Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Gagal jantung atau Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu


keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak
mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan
atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik
secara abnormal (Mansjoer 1999). Gagal jantung merupakan kerusakan jantung
yang terjadi secara bertahap serta diindikasikan oleh gejala-gejaala yang
kompleks (kelelahan, napas pendek, edema, dan congestion). Gejala-gejala
tersebut terjadi karena ventrikel kiri tidak dapat menyuplai darah dalam jumlah
yang mencukupi ke seluruh bagian tubuh. Faktor resiko penyakit gagal jantung
meliputi hipertensi, pebengkakan ventrikel kiri, coronary heart disease, dan
diabetes (Ziliwu 2001).
Etiologi dari penyakit gagal jantung atau CHF ini adalah disfungsi
miokardium, beban tekanan berlebihan (pembebanan sistolik/preload),
pembebanan diastolik (afterload), peningkatan kebutuhan metabolik, dan
gangguan pengisian atau hambatan input (Ziliwu 2001). Mekanisme yang
mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan kontraksi jantung yang
menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Frekuensi
jantung merupakan fungsi sistem saraf otonom, sehingga bila curah jantung
berkurang, maka sistemik saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk mempertahankan curah jantung. Volume sekuncup atau jumlah darah
yang dipompa pada saat kontraksi tergantung pada tiga faktor yaitu preload,
kontraktivitas dan overload (Anonim 2008).
Cardiac output yang tidak seimbang memicu beberapa respon
kompensasi sebagai usaha untuk mempertahankan fungsi organ-organ tubuh
vital. Respon awal yang terjadi adalah stimulus kepada setiap saraf simpatis
yang menimbilkan dua pengaruh utama yaitu meningkatkan kecepatan dan
kekuatan kontraksi mioccardium dan vasokonstriksi perifer. Jenis kompensasi
yang kedua terdiri dari pengaktifan sistem renin angiotensin, penurunan darah
dalam ginjal dan dampak dari kecepatan filtrosi glomerolus memicu terlepasnya
renin yang terinfeksi dengan angiotensin I dan II yang selanjutnya berdampak
vasokontriksi perifer dan peningkatan reabsorbsi Na dan H2O oleh ginjal.
Kejadian ini meningkatkan volume dan mempertahankan tekanan dalam waktu
singkat, namun menimbulkan tekanan preload dan afterload dalam jangka
panjang. Awalnya, sebagian dari jantung mengalami kegagalan jantung dimulai
dari ventrikel kiri. Namun karena kedua ventrikel merupakan bagian dari sistem
ventrikel, maka ventrikel manapun dapat mengalami kegagalan. Gejala-gejala
kegagalan jantung merupakan dampak dari CO dan kongesti yang terjadi pada
system vena atau sisetem pulmonal atau sistem lainnya (Long 1996).
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami pemompaan gagal jantung
terbagi menjadi gagal jantung kiri dan kanan. Pada gagal jantung kiri, tanda dan
gejala yang terjadi adalah olyspnea effort, batuk, pembesaran jantung,
pernafasan Cheyne stokes, takikardi, dan kongesti vena pulmonalis, sedangkan
pada gagal jantung kanan terjadi fatigue colema dan anoreksia. Pada
pemeriksaan fisik biasa didapatkan hiperteofi jantung kanan, irama derap atrium
kanan, tanda-tanda penyakit paru kronik, tekanan vena jugularis meningkat,
asites hidrotorak, peningkatan tekanan vena, hepatomegali, edemapitting, dan
kandiomegali, sedangkan pada gagl jantung kongestif terjadi manifestasi
gabungan antara gagal jantung kiri dan kanan (Anonim 2008).
Tindakan gizi yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan diet
jantung rendah garam. Tujuan dari diet tersebut adalah memberi makanan
secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung, menurunkan berat badan pasien
bila gemuk, dan mengurangi retensi garam atau air. Kemudian syarat diet
tersebut adalah energi cukup, protein cukup (0.8/kg BB), lemak sedang, 25—
30% kebutuhan energi, serat cukup, cairan cukup, vitamin dan mineral cukup,
rendah kolesterol, makanan mudah dicerna, dan rendah garam (Almatsier 2005).
Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk penderita penyakit jantung
adalah makanan yang mengandung gas dan alkohol, seperti ubi, singkong, dan
tape. Daging berlemak, daging jeroan, ham, otak, kepiting, kerang-kerangan,
keju, dan kacang-kacangan kering yang mengandung lemak cukup tinggi seperti
kacang tanah, kacang mete, dan kacang bogor termasuk bahan makanan yang
tidak dianjurkan untuk penyakit ini. Selain itu, semua sayuran dan buah-buahan
segar yang mengandung gas, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, santan
kental, the/kopi kental, minuman yang mengandung soda dan alkohol, dan
bumbu yang tajam seperti cabai juga tidak dianjurkan. Kemudian bahan
makanan yang diperbolehkan antara lain beras, roti, daging rendah lemak,
kacang-kacangan kering, sayuran yang tidak mengandung gas seperti bayam,
buah-buahan segar, minyak jagung, teh encer, coklat, sirup, dan bumbu yang
tidak tajam (Almatsier 2005).
Dapus
Anonim. 2008. Askep CHF. http://arisaconk.blogspot.com [25 Apr 2011].

Almatsier S. 2005. Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung: Yayasan Alumni


Pendidikan Keperawatan Padjajaran.

Mansjoer A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Ziliwu HJ. 2001. Asuhan keperawatan gerontik pada klien Tn.R dengan penyakit
congestive heart failure (CHF) di Jl.Bunga Wijaya Lingkungan VI
Kelurahan PB.Selayang II Kecamatan Medan Selayang. Medan:
Kepaniteraan Klinik Senior Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai