Anda di halaman 1dari 10

PEGARUH MEDIA AUDIO VISUAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP

KEMAMPUAN PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK CERITA RAKYAT PADA


SISWA KELAS V SD NEGERI 02 SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN
PELAJARAN 2009/2010
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Kuantitatif Dosen Pengampu:
Dra. Sumarwati, M. Pd. Oleh: Nur Salamah Wijayanti K1207026
PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah


Kebudayaan merupakan salah satu hasil oleh pikir manusia yang mempunyai manfaat
bagi perkembangan suatuu bangsa. Bangsa yang baik adlaah bangsa yang menjaga
kelestarian budayanya karena di dalam kebudayaan terdapat nilai-nilai yang mampu
memberikan kesejahtreraan dan menjadikan suatu bangsa mendapat predikat bangsa yang
berperadaban. Bangsa Inca di Peru terkenal sebgaai salah satu bangsa berperadaban
karena memiliki tradisi yang terjaga dengan baik sejak zaman purba, begitu pula dengan
bangsa Mesir dan Cina yang terkenal sejak dulu karena mereka memiliki kebudayaan
yang terjaga. Sebgaai bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa Indonesia
mewarisi banyak kebudayaan lokal yangmenjadi akar kebudayaan nasional. Jika bangsa
Indonesia senantiasa menjaga warisan budaya maka bangsa ini akan dikenal sebgaai
bangsa yang mumpuni di dunia seperti halnya bangsa Mesir dan Cina. Di dalam budaya
terdapat substansi etika, moral, nilai pendidikan sehingga hal itu secara tidak langsung
akan mendidik bangsa Indonesia manjadi bangsa yang beradab. Bangsa yang beradab
tidak tercipta secara instan, akan tetapi tercipta melalui proses yang panjang. Proses ini
dimulai pada tatanan pendidikan terkecil, yaitu keluarga. Kemudian berkembvangan pada
lingkungan yang lebih luas di masyarakat. Salah satunya dapat diciptakan melalui
lingkungan pendidikan formal yaitu sekolah. Kondisi ini memunculkan asumsi bahwa
sekolah merupakan institusi satu-satunya pencetak kader bangsa. Di era globalisasi ini,
budaya merupakan salah satu warisan yang harus dlindungi sekaligus bnenteng terhadap
masuknya budaya dari luar yang berpengaruh negatif. Budaya yang sesuai dengan norma
dan nilai budaya asli dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sedangkan budaya
yang memberikan dampak negatif harus ditinggalkan. Bangsa Indonesia boleh
mengadposi budaya dari luar selama budaya itu mampu memperkaya budaya Indonesia
serta memberikan manfaat, misalnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan
teknologi. Sastra sebagai salah satu warisan budaya dapat digunakan secara efektif untuk
mendidik dan membentengi bangsa dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan
nilai kehidupan masyarakat Indonesia. Sastra dapat merekam nilai-niai yang dianggap
penting oleh suatu bangsa, seperti nilai moral, etka, sikap, keagaman, kemasyarakatan,
keindahan, kebahasaan, dan sebagainya. Inilai yang membuat sastra memiliki peranan
penting dalam pengajaran. Pembelajaran cerita rakyat di sekolah dapat melestarikan
cerita rakyat yang semakin lama semakin ditinggalkan masyarakat. Masuknya cerita dari
luar negeri menyebabkan cerita rakyat kurang mendapat tempat di hati orang Indonesia.
Melighat kenyataan bahwa kebudayaan yang ada di Indonesia sangatlah banyak
ragamnya, maka seharusnya masyarakat memandang bahwa cerita rakyat bukan hanya
sebagai cerita pengantar tidur, melainkan sebagai cerita yang sarat makna dan nilai-nilai
pekerti yang luhur. Pengenalan cerita rakyat dari seluruhpenjuru nusantara akan
menjadikan siswa memiliki pemahaman yang sama terhadap kebudayaan multikultural
yang dimiliki bangsa Indonesia.dengan dimikian kebanggaan dan rasa cinta tanah air
terhadap bangsa akan semakin kuat. Mengangkat cerita rakyat sebgaai materi pengajaran
berarti juga mengangkat dan memajukan kebudayaan nasional. Jadi, pada akhirnya
pengetahuan siswa akan budaya Indonesia manjadi luas dan menjaga cerita rakyat dan
budaya daerah dari kepunahan. Melalui pembelajaran cerita rakyat diharapkan siswa
mampu mengambil nilai moral, nilai etika, nilai religius yang menambah wawasan
daninformasi tentang kepercayaan, pandangan hidup, adat istiadat, dan peradaban bangsa
serta nilai-nilai positif lainnya. Oleh karena itu, Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan
Nasional mencantumkan materi cerita rakyat sebagai salah satu materi sastra untuk
diajarkan di SD kelas V. Demikian halnya dengan siswa kelas V SD Negeri 02 Slawi.
Pada mata pelajaran Bahasa dan sastra Indonesia, mereka mendapatkan materi tantang
cerita rakyat. Seperti pada uraian sebelumnya peserta didik diharapkan dapat mengambil
nila-nilai yang terdapat dalam cerita rakyat dengan terlebih dahulu mengidentifikasi
unsur cerita rakyat. Secara singkat, pembelajaran cerita rakyat melatih mereka memiliki
kemampuan berbahasa yang memadai. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan
bahwa keterampilan kelas V SD Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat pada proses meupun hasil pembelajaran cerita
rakyat. Dilihat pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang menunjukkan
suasana yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Dari kegiatan
pembelajaran cerita rakyat sebelumnya, saat proses pembelajaran berlangsung siswa
terlihat pasif. Beberapa siswa memang tampak memperhatikan keterangan guru namun
tidak sedikit pula siswa yang menguap, menopang dagu, serta sibuk beraktivitas sendiri
dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Sehingga hasil dari pembelajaran tersebut
kurang maksimal. Pada dasarnya kemampuan untuk memahami sesuatu yang dimiliki
oleh masing-masing siswa tdak ada yang sama, hal ini menunjukkan bahwa pada masing-
masing siswa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan pemahaman
tersebut. Di antara faktor tersebut secara garis besar dapat terbagi menjadi dua faktor
utama, yaitu faktor internal yang ada pada diri siswa meliputi kemampuan awal,
intelegensi, motivasi, dan bakat serta faktor eksternal yang meliputi lingkungan sekolah,
sosial, dan keluarga. Selain itu Gino (1999: 25-26) juga menambahkan bahwa ada unsur-
unsur yang terkait dalam proses belajar, salah satunya berupa alat belajar di antaranya
alat peraga audio-visual. Dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan
siswa untuk memahami unsur intrinsik adalah motivasi dan alat peraga audi-visual.
Dipilihnya media audio visual karena dalam pembelajaran cerita rakyat dibutuhkan
sesuatu untuk memotivasi siswa, daripada siswa hanya sekedar menyimak guru yang
bercerita rakyat cenderung monoton. Diharapkan dengan diterapkannya media
pembelajaran audi visual dapat mengurangi kebosanan, serta dapat menarik minat siswa
sehingga mampu membangun motivasi untuk berpartisi aktif dalam pembelajaran.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang
timbul, antara lain: 1.

