Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK TOPIK KHUSUS EKONOMI PEMBANGUNAN

RECLAIMING DEVELOPMENT

MITOS 4-6

Disusun oleh:
B1B052001 M. Muqsith Ridho
120210080018 Shelly March K
120210080080 Satya Permadi
120210080083 Nurul Fitriana
120210080103 Enjun Fajar Sadida
120210080139 Yunaeli

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN

2011
MITOS 4:

MODEL CAPITALISME NEOLIBERAL AMERIKA MERUPAKAN MODEL YANG


IDEAL UNTUK DITIRU NEGARA-NEGARA BERKEMBANG

Mitos

Jelas bahwa neoliberal yang diasung oleh Amerika mempunyai kualitas yang terbaik
dibandingkan dengan system ekonomi lainnya. Keraguan terhadap system ekonomi ini
dipatahkan pada tahun 1990an ketika system ekonomi lain jatuh dan tidak dapat menahan
gejolak ekonomi pada tahun tersebut, sistem ekonomi neoliberal memiliki prospek yang cerah
dalam mengatasi segala gejolak ekonomi.

Penjelasan

Sistem ekonomi yang baru pada tahun 1990an menunjukkan kedinamisan dan
superioritas model ekonomi Amerika

Selama tahun 1990an Amerika melakukan berbagai eksperimen untuk menemukan system
keonomi yang stabil, tetapi meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran rendah,
inflasi rendah. Pada tahun 2001, economic of the president menyatakan bahwa kuartal pertama
tahun 1993 hingga kuartal ketiga tahun 2000, real GDP rata – rata tumbuh sekitar 4 persen,
dimana 43 persen pertumbuhan cepat pada tahun 1973-1993 dimana produktifitas non pertanian
tumbuh 2,3 persen per tahun dibandingkan sebelum abad keduapuluh. Terciptanya lapangan
pekerjaan sebesar 22 juta sementara pengangguran perlahan mulai berkurang hingga sebesar 3,9
persen pada akhir tahun 2000 (merupakan tingkat pengangguran terkecil selama periode
terakhir). Tingkat inflasi inti( inflasi diakibatkan oleh kenaikan harga bahan makanan dan
energi ) masih dalam batas yang dapat ditoleransi sekitar 2 – 3 persen. Hasil ini didapat dari
ekonomi baru yang didorong oleh reformasi teknologi informasi dan telekomunikasi.

Amerika melakukan promosi, pergantian rezim dan memberikan insentif kepada pasar untuk
mengikuti system ekonomi yang baru tersebut. Contohnya mengakui Hak Kekayaan Intelektual,
pajak usaha kecil, kompensasi terhadap pekerja didasarkan pada kemampuannya dibandingkan
dengan senioritas atau favoritism, transparansi bisnis didorong oleh lingkungan sekitar dan
pemerintah yang sah, pemerintah tidak mendorong private melalui kelebihan pengeluaran.

Ketika produksi massa stabil pada tahun 1970-1980, Amerika mengatakan bahwa demokrasi
adalah fleksibel, kompetitif dan system ekonomi tersebut secara unik mampu melahirkan
teknologi dan bentuk baru untuk komersial. Tipe ini sangat dinamis dan dapat bersaing
merupakan resep untuk pertumbuhan ekonomi dunia yang didorong oleh kemajuan teknologi
yang berlangsung cepat.

Ketidakpastian politik global dan lingkungan ekonomi yang disebabkan oleh peristiwa 11
September 2001, disebabkan karena tidak ada system ekonomi yang fundamental. Fleksibilitas
ekonomi Amerika mampu mengatasi masalah lebih capat daripada ekonomi yang tidak efisien
yang dipakai negara Eropa dan Jepang.

