Anda di halaman 1dari 6

EKSTRAK BATANG KENANGA

SEBAGAI ANTI BISA ULAR KOBRA (Naja sputatrix)


November Rianto Aminu, Frederico Tika Putranto, Onesiforus Oniek D.A.

JAVANESE SNAKE (Naja sputatrix) ANTIVENOM


FROM CANANGA ODORATA STEM BARK EXTRACT
November Rianto Aminu, Frederico Tika Putranto, Onesiforus Oniek D.A.

ABSTRAK
Batang dan kulit kenanga diekstrak menggunakan metode maserasi dengan dua fraksi, yaitu fraksi etanol
dan etil asetat dengan tujuan menentukan fraksi yang efektif dalam penghambatan bisa ular menggunakan
metode phospholipase dan procoagulant activity. Protein dari bisa ular diukur dengan metode Lowry.
Protein diukur pada crude, fraksi 0 – 25%, 25 – 40%, 40 – 60%. Masing - masing fraksi kemudian diuji
dengan metode in vitro (procoagulant activity) untuk menentukan fraksi aktivasi dari protein bisa ular.
Pengaruh lemak pada ekstrak etanolik diperiksa karena ditemukan bahwa ekstrak memberikan hasil
negatif ketika lipid dipisahkan terlebih dahulu dari ekstrak (delipidisasi). Lipid yang diperoleh dipisahkan
berdasarkan fraksinya menjadi netrallipid, fospolipid, dan glikolipid. Setiap fraksi dicampur dengan fraksi
etanol dan kemudian diuji kembali dengan metode in vitro (procoagulant activity).

ABSTRACT
Stems and skins cananga odorata extracted using maceration method with two fractions, ethanol and ethyl
acetate, with the aim of determining the fraction that is effective in the inhibition of snake venom use
phospholipase and procoagulant activity methods. Proteins from snake venom was measured by Lowry
method. Protein was measured on crude, fraction 0-25%, 25-40%, 40-60%. Each fraction then tested with
the in vitro method (procoagulant activity) to determine the fraction of activation of snake venom
proteins. Effect of fat in the extract etanolic examined because it was found that the extract gave a
negative result when the lipid extract is separated first from (defatization). Lipid fractions obtained are
separated by a netrallipid, fospolipid, and glycolipid. Each fraction was mixed with ethanol fraction and
then tested again with the in vitro method (procoagulant activity).