Cerita rakyat merupakan salah satu kebudayaan yang harus dilestarikan; 2.

Agar siswa dapat mengambil nilai-nilai yang terdapat dalam cerita rakyat dengan terlebih
dahulu mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat; 3.

Motivasi belajar memberikan pengaruh terhadap partisipasi aktif dan kemampuan siswa
memahami unsur intrinsik; 4.

Media audio visual mampu membangun motivasi siswa.


C.

Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang diteliti dapat terarah dan tidak terlalu luas jangkauannya maka
penulis membatasi masalah ini sebagai berikut: 1.

Subjek Penelitian Subjeknya adalah siswa kelas V SD Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal
tahun pelajaran 2009/2010. 2.

Objek Penelitian a.

Penggunaan media audio visual untuk membangun motivasi siswa; b.

Masalah motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia,
khususnya materi unsur intrinsik cerita rakyat; c.

Kemampuan siswa memahami unsur intrinsik cerita rakyat, dalam hal Ini agar siswa
dapat mengambil nilai-nilai yang terdapat dalam cerita rakyat dengan terlebih dahulu
mengidentifikasi unsur intrinsik cerita rakyat.
D.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut: 1.

Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman unsur intrinsik antara kelompok


yang diberi media audio visual dan kelompok yang tidak diberi media? 2.

Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemahaman unsur intrinsik antara siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi dan yang memiliki motivasi belajar rendah? 3.
Apakah terdapat interaksi antara media audio visual dan motivasi belajar dalam
mempengaruhi kemampuan pemahaman unsur intrinsik?
E.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1.

Terdapat tidaknya perbedaan kemampuan memahami unsur intrinsik antara kelompok


siswa yang diberi media audio visual dan yang tidak diberi media; 2.

Terdapat tidaknya perbedaan kemampuan memahami unsur intrinsik antara siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi dan yang memiliki motivasi belajar rendah; 3.

Terdapat tidaknya interaksi antara media audio visual dan motivasi belajar dalam
mempengaruhi kemampuan pemahaman unsur intrinsik.
F.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah: 1.

Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian dapat dimanfaatkan: a.

sebagai fakta pembelajaran cerita rakyat menggunakan media audio visual dapat
meningkatkan kemampuan siswa memahami unsur intrinsik cerita rakyat; b.

referensi penelitian selanjutnya yang berhubungan denga hal pembelajaran cerita rakyat.
2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
a. bagi guru
1) memberikan masukan positif dalam pembelajaran cerita rakyat di sekolah dasar;
2) memberikan solusi pada kesulitan pelaksanaan pembelajaran cerita rakyat. b.

bagi siswa
1) membantu mengatasi kesulitan pembelajaran cerita rakyat dengan memanfaatkan
media audio visual;
2)menambah motivasi belajar serta pemahaman siswa dalam pembelajaran.
c. bagi sekolah
1) dapat digunakan sebagai alternative model pembelajaran cerita rakyat.
2) memberikan pengalaman bagi sekolah berkaitan dengan kegiatan penelitian.
d. bagi peneliti
1)melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran
cerita rakyat dengan media audio visual yang dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi
sekolah;
2) sebagai penelitian sejenis di masa yang akan datang.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Unsur Intrinsik dalam Cerita Rakyat
a. Hakikat cerita rakyat cerita rakyat merupakan salah satu dari adat istiadat suatu daerah
yang berupa kisah atau dongeng dan penyebarannya secara lisan. Demikian pula yang
diungkapkan James Danandjaja (1991:5) bahwa folklore atau cerita rakyat merupakan
sebagian kebudayaan yang penyebarannya pada umumnya melalui tutur kata atau lisan
(oral tradition).
Kemudian ada juga yang menyatakan cerita rakyat adalah cerita yang disampaikan secraa
lisan di dalam suatu masyarakat, bisa berbentuk cerita, teka-teki, puisi rakyat, cerita prosa
rakyat, dan nyanyian rakyat. b.

Bentuk-bentuk cerita rakyat Cerita rakyat atau floklor memiliki tiga bentuk yang berbeda.
Brunvand (dalam James Danandjaja, 1991: 21) menggolongkan floklor ke dalam tiga
kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu: (a) floklor bukan lisan
(non verbal folklore),
(b) floklor sebagian lisan
(partly verbal folklore),
dan (c) floklor lisan
(verbal folklore).
Floklor bukan lisan biasanya berupa hasil kebudayan, seperti: material (benda atau
kerajinan daerah) dan bukan material (kesenian rakyat). Floklor sebagian lisan adalah
campuran antara unsure lisan dan bukan lisan. Floklor ini biasanya menyangkut adat
istiadat dan sejenisnya. Sedangkan folklore lisan ialah cerita yang disampaikan turun
temurun secara tradisional dari mulut k mulut. Floklor ini dappat berwujud nyanyian,
puisi maupun prosa rakyat seperti mite, legenda, dan dongeng. c.

Fungsi cerita rakyat Cerita rakyat memiliki fungsi yang beragam dalam kehidupan
masyarakat, fungsi tersebut berbeda-beda sesuai dengan sifatnya. (Bascom dalam James
Danandjaja,1991:9). Fungsi utama cerita rakyat adalah memberi nasihat. Oleh karena itu,
diharapkan juga bahwa cerita asli Indonesia lebih dikenal, lebih dipahami, dan lebih
dihayati serta dapat diambil menfaatnya yang diantaranya siswa harus mempelajari
unsur-unsur yang terkandung dalam cerita rakyat. d.

