Anda di halaman 1dari 13

Lepra

 
DEFINISI
Lepra (penyakit Hansen) adalah infeksi menahun yang terutama ditandai oleh adanya kerusakan
saraf perifer (saraf diluar otak dan medulla spinalis), kulit, selaput lendir hidung, buah zakar
(testis) dan mata.

PENYEBAB
Bakteri Mycobacterium leprae.

Cara penularan lepra belum diketahui secara pasti.


Jika seorang penderita lepra berat dan tidak diobati bersin, maka bakteri akan menyebar ke
udara. Sekitar 50% penderita kemungkinan tertular karena berhubungan dekat dengan seseorang
yang terinfeksi.
Infeksi juga mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk.

Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem
kekebalannya berhasil melawan infeksi.
Penyakit yang terjadi bisa ringan (lepra tuberkuloid) atau berat (lepra lepromatosa). Penderita
lepra ringan tidak dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain.

Lebih dari 5 juta penduduk dunia yang terinfeksi oleh kuman ini.
Lepra paling banyak terdapat di Asia, Afrika, Amerika Latin dan kepulauan Samudra Pasifik.
Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 20an dan 30an. Bentuk
lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan pada pria.

GEJALA
Bakteri penyebab lepra berkembangbiak sangat lambat, sehingga gejalanya baru muncul
minimal 1 tahun setelah terinfeksi (rata-rata muncul pada tahun ke-5-7).
Gejala dan tanda yang muncul tergantung kepada respon kekebalan penderita.

Jenis lepra menentukan prognosis jangka panjang, komplikasi yang mungkin terjadi dan
kebutuhan akan antibiotik.

Lepra tuberkuloid ditandai dengan ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang datar.
Daerah tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah merusak saraf-sarafnya.

Pada lepra lepromatosa muncul benjolan kecil atau ruam menonjol yang lebih besar dengan
berbagai ukuran dan bentuk.
Terjadi kerontokan rambut tubuh, termasuk alis dan bulu mata.

Lepra perbatasan merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran kedua
bentuk lepra.
Jika keadaannya membaik, maka akan menyerupai lepra tuberkuloid; jika kaeadaannya
memburuk, maka akan menyerupai lepra lepromatosa.
Selama perjalanan penyakitnya, baik diobati maupun tidak diobati, bisa terjadi reaksi kekebalan
tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan peradangan kulit, saraf tepi dan kelenjar getah
bening, sendi, buah zakar, ginjal, hati dan mata.
Pengobatan yang diberikan tergantung kepada jenis dan beratnya reaksi, bisa diberikan
kortikosteroid atau talidomid.

Mycobacterium leprae adalah satu-satunya bakteri yang menginfeksi saraf tepi dan hampir
semua komplikasinya merupakan akibat langsung dari masuknya bakteri ke dalam saraf tepi.
Bakteri ini tidak menyerang otak dan medulla spinalis.
Kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, panas dan dingin menurun, sehingga penderita
yang mengalami kerusakan saraf tepi tidak menyadari adanya luka bakar, luka sayat atau mereka
melukai dirinya sendiri. Kerusakan saraf tepi juga menyebabkan kelemahan otot yang
menyebabkan jari-jari tangan seperti sedang mencakar dan kaki terkulai. Karena itu penderita
lepra menjadi tampak mengerikan.

Penderita juga memiliki luka di telapak kakinya.


Kerusakan pada saluran udara di hidung bisa menyebabkan hidung tersumbat. Kerusakan mata
dapat menyebabkan kebutaan.
Penderita lepra lepromatosa dapat menjadi impoten dan mandul, karena infeksi ini dapat
menurunkan kadar testosteron dan jumlah sperma yang dihasilkan oleh testis.

DIAGNOSA
Diagnosisi ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.

Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh jaringan
kulit yang terinfeksi.

PENGOBATAN
Antibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya.
Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu sebaiknya
diberikan lebih dari 1 macam obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa.

Antibiotik yang paling banyak digunakan untuk mengobati lepra adalah dapson, relatif tidak
mahal dan biasanya aman.
Kadang obat ini menyebabkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia.

Rifampicin adalah obat yang lebih mahal dan lebih kuat daripada dapson.
Efek samping yang paling serius adalah kerusakan hati dan gejala-gejala yang menyerupai flu.

Antibiotik lainnya yang bisa diberikan adalah klofazimin, etionamid, misiklin, klaritromisin dan
ofloksasin<.