Superioritas ekonomi Amerika juga disebabkan oleh kegagalan ekonomi di Eropa dan
Jepang

Hasil eksperimen terakhir menyatakan bahwa Eropa dan Jepang ingin mengikuti ekonomi
neoliberal Amerika. Intervensi ekonomi Eropa sebelumnya menyebabkan pertumbuhan ekonomi
rendah, tingkat pengangguran sangat tinggi sejak tahun 1980. Sayangnya banyak negara yang
tidak siap untuk melakukan ekonomi neoliberal. Negara–negara di Eropa mulai banyak
melakukan privatisasi industry, mengatur ulang regulasi, membuka perekonomiannya dengan
perdagangan, pertukaran arus modal dan tenaga kerja antar negara serta mendisiplinkan system
moneter melalui bank sentral Eropa yang baru.

Hal berbeda tampak pada perekonomian Jepang yang masih belum baik. Jepang masih terjebak
resesi selama beberapa decade, akibat dari regulasi yang terlalu berlebihan. Sayangnya
pemerintah Jepang tidak mempunyai keinginan untuk melakukan perbaikan ekonomi melalui
perubahan regulasi secara radikal.

Superioritas ekonomi Amerika juga didemonstrasikan kepada negara–negara yang memiliki


hubungan dagang yang baik dengan Amerika seperti UK, Kanada, New Zealand dan Australia.
Semua dilakukan secara impresif pada tahun 1990an.
Hal ini jelas bahwa model capitalisme neoliberal Amerika ditunjukkan kepada semua model
ekonomi di didunia. System ini secara unik berhubungan dengan kemajuan teknologi baru,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memiliki masa depan untuk memperbaiki
perekonomian global. System ekonomi anti pasar yang diberlakukan oleh Eropa dan Asia Timur
secara positif tidak ideal dan telah ketinggalan zaman.

Penolakan

Keberhasilan ekonomi Amerika didasarkan pada pemikiran akan pengharapan


daripada pada kehati–hatian, analisis secara objektif

Ada beberapa alasan mengapa mitos ini ditolak, hal ini berkaitan dengan performa system
ekonomi neoliberal itu sendiri pada tahun 1990. Hal yang dipakai untuk mengekspor model
ekonomi neoliberal kenegara berkembanga. Agar negara berkembang menggunakan system
ekonomi ini.

Tidak pernah ada ekonomi baru pada tahun 1990

Bertolak belakang dengan antusias tentang ekonomi amerika dinyatakan bahwa selama 1990-an
memiliki performa yang sangat mengesankan. Kenyataannya, ekonomi Amerika pada tahun
tersebut tumbuh melambat dibandingkan periode sebelumnya. Berdasarkan pergerakan bisnis
selama beberapa periode, Dean Baker seorang ekonom menemukan fakta bahwa pada periode
1991 – 1995 ekonomi Amerika tumbuh sekitar 2,7 persen ketika pada tahun 1982–1986 ekonomi
Amerika tumbuh 4,4 persen dan pada tahun 1970–1973 tumbuh rata–rata 4,8 persen (Baker
2000). Pertumbuhan ekonomi Amerika khususnya pada periode 1996–1999 (pertumbuhan GDP
selama empat tahun rata–rata 4 persen). Tetapi pertumbuhan ekonomi ini masih lebih tinggi
daripada beberapa periode sebelumnya, periode tahun 1990-an merupakan penutupan atas
kekurangan-kekurangan pada periode tersebut. Lebih dari itu Baker menyatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi yang mengesankan pada tahun 1990 hanya bagian ilusi, berasal dari
perubahan cara pengukuran ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Amerika.

Dengan kata lain bahwa pertumbuhan tersebut hasil produksi Amerika. Rata–rata persentase
pertumbuhan ekonomi pada tahun 1990 sekitar 1,2 persen, dibandingkan rata–rata persentase
pertumbuhan ekonomi sebelum perang dunia kedua yang mendekati 3 persen dan 1,3 persen
pada tahun 1973 sampai dengan tahun 1989. Pertumbuhan ekonomi semakin kuat setelah tahun
1990. Produktifitas meningkat pada tahun 1995–1999 sekitar 2,5 persen dan beberapa tampak
bahwa pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh perubahan cara pengukuran pertumbuhan
ekonomi. Analisis Baker tentang ekonomi Amerika selama tahun 1990 disimpulkan bahwa klaim
tentang ekonomi baru pada tahun tersebut tidak didukung secara empiris.

