Anda di halaman 1dari 3

W2-W1

Kadar Sampel = -----------X 100%


W
Keteran
W1 = berat sample
W2 = berat wadah kosong
W2 = berat wadah + sampel

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Adapun data pengamatan yang diperoleh pada percobaan kali ini adalah sebagai ber
ikut :
a) Berat sampel ( kulit batang nangka ) adalah 41,363 gram
b) Berat wadah kosong + kertas saring adalah 255,246 gram
c) Berat wdah, kertas saring, dan kulit batang nangka adalah 297,005 gram
4.2 Pembahasan
Setelah sampel dihaluskan, ditimbang, dibungkus dengan kertas saring dan diasukk
an kedalam alat sokhlet yang telah siap dirangkai, pelarut n-heksana dimasukkan
kedalam labu sokhlet sebanyak 200 ml. Labu sokhlet dapat disebut juga labu lemak
yang digunakan sebagai tempat pelarut yang akan diuapkan. Di dalam percobaan in
i pelarut yang digunakan adalah n-heksana karena sampel yang digunakan bersifat
non polar, maka palarut yang digunakan juga harus bersifat non polar seperti n-h
eksana sebagai salah satu contohnya atau dapat juga digunakan pelarut semi-polar
. Pelarut atau senyawa non polar tidak bersifat elektronegatif. Semakin panjang
rantai C, maka akan semakin bersifat non polar dan semakin sukar larut dalam air
. Unsur-unsur yang memiliki keelektronegativitas yang tinggi adalah golongan VII
dan VI A. Pelarut n-heksana juga bersifat mudah menguap pada suhu 68oC dan dapa
t menarik lemak yang ada pdada sampel. Residu yang diperoleh dari proses ini leb
ih sedikit dibandingkan dengan kelompok A. Hal ini terjadi karena kulit batang n
angka yang muda, sehingga masih mengandung lemak yang cukup banyak.
Pada saat n-heksana 200 ml telah dimasukkan ke dalam alat sokhlet, kemudian dipa
naskan dengan temperature yang tidak boleh terlalu tinggi karena n- heksana akan
mudah menguap pada suhu 68oC. Rangkaian alat sokhlet juga dilengkapi dengan ko
ndensor yang berfungsi sebagai pendingin, kondensor dapat mengubah uap air dan u
ap minyak menjadi fase cair. Ke dalam residu hasil evaporasi ditambahkan natrium
sulfat anhidrat untuk mengikat air yang ada pada residu. Pada saat filtrate ang
diperoleh diuapkan denagn ritari evaporator, harus diperhatikan suhunya agar ti
dak terlalu tinggi agar menghindari terjadinya kerusakan senyawa-senyawa tertent
u yang mudah rusak pada suhu tinggi. N- heksan juga volatile.
Pada proses persiapan sampel, kulit batang nangka tidak boleh dikeringkan langsu
ng terkena cahaya matahari, tetapi dengan diangin-anginkan agar menghindari terj
adinya pengurangan kadar lemak dan tidak dapat diserap karena daya serapnya tela
h berkurang akibat dari pengeringan dengan terkena sinar matahari langsung.
Ekstraksi merupakan teknik pemisahan yang sangat sering dilakukan di laboratoriu
m kimia organic. Ekstraksi dapat didefinisikan sebagai metode pemisahan komponen
dari suatu campuran dengan menggunakan pelarut berdasarkan beda kelarutan antar
a zat satu dan yang lainnya. Ekstraksi dingin dapat dilakukan dengan maserasi (
perendaman ) dan enfleurasi. Sedangkan ekstraksi panas dilakukan dengan pemisah
an mengguanakan alat ( metode sokhletasi ). Pelarut yang digunakan sedikit dan k
eefisienan dari pelarut tersebut tinggi. Yang menjadi kekurangan dalam metode i
ni adalah tidak dapat digunakan pada senyawa yang titik didihnya rendah.
Sokhletasi merupakan proses pemisahan ( ekstrak padatan ) suatu bahan alam denga
n palarut organic yang menggunakan alat sokhlet. Pada umumnya metode ini digunak
an untuk memisahkan lemak dan minyak. Pada tahapan prosesnya, teknik sokhletasi
ini hamper sama dengan partisi cair-cair, namun yang membedakannya adalah cara p
emisahannya. Prinsip dari metode ini adalah mengekstrak lemak dengan menggunakan
pelarut organic. Setalah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dengan d
ihitung presentase kadar sampelnya.
Proses pemisahan dengan metode ini memiliki kelebihan, yaitu pelarut yang diguna
kan masih utuh, dapat digunakan untuk pemisahan bahan lain. Dikatakan masih utuh
karena pada penguapan dengan rotary evaporator hasil yang diperoleh tadi memisa
hkan pelarut yang ada dalam filtrate. Dan dapat melarutkan bahan yang lebih bany
ak karena pemanasan. Tetapi metode ini kurang efektif, karena harga pelarut maha
l dan lemak yang diperoleh harus dipisahkan dari pelarutnya denagn cara diuapkan
. Alasan dari pemisahan pelarut dari ekstraknya adalah agar dihasilkan zat-zat t
erlarut sebagai ekstrak pekat dan pelarutnya dapat digunakan kembali.
Rotari Evaporator berfungsi untuk mempercepat penguapan.
BAB V
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil percobaan adalah :
1. Prinsip dari metode ini adalah mengekstrak lemak dengan menggunakan pela
rut organic, setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung
persentasenya.
2. Pelarut yang digunakan pada percobaan kali ini adalah n-heksana. Pemilih
an pelarut ini didasarkan pada sifatnya yang non polar, volatile dan dapat menar
ik lemak dan sukar larut dalam air.
3. Dengan menggunakan rotary evaporator dapat dipisahkan antara pelarut dan
lemak yang telah didapat dari proses sokhlet, hingga pelarut dapat digunakan la
gi.
4. Natrium sulfat anhidrat ditambahkan ke dalam residu agar dapat menarik/m
engikat air yang ada dalam residu.
5. Kelebihan dari metode sokhletasi adalah pelarut masih utuh, masih dapat
digunakan untuk ekstraksi bahan yang lain, dan dapat melarutkan bahan yang lebih
banyak karena adanya pemanasan.
6. Kekurangan metode sokhletasi adalah kurang efektif, karena harga pelarut
mahal dan lemak yang diperoleh harus dipisahkan dari pelarutnya dengan cara diu
apkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aderson, R. 1991. SAMPLE PRETREATMENT AND SEPARATION. John Willey
and Sons Singapore.
Geankoplis. 1998. TRANSPORT PROCESS AND UNIT OPERATION. Ally
Bacon : Boston.
Harborne, J.B. 1987. METODE FITOKIMIA. ITB : Bandung.

