Anda di halaman 1dari 15

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

DI TEMPAT KERJA PERKANTORAN

I. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran,
kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Masyarakat
diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan
dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya
sendiri serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Harapan tersebut dapat terwujud apabila masyarakat diberdayakan
sepenuhnya dengan sumber daya dimilikinya untuk dapat menerapkan
PHBS dalam kehidupannya sehari-hari, baik di rumah, di sekolah, di
tempat kerja.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang harus dilakukan oleh
setiap individu/keluarga/kelompok sangat banyak, dimulai dari bangun
tidur sampai dengan tidur kembali. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/keluarga/kelompok
dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. Penerapan PHBS di
lingkungan tempat kerja merupakan salah satu upaya strategis untuk
menggerakkan dan memberdayakan para karyawan/pegawai untuk hidup
bersih dan sehat.
Pembinaan PHBS di tempat kerja bertujuan untuk mengembangkan
dan mendorong setiap karyawan/pegawai untuk menerapkan PHBS di
tempat kerja termasuk mengupayakan lingkungan tempat kerja yang sehat,
sehingga karyawan/pegawai dapat bekerja dengan tubuh sehat. Bekerja
dengan tubuh yang sehat merupakan hal yang diinginkan dan menjadi hak
azasi setiap karyawan/pegawai. Karena itu menjadi kewajiban semua
pihak untuk ikut memelihara, menjaga dan mempertahankan kesehatan
setiap karyawan/pegwai agar tetap sehat dan produktif dengan
melaksanakan pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja. Lingkungan
tempat kerja yang sehat akan membuat para karyawan/pegawai merasa
nyaman sehingga dapat lebih produktif. Oleh karena itu kegiatan PHBS di
tempat kerja pelaksanaannya dimulai dari unit terkecil yang ada di
lingkungan tempat kerja.
Pembinaan PHBS di tempat kerja dilaksanakan atas dasar Kepmenkes
Nomor: 1114/Menkes/SK/X/2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah serta Kepmenkes Nomor : 1405/Menkes/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan
Industri.

1
II. TUJUAN DAN MANFAAT PHBS LINGKUNGAN TEMPAT KERJA

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberdayakan karyawan/pegawai dan masyarakat
lingkungantempat kerja agar tahu, mau dan mampu menolong
diri sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan
berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan tempat kerja
yang sehat.

2. Tujuan Khusus
a. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di
lingkungan tempat kerja
b. Meningkatkan produktivitas kerja
c. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat
d. Menurunkan angka absensi tenaga kerja
e. Menurunkan angka penyakit akibat kerja/lingkungan
kerja
f. Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan
kerja dan masyarakat.

B. MANFAAT

1. Manfaat bagi karyawan/Pegawai


a. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit
b. Meningkat produktivitasnya yang berdampak pada
peningkatan penghasilan dan ekonomi keluarga
c. Pengeluaran rumah tangga lebih ditujukan untuk
peningkatan taraf hidup bukan untuk biaya pengobatan
d. Meningkatnya produktivitas kerja karyawan/pegwai
yang berdampak positif terhadap pencapaian target dan tujuan
e. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan

2. Manfaat bagi tempat kerja


a. Terwujudnya tempat kerja dan lingkungan kerja yang
bersih dan rapi
b. Terhindarnya tempat kerja dan lingkungan kerja dari
sumber penyakit
c. Meningkatnya pencapaian target dan tujuan organisasi
d. Meningkatnya citra tempat kerja yang positif

3. Manfaat bagi masyarakat


a. Mempunyai lingkungan yang sehat walaupun berada di
sekitar tempat kerja
b. Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang
diterapkan oleh tempat kerja

4. Manfaat bagi Pemerintah Provinsi/kabupaten/Kota


a. Tempat kerja yang sehat menunjukkan kinerja dan citra
pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang baik

2
b. Anggaran untuk pengobatan penyakit/masalah
kesehatan para karyawan/pegawai bisa dialihkan untuk
peningkatan karyawan/pegawai
c. Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain
dalam pembinaan PHBS di lingkungan tempat kerja

5. Manfaat bagi Instansi terkait


a. Adanya bimbingan teknis pelaksanaan di lingkungan
tempat kerja
b. Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi
PHBS di lingkungan tempat kerja

III. PENERAPAN PHBS DI TEMPAT KERJA

PHBS di Tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para


pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih
dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan Tempat Kerja Sehat.
Dua Konsep yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan pekerja
dan lingkungan adalah pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

Secara mendasar Promosi Kesehatan di Tempat Kerja adalah melindungi


individu (pekerja), lingkungan di dalam dan di luar tempat kerja agar tetap
sehat. Gaya kerja yang memperhatikan kesehatan dan mempergunakan
pelayanan kesehatan yang ada dapat mendukung terlaksananya promosi
kesehatan di tempat kerja.

