1. AGRARIA: meliputi bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya;
2. HUKUM AGRARIA: hukum yang mengatur mengenai bumi, air dan ruang
angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya (BARAKA);
Hak menguasai Negara dalam arti Negara sebagai organisasi kekuasaan tertinggi
diberi wewenang:
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan BAR;
b. Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas BAR (hubungan
hukum antara orang-orang dengan BAR);
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dan perbuatan-perbuatan yang mengenai BAR.
Hak menguasai Negara :- Hak keperdataan (orang dan badan hukum privat)
- Hukum publik (eksistensi hak ulayat)
- Hukum publik (hak pengelolaan)
- Hak pakai (khusus) :antar negara, sosial/keagamaan &
lembaga pemerintah
Fungsi sosial:
Seseorang tidak boleh semata-mata mempergunakan tanah untuk
kepentingan pribadi;
Tidak dipergunakannya tanah tidak boleh merugikan masyarakat;
Penggunaan dan pemanfaatan tanah harus disesuaikan dengan keadaannya
dan sifat haknya sehingga bermanfaat, baik untuk kesejahteraan pemegang
hak maupun bagi masyarakat dan negara.
1
Hukum adat:
1. Prinsip nasionalitas;
2. Pro kepentingan negara;
3. Pro persatuan bangsa;
4. Pro Pancasila;
5. Tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi;
6. Sesuai unsur-unsur agama.
Hak Ulayat:
1. Masih eksis;
2. Pro prinsip nasionalitas;
3. Pro kepentingan negara;
4. Pro Persatuan bangsa;
5. Tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.
Kriteria hak ulayat: unsur masyarakat adat, unsur wilayah dan unsur hubungan
antara masyarakat tersebut dengan wilayahnya. Penentuannya dinyatakan dalam
peta dasar pendaftaran tanah. Kewenangannya berupa hak penguasaan tanah oleh
para warganya dan pelepasan tanah untuk keperluan “orang luar”.
Asas nasionalitas:
a. Hanya WNI saja yang boleh mempunyai hubungan sepenuhnya dengan BAR;
b. Baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk
memperoleh suatu hak atas tanah.
2
5. Hak pengelolaan (HPL): hak menguasai dari negara yang berwenang
melimpahkan sebagian pelaksanaannya kepada pemegangnya (pasal 1 angka
2 PP 40/1996) – HPL merupakan delegasi wewenang kepada daerah otonom,
departemen, lembaga dan perusahaan pemerintah (HPL merupakan suatu
hak atas tanah yang tidak diatur dalam UUPA, dari HPL dapat diterbitkan hak
milik, HGB dan hak pakai dan hak-hak yang timbul daripadanya harus
didaftarkan).
3
- berlaku terhadap pihak ketiga tentang telah didaftarkannya hak
tersebut dan diberikan perlindungan hukum.
- Asas spesialitas: pendaftaran itu jelas dan diketahui lokasinya serta peranan dari
surat ukur adalah memperjelas lokasi dari tanah tersebut.
- Rechtkadaster: pendaftaran ini tujuannya untuk pendaftaran bukan sebagai
tagihan pajak ataupun keperluan lain.
- Asas kepastian hukum: adanya lembaga PPAT sebagai satu-satunya pejabat yang
berwenang untuk membuat akta-akta peralihan, pemberian hak baru dan
pembebanan hak atas tanah sebagai jaminan, kantor pertanahan yang melakukan
pendaftaran tanah.
- Pemastian lembaga.
Konversi: penyesuaian hak-hak atas tanah yang pernah tunduk kepada sistem
hukum yang lama yaitu hak-hak tanah menurut KUH Perdata barat dan tanah yang
tunduk kepada hukum adat untuk masuk kedalam sistem hak-hak tanah menurut
ketentuan UUPA.
Prinsip-prinsip konversi:
1. prinsip nasionalitas;
2. prinsip pengakuan hak-hak tanah terdahulu;
3. kepentingan umum;
4. penyesuaian kepada ketentuan konversi;
5. status quo hak-hak tanah terdahulu.
Pelaksanaan konversi hak atas tanah tersebut baru selesai apabila telah dibukukan
dan diterbitkan sertpikat hak atas tanahnya. Pendapat Boedi Harsono: konversi
tersebut berlaku dengan sendirinya pada waktu UUPA berlaku dan PP No. 10/1961
diberlakukan (secara otomatis), tetapi menurut A.P. Parlindungan: konversi bersifat
positif aktif dan berlaku setelah ada ketentuan-ketentuan dan sikap aktif dari para
pemegang hak atas tanah tersebut (tidak secara otomatis – harus dilaporkan).
4
e. larangan pemecahan tanah pertanian;
f. ekstensifikasi dan intensifikasi tanah pertanian.
Tata Guna Tanah, Penataan Ruang dan Konsolidasi Tanah (PP 16/2004, UU No.
24/1992, Peraturan Kepala BPN No. ___/1991)
Tata guna tanah adalah rangkaian kegiatan penataan penyediaan, peruntukkan dan
penggunaan tanah secara beencana dalam rangka melaksanakan pembangunan
nasional, atau pola pengelolaan tata guna tanah ialah penguasaan penggunaan dan
pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui
pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu
kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil.
Tata ruang: wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik direncanakan
maupun tidak.
Penataan ruang: proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
Asas penataan ruang:
terpadu berkelanjutan
berdaya guna keterbukaan
berhasil guna persamaan
serasi keadilan
selaras perlindungan hukum
seimbang
5
sumber daya alam dengan mengikutsertakan partisipasi masyarakat (prinsip:
membangun tanpa memindahkan penduduk).
Hak Tanggungan: hak jaminan uang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana
dimaksud dalam UUPA, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan
satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain
(Pasal 1 UUHT).
Ciri/karakteristik HT:
1. Hak mendahului (droit de preference);
2. Mengikuti di tangan siapa hak tersebut berada (droit de suit);
3. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya;
4. Tidak dapat dibagi-bagi (kecuali diperjanjikan).