya dengan sumber daya dimilikinya untuk dapat menerapkan
PHBS dalam kehidupannya sehari-hari, baik di rumah, di sekolah, di
tempat kerja.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang harus dilakukan oleh
setiap individu/keluarga/kelompok sangat banyak, dimulai dari bangun
tidur sampai dengan tidur kembali. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/keluarga/kelompok
dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Penerapan PHBS di
lingkungan tempat kerja merupakan salah satu upaya strategis untuk
menggerakkan dan memberdayakan para karyawan/pegawai untuk hidup
bersih dan sehat.
Pembinaan PHBS di tempat kerja bertujuan untuk mengembangkan
dan mendorong setiap karyawan/pegawai untuk menerapkan PHBS di
tempat kerja termasuk mengupayakan lingkungan tempat kerja yang sehat,
sehingga karyawan/pegawai dapat bekerja dengan tubuh sehat. Bekerja
dengan tubuh yang sehat merupakan hal yang diinginkan dan menjadi hak
azasi setiap karyawan/pegawai. Karena itu menjadi kewajiban semua
pihak untuk ikut memelihara, menjaga dan mempertahankan kesehatan
setiap karyawan/pegwai agar tetap sehat dan produktif dengan
melaksanakan pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja. Lingkungan
tempat kerja yang sehat akan membuat para karyawan/pegawai merasa
nyaman sehingga dapat lebih produktif. Oleh karena itu kegiatan PHBS di
tempat kerja pelaksanaannya dimulai dari unit terkecil yang ada di
lingkungan tempat kerja.
Pembinaan PHBS di tempat kerja dilaksanakan atas dasar Kepmenkes
Nomor: 1114/Menkes/SK/X/2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah serta Kepmenkes Nomor : 1405/Menkes/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan
Industri.
1
II. TUJUAN DAN MANFAAT PHBS LINGKUNGAN TEMPAT KERJA
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberdayakan karyawan/pegawai dan masyarakat
lingkungantempat kerja agar tahu, mau dan mampu menolong
diri sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan
berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan tempat kerja
yang sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di
lingkungan tempat kerja
b. Meningkatkan produktivitas kerja
c. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat
d. Menurunkan angka absensi tenaga kerja
e. Menurunkan angka penyakit akibat kerja/lingkungan
kerja
f. Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan
kerja dan masyarakat.
B. MANFAAT
2
b. Anggaran untuk pengobatan penyakit/masalah
kesehatan para karyawan/pegawai bisa dialihkan untuk
peningkatan karyawan/pegawai
c. Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain
dalam pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja
3
baik, hubungan keluarga yang tidak harmonis, merokok, menggunakan
obat obatan, minum alkohol, gizi tidak seimbang serta kesulitan keuangan.
4
Di perkantoran sekalipun setiap karyawan/pekerja tetap mempunyai
resiko sehubungan dengan pekerjaannya.
a. Konstruksi Gedung :
Disain arsitektur (aspek K3 diperhatikan mulai dari tahap
perencanaan).
Seleksi material, misalnya tidak menggunakan bahan yang
membahayakan seperti asbes, dll.
Seleksi dekorasi disesuaikan dengan asas tujuannya misalnya
penggunaan warna yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Tanda khusus dengan pewarnaan kontras/kode khusus untuk
objek penting seperti perlengkapan alat pemadam kebakaran,
tangga, pintu darurat dll. (peta petunjuk pada setiap
ruangan/unit kerja/tempat yang strategis misalnya dekat lift dll,
lampu darurat menuju exit door).
b. Kualitas Udara :
Kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang
termometer ruangan.
Kontrol terhadap polusi.
Pemasangan “Exhaust Fan” (perlindungan terhadap
kelembaban udara).
Pemasangan stiker, poster “dilarang merokok”.
Sistim ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang (lokasi
udara masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan
pemeliharaan secara berkala filter AC) minimal setahun sekali,
kontrol mikrobiologi serta distribusi udara untuk pencegahan
penyakit “Legionairre Diseases “.
Kontrol terhadap linkungan (kontrol di dalam/diluar kantor).
Misalnya untuk indoor: penumpukan barang-barang bekas
yang menimbulkan debu, bau dll, serta pada outdoor dengan
cara: disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi
syarat kesehatan dan keselamatan, dll.
Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika
AC mati.
Pemasangan fan di dalam lift.
c. Kualitas Pencahayaan :
Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis
pekerjaan untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang
sehat dan aman. (secara berkala diukur dengan Luxs Meter)
Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna,
dekorasi dll.
5
Menegembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja
dengan kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya
kelelahan mata).
Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam
ruang.
Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan
memperhatikan warna yang digunakan.
Penggunaan lampu emergensi (emergency lamp) di setiap
tangga.
6
Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik termasuk kabel
yang sesuai dengan syarat kesehatan dan keselamatan kerja.
Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa
pelindung.
Toilet/Kamar mandi
• Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair.
• Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet
duduk, larangan berupa gambar dll.
• Penyediaan bak sampah yang tertutup.