MEKANISME KERJA
Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 5-10 gram dan kemudian dibungkus atau di
tempatkan dalam Thimble (selongsong tempat sampel) , di atas sample ditutup dengan
kapas.
Pelarut yang digunakan adalah Petroleum Spiritus dengan titik didih 60 80°C. Selan
jutnya labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih ialah untuk meratak
an panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan Petroleum Spiri
t 60 80°C sebanyak 175 ml. Digunakan petroleum spiritus karena kelarutan lemak pad
a pelarut organik.
Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam soxhlet . Soxhlet disambungk
an dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor . Alat
pendingin disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat e
kstraksi lemak
mulai dipanaskan .
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati soklet menuju ke pipa pendingin.
Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondenser mengembunkan uap pelar
ut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut melarutka
n lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul dalam thimble dan bila volumen
ya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses dari pe
ngembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak kasa
r dilakukan selama 6 jam.
Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses pe
nyulingan dan dikeringkan.
DASAR PEMILIHAN METODE, KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN METODE SOXHLET
Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiens
i bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu,
sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan mening
katkan laju ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepat.
Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya d
igunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, http://commons.wikimedia.org/wiki/Image:Soxhlet_Extractor.jpg diak
ses tanggal 20 Agustus 2008
Anonim, 2008, http://whale.wheelock.edu/bwcontaminants/analysis.html diakses tan
ggal 20 Agustus 2008
Darmasih, 1997, peternakan.litbang.deptan.go.id/user/ptek97-24.pdf, diakses tang
gal 20 Agustus 2008

Anda mungkin juga menyukai