Anda di halaman 1dari 7

ARTI ADIL DALAM ISLAM

Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang lain
dalam memberikan hukum, sering diartikan pula dengan persamaan dan
keseimbangan dalam memberikan hak orang lain., tanpa ada yang dilebihkan atau
dikurangi. Seperti yang dijelaskan Al Qur’an dalam surah Ar Rahman/55:7-9

“ Dan Allah telah meninggikan langit-langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan)
suapaya kamu jangan melampaui batas neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu
dengan dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”

DISTRIBUSI KEADILAN

Islam mewajibkan ummatnya berlaku adil dalam semua urusan. Al Qur’an


mendistribusikan kewajiban sikap adil dalam beberapa hal seperti :

1. Menetapkan hukum

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” QS.4:58

2. Memberikan hak orang lain.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berbuat adil dan berbuat kebajikan..”


QS. 16:90

3. Dalam berbicara

“Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia
adalah kerabatmu.”QS. 6:152

4. Dalam kesaksian

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar


menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapa dan kaum kerabatnu. QS. 4:135

5. Dalam pencatatan hutang piutang

“Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan


benar..”QS 2:282

6. Dalam Mendamaikan perselisihan

“…maka damaikan antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah..”QS. 49:9

7. Menghadapi orang yang tidak disukai


“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu pada suatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada
taqwa.QS. 5:8

8. Pemberian balasan

“…dan barang siapa diantara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka


dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang
dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu …QS. 5:95

9. Imam As Syafi’iy menegaskan kepada para qadli (hakim) agar bersikap adil dalam
lima hal terhadap dua orang yang berselisih, yaitu :

1. Ketika masuk pintu,

2. Saat duduk di hadapannya,

3. Menghadapkan wajah kepadanya,

4. Mendengarkan pembicaraannya,

5. Memutuskan hukum.

10. Dsb.

Kata Ridho berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata rodiya yang berarti
senang, suka, rela. Ridho merupakan sifat yang terpuji yang harus
dimiliki oleh manusia. Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa
Allah SWT ridho terhadap kebaikan hambanya.[6]
Ridha (‫ضى‬
َ‫ر‬ِ ) menurut kamus al-Munawwir artinya senang, suka, rela.[7]
Dan bisa diartikan Ridho/rela adalah nuansa hati kita dalam merespon
semua pemberian-NYA yang setiap saat selalu ita rasakan.[8] Pengertian
ridha juga ialah menerima dengan senang segala apa yang diberikan oleh
Allah s.w.t. baik berupa peraturan ( hukum ) atau pun qada’ atau
sesuatu ketentuan dari Allah s.w.t.[9]
Allah swt berfirman:
tA$s% ª!$# #x‹»yd ãPöqtƒ ßìxÿZtƒ tûüÏ%ω»¢Á9$# öNßgè%ô‰Ï¹ 4 öNçlm;
×M»¨Yy_ “Ì ヘ øgrB `ÏB $ygÏFøtrB ã ヘ»yg÷RF{$# tûïÏ$Î#»yz !$pkŽÏù #Y‰t/r& 4
zÓÅ̧‘ ª!$# öNåk÷]tã (#qàÊu‘ur çm÷Ztã 4 y7Ï9ºsŒ ã—öqxÿø9$# ãLìÏàyèø9$#
ÇÊÊÒÈ
Artinya:”Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi
orang-orang yang benar kebenaran mereka. bagi mereka surga yang
dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya; Allah ridha terhadapNya[10] Itulah keberuntungan yang paling
besar".(QS. Al-Maidah:119)

Jadi ridho adalah perilaku terpuji menerima dengan senang apa yang
telah diberikan Allah kepadanya, berupa ketentuan yang diberikan
kepada manusia.

alam kehidupan seserorang ada beberapa hal yang harus menampilkan sikap ridha,
minimal empat macam berikut ini:
1. 1. Ridha terhadap perintah dan larangan Allah

Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang telah
mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap
semua nilai dan syari’ah Islam.