• Lantai kamar mandi diusahakan tidak licin.
Kantin
• Memperhatikan personal hygiene bagi pramusaji
(penggunaan tutup kepala, celemek, sarung tangan dll).
• Penyediaan air mengalir dan sabun cair.
• Lantai tetap terpelihara.
7
• Penyediaan makanan yang sehat dan bergizi seimbang.
Pengolahannya tidak menggunakan minyak goreng secara
berulang.
• Penyediaan bak sampah yang tertutup.
• Secara umum di setiap unit kerja dibuat poster yang
berhubungan dengan pemeliharaan kebersihan lingkungan
kerja.
Olahraga ringan atau bentuk – bentuk kegiatan lain sebagai usaha yang
menunjang tetap terjaganya kesehatan para karyawan dapat kita temui
pada Promosi Kesehatan di tempat kerja. Promosi kesehatan dilakukan
melalui program kampanye hidup sehat dan diberlakukan kepada
seluruh karyawan.
8
Promosi kesehatan di tempat kerja memberikan keuntungan lebih dari
sekadar manfaat ekonomi. Bukan hanya produktivitas karyawan yang
berhasil ditingkatkan, melainkan juga risiko morbiditas (angka
kesakitan) karyawan yang mengalami obesitas pun ditekan.
Dalam skala yang lebih luas, program ini juga merupakan komitmen
perusahaan untuk kesehatan karyawan dan pada saat bersamaan
meningkatkan reputasi perusahaan. Promosi kesehatan dapat dilakukan
dengan menerapkan olahraga, diet dan pola makan sehat, perubahan
perilaku dan pengobatan.
1. Program diawali dengan seleksi karyawan berdasarkan Indeks
Massa Tubuh (IMT), kadar gula darah, dan kolesterol. Kemudian
para karyawan diberikan edukasi tentang masalah kelebihan berat
badan dan obesitas serta bahayanya. Sekaligus diberikan motivasi
sehingga karyawan merasa bahwa program ini dirancang khusus
untuk mereka.Perusahaan dapat menyediakan ruang olahraga bagi
karyawannya.
9
3. Perusahaan bisa menerapkan sistem reward and
punishment sebagai alat evaluatif bagi para karyawan dalam
menilai program promosi kesehatan. Misalnya, setelah
empat minggu melakukan program diet dan olahraga bersama,
dilihat siapa saja yang berat badannya turun dari berat semula.
Mereka yang masuk dalam kategori ini dapat disertakan dalam
program lanjutan, seperti konsumsi obat pengurai lemak
atau mendapat kenaikan pangkat. Keberhasilan karyawan dalam
program berarti secara tidak langsung ia turut meningkatkan
produktivitas perusahaan.
10
bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke
dalam tubuh!
3. Gas Karbon Monoksida (CO)
Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan
dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya,
hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk
pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada
oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi” hemoglobin.
Jadilah, hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO
dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam
darah perokok mencapai 4 – 15 persen.
4. Tar
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen
padat asap rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar
masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan
menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada
permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini
bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam
rokok berkisar 24 – 45 mg.
11
menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan
faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang
tinggi, terhadap tercetusnya PJK.
Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung koroner
berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah rokok
dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran
(aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak
pembuluh darah perifer.
4. Penyakit Stroke
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke
banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian
lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
6. SISTEM REPRODUKSI
Bagi perokok paling berat, resiko menopause dini hampir dua kali
lipat. Hampir 10% perempuan memasuki menopause sebelum usia 45
tahun.
a. Impotensi
b. Wajah keriput
c. Gigi berbercak dan nafas bau.
d. Tulang rapuh
e. Depresi
f. Panutan yang buruk bagi anak.
g. Kebakaran
h. Sirkulasi darah yang buruk
i. Terkesan bodoh
12
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan :
a. Pasal 115 ayat (1) dan (2) yaitu :
(1) Kawasan tanpa rokok antara lain :
Fasilitas pelayanan kesehatan
Tempat proses belajar mengajar
Tempat anak bermain
Tempat ibadah
Angkutan umum
Tempat kerja
Tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan
(2) Pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di
wilayahnya.
b. Pasal 199 (2) UU RI No. 36 tahun 2009
“Setiap orang yang dengan sengaja melanggar kawasan tanpa
rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115dipidana denda
paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)
c. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan
Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan.
Pasal 23 (1) yaitu : Tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja
dan tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses belajar
mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum
dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok.
Ketentuan sanksi : Merokok di tempat umum, sarana kesehatan,
tempat kerja dan tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses
belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan
umum , pembebanan biaya paksaan penegakan hukum sebesar Rp.
5.000.000 (lima juta rupiah) dan/atau sanksi administrasi
penahanan untuk sementara waktu Kartu Tanda Penduduk atau
Kartu Identitas
13
Lampiran. Contoh poster mengenai Larangan Merokok
14
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
(PHBS)
DI TEMPAT KERJA PERKANTORAN
Di susun oleh :
1. Haeruddin
2. Desi Ruliana
3. Sudrajat