Hakikat unsur intrinsik Sebuah kisah atau cerita rakyat itu mengandung unsur-unsur yang
membangun. Unsur pembangun tersebut dibagi menjadi dua, yaitu unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yangmembangun karya itu sendiri.
Secara umum Burhan (1995: 23) menyebutkan hal-hal yang terdapat dalam unsur
intrinsik adalah tema, amanat, plot atau alur cerita, tokoh dan penokohan, sudut pandang,
dan latar atau setting. Sedangkan menurut TIM Primagama (2007: 96) yang dimaksud
unsur ekstrinsik adalah unsur yang mendukung dari luar karya itu sendiri. Yang termasuk
unsur esktrinsik di antaranya ialah mengenai riwayat pribadi pengarang dan kehidupan
masyarakat tempat karya sastra itu diciptakan. 2.

Hakikat Media Pembelajaran


a.

Pengertian media Kata


media
berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata
medium
yang secara harfiah berarti perantara. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. (Arief
Sadiman, 1993:6-7). b.

Fungsi media Secara umum Arief Sadiman (1993:16-17) mengungkapkan media


pendidikan mempunyai kegunaan sebagai berikut: (1) memperjelas penyajian pesan agar
tidak terlalu bersifat verbalisitis; (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya
indera; (3) dapat mengatasi sikap pasif anak didik serta menumbuhkan motivasi siswa.
Schramm (dalam Gene L, 1984: 16) kemudian menyimpulkan bahwa siswa yang telah
bermotivasi dapat belajar dari media apa saja jika media itu dipakai menurut
kemampuannya dan disesuaikan dengan kebutuhan. c.

Media audio-visiual Menurut Gino (1999: 25-26) media pembelajaran dapat dibedakan
berdasarkan indera yang dirangsang, yaitu: alat peraga visual, alat peraga auditif, dan alat
peraga audio-visual. Basuki (2001: 67) juga menyebutkan bahwa dengan karakteristik
yang lebih lengkap dibanding media lain, media audio visual memiliki kemampuan untuk
dapat mengatasi kekurangan dari media audio atau media visual semata. Karena media
ini dapat menampilkan gambar bergerak sekaligus dilengkapi dengan suara agar pasan
atau informasi yang disampaikan mudah ditangkap siswa dan menambah pemahaman
siswa dalam menyimak cerita rakyat. 3.

Motivasi Belajar
a.

Pengertian motivasi Menurut Henry (1986:103) motivasi merupakan salah satu butir
penentu keberhasilan seseorang. Karena menurut Gino (1999:23) motivasi adalah bentuk
proses penggiatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan. Tanpa
adanya motivasi, seorang manusia enggan melakukan apapun termasuk mencapai tujuan
hidupnya. b.

Motivasi belajar Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh siswa dapat dicapai. (Sardiman dalam Gino, 1999: 37). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa seorang siswa yang memiliki motivasi yang kuat
maka akan memiliki energi positif untuk melakukan kegiatan belajar. c.

Fungsi motivasi Sudah diketahui bahwa motivasi sebagai daya penggerak di dalam siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar. Senada dengan yang dipaparkan Oemar Hamalik
(2003: 156) bahwa fungsi motivasi adalah untuk mendorong, menggerakkan, dan
mengarahkan kegiatan belajar.
B.
Kerangka Berpikir
Pembelajaran cerita rakyat yang selama ini dilakukan oleh guru masih secara
konvensiaonal dan berpusat pada guru. Guru tampil berbicara di depan kelas untuk
bercerita, kemudian siswa diminta menanggapi tentang kisah dan nilai yang ada dalam
cerita rakyat tersebut. Metode di atas ternyata masih kurang optimal untuk menumbuhkan
minat dan motivasi siswa dalam memahami unsur intrinsik yang terkandung dalam cerita
rakyat. Akibatnya siswa tidak mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran cerita rakyat
dengan maksimal. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi pembelajaran cerita rakyat yang
dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran. Pemanfaatn media audio-visual
dalam pembelajaran cerita rakyat yang hendak diterapkan diharapkan mampu
memberikan stimulus agar kemampuan siswa memahami unsur intrinsik dapat mencapai
standar minimal yang ditetapkan SD Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal. Jika motivasi
belajar tinggi didukung dengan penggunaan media audio visual diduga kemampuan siswa
memahami unsur intrinsik dalam pembelajaran cerita rakyat akan mencapai hasil yang
memuaskan. Demikian juga sebaliknya, jika pembelajaran tanpa menggunakan media
audio visual diduga motivasi siswa akanrendah dan hasil yang dicapai kurang
memuaskan. Dari kerangka pemikiran tersebut dapat dibuat paradigma berpikir sebagai
berikut:

Keterangan: 1.