Terapi antibiotik harus dilanjutkan selama beberapa waktu karena bakteri penyebab lepra sulit
dilenyapkan.
Pengobatan bisa dilanjutkan sampai 6 bulan atau lebih, tergantung kepada beratnya infeksi dan
penilaian dokter.
Banyak penderita lepra lepromatosi yang mengkonsumsi dapson seumur hidupnya.

PENCEGAHAN
Dulu perubahan bentuk anggota tubuh akibat lepra menyebabkan penderitanya diasingkan dan
diisolasi.
Pengobatan dini bisa mencegah atau memperbaiki kelainan bentuk, tetapi penderita cenderung
mengalami masalah psikis dan sosial.

Tidak perlu dilakukan isolasi. Lepra hanya menular jika terdapat dalam bentuk lepromatosa yang
tidak diobati dan itupun tidak mudah ditularkan kepada orang lain.
Selain itu, sebagian besar secara alami memiliki kekebalan terhadap lepra dan hanya orang yang
tinggal serumah dalam jangka waktu yang lama yang memiliki resiko tertular.
Dokter dan perawat yang mengobati penderita lepra tampaknya tidak memiliki resiko tertular.

Artikel Terkait
 
Dokter Terkait
 
Obat Terkait
CORIFAM
LANARIF KAPSUL
MADECASSOL TABLET
MERIMAC
PROLUNG 450
PULMOFAM
RAMICIN
RIFABIOTIC
RIFACIN
RIFAM
RIFAMEC
RIFAMPIN
RIFAMTIBI 450 MG

Penyakit Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu dikenal sebagai penyakit kusta
atau lepra adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang sebelumnya, diketahui hanya disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium leprae,[1] hingga ditemukan bakteri Mycobacterium lepromatosis
oleh Universitas Texas pada tahun 2008,[2] yang menyebabkan endemik sejenis kusta di Meksiko
dan Karibia, yang dikenal lebih khusus dengan sebutan diffuse lepromatous leprosy.[3] Sedangkan
bakteri Mycobacterium leprae ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard
Henrik Armauer Hansen pada tahun 1873 sebagai patogen yang menyebabkan penyakit yang
telah lama dikenal sebagai lepra. Saat ini penyakit lepra lebih disebut sebagai penyakit Hansen,
bukan hanya untuk menghargai jerih payah penemunya, melainkan juga karena kata leprosy dan
leper mempunyai konotasi yang begitu negatif, sehingga penamaan yang netral lebih diterapkan
untuk mengurangi stigma sosial yang tak seharusnya diderita oleh pasien kusta.[4]
Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran
pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar.[5] Bila tidak
ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota
gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak menyebabkan
pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada penyakit tzaraath

KUSTA (LEPRA)

KUSTA (LEPRA)
Kusta pertama kali di ketahui dari abad ke 6 melalui tulisan orang Indian. Penyakit ini
merupakan penyakit kronis yang tidak membahayakan nyawa tetapi merusak sistem kulit, saraf,
pernafasan, mata dan testis. Perjalanan penyakit ditandai dengan hilangnya anggota gerak
apabila penyakit tidak di terapi secara baik.

ETIOLOGI
Myobacterium leprae merupakan penyebab dari penyakit ini. Merupakan satu famili dengan M.
tuberculosis penyebab TBC. Memiliki sifat obligat intraseluler dan tahan asam, pada beberapa 
jenis telah mengalami perubahan dari sifat akibat perubahan gen yang menyebabkan bakteri
dapat bertahan di lingkungan selama beberapa bulan. Pada penderita yang tidak dilakukan terapi
dengan baik akan terjadi peningkatan angka bakteri di kulit (MI), dan ketebalan bakteri di kulit
(BI) hingga 6 kali lipat dibandingkan dengan terapi efektif.
Bakteri lepra merupakan salah satu bakteri yang hanya tumbuh dan berkembang pada manusia
saja. Walaupun demikian bakteri ini masih belum dapat di biakan karena sulitnya mencari media
yang cocok, media yang paling baik sampai saat ini adalah telapak kaki tikus. Bakteri lepra akan
berkembang biak dengan baik pada jaringan yang lembab (kulit, saraf perifer, ruang depan mata,
saluran nafas bagian atas, dan testis), dan pada daerah yang lebih hangat dari tubuh (ketiak, lipat
paha, kepala, dan pertengahan punggung).

