Thought Paper 2

The Politics of Critical Theory

Oleh: Simone Chambers

Simone Chambers membahas tentang munculnya teori kritis dari beberapa pemikir
yang ada di dunia, seperti Horkheimer, Adorno, Habermas, Marcuse, Honneth, Fraser, dan
Benhabib. Teori kritis sendiri muncul dalam keyakinan bahwa teori sosial harus bersifat
normatif dan mengutamakan moral. Teori-teori kritis lama yang muncul dari pemikir seperti
Horkheimer dan Adorno sering dianggap tidak politis, karena terlalu bersinggungan dengan
nilai budaya dan estetik. Namun oleh pemikir-pemikir setelah mereka, teori kritis terus
dikembangkan sehingga dapat menjelaskan fenomena-fenomena politik yang ada. Teori kritis
memiliki agenda normatif yang berkaitan dengan emansipasi manusia yang muncul dari
ketidakadilan. Secara lebih sederhana saya katakan bahwa teori kritis berisi tentang kritik
akan ketidakadilan sosial dan ketidaksetaraan yang terjadi di dunia.

Teori kritis baru atau generasi ketiga, yang dikemukakan oleh Fraser dan Benhabib,
dapat dikatakan lebih besar muatan politiknya dibandingkan dengan teori kritis lama. Hal ini
disebabkan karena teori lebih konkrit dan tidak bersifat abstrak dan general. Selain itu, teori
dari Fraser dan Benhabib lebih konkrit dalan hal yang bersifat duniawi dengan memberikan
contoh kasus yang spesifik dan nyata terjadi, sebagai contoh mereka memasukkan masalah-
masalah politik dan juga perdebetan tentang demokrasi. Mereka pun berani mengajukan
tentang reformasi institusi sebagai salah satu cara untuk mewujudkan demokrasi. Hal ini
merupakan sumbangan besar bagi ilmu sosial terutama bagi ilmu politik.

Setelah membaca dan mencoba memahami jurnal tentang teori kritis oleh Simone
Chambers, muncul beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah teori kritis lama atau generasi pertama dapat tetap digunakan dalam
menjawab fenomena-fenomena politik saat ini?

2. Apakah isu-isu kontemporer yang terjadi dalam ranah politik saat ini akan selalu
dapat dijelaskan dengan menggunakan teori kritis?