Keuntungan Promosi Kesehatan di Tempat kerja Secara Umum :


Promosi Kesehatan di Tempat kerja mendorong terbentuknya tempat
kerja dan tenaga kerja yang sehat yang sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi dan sosial
Para pekerja yang sehat merupakan aset nasional. Perusahaan yang sehat
mendukung pekerja yang sehat, yang merupakan dasar untuk
kesejahteraan sosial dan ekonomi dari masyarakat. Perusahaan yang tidak
sehat menjadikan pekerja tidak sehat, angka absensi yang tinggi,
kecelakaan, penyakit dan secara langsung maupun tidak langsung biaya
kesehatan tinggi bagi keluarga dan masyarakat.

Promosi Kesehatan di Tempat Kerja sangat ideal untuk menciptakan


tenaga kerja dan tempat kerja yang sehat.
Sepertiga dari waktu kehidupan pekerja dihabiskan setiap harinya ditempat
kerja, sehingga tempat kerja merupakan lingkungan yang tepat untuk
promosi kesehatan. Apabila hal ini dilalaikan akibatnya lingkungan tempat
kerja dapat mempengaruhi kesehatan pekerja seperti stress, kecelakaan,
penyakit sampai kematian

Kesehatan pekerja sangat berhubungan erat dengan lingkungan tempat


kerja yang sehat dan hal ini merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatan keluarga dan masyarakat sekitarnya
Kesehatan pekerja dapat dipengaruhi oleh faktor yang tidak berhubungan
langsung dengan pekerjaan seperti kondisi tempat tinggal yang kurang

3
baik, hubungan keluarga yang tidak harmonis, merokok, menggunakan
obat obatan, minum alkohol, gizi tidak seimbang serta kesulitan keuangan.

Yang menjadi sasaran PHBS Lingkungan tempat kerja yaitu :


1. Primer : Karyawan di tempat kerja

2. Sekunder : Pengelola K3, Serikat atau Organisasi Pekerja

3. Tertier : Pengusaha dan Manager/Direktur

Semua Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diharapkan dilaksanakan


karyawan/pegawai di lingkungan tempat kerja.
Ada 10 (sepuluh) perilaku penting yang diharapkan dilakukan oleh
karyawan/pegawai dan masyarakat tempat kerja agar lingkungan tempat
kerja termasuk kategori tempat kerja sehat yaitu :
1. Memelihara kebersihan, kerapihan lingkungan tempat kerja
2. Menggunakan air bersih
3. Menggunakan jamban sehat
4. Membuang sampah pada tempatnya
5. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir memakai
sabun
6. Mengkonsumsi makanan dari kantin di lingkungan tempat kerja
dan/atau membawa bekal dari rumah.
7. Memberantas jentik di tempat kerja
8. Melakukan olah raga/aktifitas fisik secara teratur
9. Tidak merokok di lingkungan tempat kerja.
10. Mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis
pekerjaan

A. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat


kerja perlu diterapkan untuk itu kita perlu mengembangkan dan
meningkatkan K3 dalam rangka menekan serendah mungkin risiko
kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta
meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di semua


sektor, akan terpajan dengan resiko bahaya di tempat kerjanya. Resiko
ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat
tergantung jenis pekerjaannya.

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,


pasal 23 mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan
kerja wajib diselenggarakan pada setiap tempat kerja, khususnya
tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan yang besar bagi
pekerja agar dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri
sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh produktivitas
kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.