EPIDEMIOLOGI
Penyakit lepra merupakan penyakit yang menyebar hampir di seluruh dunia, terutama di negara
berkembang, dengan insidensi paling banyak berada di Afrika. Peningkatan penyakit yang tiba-
tiba biasanya bersifat tidak merata, dimana di satu daerah memiliki insidensi yang tinggi dan
pada daerah tetangganya memiliki insidensi yang kecil.
Penyakit lepra berhubungan dengan kemiskinan dan pedesaan. Penyakit ini tidak berhubungan
dengan HIV-AIDS karena memiliki angka inkubasi yang panjang. Angka insidensi terjadi paling
tinggi pada dekade 2 dan 3, yang paling sedikit angka insidensinya pada wanita dan anak-anak.

TRANSMISI
Tranmisi lepra masih belum dapat dijelaskan dengan baik, tetapi sampai sekarang masih
dipercaya bahwa penularan melalui infeksi lendir hidung yang menginfeksi secara langsung, atau
melalui tanah yang subur, seperti di India insidensi paling sering pada perkotaan dari pada desa.
Hal ini terbukti bahwa bakteri lepra terdapat pada tanah di daerah yang endemik lepra tinggi.
Inokulasi pada kulit yang pecah dapat menular secara langsung, dengan lokasi yang paling sering
pada anak-anak di bokong dan lipat paha.
Penelitian lain masih memperkirakan penularan melalui serangga seperti nyamuk, karena pada
daerah endemis diketahui bahwa darah yang terdapat dalam nyamuk mengandung lepra.

PERJALANAN HIDUP
Masa inkubasi lepra bervariasi dari 2 minggu sampai 4 tahun, walaupun secara umum durasi
sepanjang 5 – 7 tahun. Manifestasi lepra sangat bervariasi bergantung terhadap penyebaran
bakteri dan gejala yang timbul pada kulit dan sistem persarafan.
Tuberculoid Leprosy
Merupakan bentuk yang tidak berat. Secara umum bahwa gejala yang timbul hanya pada kulit
dan saraf permukaan. Kulit yang mengalami gangguan berbentuk makula hipopigmentasi satu
atau beberap buah yang jelas terlihat, pada batas dengan kulit yang sehat tampak penebalan, dan
tidak adanya organ kulit (rambut, kelenjar keringat) sehingga kulit menjadi kering, dan bersisik.
Terjadi pembengkakan dari saraf perifer yang dapat terjadi pada setiap saraf dan menimbulkan
kebas pada bagian yang tersarafinya. Walalupun demikian persarafan yang paling berpengaruh
bila terkena pada saraf ulnaris, posterior auricula, peroneal, posterior tibial yang akan
menimbulkan hipestesi (indra perabaan berkurang) dan myotomi (otot yang dipersarafi menjadi
kecil). Jenis lepra ini paling sering terjadi di India dan Afrika.

Pada tuberkuloid lepra, sel T mencapai perineurium dan menghancurkan sel Schwan dan axon
yang menyebabkan kerusakan sistem saraf. Hal ini disebabkan sistem pertahanan tubuh sudah
mengenali M.leprae sebagai benda asing yang berbahaya sehingga harus dihancurkan, tetapi
karena posisi bakteri tersebut di sekitar saraf menyebabkan penghancuran terjadi pada saraf pula.

Lepromatous Leprosy 
Merupakan salah satu bentuk lepra dengan ciri khas kelainan kulit yang simetris berupa nodul,
plak yang timbul, atau infiltrasi kulit yang luas. Apabila kelainan ini terjadi pada kulit akan
menimbulkan leonine facies. Manifestasi lambatnya berupa kehilangan alis mata (biasanya pada
bagian luarnya saja), bulu mata, bagian telinga bawah, kulit kaki yang kering. Pada kelainan ini
bakteri terdapat dibawah kulit yang ditemukan dibawah benjolan kulit, saraf permukaan, yang
menyebabkan kerusakan saraf. Selain itu bakteri menyebar di seluruh tubuh menyebabkan pasien
dalam kondisi demam. Kerusakan saraf terjadi secara simetris dan menyebabkan gangguan
pergerakan dan perabaan dari anggota gerak.