Pengaruh media audio visual terhadap kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita
rakyat; 2.

Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat;
3.

Pengaruh interaksi media audio visual dan motivasi belajar terhadap kemampuan
pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat.
C.

Hipotesis
1.

Kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat pada siswa yang diberikan media
audio visual lebih baik daripada yang tidak diberi media;

2.

Kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat pada siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi lebih baik daripada yang memiliki motivasi belajar rendah;

3.

Terdapat interaksi antara media audio visual dan motivasi belajar dalam mempengaruhi
kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat pada siswa.
Media Audio
-
Visual

Motivasi Belajar

Kemampuan pemahaman
unsur intrinsik cerita rakyat

BAB III METODE PENELITIAN


A.

Tempat dan Waktu Penelitian


1.

Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal. 2.

Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan dari bulan Januari sampai Juni 2009.
Berikut tabel rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian. Tebel 1. Rincian Waktu dan
Jenis Kegiatan Penelitian

B.

Metode dan Desain Penelitian


1.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen kuantitatif. 2.

Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian factorial (2 X 2). Dengan
variabel bebas media audio visual dan motivasi belajar.

C.

Populasi Sampel dan Teknik Sampling


1.
Populasi
Populasi penelitian adalah semua siswa kelas V SD Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal
tahun pelajaran 2009/2010 yang terbagi menjadi 3 kelas, dengan jumlah siswa tiap kelas
ada 30 anak, jadi semuanya ada 30 x 3 = 90 anak. 2.

Sample
Pada penelitian ini, populasi terbagi dalam 3 kelas. Kemudian 3 kelas tersebut diambil 2
kelas secara acak dengan jumlah siswa sebanyak 60 siswa. 3.

Teknik Sampling
Penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling. Ialah
dengan cara pengambilan sampel secara acak dengan kelompok sebagai sasarannya.
D.

Teknik Pengumpulan Data


a.

Identifikasi Variabel 1)

variable bebas terdiri dari: media audio visual (X


1
) dan motivasi belajar (X
2
).
2) Variable terikatnya adalah kemampuan pemahaman unsur intrinsik (Y). b.

Penyusunan instrument 1)

Media audio visual. Untuk memperoleh data pengaruh media audio visual diperoleh
dengan menggunakan
pretest-posttest nonequivalent control group design
yang dilakukan dua kali tes, yakni memberikan
pretest
untuk mengetahui kemampuan awal siswa, serta
posttest
untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran yang
menggunakan media audio visual. 2)

Motivasi belajar. Motivasi belajar siswa diperoleh dengan angket berupa tes objektif dan
diisi oleh responden, yaitu siswa kelas V SD Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal tahun
pelajaran 2009/2010. 3)

Kemampuan pemahaman unsur intrinsik cerita rakyat. Data tentang kemampuan


pemahaman unsur intrinsik diperoleh dari tugas akhir semester yaitu membuat unsur
intrinsik sebuah cerita rakyat setelah menggunakan media audio visual, misalnya
menonton film cerita rakyat dari salah satu daerah di Indonesia.
E.

Uji Validitas Data


Instrument penelitian yang digunakan adalah angket tertutup. Uji untuk instrument
sebagai berikut: 1.

Uji Validitas Data


Suatu angket atau instrument dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Alat ukur valid adalah alat ukur yang dapat mengukur secara tepat dan seksama
apa yang ingin diukur, sehingga diperoleh informasi yang benar. 2.

Uji Reliabilitas
Instrument penelitian harus reliable. Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrument
dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data. Penelitian ini menggunakan metode tes
ulang, yaitu dengan cara memberikan tes yang dama kepada sample yang sama dengan
selang waktu yang berbeda. Dengan cara ini maka akan diperoleh hasil pengukuran dua
kelompok nilai, yang selanjutnya dicari korelasinya.

Anda mungkin juga menyukai