4
Di perkantoran sekalipun setiap karyawan/pekerja tetap mempunyai
resiko sehubungan dengan pekerjaannya.

Ada beberapa hal penting yang harus mendapatkan perhatian


sehubungan dengan pelaksanaan K3 , yang pada dasarnya harus
memperhatikan 2 (dua) hal yaitu indoor dan outdoor seperti :

a. Konstruksi Gedung :
 Disain arsitektur (aspek K3 diperhatikan mulai dari tahap
perencanaan).
 Seleksi material, misalnya tidak menggunakan bahan yang
membahayakan seperti asbes, dll.
 Seleksi dekorasi disesuaikan dengan asas tujuannya misalnya
penggunaan warna yang disesuaikan dengan kebutuhan.
 Tanda khusus dengan pewarnaan kontras/kode khusus untuk
objek penting seperti perlengkapan alat pemadam kebakaran,
tangga, pintu darurat dll. (peta petunjuk pada setiap
ruangan/unit kerja/tempat yang strategis misalnya dekat lift dll,
lampu darurat menuju exit door).

b. Kualitas Udara :
 Kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang
termometer ruangan.
 Kontrol terhadap polusi.
 Pemasangan “Exhaust Fan” (perlindungan terhadap
kelembaban udara).
 Pemasangan stiker, poster “dilarang merokok”.
 Sistim ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang (lokasi
udara masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan
pemeliharaan secara berkala filter AC) minimal setahun sekali,
kontrol mikrobiologi serta distribusi udara untuk pencegahan
penyakit “Legionairre Diseases “.
 Kontrol terhadap linkungan (kontrol di dalam/diluar kantor).
Misalnya untuk indoor: penumpukan barang-barang bekas
yang menimbulkan debu, bau dll, serta pada outdoor dengan
cara: disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi
syarat kesehatan dan keselamatan, dll.
 Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika
AC mati.
 Pemasangan fan di dalam lift.

c. Kualitas Pencahayaan :
 Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis
pekerjaan untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang
sehat dan aman. (secara berkala diukur dengan Luxs Meter)
 Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna,
dekorasi dll.

5
 Menegembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja
dengan kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya
kelelahan mata).
 Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam
ruang.
 Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan
memperhatikan warna yang digunakan.
 Penggunaan lampu emergensi (emergency lamp) di setiap
tangga.

d. Jaringan elektrik dan komunikasi (penting agar bahaya dapat


dikenali) :
 Internal antara lain :
• Over voltage
• Hubungan pendek
• Induksi
• Arus berlebih
• Korosif kabel
• Kebocoran instalasi
• Campuran gas eksplosif

 Eksternal antara lain :


• Faktor mekanik.
• Faktor fisik dan kimia.
• Angin dan pencahayaan (cuaca)
• Binatang pengerat bisa menyebabkan kerusakan
sehingga terjadi hubungan pendek.
• Manusia yang lengah terhadap risiko dan SOP.
• Bencana alam atau buatan manusia.

Program PHBS K3 yang akan dilaksanakan


Secara umum ada beberapa kegiatan yang perlu dilaksanakan untuk
meningkatkan pemahaman PHBS di tempat kerja yaitu :
1. Sosialisasi dan edukasi mengenai tujuan, manfaat dan cara
pelaksanaan PHBS kepada setiap pegawai.
2. Pemasangan poster/keterangan mengenai tujuan, manfaat serta
cara pelaksanaan PHBS dengan bahasa yang mudah dipahami

Berdasarkan hal tersebut diatas ada beberapa Program Kesehatan dan


Keselamatan Kerja Perkantoran antara lain meliputi :

a. Kontrol terhadap jaringan listrik :


 Penggunaan central stabilizer untuk menghindari over/under
voltage.
 Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan (tidak
berlebihan) hal ini untuk menghindari terjadinya hubungan
pendek dan kelebihan beban.

6
 Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik termasuk kabel
yang sesuai dengan syarat kesehatan dan keselamatan kerja.
 Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa
pelindung.

b. Kontrol terhadap kebisingan :


 Idealnya ruang rapat dilengkapi dengan dinding kedap suara.
 Di depan pintu ruang rapat diberi tanda ” harap tenang, ada
rapat”.
 Dinding isolator khusus untuk ruang genset.
 Hak-hal lainnya sudah termasuk dalam perencanaan konstruksi
gedung dan tata ruang.

c. Display unit (tata ruang dan letak) :


