Anda di halaman 1dari 8

INFEKSI JAMUR PADA SUSUNAN SARAF PUSAT

Dr ISKANDAR JAPARDI
Fakultas Kedokteran
Bagian Bedah
Umniversitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN

Jamur dalam kehidupan sehari-hari berguna danmenguntungkan


secara komersial dan pengobatan. Namundemikian, jamur juga dapat
menimbulkan berbagai problem bagi manusia. Beberapa jenis jamur patogen
seperti Cryptococcus, histoplasma, blastomyces dan coccidiolides immitis dapat
menginfeksi manusia dan meyebabkan gejala lokal maupun penyakit yang
disseminata termasuk infeksi susunan saraf pusat.
Jamur terdiri dari 2 macam bentuk, yaitu bentuk molds dan yeast.
Mold terbentuk sebagai filamen tubular dan kadang-kadang bercabang yang
disebut hifa, sedangkan yeast merupakan organisme uniselular yang mempunyai
dinding sel yang tebal yang dikelilingi oleh kapsul yang bentuknya tegas.
Jamur jamur patogen yang opertunistik seperti aspergillus dan candida
dapat mengancam jiwa pasien immunocopmpromised termasuk neonatus, pasien
psot operasi, dan pasien dengan keganasan, transplantasi organ atau acquired
immunodeficiency (AIDS). Manifestasi klinis infeksi jamur susunan saraf pusat
dapat berupa meningitis, meningoensafilitis, intrakranial tromboflebitis, abses
otak, bentuk granuloma dan sangat jarang terjadi aneurisma mikotik.
Meningitis oleh karena jamur merupakan penyakit yang relatif jarang
ditemukan, namun dengan meningkatnya pasien dengan gangguan imunitas,
angka kejadian meningitis jamur semakin meningkat. Problem yang dihadapi
oleh para klinisi adalah ketepatan diagnosa dan terapi yang efektif. Sebagai
contoh, jamur tidak langsung di[ikirkan sebagai penyebab gejala penyakit/infeksi
dan jamur tidak sering ditemukan dalam cairan serebrospinal (CSS) pasien yang
teribfeksi oleh karena jamur hanya dapat ditemukan dlam beberapa hari sampai
minggu pertumbuhannya.
Infeksi pertama biasanya melalui inhalasi sehingga terbentuk fokus
primer pada paru yang biasanya asimptomatik dan sembuh spontan. Dari fokus
primer ini dapat terjadi peneybaran hematogen ke tulang, visera dan otak.
Infeksi otak dapat menimbulkan penyakit yang progresif dan fatal.

