Anda di halaman 1dari 11

.

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Konsep CTL

Ctl merupakan salah satu bentuk membelajarkan siswa dengan cara memberikan pengalaman langsung.
Siswa belajar dari lingkungan yang berada di sekitarnya. Salah satu contohnya adalah siswa yang disuruh
melakukan observasi di pasar. Kemudian siswa itu disuruh menjelaskan apa saja yang ia pelajari selama
melakukan observasi di pasar.

Ada tiga prinsip dalam pembelajaran CTL. Pertama, siswa dituntut untuk menemukan sendiri
pengetahuan baru. Tidak hanya mendapatkan pengetahuan yang baru, namun lebih dari itu siswa
dikondisikan agar dapat memahami proses yang terjadi dalam mendapatkan ilmu itu. Singkatnya, siswa
membangun sendiri pengetahuannya.

Kedua, siswa dituntut untuk dapat menghubungkan ilmu yang ia dapatkan di sekolah dengan kejadian
actual di masyarakat. Ketiga, diharapkan siswa dapat mengaplikasikan ilmu yang ia dapatkan dengan
kejadian aktual di masyarakat.

Terkait dengan itu, ada lima karakteristik penting dalam CTL.

Pembelajaran merupakan pengaktivan kembali informasi yang sudah ada pada siswa.

CTL merupakan suatu upaya untuk mendapat pengetahuan yang didapatan dengan cara deduktif.

Pemahaman yang diperoleh bukan untuk dihafal, tetapi untuk difahami dan diyakini.

Mempraktekan pengetahuan yang telah didapat.

Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.

B. Prosedur CTL

Setiap siswa memiliki gaya belajar sendiri. Bobbi Deporter (1992) menyebutkan hal itu sebagai unsure
modalitas belajar. Menurutnya ada tiga belajar pada tiap diri siswa dimana tiap orang memiliki
kecenderungan terhadap salah satunya. Ketiga hal itu adalah visual, auditorial, dan kinestetis. Siswa
yang memiliki kecenderungan visual akan cenderung belajar dengan cara melihat. Siswa dengan
kecenderungan auditorial akan lebih tertarik untuk belajar dengan mendengarkan suara-suara.
Sementara siswa dengan karakter kinestetis akan lebih tertarik untuk praktek dengan melakukan suatu
kegiatan atau menyentuh secara langsung.

Dalam CTL, guru dituntut untuk dapat memahami karakteristik belajar siswa sehingga siswa dapat
belajar dengan gayanya masing-masing. Dalam pembelajaran konvensional, guru sering lupa
memperhatikan hal ini. Sehingga yang terjadi adalah apa yang dikatakan Oleh Paulo Freire sebagai
pemaksaan kehendak.

Sehubungan dengan itu, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru ketika akan
menerapkan gaya belajar CTL.

Siswa harus dipandang sebagai manusia yag sedang berkembang dan bukan sebagai orang
dewasa dalam ukuran kecil. Kemampuan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh level
perkembangan siswa sehingga kita tidak boleh memberikan pelajaran yang tidak sesuai
dengan level perkembangan siswa tersebut. Dengan demikian guru tidak bertindak
sebagai penguasa dalam sebuah pembelajaran, namun ia berperan sebagai pembimbing
siswa dalam membimbing mereka sesuai dengan level perkembangannya.

Setiap anak memiliki kecenderungan untuk mencoba hal yang baru. Mereka akan senang
jika mendapat tantangan-tantangan yang baru. Oleh karena itu, gur uberperan sebagai
pemilih objek baru dan menantang yang akan dipelajari oleh siswa.

Belajar bagi siswa adalah mengaitkan hal-hal yang telah dikuasi dengan informasi baru yang
mereka dapatkan. Dengan demikian tugs guru adalah untuk mengaitkan informasi yang
telah ada pada siswa dengan hal baru yang ia pelajari.