 Petunjuk disain interior supaya dapat bekerja fleksibel, fit,
luas untuk perubahan posisi, pemeliharaan dan adaptasi.
 Konsep disain dan dan letak furniture (1 orang/2 m?).
 Ratio ruang pekerja dan alat kerja mulai dari tahap
perencanaan.
 Perhatikan adanya bahaya radiasi, daerah gelombang
elektromagnetik.
 Ergonomik aspek antara manusia dengan lingkungan
kerjanya.
 Tempat untuk istirahat dan shalat.
 Pantry dilengkapi dengan lemari dapur.
 Ruang tempat penampungan arsip sementara.
 Workshop station (bengkel kerja).

d.Hygiene dan Sanitasi :


 Ruang kerja
• Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat
penunjang kerja.
• Secara periodik peralatan/penunjang kerja perlu di up
grade.

 Toilet/Kamar mandi
• Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair.
• Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet
duduk, larangan berupa gambar dll.
• Penyediaan bak sampah yang tertutup.
• Lantai kamar mandi diusahakan tidak licin.

 Kantin
• Memperhatikan personal hygiene bagi pramusaji
(penggunaan tutup kepala, celemek, sarung tangan dll).
• Penyediaan air mengalir dan sabun cair.
• Lantai tetap terpelihara.

7
• Penyediaan makanan yang sehat dan bergizi seimbang.
Pengolahannya tidak menggunakan minyak goreng secara
berulang.
• Penyediaan bak sampah yang tertutup.
• Secara umum di setiap unit kerja dibuat poster yang
berhubungan dengan pemeliharaan kebersihan lingkungan
kerja.

 Pelatihan untuk pegawai :


• Pelatihan mengenai PHBS dan cara pelaksanaannya
• Pelatihan tanggap darurat secara periodik bagi
pegawai.
• Pelatihan investigasi terhadap kemungkinan bahaya
bom/kebakaran/demostrasi/ bencana alam serta
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) bagi
satuan pengaman.

 Aspek K3 perkantoran (tentang penggunaan komputer)


• Pergunakan komputer secara sehat, benar dan nyaman
• Hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Memanfaatkan kesepuluh jari.
2. Istirahatkan mata dengan melihat kejauhan setiap
15-20 menit.
3. Istirahat 5-10 menit tiap satu jam kerja.
4. Lakukan peregangan.
5. Sudut lampu 45 derajat.
6. Hindari cahaya yang menyilaukan, cahaya
datang harus dari belakang.
7. Sudut pandang 15 derajat, jarak layar dengan
mata 30 – 50 cm.
8. Kursi ergonomis (adjusted chair).
9. Jarak meja dengan paha 20 cm
10. Senam waktu istirahat.
11. Membuat leaflet/poster yang berhubungan
dengan penggunaan komputer disetiap unit kerja.
12. Penggunaan komputer yang bebas radiasi
(Liquor Crystal Display).

B. Melakukan Olah raga/aktifitas fisik secara teratur

Olahraga ringan atau bentuk – bentuk kegiatan lain sebagai usaha yang
menunjang tetap terjaganya kesehatan para karyawan dapat kita temui
pada Promosi Kesehatan di tempat kerja. Promosi kesehatan dilakukan
melalui program kampanye hidup sehat dan diberlakukan kepada
seluruh karyawan.

Program yang akan dilaksanakan

8
Promosi kesehatan di tempat kerja memberikan keuntungan lebih dari
sekadar manfaat ekonomi. Bukan hanya produktivitas karyawan yang
berhasil ditingkatkan, melainkan juga risiko morbiditas (angka
kesakitan) karyawan yang mengalami obesitas pun ditekan.
Dalam skala yang lebih luas, program ini juga merupakan komitmen
perusahaan untuk kesehatan karyawan dan pada saat bersamaan
meningkatkan reputasi perusahaan. Promosi kesehatan dapat dilakukan
dengan menerapkan olahraga, diet dan pola makan sehat, perubahan
perilaku dan pengobatan.
1. Program diawali dengan seleksi karyawan berdasarkan Indeks
Massa Tubuh (IMT), kadar gula darah, dan kolesterol. Kemudian
para karyawan diberikan edukasi tentang masalah kelebihan berat
badan dan obesitas serta bahayanya. Sekaligus diberikan motivasi
sehingga karyawan merasa bahwa program ini dirancang khusus
untuk mereka.Perusahaan dapat menyediakan ruang olahraga bagi
karyawannya.