KOMPLIKASI 
Anggota gerak
Merupakan akibat dari kerusakan saraf, yang menyebabkan tidak sensitif dan myopati. Tidak
sensitif mempengarui rangsang raba, nyeri dan panas. Yang paling sering terkena adalah saraf
ulna yang mengakibatkan jari ke 4 dan 5 seperti cakar akibat kehilangan fungsi otot untuk
mengangkat pergelangan tangan dan juga kemampuan untuk meraba. Infeksi lepra ke saraf
medianus menyebabkan ketidak mampuan untuk menggerakan jempol dan mengenggam.
Apabila gangguan mengenai saraf radialis juga maka akan terjadi wrist drop atau pergelangan
tangan yang jatuh.
Kehilangan indra perasa pada tangan dan kaki dapat menyebabkan luka, dan apabila tidak
dirawat dengan baik luka akan membesar dan bertambah dalam, pada akhirnya jari akan
mengalami kematian dan terlepas tanpa penderita merasa nyeri.
Hidung
Infeksi mikrobakteri ke mukosa hidung dapat menyebabkan pembengkakan dan perdarahan
hidung yang terus menerus. Tanpa pengobatan yang baik infeksi akan menjalar dan merusak
tulang rawan hidung dan penderita akan kehilangan hidungnya.
Mata
Infeksi pada mata tidak hanya terjadi pada mata sendiri yang mengakibatkan kekeruhan dari
cairan mata dan gangguan penglihatan, tetapi kerusakan dapat juga terjadi pada saraf-saraf
penghlihatan mata yang mengakibatkan penglihatan akan berkurang dan juga pada saraf otot-otot
penggerak bola mata yang menyebabkan gangguan koordinasi penglihatan kedua mata. Dari
pemeriksaan mata bagian dalam akan tampak perdarahan pada bagian mata penerima cahaya.
Testis
Infeksi lepra dapat terjadi pada testis dan menyebabkan infeksi dari saluran testis dan apabila
tidak diterapi dengan baik akan menyebabkan kerusakan permanen dari saluran dan penghasil
sperma sehingga penderita akan steril.
Abses Saraf
Pada beberapa kondisi infeksi lepra di saraf tidak saja menyebabkan kerusakan dari sistem saraf,
tetapi menyebabkan abses (bisul) di sekitar saraf, dengan gambaran benjolan kemerahan, panas
dan terasa nyeri.

DIAGNOSIS
Penyakit lepra memiliki karakteristik secara makro atau histopatologis pada kulit. Kecurigaan
pada seoran g penderita pada daerah endemik dengan kelainan pada kulit dan gangguan indra
perabaan. Diagnosis paling baik ditegakkan melalui biopsi dari kulit yang mengalami kelainan,
dan secara mikroskopis ditemukan kuman lepra. Secara pemeriksaan serologis belum didapatkan
pemeriksaan yang secara tepat dapat mengetahui adanya lepra.
Diagnosis lepra dapat di diagnosa bandingkan dengan sarkoidosis, leismaniasis, lupus vulgaris,
limfoma, sifilis, granuloma, dan kelainan lain yang menyebabkan kehilangan pigmentasi kulit.

PENATALAKSANAAN
Berdasarkan rekomendasi WHO penggunaan Dapson sebagai antibiotik dan atau rifampisin
masih dipergunakan tetapi penggunaannya harus bersifat individual. Selain itu terapi terhadap
simptomatik (demam, nyeri) bersifat sangat individual, sehingga diperlukan disiplin ilmu yang
tinggi untuk pengobatan lepra ini.

PENCEGAHAN
Pemberian vaksin BCG (bacille Calmette Guĕrin) telah terbukti efektif untuk mencegah lepra
hingga 80%. Selain itu pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan penggunaan pengobatan
gabungan untuk menghilangkan mikrobakterium lepra sehingga dunia bebas lepra pada tahun
2000.
Kasus Lepra di Indonesia Peringkat Tiga Dunia
 
Lepra (penyakit Morbus Hansen/kusta) adalah infeksi menahun yang terutama ditandai oleh
adanya kerusakan saraf perifer  (saraf diluar otak dan medulla spinalis), kulit, selaput lendir
hidung, buah zakar dan mata.
Kasus penyakit lepra di Indonesia masih tinggi, menduduki peringkat tiga di dunia. Diperkirakan
setiap tahun tercatat 17 ribu hingga 20 ribu kasus lepra baru. "Itu yang terdeteksi, belum lagi
yang tidak lapor dan tidak diobati,"

Jumlah penderita di Indonesia masih lebih tinggi di bandingkan Cina yang memiliki penduduk
lebih banyak, diperkirakan Kasus lepra 16.500. Dibandingkan dengan negara miskin seperti
Nigeria dan Etopia juga masih lebih tinggi, kasus barunya diperkirakan sekitar 4.000-5.000 per
tahun.

Belum dapat dipastikan berapa jumlah penderita sesungguhnya, namun diperkirakan mencapai
400 ribu - 500 ribu, dan terus bertambah setiap tahun. Penderita penyakit lepra sebenarnya dapat
sembuh total dengan mengkonsumsi obat multydrugtherapy (MDT) selama 6-12 bulan.

  Penyebab dari penyakit Lepra adalah bakteri mycrobacterium leprae. Penyakit tersebut menular
tetapi tidak mudah ditularkan. Hanya mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah yang
mudah tertular. Cara penularan lepra  belum diketahui secara pasti, sekitar 50% penderita
kemungkinan tertular karena berhubungan dekat dengan seseorang yang terifeksi.

Mereka yang mudah tertular biasanya kurang gizi, dan saat di dalam kandungan tidak tumbuh
dengan sistem kekebalan tubuh yang baik. Meski demikian, sebenarnya belum diketahui secara
pasti bentuk penularannya karena bakteri penyebab lepra memiliki masa inkubasi antara 2-15
tahun. Penyakit yang terjadi bisa ringan (lepra tuberculoid) dan berat (lepta lepromatosa),
penderita lepra ringa tidak dapat menularkan.

Tidak dapat diketahui secara pasti paparan bakteri mana yang menyebabkan sakit. Penularan
kemungkinan besar lewat udara atau saluran pernafasan, bagi orang sehat  tidak mudah tertular.
Lebih dari 5 juta penduduk dunia terinfeksi penyakit  lepra, paling banyak terdapat di Asia,
Afrika, Amerika Latin dan Kepulauan Samudra Pasifik.
Di Indonesia penyakit  lepra tersebar di seluruh provinsi. Daerah kantong-kantong penderita
antara lain terdapat di Aceh, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, daerah pantai utara Jawa,
Jawa Timur, Madura, dan Papua.
Penyakit Lepra dapat menyerang pada semua umur, paling sering ditemukan pada umur 20 th -
30 th. sering

 Login to post comments


ASERTIF

Perilaku
Asertif
Ditulis oleh Dra. Niken Iriani LNH,Msi,Psi   
Kamis, 12 Februari 2009 11:28
Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan suatu gejala yang wajar dalam
kehidupan.  Dalam hubungan tersebut komunikasi merupakan salah satu komponen yang penting.
Corak komunikasi akan banyak ditentukan oleh latar belakang orang yang berkomunikasi, seperti
kebiasaan dan kepribadian. Agar komunikasi berlangsung secara efektif seseorang perlu memiliki
kemampuan asertif.

Asertif berasal dari kata asing to assert yang berarti menyatakan dengan tegas. Menurut Lazarus
(Fensterheim, l980), pengertian perilaku asertif mengandung suatu  tingkah laku yang penuh 
ketegasan yang timbul karena adanya kebebasan emosi dan keadaan efektif yang mendukung
yang antara lain meliputi : menyatakan hak-hak pribadi, berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak
tersebut, melakukan hal tersebut sebagai usaha untuk mencapai kebebasan emosi. Sedangkan
Taumbmann (l976) menyatakan bahwa asertif adalah suatu pernyataan tentang perasaan,
keinginan dan kebutuhan pribadi kemudian menunjukkan kepada orang lain dengan penuh
percaya diri. Alberti dan Emmons (Gunarsa, S.D. l98l) mengatakan bahwa orang yang memiliki
tingkah laku asertif adalah mereka yang menilai bahwa oraang boleh berpendapat dengan
orientasi dari dalam, dengan tetap memperhatikan sungguh-sungguh hak-hak orang lain. Mereka
umumnya memiliki kepercayaan diri yang kuat.  Menurut Rathus (l986) orang yang asertif adalah
orang yang mengekspresikan perasaan dengan sungguh-sungguh, menyatakan tentang kebenaran.
Mereka tidak menghina, mengancam ataupun meremehkan orang lain.  Orang asertif mampu
menyatakan perasaan dan pikirannya dengan tepat dan jujur tanpa memaksakannya kepada orang
lain.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah tingkah laku interpersonal
yang mengungkap emosi secara terbuka, jujur, tegas dam langsung pada tujuan sebagai usaha
untuk mencapai kebebasan emosi dan dilakukan dengan penuh keyakinan diri dan sopan.