Belajar merupakan proses penyempurnaan skema yang sudah ada pada diri siswa (asimilasi)
dan membuat skema yang baru (akomodasi). Dengan demikian guru bertugas untuk
membantu melakukan proses asimilasi dan akomodasi.

C. Filsafat dan Teori Belajar dalam CTL

CTL sangat dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme. Menurut filsafat ini, Tuhan menciptakan alam
semesta dan manusia menjadi tuan dari ciptaan-Nya. Mengetahui berarti tahu dan faham tentang
proses pembuatannya dan untuk mencapai itu, maka manusia harus mengkonstruk pemahamannya.
Dengan demikian, ilmu tidak dapat diperoeh dari orang lain semisal guru, namun harus diperoleh sendiri
sehingga ia dapat mengkonstruk pengetahuannya.

Sama dengan aliran filsafat yang mendasarinya, CTL menggunakan teori belajar konstruktivstik. Menurut
Peaget, setiap menusia memiliki kemampuan untuk mengkonstruk sendiri pengetahuan yang akan
dimilikinya. Ia menyebutnya sebagai skema. Belajar adalah soal menyempurnakan skema yang sudah
ada (asimilasi) dan membentuk skema yang baru (akomodasi).

Diposkan oleh Ijang Permana Sidik di 01:54 0 komentar


Label: model pembelajaran

Minggu, 19 Oktober 2008


KONSEP PAKEM
Ada artikel bagus nih, saya kutip dari blog http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/konsep-pakem/

oleh : Depdiknas

A. Apa itu PAKEM?

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.

Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang
merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif
yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan
dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang
kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga
dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa
memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut
hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan
menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang
harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah
tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak
efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.

Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:

Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka
dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
1. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik,
menyenangkan, dan cocok bagi siswa.

2. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan
menyediakan ‘pojok baca’

3. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar
kelompok.

4. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah,
untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan
sekolahnya.

B. Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM?

Memahami sifat yang dimiliki anak

Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang
kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir
memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir
kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur
bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji
anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong
anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.

Mengenal anak secara perorangan

Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda.
Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Menyenangkan, dan Efektif) perbedaan individual perlu
diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu
mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak
yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor
sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga
belajar anak tersebut menjadi optimal.

Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar

Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam
bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau
membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak
akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan
mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas
secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis
dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan
masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang
keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara
lain dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang
dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata
“Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).

Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa
sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang
dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa
lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat
berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang
penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam
PEMBELAJARAN karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak.
Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar).
Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar.
Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat
dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat men-
gembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan
pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.

Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru
kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih
mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus
secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar
selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan
catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa
daripada hanya sekedar angka.

Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental

Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak.
Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan. Keadaan tersebut
bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering
bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif
mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan,
takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan
penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya.
Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan ‘PAKEMenyenangkan.’

C. Bagaimana Pelaksanaan PAKEM?


Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama PEMBELAJARAN. Pada
saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk
menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan
guru.

Kemampuan Guru Pembelajaran


Guru menggunakan alat bantu dan sumber Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:
belajar yang beragam. Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
Gambar
Studi kasus
Nara sumber
Lingkungan
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk Siswa:
mengembangkan keterampilan. Melakukan percobaan, pengamatan, atau
wawancara
Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya
sendiri
Menarik kesimpulan
Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata
sendiri
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk Melalui:
mengungkapkan gagasannya sendiri secara Diskusi
lisan atau tulisan. Lebih banyak pertanyaan terbuka
Hasil karya yang merupakan pemikiran anak
sendiri
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan
dengan kemampuan siswa. (untuk kegiatan tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan
kelompok tersebut.
Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
Guru mengaitkan PEMBELAJARAN dengan Siswa menceritakan atau memanfaatkan
pengalaman siswa sehari-hari. pengalamannya sendiri.
Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam
kegiatan sehari-hari
Menilai PEMBELAJARAN dan kemajuan Guru memantau kerja siswa
belajar siswa secara terus menerus. Guru memberikan umpan balik
Diposkan oleh Ijang Permana Sidik di 17:26 0 komentar
Label: model pembelajaran