2. Di samping itu, ada hari-hari khusus yang mewajibkan


seluruh karyawan untuk berolahraga bersama-sama. Olah fisik
dilakukan secara bersama-sama untuk meningkatkan keakraban dan
menjadi ajang relaksasi bersama. Adapun waktu yang diperlukan
untuk melakukan olahraga bersama ini adalah minimal 30 menit.
Tidak perlu olahraga berat, cukup dengan naik turun tangga atau
senam bersama bisa jadi solusi murah apabila kantor tidak bisa
menyediakan fasilitas berolahraga.
Ketika kantor memberlakukan jam lembur, yang dapat dilakukan
adalah membuat suasana perpanjangan waktu kerja
lebih menyenangkan. Ini bertujuan untuk menekan stres
dari load kerja yang bertambah.
Olahraga ringan yang dapat dilakukan adalah seperti :

a. Jika terbiasa menggunakan mobil ke kantor, usahakan


untuk memarkir mobil jauh dari letak kantor. Dari tempat
parkir mobil itu kita dapat melakukan olahraga jalan kaki.
Jalan kaki dapat bermanfaat untuk menghindari stress dan
refreshing.
b. Atau biasakan untuk berjalan mengitari tempat bekerja
sebelum masuk ke ruangan. Usahakan untuk berjalan
kemana saja selama kurang lebih 15 menit sebelum masuk
ruangan kantor. Kita bisa saja berkenalan dengan rekan
kantor lainnya.
c. Jika sedang melakukan makan siang di mall atau pun pergi
ke tempat makan, upayakan untuk selalu menghindari
eskalator. Cari tangga, naik turun tangga lebih baik
ketimbang memakai eskalator.
d. Jika terpaksa menggunakan eskalator, upayakan agar tubuh
selalu bergerak, jangan diam saja menunggu tangga
berjalan, tapi coba berjalan turun.

9
3. Perusahaan bisa menerapkan sistem reward and
punishment sebagai alat evaluatif bagi para karyawan dalam
menilai program promosi kesehatan. Misalnya, setelah
empat minggu melakukan program diet dan olahraga bersama,
dilihat siapa saja yang berat badannya turun dari berat semula.
Mereka yang masuk dalam kategori ini dapat disertakan dalam
program lanjutan, seperti konsumsi obat pengurai lemak
atau mendapat kenaikan pangkat. Keberhasilan karyawan dalam
program berarti secara tidak langsung ia turut meningkatkan
produktivitas perusahaan.

C. Tidak Merokok di Lingkungan Kerja

Sudah seharusnya upaya menghentikan kebiasaan merokok menjadi


tugas dan tanggung jawab dari segenap lapisan masyarakat. Usaha
penerangan dan penyuluhan, khususnya di kalangan generasi muda,
dapat pula dikaitkan dengan usaha penanggulangan bahaya narkotika,
usaha kesehatan sekolah, dan penyuluhan kesehatan masyarakat pada
umumnya.
Setiap kali menghirup asap rokok, entah sengaja atau tidak, berarti juga
mengisap lebih dari 4.000 macam racun. Karena itulah, merokok sama
dengan memasukkan racun-racun tadi ke dalam rongga mulut dan
tentunya paru-paru. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan
merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakit. Seperti
penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru,
kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis,
tekanan darah tinggi, impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat
pada janin.
Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari secondhand-
smoke, yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan
perokok karena berada di sekitar perokok, atau biasa disebut juga
dengan perokok pasif.
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam
hidrosianat, nitrogen oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar,
indol, nikotin, karbarzol, dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi,
dan menimbulkan kanker (karsinogen).
1. Nikotin
Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf
tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan
pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan
pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang
dewasa setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan.
2. Timah Hitam (Pb)
Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug.
Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis diisap dalam satu hari
akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah
hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa
dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2

10
bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke
dalam tubuh!
3. Gas Karbon Monoksida (CO)
Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan
dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya,
hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang sangat penting untuk
pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada
oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi” hemoglobin.
Jadilah, hemoglobin bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO
dalam darah bukan perokok kurang dari 1 persen, sementara dalam
darah perokok mencapai 4 – 15 persen.

4. Tar
Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen
padat asap rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar
masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan
menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada
permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini
bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam
rokok berkisar 24 – 45 mg.

