ETIKA ADALAH :
1. ilmu tentang apa yang baik & yang buruk &
tentang hak serta kewajiban moral/akhlak
2. kumpulan asas/nilai yang berkenaan dengan
akhlak
3. nilai mengenai benar & salah yang dianut suatu
golongan/masyarakat
Tiga Definisi Etika
Kata ”etika” dapat dimaknai dalam arti nilai-nilai
dan norma-norma moral yang menjadi pegangan
moral bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya.
”Etika” juga dapat diartikan sebagai kumpulan
asas atau nilai moral, yang sering disebut sebagai
kode etik, seperti Kode Etik Periklanan Indonesia
yang dikeluarkan oleh Persatuan Perusahaan
Periklanan Indonesia, Kode Etik Jurnalistik yang
berasal dari berbagai organisasi jurnalis, Kode
Etik Kehumasan, Kode Etik Penyiaran dan
sebagainya.
Tiga Definisi Etika
Kata ”etika” dapat berarti pula sebagai ilmu
yang mempelajari mengenai hal yang baik dan
buruk di masyarakat. Etika baru menjadi ilmu
jika kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas
dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan
buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu
masyarakat, baik yang disadai maupun tidak
disadari, menjadi bahan refleksi bagi suatu
penelitian sistematis dan metodis. Dalam arti
yang terakhir ini, etika sama maksudnya
dengan filsafat moral (Bertens, 2005:6).
KODE ETIK
KODE ETIK : kumpulan asas/nilai yang mengatur tingkah
laku moral kelompok profesi berdasarkan ketentuan tertulis
untuk melindungi kelompok profesi & masyarakat.
PROFESI : masyarakat moral (moral community) yang
disatukan oleh latar belakang pendidikan yang sama, memiliki
cita- cita & nilai-nilai bersama serta keahlian yang tertutup bagi
orang lain.
Agar dapat berfungsi efektif, kode etik harus:
- disusun & diubah oleh kelompok profesi sendiri
- menjadi hasil self regulation dari profesi
- pelaksanaan diawasi terus-menerus
KODE ETIK
KODE ETIK : kumpulan asas/nilai yang mengatur tingkah
laku moral kelompok profesi berdasarkan ketentuan tertulis
untuk melindungi kelompok profesi & masyarakat.
PROFESI : masyarakat moral (moral community) yang
disatukan oleh latar belakang pendidikan yang sama, memiliki
cita- cita & nilai-nilai bersama serta keahlian yang tertutup bagi
orang lain.
Agar dapat berfungsi efektif, kode etik harus:
- disusun & diubah oleh kelompok profesi sendiri
- menjadi hasil self regulation dari profesi
- pelaksanaan diawasi terus-menerus
Kode Etik Profesi
etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan "self control",
karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk
kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat "built-in mechanism"
berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk
menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi
masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-
gunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999).
Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat,
bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat
untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan
jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya.
Dampak Pemberitaan
KLACHDELICT – pemberitaan yang merugikan
nama baik seseorang/individu karena merasa
difitnah, dipojokkan dan dihina. Pihak yang
merasa dirugikan bisa menuntut surat kabar.
PERSDELICT – pemberitaan yang merugikan
kepentingan umu atau negara (stabilitas) seperti
melanggar ketertiban umum atau berita bohong
Kode Etik Jurnalistik
Kode Etik Jurnalistik dikembangkan sebagai
panduan yang disepakati secara kolektif
mengenai apa yang pantas dan tidak pantas
dijalankan oleh para jurnalistik profesional
Bila ditegakkan, harus ada kemauan kolektif di
kalangan profesional
Semacam self-regulation
Sejarah
Kali pertama dirumuskan di Kongres PWI tahun
1947 di Malang.
Pemerintah sudah berkomitmen memberikan
kebebasan terhadap pers-->
MR Sumanang berkomitmen supaya insan pers
tidak mudah “meminta” kepada pihak lain
(termasuk negara), kemandirian menjadi hal
wajib.
Dewan Pers
Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan
meningkatkan kehidupan pers nasional, dibentuk Dewan
Pers yang independen (UU Pers, Ps 15)
Dewan Pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut :
melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain;
melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers;
menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik
Jurnalistik;
memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian
pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan
dengan pemberitaan pers;
Problem Dewan Pers
Keputusan-keputusannya tidak memiliki
Kekuatan Hukum yang mengikat
Lebih dipatuhi oleh media cetak besar
Anggaran
Kode Etik Jurnalistik
Independen, menghasilkan berita akurat, berimbang,
dan tidak beritikad buruk
Menempuh cara-cara profesional
Menguji informasi, memberitakan secara berimbang,
tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi
serta menerapkan asas praduga tak bersalah
Tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis dan cabul
Tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban
kejahatan susila dan tidak menyebut identitas anak
yang menajdi pelaku kejahatan
Kode Etik Jurnalistik
Tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap
Memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang
tidak bersedia diketahui identitas maupun
keberadaannya, menghargai ketentuan embargo,
informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai
dengan kesepakatan.
Tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan
prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas
dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis
kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat
orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.
Kode Etik Jurnalistik
Menghormati hak narasumber tentang kehidupan
pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik
Mencabut, meralat dan memperbaiki berita yang
keliru dan tidak akurat disertai dengan
permintaan maaf kepada pembaca, pendengar
dan atau pemirsa
Melayani hak jawab dan hak koreksi secara
proporsional
Problem Lain
Mekanisme penegakan Kode Etik Kabur
Ketidakprofesionalan wartawan
Asosiasi wartawan tidak berfungsi
Media dikelola oleh mereka yang sebenarnya
bukan wartawan karier
Pemilik media melihat media sebagai lahan
bisnis
Dewan Pers hanya didengar oleh media besar