Ciri perilaku asertif


Mendiskripsikan fakta, bukan menilai.
Contoh : Penyusunan laporan ini tidak rapi.
Tidak menggeneralisir
Contoh :  Hari ini kamu terlambat 15 menit. Ini sudah yang ketiga kalinya.
Menggunakan permulaan kata : “Saya” dan bukan “Kamu”
Contoh : Saya ingin bercerita,  tetapi tanpa disela.
Menyatakan perasaan maupun opini dengan disertai alasan yang spesifik.
Contoh : Saya marah karena ia tidak memegang janjinya.

Perbedaan asertivitas, agresivitas dan non asertif


Perilaku agresif adalah perilaku yang bertujuan mendominasi dan mendapatkan apa yang
diinginkan seseorang dengan cara mengorbankan orang lain.  Agresif adalah suatu bentuk
perilaku yang secara sengaja bertujuan untuk melukai orang lain secara langsung (Bloom, Coburn
& Pearlman, l985; Baron & Byrne, l984).
 
Contoh : Kamu selalu terlambat
       Pekerjaanmu jelek
          Saya benci kamu

Antara agresif dan asertif terdapat perilaku tidak asertif. Perilaku ini adalah perilaku yang
mempunyai tujuan untuk menghindari sengketa dengan orang lain. Ciri-ciri orang yang memiliki
kecenderungan ini adalah mereka yang selalu lebih mendahulukan keinginan orang lain, sukar
menyatakan masalah atau hal yang diinginkannya, terlalu mudah mengalah dan mudah
tersinggung, cemas serta kurang yakin pada diri sendiri (Fensterheim & Baer, l980).  Sebenarnya
orang-orang yang tidak asertif ini tahu tentang apa yang seharusnya mereka lakukan ketika
berada dalam posisi yang mengharuskan ia berkata apa adanya. Namun mereka memiliki
perasaan bahwa jika perasaan itu atau hal-hal tersebut diekspresikan maka orang lain akan
membenci dirinya (Goddard, l981). Umumnya hal itu terjadi karena faktor belajar/ pengalaman.

Berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku asertif.


Berkembangnya perilaku asertif dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dialami individu dalam
lingkungan dan sepanjang hidupnya (Rathus, l988). Tingkah laku ini diduga berkembang sejak
anak melakukan interaksi dengan orang tua dan orang-orang dewasa lain di sekitarnya. (Rathus,
1988). Oleh karena itu pengalaman, jenis kelamin kebudayaan, usia, tingkat pendidikan, situasi
dan kondisi, dapat menentukan mampu tidaknya seseorang berperilaku asertif.

Kategori perilaku asertif


Lazarus (1973) adalah orang pertama yang mengidentifikasi secara khusus perilaku asertif. Pada
prinsipnya asertif adalah kecakapan orang untuk berkata tidak, untuk meminta bantuan atau minta
tolong orang lain, kecakapan untuk mengekspresikan perasaan-perasaan positif maupun negatif,
kecakapan untuk melakukan inisiatif dan memulai pembicaraan. Rich dan Schroeder (Rakos,
l99l) memformulasikan bentuk perilaku asertif sebagai kecakapan ,mengekspresikan emosi baik 
secara verbal maupun non verbal. Christoff dan Kelly (Gunarsa, l992) menyimpulkan ada 3
kategori perilaku asertif yaitu : asertif penolakan, yaitu ucapan untuk memperhalus, seperti
misalnya : maaf !, asertif pujian, yaitu mengekspresikan perasaan positif, seperti misalnya
menghargai, menyukai, mencintai, mengagumi, memuji dan bersyukur; ketiga adalah asertif
permintaan, yaitu asertif yang terjadi kalau seseorang meminta orang lain melakukan sesuatu
yang memungkinkan kebutuhan atau tujuan seseorang tercapai tanpa tekanan atau paksaan.
Selain ketiga hal tersebut, kemarahan juga termasuk salah satu kategori asertif. Dalam marah,
orang menyatakan kejengkelan, ketidak puasan atau ketidak sesuaian antara yang ia harapkan
dengan kenyataan yang ia terima.

Keuntungan berperilaku asertif


Dengan menyatakan apa adanya perasaan atau emosinya seseorang tidak akan dikendalikan orang
lain, efektif dalam berinteraksi,  lebih dihargai orang lain, menjadi lebih percaya diri dan
memiliki rasa puas
Memulai asertif
. Beritikad baik
. Tatap teman bicara
. Kontrol postur tubuh dan suara
. Dengarkan dengan seksama teman bicara
. Untuk mengklarifikasi gunakan pertanyaan
. Berupaya mencari solusi (win-win approach)

                               


Daftar Pustaka
Baron & Byrne, l984. Social Psychology : Understanding Human Interaction. London. Alyn &
Bacon Inc.