1. 2. Ridha terhadap taqdir Allah.

Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan
yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar
adalah keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim.

Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan
mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera
berlalunya musibah. Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir
Allah swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya
selalu tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha
ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin
mengasyikkan dirinya untuk bermusyahadah kepada Allah.

1. 3. Ridha terhadap perintah orang tua.

Ridha terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada
Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua, sebagaiman
perintah Allah dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14. Bahkan Rasulullah bersabda :
“Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah tergantung murka
orang tua”. Begitulah tingginya nilai ridha orang tua dalam kehidupan kita, sehingga
untuk mendapatkan keridhaan dari Allah, mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua.
Ingatlah kisah Juraij, walaupun beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena
ibunya tersinggung ketika ia tidak menghiraukan panggilan ibunya.

1. 4. Ridha terhadap peraturan dan undang-undang Negara

Mentaati peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan salah
satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin
keteraturan dan ketertiban sosial. sebagaimana firman Allah yang terdapat dalam Q.S. an-
Nisa:59. Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan
umara (Ulama dan pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha
terhadap peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri,
orang tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian
mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.

1. c. Dalil tentang Ridho


öqs9ur óOßg¯Rr& (#qàÊu‘ !$tB ÞOßg9s?#uä ª!$# ¼ã&è!qß™u‘ur (#qä9$s%ur
$uZç6ó¡ym ª!$# $oYŠÏ?÷sã‹y™ ª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù ÿ¼ã&è!qß™u‘ur !$¯RÎ) ’n<Î) «!$#
šcqç6Ïîºu‘ ÇÎÒÈ

Artinya:”Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan
RasulNya kepada mereka, dan berkata: “Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan
memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, Sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah,” (tentulah yang demikian itu
lebih baik bagi mereka).(QS. At-Taubah:59)

1. d. Contoh Perilaku Ridho

Δ Dalam suatu kisah Abu Darda’, pernah melayat pada sebuah keluarga, yang salah satu
anggota keluarganya meninggal dunia. Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji Allah
swt. Maka Abu Darda’ berkata kepada mereka. “Engkau benar, sesungguhnya Allah swt.
apabila memutuskan suatu perkara, maka dia senang jika taqdirnya itu diterima dengan
rela atau ridha.

Begitu tingginya keutamaan ridha, hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan tampak di
akhirat derajat yang tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa ridha kepada Allah
swt. dalam situasi apapun.

Δ Dalam riwayat dikisahkan sebagai berikut ; pada suatu hari Ali bin Abi Thalib r.a.
melihat Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ; “Mengapa engkau tampak
bersedih hati ?”. Ady menjawab ; “Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua orang anakku
terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran”. Ali terdiam haru, kemudian
berkata, “Wahai Ady, barang siapa ridha terhadap taqdir Allah swt. maka taqdir itu tetap
berlaku atasnya dan dia mendapatkan pahalaNya, dan barang siapa tidak ridha terhadap
taqdirNya maka hal itupun tetap berlaku atasnya, dan terhapus amalnya”.

1. Cara menumbuhkan perilaku adil, ridho,

• Adil
o Menjauhi dari sikap egois ketika menentukan dua perkara
o Mendahulukan kebaikan daripada kejelekan orang
o Bersikap objktif jiak melihat dua perkara yang berbeda
o Ridho
 Apabila tertimpa musibah, anggap saja itu adalah cobaan yang
Allah berikan
 Mentaati perintah orang tua sekecil apapun
 Mentaati peraturan yang diatur oleh pemerintah demi
kemashalatan masyarakatnya
 Menerima semua nikmat yang Allah berikan

• Rela berkorban
o Selalu peduli dan memperhatikan kepentingan umum, bangsa dan negara
selain dari kepentingan pribadi.
o Suka memberikan contoh dan pembinaan yang baik kepada sesama.
o Gemar memberikan pertolongan kepada sesama
o Penyantun dan penyayang terhadap orang lain atau lingkungan.
o Menjauhi sifat angkuh, egois, hedonis dan matrialistis.[13]