Minggu, 28 September 2008


Bingung Memilih Materi Pembelajaran
Banyak diantara kita yang kadang merasa bingung ketika akan mulai mengajar. Semalam sebelum masuk
kelas mungkin kita masih bingung materi apa yang akan kita berikan untuk pembelajaran esok. Hal ini
bias terjadi pada sebagian guru, trainer, atau mentor di sekolah-sekolah. Bisa jadi kita hanya terjebak
dalam buku-buku paket yang beredar di pasaran. Kita hanya menyampaikan isi dari buku sampai habis
pada siswa tanpa faham esensinya. Pokoknya catat buku sampai habis. Lalu apa yang harus kita lakukan,
bagaimana cara menentukan materi yang akan kita berikan?

Dalam setiap kegiatan pembelajaran yang akan kita lakukan hendaknya kita menentukan dulu goal/tujuan
dari pembelajaran tersebut, sehingga pembelajaran akan benar-benar bersifat goal oriented. Dengan
demikian kita tidak akan kebingungan memilih materi yang akan kita berikan pada siswa atau peserta
didik lainnya. Sementara materi/content hanyalah alat yang kita gunakan untuk mengantarka peserta didik
pada tujuan yang telah kita tentukan.

Contoh kasusnya sebagai berikut. Misalnya kita akan membuat sebuah pelatihan dalam organisasi.
Pertama-tama kita tentukan dulu goal dari pelatihan itu. Misalnya kita menginginkan output yang berjiwa
kepemimpinan, berfikir sistematis, dan memiliki militansi yang tinggi. Setelah kita mendapatkan goalnya,
selanjutnya barulah kita memilih materi yang diberikan.

Dalam contoh kasus di atas, ada tiga goal dari pelatihan itu. Goal yang pertama adalah mendidik peserta
agar memiliki jiwa kepemimpinan. Untuk goal ini, kita bisa memberikan materi-materi kepemimpinan
misalnya metode perang sun tzu yang sarat dengan ilmu strategi. Selanjutnya goal yang kedua adalah
peserta diharapkan memiliki cara berfikir sistematis maka kita bias berikan ilmu manajemen pada
mereka. Dan yang terakhir adalah militansi yang tinggi. Untuk goal yang terakhir kita bisa memberikan
materi siroh nabawiyah dan menceritakan kisah sahabat-sahabat Beliau SAW yang tetap berjuang
walaupun menerima cobaan yang bertubi-tubi.

Kurang lebih begitulah cara menentukan materi. Tentukan dulu tujuannya lalu pilih angkot yang sesuai.
Maksudnya tentukan dulu tujuan pembelajarannya lalu pilih materi yang sesuai yang bisa mengantarkan
peserta didik pada tujuan pembelajaran.

Diposkan oleh Ijang Permana Sidik di 17:45 0 komentar


Label: materi pembelajaran

Rabu, 17 September 2008


MANIFESTASI PEMBELAJARAN

Seorang siswa yang telah mengalami perbuatan belajar akan ditandai dengan adanya
perubahan pola-pola sambutan dan tingkah laku indivudu. Perubahan ini merupakan
manifestasi perbuatan belajar. Ini berarti bahwa seseorang yang telah mengalami
proses belajar akan mengalami perubahan tingkah lakunya secara keseluruhan.
Perubahan itu meliputi beberapa hal yaitu,

1. kebiasaan
2. keterampilan
3. pengamatan
4. berfikir asosiatif dan daya ingat
5. berfikir rasional
6. sikap
7. inhibisi
8. apresiasi
9. tingkah laku afektif.

