Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan semen di industri sudah merupakan bagi para ahli kimia dan insinyur
kimia sejak zaman penggunaan motor gamping dan semen alami mulai dikenal orang. Pada
zaman modern dewasa ini, dan ini jelas terlihat dari banyaknya bangunan yang
menggunakan beton bertulang untuk balok dan dindingnya, seperti terowongan, bendungan
yang besar-besar, jalan, dan lain-lain. Hal ini disebabkan terutama karena barang-barang
semen tersebut mempunyai sifat-sifat mudah dibuat, mudah dipakai, murah, kuat, dan tahan
pakai.
Walaupun banyak bangunan dan jalan yang terbuat dari beton terdapat di sekeliling
kita, namun tidaklah mudah memahami bahwa industri semen itu berkembang dengan pesat
dalam abad terakhir ini. Manusia sejak dulu telah menemukan adanya semacam batuan
alam yang bisa dikalsinasi, menghasilkan produk yang mengeras karena penambahan air.
Namun, kemajuan yang nyata barulah terlihat setelah pengkajian-pengkajian fisika kimia
dan kimia teknik meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan pabrik modern yang efisien
yang bekerja dengan kondisi operasi yang dikendalikan dengan ketat, serta dapat
menampung dan menangani berbagai jenis bahan baku.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Bagaimana definisi dan deskripsi dari semen?
b) Bagaimana proses pembuatan semen dengan menggunakan proses kering?
c) Apa saja keuntungan dan kerugian menggunakan proses kering dalam proses
pembuatan semen tersebut?
d) Bagaimana produk dan hasil samping (limbah) dari proses pembuatan semen di atas
serta pengolahannya?

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
a) Mengetahui definisi dan deskripsi dari semen
b) Mengetahui proses pembuatan semen menggunakan proses kering

1
c) Mengetahui keuntungan dan kerugian menggunakan proses kering dalam proses
pembuatan semen tersebut
d) Mengetahui produk dan hasil samping (limbah) dari proses pembuatan semen di atas
serta pengolahannya

2
BAB II
TINJAUAN SINGKAT TENTANG SEMEN

Semen adalah suatu campuran senyawa kimia yang bersifat hidrolis artinya jika
dicampur dengan air dalam jumlah tertentu akan mengikat bahan-bahan lain menjadi satu
kesatuan massa yang dapat memadat dan mengeras. Secara umum semen dapat
didefinisikan sebagai bahan perekat yang dapat merekatkan bagian-bagian benda padat
menjadi bentuk yang kuat, kompak, dan keras. Semen yang terbaik saat ini adalah semen
Portland yang ditemukan tahun 1824 oleh Joseph Aspdin. Kandungan kimia di dalam semen
adalah Trikalsium Silikat, Dikalsium Silikat, Trikalsium Aluminat, Tetrakalsium Aluminofe,
dan Gipsum. Semen dapat dibuat dengan 2 cara yaitu dengan proses basah dan proses
kering. Penjelasan mengenai proses pembuatannya secara proses kering dijelaskan
sedemikian rupa pada makalah ini. Proses kering itu sendiri mempunyai keuntungan dan
kerugian, diantaranya:

 Keuntungan:

• Kiln yang digunakan relatif pendek

• Kebutuhan panas lebih rendah, sehingga bahan bakar yang dipakai relatif sedikit
dan membutuhkan air yang relatif sedikit pula

• Kapasitas produksi lebih rendah

 Kerugian:

• Rata-rata kapasitas kiln lebih besar

• Fluktuasi kadar air menganggu operasi, karena material lengket di inlet kiln

• Terjadi penebalan/penyempitan pada saluran pipa kiln

• Campuran umpan kurang homogen

• Banyak debu yang dihasilkan sehingga dibutuhkan alat penangkap debu

BAB III
3
METODOLOGI PENULISAN

3.1 Sifat Penulisan


Penulisan makalah ini bersifat kajian pustaka yang mendeskripsikan bagaimana
proses pembuatan semen dengan menggunakan proses kering. Dijelaskan juga mengenai
cara pengolahan limbah hasil proses pembuatan semen tersebut.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam makalah ini dilakukan dengan metode studi literatur dari
berbagai sumber informasi, antara lain sebagai berikut :