2002 digitized by USU digital library 1


II. GAMBARAN UMUM INFEKSI JAMUR PADA SUSUNAN SARAF PUSAT

Jamur yang menginfeksi manusia terdieri dari 2 kelompok yaitu, jamur


patogenik dan opportunistik. Jamur patogenik adalah beberapa jenis spesies
yang dapat menginfeksi manusia normal setelah inhalasi atau inflantasi spora.
Secara alamiah, manusia dengan penyakit kronis atau keadaan gangguan
imunitas lainnya lebih rentan terserang infeksi jamur dibandingkan manusia
normal. Selama infeksi, jamur dapat beradaptasi terhadap temperatur yang
tinggi dan kemampuan/potensi reduksi-oksidasi jaringan yang rendah. Jamur
juga dapat mengatasi sistim pertahanan tubuh dgnbertambahnya kecepatan
bertumbuh dan menajdi relative insentivity terhadap mekanisme sistim
kekebalan tubuh seperti fagositosis. Jamur patogenik meyebabkan histiplasmosis,
blastomycosis, coccidiodomycosis dan paracoccidiodomycosis.
Kelompok kedua adalah kelompok jamur apportunistik. Kelompok ini
tidak menginfeksi orang normal. Penyakit yang termasuk disini adalah
aspergilosis, candidiasis, cryptococcosis, mucormycosis (phycomycosis) dan
nocardiosis.
Perubahan minor dari sistin kekebalan tubuh dapat menyebabkan
manifestasi klinis jamur ini (misalnya, candida dapat berkembang pada membran
mukosa). Jika terjadi perubahan yang besar, maka dpat terjadi pada susunan
saraf pusat seperti pada pasien yang menggunakan antimikroba jangka panjang,
penggunaan terapi immunosupresif,adanya penyakit-penyakit sistemik seperti
penyakit hodkin, leukemia, diabetes mellitus, aids atau penyakit lainnya yang
dapat menggangu sisten kekebalan tubuh manusia. Disamping itu penggunaan
infusan jangka panjang (deep venous line) dapat merupakan faktor tambahan
penyebab infeksi jamur ini. Kecuali dibeberapa daerah di Asia, manifestasi infeksi
jamur pada susunan saraf pusat jarang, demikian pula dengan nocardiosis.
Manifestasi klinis infeksi candida pada meningen jarang, tetapi pada pemeriksaan
postmortem dapat ditemukan dapat ditemukan.
Pada otopsi candidasis terjadi pada pasien dengan gangguan
imunitas dengan bentuk mikroabses dan granuloma nonkaseosa, tanpa
terjadinya leptomeningitis yang difus. Sebaliknya kebanyakan mikosis dengan
manifestasi penyakit neurologis merupakan akibat sekunder dari infeksi sistemik.
Untuk keadaan ini infeksi terbanyak adalah meningitis criptococcal.
Pada mucormycosis, infeksi primer bisanya berasal dari sinus
paranasalis dan mata, meyebar ke otak atau nervus kranialis pada pasien dengan
gangguan imunitas. Menifestasi infeksi susunan saraf pusat berupa: meningitis
jamur dengan periode berapa hari sampai minggu seperti meningitis tuborkulosa
demikian pula dengan gejala klinisnya. Disamping itu dapat terjadi gangguan dari
beebrapa saraf kranial, arteritis dengan trombosis dan Infark serebri, multiple
abses dikortikal dan subkortikal dan hidrosepalus komunikans dan komunikans.
Bisanya pasien tidak demam.
Diagnosis infeksi jamur pada susunan saraf pusat seringkali sukar dan
sangat tergantung dari kesiagaan klinisi. Selain gejala klinis, sangat penting
dilakukan pemeriksaan radiologis paru-paru dan organ lainnya, skin test,antibodi
serum dan pemeriksaan cairan serebrospinal. Isolasi kuman dari lesi dan cairan
serebrospinal merupakan pembantu diagnostik yang penting. Pada meningitis,
perlu dilakukan pemeriksaan CT scan dan MRI. Perubahan cairan serebrospinal
pada meningitis jamur seperti pada meningitis tuborkulosa. Tekanan meningikat
bervariasi, pleiositosis moderat, biasanya kurang adri 1000 sel/mm3, dengan
predominan limfosit. Kecuali pada kasus yang akut, sel dapat meningkat lebih
dari 1000/mm3 dengan predominan polimorfonuklear. Glukosa bisanya agak
menurun (subnormal) dan protein meningkat kadang-kadang sampai pada kadar

2002 digitized by USU digital library 2


yang sangat tinggi. Diagnosis spesifik dapat dibuat dari hapusan cairan
serebrospinal dan dari kultur dan juga dengan menemukan antigen spesifik
dengan immunodifusion latex particle aggregation atau perbandingan antigen
recognition test. Pemeriksaan cairan serebrospinal harus termasuk pemeriksaan
tubercle basilli danleukosit abnormal oleh karena banyak terjadi infeksi bersama
jamur dengan tuberkulosa dan leukemia atau limfoma.