1. KEBIASAAN
Kebiasaan adalah suatu cara bagi individu untuk bertindak. Kebiasaan terjadi secara
otomatis pada diri individu tanpa harus berfikir terlebih dahulu.

Kebiasaan merupakan suatu hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar. Artinya setiap
individu yang telah mengalami suatu proses belajar akan terlihat dalam kebiasaan
sehari-harinya. Misalnya seseorang yag telah belajar mengetik. Proses selama belajar
mengetik akan membentuk suatu kebiasaan tersendiri dalam hal mengetik pada pribadi
yang melakukan pembelajaran itu. Misalnya ia akan terbiasa mengetik dengan sepuluh
jari. Mengetik dengan sepuluh jari merupakan suatu kebiasan yang diperoleh setelah
proses belajar itu.

Kebiasaan diperoleh semenjak seseorang masih bayi. Kebiasaan diperoleh dari hasil
belajar dan pengalaman yang dialami oleh seseorang. Untuk itulah orangtua dan guru
bertugs untuk menanamkan kebiasaan yang baik pada anak didiknya.

2. KETERAMPILAN
Berbeda dengan kebiasaan, keterampilan merupakan kegiatan-kegiatan yang bersifat
neuromuscular artinya kegiatan yang dilakukan dengan kesadaran yang tinggi. Oleh
karena itu keterampilan memerlukan kesadaran intelektual yang tinggi.

Keterampilan sangat erat kaitannya dengan kegiatan motorik. Karenanya sering disebut
juga sebagai keterampilan motoris atau sensory motor type of skill. Kegiatan
mengendarai mobil, melukis, dan menjahit merupakan contoh dari kegiatan ini dan
kesemuanya memerlukan kordinasi gerakan atau kordinasi sensoris motoris yang
tinggi. Ciri-ciri terampil tidaknya seseorang dalam melakukan suatu kegiatan adalah,
a) ketelitian, yang ditandai dengan jumlah kesalahan minimum.
b) kordinasi system respons yang harmonis, dan
c) kecepatan, yang ditandai dengan lamanya waktu yang diperlukan dalam
menyelesaikan
suatu kegiatan dengan tingkat kesalahan minimum dengan kata lain tidak asal-asalan.

Sebagai contoh adalah seseorang yang memiliki keterampilan bermain gitar. Kita dapat
meliat ketelitiannya dalam bermain, kordinasi system yang harmonis sehingga ia dapat
bermain dengan lihai, dan kecepatannya dalam memindahkan tangannya dari satu
kunci menuju kunci lain. Hal serupa juga dapat kita lihat pada saat seseorang sedang
melukis, bersepeda, menyetir, dam masih banyak lagi.

3. PENGAMATAN
Pengamatan adalah satu bentuk belajar yang dilakukan olah manusia. Pengamatan
erupakan sebuah proses penangkapan dan penerjemahan pesan yang ada pada stimuli
melaui alat indra. Pengamatan adalah salah satu hal yang penting dalam proses belajar
karena pengamatan akan memunculkan definisi. Jika pengamatan yang dilakukan
salah, maka definisi yang dimunculkan pun pasti salah.

Pengamatan dimulai dari proses diskriminasi dan generalisasi. Diskriminasi adalah


proses untuk membedakan sesuatu. Contohnya adalah ketika seorang anak sedang
melakukan pengamatan terhadap warna. Ketika ia melihat warna merah, maka ia akan
membedakannya dari warna lainnya. Ia akan memisahkan warna merah dari warna
yang lain dan dari proses diskriminasi itu ia akan dapat mengambil kesimpulan dari
pengamatan yang ia lakukan. Akhirnya ia dapat menyimpulkan apa itu warna merah.
Seangkan eneralisasi adalah sebuah pengamatan dengan cara mencari persamaan
dari bena-benda yang diamati.

Agar pengamatan berjalan dengan baik, maka kita memerlukan media dan alat yang
benar dan sesuai.