PENDAHULUAN Binatang ini merupakan bahaya yang terkenal


Ular merupakan salah satu jenis binatang berbisa dikalangan para petani, pekerja perkebunan, dan
yang berbahaya bagi manusia. Tidak kurang dari pekerja lapangan lainnya yang sering kali
5 juta penduduk di dunia terkena gigitan ular menyebabkan kelumpuhan hingga kematian.
setiap tahunnya (Ahmed, dkk. 2008). Bisa ular Pemanfaatan kekayaan alam berupa tanaman
diproduksi oleh kelenjar khusus dari sejumlah obat-obatan dapat menjadi salah satu cara untuk
spesies ular tertentu. Kelenjar yang mengatasi keadaan tersebut. Kenanga (Cananga
mensekresikan zootoksin merupakan modifikasi odorata) adalah nama bunga dari pohon yang
kelenjar parotisvertebrata lain, dan bisanya memiliki nama yang sama. Bagian tanaman ini
terletak di setiap sisi kepala di bawah dan di yang paling terkenal adalah bunganya,
belakang mata, terbungkus selubung otot. Bisa sedangkan bagian batangnya sendiri secara
ular merupakan gabungan sejumlah protein dan umum belum banyak dimanfaatkan. Di
enzim yang berbeda. Banyak dari protein itu Kalimantan Tengah, pemanfaatan pohon
yang tak berbahaya bagi manusia, namun kenanga untuk menetralkan bisa ular dengan
beberapa protein beracun. menggunakan bagian dalam kulit pohon yang
masih segar, dikunyah, dan airnya ditelan oleh
orang yang tergigit ular. Kenanga (Cananga NaCl) dan pada sumur ke 2 ditambahkan bisa
odorata) adalah nama bunga dari pohon yang ular sebagai indikator negatif. Pada sumur ketiga
memiliki nama yang sama (Anonim1. 2010. hingga keenam dimasukan campuran masing-
Cananga odorata). masing ektrak dengan bisa ular. Media ini
Ada dua jenis kenanga, yakni Cananga odorata kemudian ditempatkan dalam inkubator besuhu
forma macrophylla, yang dikenal sebagai 370C selama 3-4 jam. Amati yang terjadi pada
kenanga biasa dan Cananga odorata forma permukaan disekitar sumur dan bandingkan
genuina atau kenanga filipina, yang juga disebut dengan indikator.
ylang-ylang. Uji Aktivitas Protein Bisa Ular
Pada percobaan kali ini peneliti akan menguji a. Uji Protein Bisa Ular
apakah ada pengaruh dari ekstrak batang Kadar protein bisa ular diuji dengan
kenanga terhadap aktifitas bisa ular dengan metode Lowry.
metode procoagulant dan phosfolipase activity, b. Uji Aktivasi Crude Bisa Ular Dan
yang mana keduanya merupakan metode uji di Fraksinya
luar tubuh makhluk hidup (In Vitro). Untuk mendapatkan berbagai fraksi
protein bisa ular maka dilakukan
BAHAN DAN METODE PENELITIAN fraksinasi pada berbagai konsentrasi
Penelitian ini menggunakan metode in vitro (di dengan (NH4)2SO4 sebagai pengendap
luar makhluk hidup) yang terdapat pada India yaitu 0-25 %, 25-40%, 40-60%, dan 60-
Journal of Science and Technology (2009), 80%. Fraksi-fraksi yang diperoleh
dengan modifikasi. kemudian didialisis dan diuji dengan
metode in vitro.
Preparasi Sampel Pengaruh Lipid Ekstrak Batang Kenanga
Bagian dalam kulit dan batang pohon kenanga Ekstrak batang kenanga dipersiapkan dengan
diekstrak dengan cara maserasi selama 24 jam metode soxlet dimana terlebih dahulu dilakukan
menggunakan 2 pelarut untuk masing-masing delipidisasi dengan hexan. Batang kenanga yang
bagian yang diteliti, yaitu etanol dan etil asetat. telah mengalami delipidisasi kemudian
Metode In Vitro diekstraksi kembali dengan etanol. Ekstrak ini
a. Procoagulant Activity kemudian diuji dengan metode in vitro. Lipida
Darah lengkap EDTA dicentrifuge dengan dari batang kenanga dipisahkan menjadi normal
kecepatan 2000 rpm selama 10 menit untuk lipid, phospolipid, dan glikolipid dengan teknik
memperoleh plasmanya. Plasma ini kemudian kromatografi kolom. Hasil dari pemisahan ini
dimasukan ke dalam 6 wadah yang kemudian masing-masing ditambahkan pada ekstrak etanol
ditambahkan PBS pH 7,2. Wadah pertama batang kenanga, yang kemudian diuji kembali
dijadikan sebagai indikator tidak terjadinya dengan menggunakan metode in vitro.
penggumpalan pada plasma (+). Wadah kedua
dijadikan indikator (-) dengan menambahkan HASIL
bisa ular. Wadah ketiga hingga keenam masing- Preparasi Sampel
masing ditambahkan dengan satu macam ekstrak Tabel 1 Hasil ekstraksi 100 g bahan dengan
kemudian ditambahkan bisa ular. Keenam metode maserasi (b/b)
wadah ini kemudian di inkubasi ke penyangga Batang(%)*
air bersuhu 370C selama ± 5 menit, kemudian   Kulit (%)*
*
wadah ketiga hingga keenam dibandingkan
dengan indikator. etanol 10.39 9.94
b. Phospholipase Activity etil asetat 3.66 0.62
Media uji dari argarose jel (0,8% dalam PBS pH * = pelarut yang digunakan
8,1) dibuat dengan menambahkan 1,2% darah, Keterangan : sebesar 600 ml
1,2% kuning telur, dan 10 mmol CaCl2. Media ** = pelarut yang
ini kemudian di buat sumur sebanyak 6 buah, digunakan sebesar 650 ml
dimana sumur pertama ditambahkan dengan
saline sebagai indikator positif ( 0,9% larutan
Metode In Vitro   Medium
a. Procoagulant Activity Saline +
Venom -
V+(K+E) -
V+(K+EA) -
V+(B+EA) -
(i) (ii) V+(B+E) +