6) Hikmah Hikmah perilaku adil, ridho,

Perilaku terpuji bagi setiap individu muslim haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip
agama. beberapa hikmah dari ketiga perilaku terpuji di atas adalah:

1. Dapat menenangkan pikiran atau batin


2. Dapat meningkatkan keimanan kepada Allah SWT
3. Menciptakan suasana damai dengan masyarakat

Pengertian Persatuan

Pengertian Persatuan ialah ikatan yang terjadi antara dua orang lebih yang mereka
melakukan tidak yang sama dalam hal terjadinya peristiwa tertentu. Bila seseorang suatu
bangsa maka rakyatnya akan bersatu membela bangssanya.

Dari penjelasan ayat diatas diperoleh kesimpulan bahwa usaha umat Islam
terutama para pemuka (ulama/hakim/pejabat) supaya memperbaiki hubungan antara
seseorang dengan seseorang yang lain atau kelompok, golongan dengan golongan atau
dengan seseorang secara nyata, jangan membiarkan persengkataan atau perselisihan itu
berlarut-larut. Para umat tidak boleh berdiam diri asal badan sendiri selamat, kita mesti
berbuat, berusaha menghilangkan persengketaan, dan menghidupkan tali persaudaraan
antara orang-orang yang bersengketa itu.

Setiap muslim wajib berusaha membangun kukuhnya persatuan dan kesatuan


demi tegaknya agama, masyarakat, bangsa dan negara. Hal itu dilakukan agar dapat
meningkatkan kesejahteraan bersama dengan cara yang bijaksana dan seadil-adilnya
menurut ketentuan Allah SWT. Agama islan adalah agama yang smepurna ajaran-
ajarannya, bukan hanya membimnbing manusia mengenal tuhan dan tata cara beribadah
kepadanya, tetapi juga memberi petunjuk bagaimana menyusun suatu masyarakat agar
tiap-tiap anggotanya dapat hidup rukun, aman dan nyaman, yakni masing-masing
hendakalah bertakwa. Allah melarang kita saling membelakangi, suka mencari kesalahan
orang lain, hasud, iri dan dengki lebih-lebih berbuat aniaya yang dapat menimbulkan
perselisihan diantara sesama.

Sahabat Anas bin Malik meriwayatkan sebuah hadis yang artinya : “Tolonglah
saudaramu dalam keadaan menganiaya atau dianiaya. Saya bertanya. Wahai Rasululah,
yang ini saya menolongnya karena teraniaya. Bagaimana caranya menolong yang
zalim?, Engkau harus melarangnya dari kezaliman itulah cara menolongnya.” (HR Anas
r.a)

Hadis tersebut memberi penjelasan bahwa menjaga persatuan dan kesatuan itu
mutlak diperlukan. Terjadinya perbedaan pendapat, baik perorangan maupun kelompok
adalah hal yang wajar, karena setiap pribadi memang dianugrahi oelh Allah kemampuan
berkreasi dan penalaran yang berbeda-beda. Lebih-lebih para anak muda yang sedang
mencari jati dirinya, persaingan anatar individu atau kelompok sulit dihindari sehingga
tidak jarang berakhir dengan baku hantam. Dengan kondisi yang demikian, hendaklah
segera dibentuk juru damai, baik dari guru maupun pemuka masyarakat agar masalah
yang timbul tidak berlarut-larut. Perlu disadari bahwa mereka yang terlibat perselisihan
pada umumnya adalah teman kita sendiri, masih sebangsa dan sering pula malah seiman.
Maka penyelesaian dengan jalan kekerasan, jelas hanya akan merugikan diri dan bangsa
kita sendiri.

