Anda di halaman 1dari 1

ETIKA PERAWAT DALAM KASUS HIV/AIDS

Contoh kasus :
Tn. P adalah seorang sopir bus antar provinsi. Ia telah bekerja selama 20 tahun sebagai seorang
sopir. Akhir-akhir ini Tn. P sering demam, diare, dan menderita sariawan yang tidak sembuh-sembuh
sudah hampir 2 bulan, berat badan turun lebih dari 5 Kg. Tn P tidak menganggap serius penyakitnya
sehingga dia hanya berusaha minum obat warung dan belum sembuh juga akhirnya keluarganya
membawa Tn. P ke RSUP S. Tn. P meminta kepada Ners Ratna untuk segera memberitahu hasil
pemeriksaannya. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan Tn. P positif menderita HIV.
Ners Ratna yang merawat Tn.P kebetulan sudah bekerja selama 10 tahun di bangsal B20 ini. Keluarga
meminta Ners Ratna untuk tidak memberitahukan mengenai penyakit ini kepada pasien ataupun
kepada para pembesuknya. Keluarga takut kalau pasien di beritahu keluarga takut Tn.P akan frustasi,
tidak bisa menerima kondisinya, dan akan dikucilkan oleh masyarakat. Ners Ratna mengalami dilema
etik dimana di satu sisi dia harus memenuhi permintaan keluarga namun di sisi lain Ners Ratna harus
memberitahukan kondisi yang dialami oleh Tn. P.

Membuat keputusan
Berdasarkan pengalaman Ns. Ratna masa lalu dimana pasien mengalami dampak psikologis yang
berat sehingga perawat berniat untuk membicarakan hal ini pada keluarga untuk menindaklanjuti
dengan pendekatan informasi seperti apa yang harus diberikan pada Tn. P supaya Tn. P tidak terlalu
merasa kaget dan rendah diri sehingga pasien dapat membantu dalam proses penyembuhannya.

Pelaksanaan dan Evaluasi


Ns. Ratna belum yakin bahwa pendekatan dari hati ke hati dapat melunakkan hati keluarga pasien
supaya masalah perampasan hak pasien tidak terulang lagi. Walau Ns. Ratna merasa tidak puas
dengan apa yang dia lakukan namun mengharap bahwa apa yang dia lakukan dapat mencgah
masaalah tersebul terjadi lagi. Ns. Ratna perlu menghubungi tim etik RS.

Anda mungkin juga menyukai