Akibat dari merokok akan berdampak pada beberapa organ tubuh


antara lain :
1. Dampak terhadap paru-paru
Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul
perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala
klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi
paru menahun (PPOM). Dikatakan merokok merupakan penyebab
utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis
kronis, dan asma.
Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan,
dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko
terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan
timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih
sering.

2. Dampak terhadap jantung


Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok
dengan penyakit jantung koroner (PJK).
Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah
jantung tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner,
merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer.

3. Penyakit Jantung Koroner


Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati
mendadak.
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada
perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat
dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. Penelitian

11
menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan
faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang
tinggi, terhadap tercetusnya PJK.
Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung koroner
berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah rokok
dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran
(aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak
pembuluh darah perifer.

4. Penyakit Stroke
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke
banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian
lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.

5. Mengganggu Kesehatan Jiwa

Remaja perokok memiliki risiko dua kali lipat mengalami gejala-gejala


depresi dibandingkan remaja yang tidak merokok. Para perokok aktif
pun tampaknya lebih sering mengalami serangan panik dari pada
mereka yang tidak merokok.Depresi menyebabkan seseorang merokok
dan para perokok biasanya memiliki gejala-gejala depresi dan
kecemasan (ansietas).

6. SISTEM REPRODUKSI

Bahwa merokok dapat menyebabkan rusaknya sistim reproduksi


seseorang mulai dari masa pubertas sampai usia dewasa.Pria akan
mengalami 2 kali resiko terjadi infertil (tidak subur) serta mengalami
resiko kerusakan DNA pada sel spermanya. Pada wanita hamil terjadi
peningkatan insiden keguguran.

7. WANITA MEROKOK, MENOPAUSE DINI

Bagi perokok paling berat, resiko menopause dini hampir dua kali
lipat. Hampir 10% perempuan memasuki menopause sebelum usia 45
tahun.

Selain hal itu merokok juga dapat membuat :

a. Impotensi
b. Wajah keriput
c. Gigi berbercak dan nafas bau.
d. Tulang rapuh
e. Depresi
f. Panutan yang buruk bagi anak.
g. Kebakaran
h. Sirkulasi darah yang buruk
i. Terkesan bodoh

12
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan :
a. Pasal 115 ayat (1) dan (2) yaitu :
(1) Kawasan tanpa rokok antara lain :
 Fasilitas pelayanan kesehatan
 Tempat proses belajar mengajar
 Tempat anak bermain
 Tempat ibadah
 Angkutan umum
 Tempat kerja
 Tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan
(2) Pemerintah daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di
wilayahnya.
b. Pasal 199 (2) UU RI No. 36 tahun 2009
“Setiap orang yang dengan sengaja melanggar kawasan tanpa
rokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115dipidana denda
paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)
c. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan
Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan.
Pasal 23 (1) yaitu : Tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja
dan tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses belajar
mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum
dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok.
Ketentuan sanksi : Merokok di tempat umum, sarana kesehatan,
tempat kerja dan tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses
belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan
umum , pembebanan biaya paksaan penegakan hukum sebesar Rp.
5.000.000 (lima juta rupiah) dan/atau sanksi administrasi
penahanan untuk sementara waktu Kartu Tanda Penduduk atau
Kartu Identitas

Program yang akan dilaksanakan

1. Mensosialisasikan Peraturan Larangan Merokok dengan cara memasang


spanduk/poster yang berisi Undang-Undang Larangan Merokok
tersebut.
2. Mensosialisasikan bahaya dari merokok dengan cara memasang
spanduk/poster yang berisi bahaya dari merokok
3. Membuat ruangan khusus untuk merokok sehingga
mengurangi resiko kematian sebagai dampak dari kegiatan merokok
sekeliling si perokok yang menjadi korban kepulan asap rokok.
4. Membuat himbauan/Tips untuk berhenti merokok

13
Lampiran. Contoh poster mengenai Larangan Merokok

14
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
(PHBS)
DI TEMPAT KERJA PERKANTORAN

Di susun oleh :
1. Haeruddin
2. Desi Ruliana
3. Sudrajat

Program Pasca Sarjana Promosi Kesehatan


FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta
2011
15

Anda mungkin juga menyukai