Uji Aktivitas Protein Bisa Ular


Kurva standar :
(iii) (iv) y = 0.962x + 0.105
Gambar 1. Ekstrak Etanol Kulit (i), Ekstrak Etil Asetat
Kulit (ii), Ekstrak Etil Asetat Batang (i), Ekstrak Etanol R2 = 0.993
Batang (ii),
Batas bawah = 0.162
Tabel 2 Hasil Pengujian Metode
Procoagulant Activity Batas atas = 1.042
Panjang gelombang = 750
V+PBS(pH 7.2)
(K+E)+P - Tabel 4 Pengukuran kadar protein dalam
(K+EA)+P - bisa ular dengan metode Lowry
(B+E)+P +
(B+EA)+P -
Ulangan (absorbansi)
Keterangan: V = Venom Fraksi bisa
1 2 3
P = Plasma darah
K = Kulit
Crude* 0.181 0.182 0.188
B = Batang
E = Etanol 0 - 25** 0.204 0.204 0.204
EA = Etil Asetat
PBS = Phospate Base 25 - 40*** 0.446 0.446 0.446
Solution
- = tidak menghambat bisa 40 - 60**** 0.345 0.345 0.345
ular
+ = menghambat bisa ular 60 - 80** 0.199 0.199 0.199
b. Phospholipase Activity *= pengenceran
Keterangan : 1000x
**= tanpa
Saline
Venom pengenceran
***= pengenceran
20x
V+(K+E)
V+(K+EA) ****= pengenceran
10x
V+(B+EA) Berdasarkan data di atas diperoleh konsentarasi
V+(B+E) protein sebagai berikut:
Tabel 5 Konsentrasi Protein pada Berbagai
Gambar 2. Hasil Pengujian Phospholipase Activity
Fraksi Bisa Ular
Tabel 3 Hasil Percobaan Phospholipase Activity Fraksi (%) Konsentrasi (M)
Crude 79.0021
0 – 25 0.1029
25 – 40 7.0894
40 – 60 2.4948
60 – 80 0.0977
Tabel 6 Hasil Uji Aktivasi Berbagai Fraksi Bisa
Ular dengan Metode Procoagulant Gambar 3.Anti bisa yang mengalami delipidisasi
25 - 40 – 60 - (pengujian hanya dilakukan pada darah lengkap).
  Crude 0 -25 40 60 80

PB - - - - -

S - - - - -

P + - + - -
PB= Pure
Keterangan: Blood Gambar 4. Penambahan netral lipid (dari kiri ke kanan :
darah lengkap, plasma darah, serum dimana pada bagian
S= Serum kana pada masing-masing gambar merupakan kontrol
negatif).
P= Plasma

Tabel 7 Massa masing-masing fraksi bisa ular (dari


2 ml bisa)

Fraksi (%) 0 – 25 25 – 40 40 – 60
Gambar 5. Penambahan Phosfolipid (dari kiri ke kanan :
Massa (x 10-3 g/l) 0.5 1.095 0.31 darah lengkap, plasma darah, serum dimana pada bagian
kana pada masing-masing gambar merupakan kontrol
Tabel 8 Lipid dari batang kenanga (32.69 gram) negatif).
Lemak Netral
Jenis lemak Kasar lipid
0.46
Jumlah (g) 0.65
(70.77%)
Phospolipi
Jenis Lemak Glikolipid
d
0.14 0.05 Gambar 6. Penambahan glikolipid (dari kiri ke kanan :
Jumlah (g) darah lengkap, plasma darah, serum dimana pada bagian
(21.54%) (7.69%)
kana pada masing-masing gambar merupakan kontrol
negatif).
Ekstrak etanol yang diperoleh setelah
delipidisasi sebesar 2.43% Tabel 9 Hasil Uji Procoagulant Activity pada
Berbagai fraksi Lipida yang Ditambahkan pada
Efek Penambahan Fraksi Lipida Terhadap Anti Bisa
Aktivitas Anti Bisa Ular yang Mengalami
Anti Bisa Hasil
Delipidisasi
Delipidisasi -
Delipidisasi + Netral Lipid -
Delipidisasi + Posfolipid +
Delipidisasi + Glikolipid +
PEMBAHASAN Mekanisme kerja dari anti bisa ular ekstrak
Batang dan kulit kenanga diekstrak batang kenanga berdasarkan percobaan yang
menggunakan metode maserasi dengan dua dilakukan adalah menghambat koagulasi pada
fraksi, yaitu fraksi etanol dan etil asetat dengan darah yang terkena bisa ular. Koagulasi pada
tujuan menentukan fraksi yang efektif dalam umumnya terjadi dikarenakan prothrombin,
penghambatan bisa ular menggunakan metode yang tersekresi dalam plasma darah karena
phospholipase dan procoagulant activity. Hasil stimulasi dari tromboplastin dan ion kalsium,
yang diperoleh menunjukkan bahwa fraksi berubah menjadi thrombin dimana thrombin
etanol dari batanglah yang efektif dalam akan mengubah fibrinogen menjadi benang-
penghambatan aktivitas bisa ular. benang fibrin pada saat terjadi luka.