III. BEBERAPA JENIS JAMUR PENYEBAB INFEKSI SUSUNAN SARAF


PUSAT

1. Cryptococcus neofarmans

Cryptococcus neofarmans adalah jamur seperti ragi (yeast like fungus) yang
ada dimana-mana di seluruh dunia. Jamur ini menyebabkan penyakit jamur
sistemik yang disebut cryptococcosis, dahulu dikenal dengan nama Torula
histolitica. Jamur ini paling dikenal sebagai penyebab utama meningitis jamur
dan merupakan penyebab terbanyak morbiditas dan mortalitas pasien dengan
gangguan imunitas. Cryptococcus neofarmans dapat ditemukan pada kotoran
burung (terutama merpati), tanah, binatang juga pada kelompok manusia
(colonized human).
Gejalanya seperti meningitis klasik yang melibatkan meningitis secara difus.
Dengan adanya AIDS, insiden cryptococcal meningitis meningkat drastis. Di
Amerika, meningitis ini termasuk lima besar penyebab infeksi oportunistik
pada pasien AIDS.

a. Mikologi
Cryptococcus neofarmans merupakan yeast like fungus. Pada jaringan
yang terinfeksi organisme ini membentuk kapsul polisakarida yang
merupakan antigenpenting yang dapat mempengaruhi tubuh host. Kapsul
ini terdiri dari empat serotipe antigen yang telah dapat diisolasi yairu
A,B,C dan D. Berdasarkan antigen kapsul ini Cryptococcus neofarmans
dibagi menjadi dua subgroup, V.neofarmans var neofarmans (serotipe A
dan D) dan C.neofarmans var gatti (serotipe B dan C). Serotipe A
merupakan serotipe yang paling sering diisolasi dan yang terutama di
Amerika. Serotipe D biasanya ditemukan di Eropa, B dan C ditemukan di
daerah tropis dan subtropis. Pada pasien AIDS serotipe yang paling sering
ditemukan aialah serotipe B dan C.
Serotipe B dan C dapat pula menginfeksi manusia (non-
immunosupressant host) dan lebih banyak menginvasi parenkim otak
menyebabkan lesi massa yang disebut toruloma.
Isolasi jamur dapat dilakukan dengan membuat sediaan cairan
serebrospinal yang dicampur dengan tinta India kemudian diperiksa pada
mikroskop. Ukuran diameter yeast 4-6 µm dengan kapsul berukuran 1-30
µm. Jika pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati maka dapat positif
pada lebih kurang setengah kasus meningitis cryptococcal, dan lebih tinggi
pada penderita AIDS. Perhitungan kwantitatif pasien meningitis daro 103-
107 count forming unit (CFU) perdarahan milimeter cairan serebrospinal.