Bloom, L.Z., Coburn, K,. and Pearlman, J. l985. The New Assertive Woman. New York : Dell
Publishing Co. Inc.

Fensterheim, H. & Baer, J. l980. JanganBilang Ya Bila akan Mengatakan Tidak. (Terjemahan).
Jakarta : PT Gunung Jati.

Goddard, l98l. Increase in Assertiveness and Actualization as a Function of Didactic Training.


Journal of Consulting Psychology, 28, 4.

Gunarsa, S.D. 1992. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.

Iriani , N. 1995. Pengaruh Pelatihan Asertivitas Terhadap Peningkatan Harga Diri. Tesis :
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Lazarus, A.a. l976. Patterns of Adjusment. 3rd edition. Tokyo : McGraw Hill Kogakusha Ltd.
Rakos, R.F. l99l. Assertive Behavior : Theory, Research and Training. New York : Routledge.
Rathus, S.A. l986. Essentials of Psychology. New York : Holt Rinehart and Winston.
Taumbman, B. l976. How To Become an Assertive Woman. New York : John Willey and Son
Inc.
 

PENGERTIAN PERILAKU ASERTIF

Perilaku asertif merupakan terjemahan dari istilah


assertiveness atau assertion, yang artinya titik
tengah antara perilaku non asertif dan perilaku
agresif (Horgie, 1990). Stresterhim dan Boer
(1980), mengatakan bahwa orang yang memiliki tingkah laku atau perilaku asertif orang yang
berpendapat dari oroentasi dari dalam, memiliki kepercayan diri yang baik, dapat
mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut danberkomunikasi
dengan orang lain secara lancar. Sebaliknya orang yang kurang asertif adalah mereka yang
memiliki ciri terlalu mudah mengalah/ lemah, mudah tersinggung, cemas, kurang yakin pada diri
sendiri, sukar mengadakan komunikasi dengan orang lain, dan tidak bebas mengemukakan
masalah atau hal yang telah dikemukakan.

Menurut Suterlinah Sukaji (1983), perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam hubungan
antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat, jujur, relative terus terang, dan tanpa
perasaan cemas terhadap orang lain. Sementara menurut Lange dan Jukubowski (1976), seperti
yang dikutip oleh Calhoun (1990), perilaku asertif merupakan perilaku sesorang dalam
mempertahankan hak pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan
secara langsung dan jujur dengan cara yang tepat.

Selanjutnya menurut Rimm da Masters (1979), seperti yang dikutip Hargie (1990)
mendefinisikan perilaku asertif sebagai perilaku antar pribadi yang bersifat jujur dan terus terang
dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan mempertimbangkan pikiran dan
kesejahteraan orang lain. Taubman (1976) yang dikutip oleh Kelley (1979) yang memberikan
batasan assertiveness sebagai ekspresi dari perasaan-perasaan, keinginan-keinginan dan
kebutuhan-kebutuhan, belajar bertindak atas dasar perasaan, keinginan dan kebutuhan orang
disekitarnya. Sedangkan Rathus (1981) memberi batasan asertifitas sebagai kemampuan
mengekspresikan perasaan, membela hak secara sah dan menolak permintaan yang dianggap
tidak layak serta tidak menghina atu meremehkan orang lain.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah perilaku
sesesorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut, emosi, perasaan, pikiran serta
keinginan dan kebutuhan secara terbuka, tegas dan jujur tanpa perasaan cemas atau tegang
terhadap orang lain, tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain.

LIHAT juga DOWNLOAD E-BOOK ISTILAH PHOBIA .

Tips bersikap asertif
Oleh pratanti 28 Komentar

Kategori: komunikasi dan psikologi

Ada banyak pengertian mengenai assertive, namun intinya


adalah bagaimana kita bersikap jujur dan menunjukkan
ekspresi yang sesuai dengan perasaan, opini, maupun
kebutuhan yang kita miliki. 

Dari berbagai diskusi, banyak juga yang menyatakan bahwa


melakukan komunikasi yang asertif itu ternyata tidak mudah
(bukan berarti tidak bisa lho ) 
Jadi ingat pengalaman jaman mahasiswa, saat pelajaran mengenai “assertive”. Pertanyaan
saya waktu itu sama seperti yang ditanyakan oleh kebanyakan orang, yaitu bagaimana
caranya supaya kita bisa jadi orang yang asertif? Sang dosen hanya tersenyum dan
berkata, “kamu sebagai orang … (menyebut nama suku bangsa tertentu), bagaimana
mungkin kamu tidak bisa asertif?” (dalam hati saya bilang, lha kok malah ditanya balik?…
dan… ada apa dengan suku bangsa saya, apakah dengan demikian saya harus sama seperti
orang lain?) 

Tanpa mendapat jawaban yang memuaskan, akhirnya saya berusaha sendiri untuk mencari
jalan, dan berupaya untuk bisa asertif. Salah satu artikel yang saya sukai adalah Learning
to be Assertive disini. Penjelasannya sederhana dan to the point, yaitu mulai dari
mengembangkan sistem nilai yang asertif; mempelajari ketrampilan-ketrampilan untuk
berkomunikasi yang asertif; menggunakan gaya komunikasi yang sesuai; dan yang terakhir
adalah terus berlatih. 

Mengembangkan sistem nilai yang asertif – maksudnya memahami bahwa setiap orang
(termasuk diri kita sendiri) dapat saja berbuat salah, dapat marah, dapat berkata “Tidak”,
dan punya keinginan maupun perasaan sendiri. Kita bukanlah orang yang sempurna dan
kita juga tidak harus selalu mengikuti pendapat orang lain, jika memang itu tidak sesuai
dengan diri kita. Jadi, tidak perlu kecil hati kalau perasaan kita atau opini kita tidak sama
dengan orang lain. 

Mempelajari ketrampilan-ketrampilan untuk berkomunikasi asertif –  Terbiasa mengatakan


“Saya ingin…” atau “Saya merasa…” merupakan salah satu cara untuk menyampaikan
pikiran, perasaan maupun opini kita terhadap sesuatu. Selain itu menunjukkan kepekaan
terhadap situasi maupun perasaan orang lain, yang dilanjutkan dengan pendapat kita
sendiri. Contohnya “Saya tahu Anda sibuk, namun kelompok kita sudah menyepakati bahwa
tugas ini harus selesai hari ini, jadi saya harap Anda juga mau membantu untuk
menyelesaikannya”.  

Ketrampilan lainnya adalah dengan menggunakan kalimat yang menunjukkan dampak


suatu kejadian atau tindakan terhadap diri kita. Jelaskan hal apa yang telah terjadi,
bagaimana dampaknya terhadap diri Anda, serta apa harapan Anda kemudian. Contohnya
“Saya kecewa saat Anda datang terlambat, saya tidak dapat memulai rapat karena
materinya ada pada Anda padahal semua undangan telah hadir. Lain kali Anda perlu datang
lebih awal sehingga masih tersedia waktu untuk menyiapkan rapat sebelum dimulai.”
Komunikasi seperti ini tentunya lebih baik dibandingkan jika kita hanya sekedar
menyalahkan orang tersebut saja. 

Menggunakan gaya komunikasi yang sesuai – maksudnya adalah


menunjukkan sikap yang positif, seperti tetap mempertahankan kontak
mata saat berbicara dengan orang lain, tidak membelakangi orang yang
kita ajak bicara, volume dan nada suara yang sesuai, serta ketepatan
antara ekspresi dan pernyataan yang kita sampaikan (misalnya
mengatakan “Tidak” sambil menggeleng, bukan dengan mengangguk). 

Yang terakhir adalah terus berlatih untuk bersikap asertif. Latihan butuh
waktu dan tentu saja kesabaran Berlatih dulu dengan orang-orang
terdekat kita, misalnya dengan teman atau keluarga. Sampaikan juga
tujuan kita untuk bersikap asertif. Minta bantuan mereka untuk mau
memberikan umpan balik tentang hal-hal yang telah kita lakukan, atau tentang gaya
komunikasi yang kita gunakan. Mudah-mudahan dalam waktu berikutnya komunikasi yang
kita lakukan bisa lebih jujur, terbuka dan dapat menunjang relasi yang kita bina dengan
orang lain. 

Tidak mudah? Itu pasti, pengalaman saya juga mengatakan demikian, tapi pasti akan
berbeda rasanya saat kita bisa menyampaikan sesuatu yang sesuai dengan perasaan dan
opini kita, daripada hanya sekedar mengikuti keinginan orang lain  

Keep trying !!!   

Anda mungkin juga menyukai