Protein dari bisa ular diukur dengan metode Bisa ular mengandung enzim pengaktivasi
Lowry. Protein diukur pada crude, fraksi 0 – prothrombin (tabel 9) dimana enzim ini akan
25%, 25 – 40%, 40 – 60%. Konsentrasi terbesar mengaktifkan prothrombin secara berlebih yang
dari bisa ular didapatkan dari fraksi 25-40. menyebabkan penggumpalan darah menjadi
Masing - masing fraksi kemudian diuji dengan tidak terkendali sehingga pada akhirnya terjadi
metode in vitro (procoagulant activity) untuk penyumbatan aliran darah yang berujung pada
menentukan fraksi aktivasi dari protein bisa kematian. Enzim ini tebagi menjadi Grup A dan
ular. Berdasarkan hasil pengujian ditemukan B yang merupakan aktivator protrombin
bahwa fraksi aktif dari protein bisa ular ini yaitu metaloproteinase dan mengkonversi
pada fraksi 25 – 40%. Hal ini dikarenakan hanya prothrombin untuk meizothrombin (Rosing dan
pada fraksi tersebut dapat menggumpalkan Tans 1992) serta Grup C dan aktivator
plasma darah, sementara pada fraksi lainnya protrombin D adalah proteinase serin dan
tidak menggumpalkan darah. Berdasarkan kedua mengkonversi prothrombin untuk thrombin
data di atas dapat disimpulkan bahwa aktifitas (Kini, 2008). Anti bisa dari batang kenanga ini
protein pada bisa ular terjadi pada fraksi 25-40% berfungsi sebagai inhibitor enzim pengaktivasi
dimana konsentrasi protein pada fraksi tersebut prothrombin tersebut.
merupakan konsentrasi tertinggi dari semua Tabel 10 Kandungan dalam Bisa Ular
fraksi yang diteliti. Enzymes Phospholipase A2
(lecithinase), 5¢-nucleotidase,
Pengaruh lemak pada ekstrak etanolik diperiksa collagenase, L-amino acid
karena ditemukan bahwa ekstrak memberikan oxidase,
hasil negatif ketika lipid dipisahkan terlebih proteinases,hyaluronidase,
dahulu dari ekstrak (delipidisasi). Lipid yang acetylcholine esterase*,
diperoleh dipisahkan berdasarkan fraksinya phospholipase B*,
menjadi netrallipid, fospolipid, dan glikolipid. endopeptidase , kininogenase†,

Setiap fraksi dicampur dengan fraksi etanol dan Factor X†, prothrombin
kemudian diuji kembali dengan metode in vitro activating enzyme†
(procoagulant activity) menggunakan Nonenzyme Polysynaptic (a) neurotoxin
perbandingan antara bisa ular fraksi 25 – 40% polypeptides (α- bungarotoxin and
dan anti bisa 1 : 4. Hasil pengujian menunjukan cobrotoxin), presynaptic (b)
fraksi fospolipid dan glikolipid memberikan neurotoxin (β- bungarotoxin,
hasil positif menghambat aktivitas bisa ular. crotoxin, and taipoxin)
cardiotoxin, crotamine
Pengujian terhadap fraksi – fraksi lipid tanpa Peptides Pyroglutamylpeptide
ditambahkan ekstrak etanolik dari batang Nucleosides Adenosine, guanosine, inosine
kenanga masih belum dilakukan. Pengaruh Lipids Phospholipids, cholesterol
lipida terhadap penghambatan bisa ular sendiri
Amines Histamine, serotonin, spermin
masih belum diketahui serta memerlukan
penelitian lebih lanjut. Metals Copper, zinc, sodium,
magnesium
*
In Elapids

In Vipers
Sumber : J Emerg Trauma Shock. 2008 Jul–Dec;
1(2): 97–105.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Syed Moied. 2008. Emergency


treatment of a snake bite: Pearls from
literature, Journal of Emergencies,
Trauma and Shock.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articl
es/PMC2700615/.
Anonim1. 2010. Cananga odorata.
tnalaspurwo.org/media/pdf/kea_canangi
um_odoratum.pdf
Kini,Manjunatha. 2008. Snake Venom
Prothrombin Activators Similar to
Blood Coagulant Factors.
http://www.scitopics.com/Snake_Veno
m_Prothrombin_Activators_Similar_to_
Blood_Coagulant_Factors.html
Meenatchisundaram, S. 2009. Indian Journal of
Science and Technology : Studies on
antivenom activity of Andrographis
paniculata and Aristolochia indica plant
extracts against Daboia russelli venom
by in vivo and in vitro methods.
http://indjst.org/archive/vol.2.issue.4/apr
09meenatchi.pdf
Rosing,J. and G.Tans. 1991. "Inventory of
exogenous prothrombin activators. For
the Subcommittee on Nomenclature of
Exogenous Hemostatic Factors of the
Scientific and Standardization
Committee of the International Society
on Thrombosis and Haemostasis. "
Thromb.Haemost. 65:627-630.

Anda mungkin juga menyukai