4. BERFIKIR ASOSIATIF DAN DAYA INGATAN


Secar sederhana, asosiatif dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan untuk
menghubungkan data-data yang telah diperoleh. Contoh dari kemampuan
mengasosiasi misalnya menghubungkan antara 17 Agustus dan Hari Proklamasi,
Bandung dan Konfrensi Asia Afrika, endri Dunant dan Palang Merah Dunia, atau
Kremlin dan Rusia. Proses asosiatif hanya akan terjadi apabila antara data yang dimiliki
baik itu yang lama maupun yang baru memiliki hubungan yang logis.

Berfikir asosiatif hanya mungkin terjadi apabila seseorang telah belajar tentang data
yang ia dapatkan. Misalnya seseorang hanya akan mengasosiasikan bandung denga
Konfrensi Asia Afrika apabila ia telah mempeajari sejarah KAA. Selain itu,
kemampuanberfikir asosiatif juga dipengaruhi oleh beberapa fakrtor diantaranbya
materi yang dipelajari, sifat dan bentuk proses belajar, cara belajar, daya ingatan dan
lain-lain.

Selanjutnya daya ingatan juga menjadi manifestasi dalam perbuatan belajar. Daya
ingatan menyimpan informasi yang telah diperoleh siswa selama proses pembelajaran
itu.

5. BERFIKIR RASIONAL
Berfikir rasional merupakan suatu proses berfikir dengan tingkat abstraksi yang tinggi.
Berfikir rasional sering dikaitkan dengan bagaimana (how) dan mengapa (why). Dalam
berfikir rasional seseorang dituntut untuk dapat melihat hubungan sebab-akibat,
menganalisa masalah, menarik generalisasi, menarik hokum-hukum dan membuat
ramalan. Selanjutnya berfikir rasional akan sangat berguna dalam memecahkan
masalah (problem approach).

6. SIKAP
Sikap yang dimaksud bukanlah sikap yang yang merupakan definisi dari ranah afektif.
Sikap yang dimaksud adalah sikap ketika siswa menghadapi objek. Misalnya sikap
ketika siswa sedang menghadapi masalah. Kegiatan belajar akan mempengaruhi sikap
seseorang dalam menghadapi suatu objek.

7. INHIBISI
Inhibisi adalah membuang sikap yang tidak bergna ketika seseroang sedang
melakukan interaksi dengan lingkungannya mudahnya adalah menahan nafsu dari
tindakan-tindakan yang tidak perlu. Hal ini dilakukan agar seseorang melakukan
tindakan seefektif mungkin dalam bertindak.

Contohnya adalah ketika seseorang sedang belajar di dalam kelas. Ia bisa memilih
mana yang harus dan tidak harus mencatat. Sikap inhibisi mendorongnya untuk tidak
menulis hal yang tidak perlu. Inhibisi akan membawa seseorang pada tindakan efektif.
Inhibisi didapat selama proses belajar berlangsung.

8. APRESIASI
Apresiasi adalah sutu sikap menghargai terhadap sesuatu yang bernilai luhur seperti
nilai, agama, tatakarma, dan ilmu pengetehuan. Apresisasi seseorang dapat di tentukan
dari proses belajar orang itu. Misalnya seseorang yang belajar keras untuk melukis
akan mengapresiasi nilai suatu lukisan dengan sangat tinggi.

9. LINGKAH LAKU AFEKTIF


Dalam taksonomy Bloom ada tiga ranah dalam pendidikan yaitu ranah afektif,
psikomotorik, dan kognitif. Ranah afektif atau sikap akan dibenuk selama proses
pembelajaran itu. Bahkan jika telaah ulang, sesungguhnya tujuan pendidikan sendiri
adalah untuk mendewasakan seseorang. Dengan demikian dapat kita ambil kesimpulan
bahwasanya kita harus benar-benar memperhatikan perubahan sikap pada peserta
didik.

Anda mungkin juga menyukai