2002 digitized by USU digital library 3


b. Patogenesis dan Patofisiologi
Infeksi pertama terbanyak terjadi akibat inhalasi yeast dari lingkungan
sekitar. Pada saat dalam tubuh host Cryptococcus membentuk kapsul
polisakarida yang besar yang resisten terhadap fagositosis. Produksi
kapsul distimulasi oleh konsentrasi fisiologis karbondioksida dalamparu.
Keadaan ini meyebabkan jamur ini beradaptasi sangat baik dalam host
mamalia. Reaksi inflamasi ini menghasilkan reaksi kompleks primer paru
kelenjar limfe (primary lung lymp node complex) yang biasanya
membatasi penyebaran organisme.Kebanyakan infeksi paru ini tanpa
gejala, tetapi secara klinis dapat terjadi seperti gejala pneumonia pada
infeksi pertama dengan gejala yang bervariasi beratnya. Keadaan ini
biasanya membaik perlahan dalam beberapa minggu atau bulan dengan
atau tanpa pengobatan. Pada pasien lainnya dapat terbentuk lesi
pulmonar fokal atau nodular. Cryptococcus dapat dorman dalam paru atau
limfenodus sampai pertahanan host melemah.
Cryptococcus neofarmans dapat menyebar dari paru dan limfenodus
torakal ke aliran darah terutama pada host yang sistem kekebalannya
terganggu. Keadaan ini dapat terjadi selama infeksi primer atau selama
masa reaktivasi bertahun-tahun kemudian. Jika terjadi infeksi jauh, maka
tempat yang paling sering terkena adalah susunan saraf pusat. Keadaan
dimana predileksi infeksi ini terutama pada ruang subarakhnoid, belum
dapat diterangkan.
Ada beberapa faktor yang berperanan dalam patogenesis infeksi
Cryptococcus neofarmans pada susunan saraf pusat. Jamur ini
mempunyai beberapa fenotif karakteristik yang diaktakan berhubungan
dengan invasi pada susunan saraf pusat seperti, produksi phenoloxidase,
adanya kapsul polisakarida,dan kemampuan untuk berkembang dengan
cepat pada suhu tubuh host.Informasi terakhir mengatakan bahwa
melanin bertindak sebagai antioksidan yang melindungi organisme ini dari
mekanisme pertahanan tubuh host. Faktor karakteristik lainnya yaitu
kemampuan kapsul untuk melindungi jamur dari pertahanan tubuh
terutama fagositosis dankemampuan jamur untuk hidup dan berkembang
pada suhu tubuh manusia.

c. Patologi
Ada tiga pola dasar infeksi jamur pada susunan saraf pusat yaitu,
meningitis kronis,vaskulitis daninvasi parenkimal.pada infeksi Cryptococcal
jaringan otak menunjukkan adanya meningitis kronis pada leptomeningen
bsal yang dapat menebal dan mengeras oleh reaksi jaringan penyokong
dandpt mengobstruksi aliran likuor dari foramen Luschka dan Magendi
sehingga terjadi hidrosefalus. Pada jaringan otak terdapat substansi
gelatinosa pada ruang subarakhnoid dan kista kecil didalam parenkim y
terletak terutama pada ganglia basilis pada distribusi arteri
lentikulostriata. Lesi parenkimal terdiri dari agregasi atau gliosis. Infiltrat
meningen terdiri dari sel-sel ingflamasi dan fibroblast yang bercampur
dengan Cryptococcus. Bentuk granuloma tidak sering ditemukan pada
beberapa kasus terlihat reaksi inflamasi kronis danreaksi granulomatosa
sama dengan yang terlihat pada M.tuberculosa dengan segala bentuk
komplikasinya.
Menurut Prockop,perubahan susunan saraf pusat termasuk infiltrasi
meningen oleh sel mononuklear dan organisma. Organisma ini dapat
tersebar pada parenkim otak dengan reaksi inflamasi yang minimal atau

2002 digitized by USU digital library 4


tanpa reaksi inflamasi. Kadang-kadang terdapat abses pada jaringan otak
dan granuloma pada meningen otak dan medula spinalis.
Gejala klinis infeksi jamur pada susunan saraf pusat tidak spesifik seperti
akibat infeksi bakteri. Pasien paling sering mengalami gejala sindroma
meningitis atau sebagai meningitis yang tidak ada perbaikan atau semakin
progresif selama observasi (paling kurang empat minggu). Manifestasi
klinis lainnya berupa kombinasi beberapa gejala seperti demam, nyeri
kepala, letargi, confise, mual, muntah, kaku kuduk atau defisit neurologik.
Sering kali hanya satu atau dua gejala utama yang dapat ditemukan pada
gejala awal. Misalnya pasien datang ke klinis hanya dengan keluhan
demensia subakut tanpa gejala lainnya.
Waktu terjadinya penyakit sangat vital dan penting dalam
mempertimbangkan diagnosis meningitis jamur. Beberapa kasus sebagai
meningitis akut,kebanyakan subakut dan beberapa kronis.
Gambaran klinis selain meningitis yang sering ditemukan yaitu gambaran
ensefalitis. Sering kali pasien didagnosa sebagai meningitis TBC sampai
akhirnya ditemukan diagnosa yang benar dengan ditemukannya jamur
dalamcr serebrospinal. Diagnosa meningitis jamur dapat ditegakkan
dengan kultur dalam medium sabouraud. Granuloma besar pada
serebrum, serebrum atau batang otak memberikan gejala seperti space
occupaying lesion lainnya. Diagnosa granuloma dapat ditegakkan dari
pemeriksaan CT scan dan MRI.

d. Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan tambahan
seperti, laboratorium cairan serebrospinal. Gambaran cairan serebrospinal
infeksi Cryptococcus sama dengan meningitis tuberkulosa. Tekanan
biasanya meningkat terdapat peningkatan jumlah sel dari 10-500
sel/mm3. protein meningkat dan glukosa menurun biasanya sekitar 15-
35 mg. Diagnosa dapat dibuat dengan menemukan organisme ini dalam
cairan serebrospinal dengan pewarnaan tinta India, kultur dalam media
sabouraud dan berasarkan hasil inokulasi pada hewan percobaan. Jamur
ini juga dapat dikultur dari urine, darah, fases, sputum dan sum-sum
tulang. Pemeriksaan antigen Cryptococcus pada serum dan cairan
serebrospinal dapat menegakkan diagnosa, dapat dikultur dari urine,
darah, feses, sputum dan sum-sum tulang.

e. Terapi
Terapi dengan amphotericin B memperlihatkan hasil yang baik.
Amphotericin B diberikan tiap hari intravena dengan dosis 0,5
mg/kg,diberikan enam sampai sepuluh minggu, tergantung dari perbaikan
klinis danekmbalinya cairan serebrospinal kearah normal. Peneliti lain
memberikan amphotericin B dengan 5-flurocytosine 150 mg/kg perhari
(dalam 4 dosis). Kombinasi ini memberikan hasil yang lebih baik.

f. Prognosa
Pada pasien yang tidak diobati, biasanya fatal dalam beberapa bulan
tetapi kadang-kadang menetap sampai beberapa tahun dengan
rekuren,remisi dan eksaserbasi. Kadang-kadang jamur pada cairan
serebrospinal ditemukan selama tiga tahun atau lebih. Telah dipalorkan
beberapa kasus yang sembuh spontan.

2002 digitized by USU digital library 5


2. Mucormycosis

Serebral mucormycosis (phycomycosis) adalah penyakit akut, jarang dapat


disembuhkan yang disebabkan oleh jamur klas phycomycetae khususnya
genera rhizopus. Jamur ini terdapat diseluruh dunia pada tumbuhan busuk,
pupuk dan makanan yang mengandung banyak gula. Infeksi pada manusia
hampir selalu terjadi pada pasien yang mempunyai penyakit utama termasuk
diabetes melitus yang tidak terkontrol, keganasan darah, lymfoma, keadaan
imunosupresif, penggunaan antibiotik jangka panjang dan penggunaan
sitostatik.
Jamur ini masuk ke dalam tubuh manusia yang rentan melalui hidung
menyebabkan sinusitas dan sellulitis orbitalis, kemudian penetrasi ke arteri
dan terjadi trombosis arteri oftalmika danar karotis interna dan selanjutnya
menyerang vena dan saluran linfe. Dapat terjadi penyakit yang desiminata
pada mata, serebral,paru danintestinal.
Gejala klinis biasanya dimulai dengan tanda-tanda infeksi sinus paranasalis
seperti hidung tersumbat, sekret dari hdung kadang-kadang berdarah, nyeri
pada daerah sinus dan demam. Jika tidak diobati, penyakit ini akan menyebar
keotak melalui lamina kribriformis atau setelah terlibatnya tulang tengkorak.
Kemudian terjadi gejala-gejala lobus frontalis dan meningen basalis bersama
dengan penurunan kesadaran drowsyness nyeri kepala, perubahan status
mental. Gejala neurologis yang sering terjadi yaitu proptis,kelumpuhan mata
dan hemiplegi yang mana keadaan ini berhubungan dengan terlibatnya arteri
arteri orbitalis dan karotis danjaringan disekitarnya. Organisme ini dapat
menginvasi meningen atau dapat menembus otak sehingga menimbulkan
ensefalitis jamur dan dapat menyebabkan Infark dan perdarahan otak.
Beberapa hifa terdapat didalam trombus dandinding pembuluh darah dan
sering sekali masuk ke dalam perinkim sekitarnya. Biasanya penyakit ini
cepat berakibat fatal dalam beberapa hari atau minggu.
Diagnosa penyakit in ditegakkan berdasarkan pemeriksaan sputum, cairan
serebrospinal atau eksudat jaringan sinus paranasalis. Kultur rhizopus dapat
membantu tapi bukan merupakan diagnostik oleh karena kebanyakan
merupakan kontaminan.
Terapi terdiri dari pemberian Amphotericin B dan kontrol faktor predisposisi
seperti diabetes melitus. Juga diperlukan drainase lokal dan operasi jaringan
nekrotik secepatnya untuk mencegah penyebaran penyakit.