1. Jurnal ilmiah.

2. Informasi internet.

3. Pemikiran penulis.

4. Textbook

BAB IV
PEMBAHASAN

4
Semen dibuat dengan menggunakan bahan baku tertentu, antara lain:
1. Batu kapur
Batu kapur merupakan komponen yang banyak mengandung CaCO3 dengan
sedikit tanah liat, Magnesium Karbonat, Alumina Silikat dan senyawa oksida lainnya.
Senyawa besi dan organik menyebabkan batu kapur berwarna abu-abu hingga kuning.
2. Tanah liat
Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa Alumina Silikat Hidrat.
3. Pasir Besi dan Pasir Silikat
Bahan ini merupakan Bahan koreksi pada campuran tepung baku (Raw Mix).
Digunakan sebagai pelengkap komponen kimia esensial yang diperlukan untuk
pembuatan semen. Pasir Silika digunakan untuk menaikkan kandungan SiO2,
sedangkan pasir besi digunakan untuk menaikkan kandungan Fe2O3 dalam Raw Mix.
4. Gypsum ( CaSO4. 2 H2O )
Berfungsi sebagai retarder atau memperlambat proses pengerasan dari semen.
Hilangnya kristal air pada gipsum menyebabkan hilangnya atau berkurangnya sifat
gipsum sebagai retarder.

Semen dapat dibuat dengan 2 cara yaitu dengan proses basah dan proses kering,
perbedaannya hanya terletak pada proses penggilingan dan homogenisasi. Proses
pembuatann semen secara proses kering adalah sebagai berikut:
1. QUARRY ( PENAMBANGAN )

Bahan tambang berupa batu kapur, batu silika, tanah liat, dan material-material
lain yang mengandung kalsium, silikon, alumunium, dan besi oksida yang diekstraksi
menggunakan drilling dan blasting.

a) Penambangan batu kapur dilakukan dengan:

• Pengupasan ( stripping ), yaitu dengan membuang lapisan atas tanah

• Pengeboran, yaitu dengan membuat lubang dengan bor untuk tempat peledakan

• Blasting ( peledakan ), yaitu dengan teknik electrical detonation

b) Penambangan batu silika

5
Penambangan silika tidak membutuhkan peledakan karena batuan silika
merupakan butiran yang saling lepas dan tidak terikat satu sama lain. Penambangan
dilakukan dengan pendorongan batu silika menggunakan dozer ke tepi tebing dan
jatuh di loading area.

c) Penambangan tanah liat

Penambangan tanah liat dilakukan dengan pengerukan pada lapisan permukaan


tanah dengan excavator yang diawali dengan pembuatan jalan dengan sistem selokan
selang seling.

2. CRUSHING

Crushing adalah proses pemecahan material-material hasil penambangan menjadi


ukuran yang lebih kecil dengan menggunakan crusher, yaitu batu kapur dari ukuran < 1
cm dipecah menjadi < 50 mm, sedangkan batu silika dari ukuran < 40 cm dipecah
menjadi < 200 mm

3. CONVEYING

Bahan mentah ditransportasikan dari area penambangan ke lokasi pabrik untuk


diproses lebih lanjut dengan menggunakan belt conveyor.

4. RAW MILL ( PENGGILINGAN BAHAN BAKU )

Proses kering terjadi di Duodan Mill yang terdiri dari Drying Chamber, Compt 1,
dan Compt 2. Material-material dimasukkan bersamaan dengan dialirkannnya gas panas
yang berasal dari suspension preheater dan menara pendingin. Pada ruangan pengering
terdapat filter yang berfungsi untuk mengangkut dan menaburkan material sehingga gas
panas dan material berkontaminasi secara merata sehingga efisiensi dapat tercapai.
Terjadi pemisahan material kasar dan halus dalam separator.

5. HOMOGENISASI

Homogenisasi proses kering terjadi di blending silo dengan sistem aliran corong.

6
6. PEMBAKARAN/ PEMBENTUKAN CLINKER

Pembakaran atau pembentukan clinker terjadi di dalam kiln. Kiln adalah alat
berbentuk tabung yang di dalamnya terdapat semburan api. Kiln di design untuk
memaksimalkan efisiensi dari perpindahan panas yang berasal dari pembakaran bahan
bakar. Proses pembentukan clinker terjadi di dalam kiln, meliputi pengeringan slurry,
pemanasan awal, kalsinasi, pemijaran, pendinginan, dan penyimpanan klinker.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:

• Pengeringan slurry

Terjadi pada daerah 1/3 panjang kiln dari inlet pada temperatur 100-500◦C
sehingga terjadi pelepasan air bebas dan air terikat untuk mendapatkan padatan tanah
kering.