Selanjutnya dalam usaha memperjuangkan kebajikan dan amal, janganlah merasa


bahwa diri dan kelompoknyalah yang pantas memperoleh bagian dan fasilitas yang lebih
dari yang lain. Sikap demikian amat berbahaya jika bersemayam di dada seorang muslim,
karena dapat merusak keikhlasan beramal. Hal yang demikian pernah menghinggapi
sebagian sahabat nabi seusai perang badar, kemudian oleh Allah dengan firmannya. Lihat
Al-Qur’an online di google

Aritnya : “Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang.


Katakanlah: “Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab itu
bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan
taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman.” (QS
Al Anfal :1)

Ayat diatas memberi dorongan kepada kaum muslimin agar siap memikul
tanggung jawab berat melaksanakan dakwah islamiyah secara terpadu, saling melengkapi
sesuai dengan kemampuan disiplin ilmu yang dikuasainya.

Dengan begitu, hal-hal yang menyebabkan terjadinya persengketaan hendaknya


dihindari. Unsur penting perekat persatuan dan kesatuan umat ialah takwa, memperbaiki
hubungan sesama muslim, tolong menolong, bantu mambantu dengan manaati Allah dan
rasulnya disetiap keadaan.

PENGERTIAN
“Rukun” dari Bahasa Arab “ruknun” artinya asas-asas atau dasar, seperti rukun Islam.
Rukun dalam arti adjektiva adalah baik atau damai. Kerukunan hidup umat beragama
artinya hidup dalam suasana damai, tidak bertengkar, walaupun berbeda agama.

Kerukunan hidup umat beragama di Indonesia adalah program pemerintah sesuai dengan
GBHN

tahun 1999 dan Propenas 2000 tentang sasaran pembangunan bidang agama. Kerukunan
hidup di Indonesia tidak termasuk aqidah atau keimanan menurut ajaran agama yang
dianut oleh warga negara Indonesia, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu dan
Budha. Setiap umat beragama di beri kesempatan melakukan ibadah sesuai dengan
keimanan dan kepercayaan masing-masing.

B. Pengertian Kerukunan Menurut Islam

Kerukunan dalam Islam diberi istilah “tasamuh ” atau toleransi. Sehingga yang di
maksud dengan toleransi ialah kerukunan sosial kemasyarakatan, bukan dalam bidang
aqidah Islamiyah (keimanan), karena aqidah telah digariskan secara jelas dan tegas di
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dalam bidang

aqidah atau keimanan seorang muslim hendaknya meyakini bahwa Islam adalah satu-
satunya agama dan keyakinan yang dianutnya sesuai dengan firman Allah SWT. dalam
Surat Al-Kafirun ( 109) ayat 1 – 6 sebagai berikut: Artinya : “Katakanlah, “Hai orang-
orang kafir! “. Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah. Dan

tiada (pula) kamu menyembah Tuhanyang aku sembah. Dan aku bukan penyembah
apayang biasa kamu sembah. Dan kamu bukanlah penyembah Tuhanyang aku sembah.
Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Sikap sinkritisme dalam agama yang
menganggap bahwa semua agama adalah benar tidak sesuai dan tidak relevan dengan
keimanan seseorang muslim dan tidak relevan dengan pemikiran yang logis, meskipun
dalam pergaulan sosial dan kemasyarakatan Islam sangat menekankan prinsip toleransi
atau kerukunan antar umat beragama. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara anggota
masyarakat (muslim) tidak perlu menimbulkan perpecahan umat, tetapi hendaklah
kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dalam sejarah kehidupan Rasulullah SAW.,
kerukunan sosial kemasyarakatan telah ditampakkan pada masyarakat Madinah. Pada
saat itu rasul dan kaum muslim hidup berdampingan dengan masyarakat Madinah yang
berbeda agama (Yahudi dan Nasrani). Konflik yang terjadi kemudian disebabkan adanya

penghianatan dari orang bukan Islam (Yahudi) yang melakukan persekongkolan untuk
menghancurkan umat Islam.

Anda mungkin juga menyukai