3. Candidiasis (moniliasis)

Spesies candida merupakan suatu flora mikrobial yang normal terdpat dalam
tubuh manusia. Candidiasis kemungkinan merupakan infeksi jamur
oportunistik terbanyak. Infasi ke susunan saraf pusat sebenarnya sangat
jarang kecuali terjadi kerusakan sistem kekebalan tubuh host. Banyak faktor
yang menunjang terjadinya infeksi candida seperti terapi antibiotik spectrum
luas, luka bakar berat, nutrisi parental total, prematuritas, keganasan
pemasangan kateter, terapi kortikosteroid, neutropenia, operasi abdomen,
diabetes mellitus, dan penggunaan obat parenteral yang tidak semestinya
(parentral drug abuse)
Bentuk patologi infeksi susunan saraf pusat oleh candida berupa penyebaran
mikro abses intraparenkimal, granuloma nonkaseosa, abses besar, meningitis
dari ependimitis. Pada kebanyakan kasus diagnosis belum dapat ditegakkan
pada saat pasien masih hidup, kemungkinan oleh karena sukarnya
menemukan organisme pada cairan serebrospinal .

2002 digitized by USU digital library 6


Prognosis biasanya jelek walaupun dengan penggunaan amphotericin B.

4. Aspergilosis

Aspergilosis fumigatus dan A.flavus dapat menyebabkaninf susunan saraf


pusat manusia. Hal ini terjadi melalui penyebaran langsung dari sinus
paranasalis atau setelah traumakapitis, operasi lumbal fungsi, atau melalui
penyebaran hematogen pada orang dengan gangguan imunitas terutama
yang mengalami neutropenia dalam jangka waktu yang lama. Penulis lain
menyatakan bahwa infeksi jamur ini terutama jika terjadi sinusitis kronis
(khususnya spenodialis) dengan osteomielitis basis tengkorak atau akibat
komplikasi otitis dan masstoiditis.
Manifestasi klinis penyakit ini berupa gangguan nevrus kranialis pada sekitar
daerah infeksi, abses serebri, granuloma kranial dan spinal pada duramater.
Keadaan ini tidak bermanifestasi sebagai meningitis. Pada beberapa kasus
penyakit ini didapat di rumah sakit ditandai dengan adanya gejala infeksi paru
yang tidak mempan terhadap antibiotik. Diagnosis biasanya ditegakkan
dengan melakukan biopsi atau dengan kultur.
Terapi anti jamur seperti ampotericin B dan kombinasi dengan
limaflurocytosine dan imidazole masih dipertanyakan keberhasilannya. Jika
obat-obatan ini diberikan setelah operasi pengeluaran materi yang terinfeksi,
beberapa pasien dapat disembuhkan.