• Pemanasan Awal

Terjadi pada daerah 1/3 setelah panjang kiln dari inlet. Selama pemanasan
tidak terjadi perubahan berat dari material tetapi hanya peningkatan suhu yaitu sekitar
600°C dengan menggunakan preheater.

• Kalsinasi

Penguraian kalsium karbonat menjadi senyawa-senyawa penyusunnya pada


suhu 6000 C.

CaCO3 → CaO + CO2

MgCO3 → MgO + CO2

• Pemijaran

Reaksi antara oksida-oksida yang terdapat dalam material yang membentuk


senyawa hidrolisis yaitu C4AF (Tetrakalsium aluminoferit), C3A (Trikalsium
aluminat), C2S (Dikalsium silikat) pada suhu 1450° C membentuk clinker.

• Pendinginan

7
Terjadi pendinginan clinker secara mendadak dengan aliran udara sehingga
clinker berukuran 1150-1250 gr/liter. Clinker yang keluar dari cooler bersuhu 150-
250° C.

• Transportasi & penyimpanan clinker

Klinker kasar akan jatuh kedalam penggilingan untuk dihaluskan. Kemudian


dengan drag chain, klinker yang telah dihaluskan diangkut menuju silo klinker atau
langsung ke proses cement mill untuk diproses lebih lanjut menjadi semen.

• Cement mill

Merupakan proses penggilingan akhir dimana terjadi penghalusan clinker-


clinker bersama 5 % gipsum alami atau sintetik. Secara umum, dibagi menjadi 3
proses, yaitu penggilingan clinker, pencampuran, dan pendinginan.

Untuk proses produksinya, digunakan 4 jenis bahan bakar, yaitu LNG, solar, batu
bara, dan bahan bakar sintetis.

1. LNG (Liquid Natural Gas/Gas Alam)

Bahan bakar ini digunakan pada suspension preheater.

2. Solar (IDO)

Solar ini digunakan pada proses pemanasan kiln, yaitu pada awal kiln dijalankan
atau heating up hingga temperatur mencapai 8000 C, kebutuhan solar untuk proses ini
adalah sebesar 8000 liter/jam.

3. Batu Bara

Batu bara digunakan untuk proses pemanasan lanjutan di kiln sebagai pengganti
solar. Batu bara yang ditampung di storage diangkut dan dimasukkan ke dalam hooper.

4. Bahan Bakar Sintetis (BBS)

BBS digunakan sebagai bahan bakar penunjang di rotary kiln. BBS mengandung
logam-logam berat yang akan mencemari lingkungan bila dibuang ke alam, tetapi
logam-logam tersebut akan hancur mengalami pemanasan pada suhu yang sangat
tinggi, seperti suhu pembakaran di kiln (14500C), sehingga tidak akan ada sisa dan
8
aman bagi lingkungan serta membantu dalam proses pembakaran. Perbandingan
menggunakan batu bara dan BBS adalah 80:20.

Skematik sistem operasi pembuatan semen di atas ditunjukkan dalam gambar


sebagai berikut :

Gambar 1. Diagram Pembuatan Semen 1

9
Gambar 2. Diagram Pembuatan Semen 2

10
BAB V

PRODUK DAN HASIL SAMPING (LIMBAH)

Hasil akhir dari pembuatan semen di atas diperoleh Semen PPC, yaitu Semen
campuran yang menggunakan pozzolan sebagai bahan tambahan pada campuran terak dan
gips dalam proses penggilingan akhir. Pozzolan adalah bahan yang dalam keadaan sendiri
tidak terlalu bersifat semen, tetapi akan muncul sifat semen apabila dicampur dengan
gamping. Semen ini tahan terhadap korosi dari larutan garam dan air laut dan sesuai untuk
pengecoran beton massa, dam, irigasi, bangunan tepi laut atau rawa, yang memerlukan
ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang. Pada tahun 1980, untuk memproduksi 61,75 ×
106 ton klinker dikonsumsi 11 × 106 ton batu bara, 500 × 103 m3 minyak, dan 1,75 × 106 m3
gas bumi.

Limbah yang dihasilkan adalah limbah padat, cair, dan gas yang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

b. Limbah tambang

Limbah ini berasal dari lokasi dan kegiatan penambangan berupa debu, pecahan
batu, dan tanah liat. Hal ini ditangani dengan cara membuat kantong-kantong lumpur
dan pengendapan dan terangkutnya limbah oleh air hujan.

c. Limbah produksi

Proses produksi ini menghasilkan limbah berupa debu dengan intensitas


paling tinggi terdapat dalam proses penggilingan akhir dan penggilingan awal serta
proses pencampuran dan pembakaran. Debu-debu ini ditangani dengan menggunakan
alat penangkap debu yaitu dust collector dan Electrostatic precipitator. Alat-alat ini
mempunyai efisiensi dedusting yang cukup tinggi, sehingga dapat mengurangi
sekaligus merecover debu yang akan terbuang. Debu yang keluar dari kedua alat
tersebut diharapkan berintensitas sekitar 40-50 ppm. Kondisi alat ini selalu dikontrol
agar efisiensinya tetap tinggi, sehingga udara keluarannya hanya mengandung sedikit
debu.

11
Limbah gas buang dihasilkan dari gas buang stack. Hasil pembakaran batu
bara dan gas pengguraian bahan baku di kiln. Limbah gas dari kiln biasanya terbentuk
apabila pada proses pembakaran terjadi kekurangan atau kelebihan O2. Bila terdapat O2
berlebih maka akan terbentuk oksida-oksida dari unsur-unsur yang terkandung dari
bahan baku. Dan apabila proses pembakaran kekurangan O2 maka akan terbentuk gas
CO. Kadar CO yang tinggi dapat mengganggu jalannya proses dan merusak
electrostatic presipitator. Sebagai pencegahan dilakukan pengaturan bahan bakar dan O2
yang masuk ke dalam proses, yaitu dengan menggunakan conditioning tower atau
melakukan pemanasan lebih lama yaitu dengan mengalirkan gas buang ke suspension
preheater. Penggunaan Catalytic converter dapat mengoksidasi CO menjadi CO2.

d. Limbah transportasi

Limbah transportasi berupa limbah padat yang tercecer pada saat


pengangkutan baik berupa bahan mentah maupun bahan yang sudah jadi.

12
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Proses pembuatan semen dilakukan dengan proses kering yang terdiri dari beberapa
tahap, yaitu penambangan bahan baku, pemecahan material hasil penambangan,
penggilingan bahan baku, homogenisasi, pembakaran atau pembentukan Clinker menjadi
semen. Proses kering ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain proses produksi lebih
besar, hemat energi, dan panjang kiln yang digunakan lebih pendek. Bahan bakar yang
digunakan pada proses ini adalah LNG, solar, batu bara, dan bahan bakar sintetis. Semen
yang diperoleh menggunakan proses ini adalah semen PPC. Pengolahan limbah yang
dihasilkan dilakukan dengan baik ditunjukkan dengan pengolahan debu dan limbah
pengolahan bahan baku.

6.2 Saran
Untuk produksi yang lebih ramah lingkungan disarankan agar lebih
memaksiimalkan penanganan debu yang merupakan hasil samping dari proses pembuatan
semen di atas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Austin, George T,. 1984. Shreve’s Chemical Prosess Industries. 5th edition. Mc-Graw Hill,
Inc. Singapore
Bernasconi, G. 1995. Teknologi Kimia. Terjemahan Dr. Ir. Lienda Hanjojo, MEng. Pt
Prandnya Paramitha. Jakarta
Duda, Walter H. 1984. Cement Data Book : International Prosess Engineering in the
Cement Industry. 2nd edition. Boverlag Gm Bh. Weis Baden anfBerum, Mc Donald
and Evan. London
Geankoplis C.J. 1983. Transport Process and Unit Operation. 2nd edition. Allyn and Bacon
Inc. USA
Perry, J.H. 1950. Chemical Engineering Handbook. 6th edition. McGraw-Hill Inc. New York

14

Anda mungkin juga menyukai