5. Coccodiodomycosis

Penyakit infeksi jamur ini banyak didaerah Barat Daya Amerika. Biasanya
hanya menyebabkan gejala influensa dengan infiltrat pada paru sebagai
pneumonia non bakterial. Keadaan ini dapat berlangsung progresif menjadi
diseminata termasuk infeksi pada meningen. Reaksi patologi dan gambaran
kliniknya pada meningen dan cairan serebrospinal sangat mirip dengan
meningitis tuberkulosa.
Terapi terdiri dari pemberian ampotericin B intravena. Ada juga yang
menganjurkan pemberian ampotericin B intratekal. Pemberian melalui lumbal
fungsi yaitu dengan campuran ampotericin B dalam glukosa 10%, pasien
dalam posisi kepala agak kebawah (head dowm position) ampotericin B
diberikan 3 kali seminggu selama 3 bulan, atau sampai sel pada cairan
serebrospinal kurang dari 10 mm3 dan complement fixing menghilang dari
cairan likuor.

6. Histoplasmosis

Histoplasma capsulatun terdapat pada daerah ohio dandaerah lembah


Missisipi tengah Amerika. Infeksi terjadi setelah inhalasi spora. Kebanyakan
pasien hanya memperlihatkan gejala yang minimal atau tanpa gejala selama
infeksi primer pada paru paru. Perkembangan penyakit yang progresif
(desimilata) terjadi pada penderita gangguan pertahanan tubuh (cell
mediated immune defence) setengah dari penderita dengan gejala diseminata
merupakan pasien dengan terapi imunosupresif, Lymphoma, lymphocytic
leukimia, gangguan limfa atau AIDS. Jika terjadi keaadaan disseminata ,
lokasi yang terutama adalah susunan saraf pusat.
Terapi yang dianjurkan adalah pemberian ampotericin B intravena 50 mg/hari
pada orang dewasa dan 1 mg/kgBB/hari pada anak-anak dengan berat badan
kurang dari 50 kg, selama 6-12 minggu, dengan dosis total sekitar 35

2002 digitized by USU digital library 7


mg/kgBB. Terapi pemeliharaan (maintenance) diberikan 50-80 mg setiap 1
atau 2 minggu, untuk mencegah relaps pada penderita AIDS.

IV. KESIMPULAN

Demikianlah telah dibahas mengenai beberapa jenis jamur yang dapat


menyebabkan infeksi susunan saraf pusat. Hal ini sangat perlu dipahami
sehubungan dengan mewabahnya penyakit AIDS diseluruh dunia yang mana
sangat berkaitan erat dengan peningkatan infeksi jamur pada susunan saraf
pusat.

DAFTAR PUSTAKA

Adams RA. Principles of neurology. 4th ed. New York: McGraw Hill, 1989: 581-3
Bernett JE. Mycoses, in Principles and practice of infectious disease. 4th ed.
New York: Churchill, 1995: 2288-378
Girolami V. The Central Nervous system, in Robbhins. Pathologic basis of
disease. 5th ed. Philadelphia: WB Sounders, 1994: 1324-5
Perfect JR. Diagnosis and treatment of fungal meningitis, in infectious of central
nervous systems. New York: Raven Press, 1991: 729-37
Perfect JR. pathogenesis and pathophysiology of fungal infection of central
nervus system, in infections of the Central Nervous System. New
York: Raven Press, 1991: 693-700
Roos KL. Meningitis 100 maxims. New York: Arnold, 1995: 143-157
Swash M. Clinical neurology. London: Churchill, 1991: 917-8
Treseler CB. Fungal meningitis, in Merrit’s textbook of neurology. 9th ed.
Baltimore: A.Waverly,1995: 193-6

2002 digitized by USU digital library 8

Anda mungkin juga menyukai