Ledakan (boom) pada tahun 1990 tidak menguntungkan kehidupan rakyat Amerika
pada umumnya

Performa ekonomi Amerika selama 1990 juga tampak sedikit berbeda ketika pembahasan
masalah pembagian perhitungan pertumbuhan ekonomi (lihat chapter 2). Boom pasar modal
Amerika pada tahun 1990 adalah konsekuensi diberlakukannya system ekonomi baru secara
berlebihan, berakibat baik terhadap peningkatan kekayaan bagi orang terkaya sebesar 20 persen
(terutama orang terkaya yang jumlahnya hanya 1 persen) dari populasi dan menyediakan
keuntungan yang sangat kecil bagi keluarga Amerika (Wolff 2000). Dengan kata lain
peningkatan ketidakmerataan tingkat upah yang dimulai pada tahun 1980 diteruskan pada tahun
1990, peningkatan upah yang tidak proporsional kepada yang paling kaya (Baker 2000).

Boom ekonomi pada tahun 1990 hanya menghapus sedikit kemiskinan. Tambahan sensus yang
dilakukan Lembaga Sensus Amerika, Bureau menyatakan bahwa keluarga yang dikategorikan
miskin relative tidak berubah jumlahnya dari tahun 1989–2000 (New York Times, 2 June 2002).
Sepanjang tahun 2000-an, 9,2 persen penduduk Amerika dikategorikan miskin dibandingkan 10
persen pada tahun 1989.

Runtuhnya gelembung pasar saham AS pada 1990-an mengungkapkan pola masalah dari
korupsi yang dilakukan korporasi dan misalokation sumber daya

Sepanjang tahun 1990-an, para ekonom memuji insentif yang terkait dengan sistem kompensasi
eksekutif Amerika sebagai pendorong effisiensi dan inovasi yang cepat. Eksekutif perusahaan
mengumpulkan gaji sangat tinggi, opsi saham (yang memberi mereka right namun bukan
obligasi, untuk membeli dan menjual saham dengan tanggal di masa depan dengan harga yang
disepakati ) dan fasilitas lainnya.
Paket kompensasi tersebut menyebabkan kesenjangan besar antara kompensasi pekerja eksekutif
dan pegerja pada umumnya dalam perusahaan yang sama. Sebagai contoh, pada tahun 1970 rata-
rata penyesuaian inflasi kompensasi tahunan seratus CEO teratas di Amerika Serikat adalah $ 1,3
juta, 39 kali gaji pekerja rata-rata. Sejak 1999, kompensasi rata-rata seratus CEO teratas telah
meningkat $ 3,7-5 juta, lebih dari 1000 kali gaji pekerja rata-rata (Krugman 2002, 64).

Paket kompensasi eksekutif tersebut menunjukkan adanya misalokasi sumber daya besar
sebagaimana perusahaan dikelola dengan tujuan untuk memaksimalkan nilai jangka pendek opsi
saham yang dimiliki oleh orang dalam tempat yang tingg. Para lingkungan keuangan dan
korporasi tahun 1990-an juga mempromosikan berbagai bentuk korupsi. Skandal korupsi
perusahaan dan akuntansi tahun 2000 di Amerikamengungkapkan bahwa banyak eksekutif
perusahaan, dewan dan auditor eksternal yang tergoda oleh apresiasi harga saham besar tersedia.
Mereka memanipulasi akuntansi dan informasi lainnya untuk mendorong kenaikan harga saham
yang berkelanjutan.

Banyak negara-negara industri lainnya memperlihatkan setidaknya sebaik perekonomian


Amerika Serikat dan Anglo-Amerika lainnya selama tahun 1990-an

Kinerja ekonomi AS selama tahun 1990-an juga terkesan gagal ketika salah satunya
mempertimbangkan hal tersebut dalam perspektif perbandingan. Banyak negara-negara industri
lainnya memperlihatkan sebaik atau lebih baik dari Amerika Serikat selama tahun 1990an.
Sebagai contoh, antara tahun 1990 dan 2000, Irlandia (dengan tingkat pertumbuhan 6,8 persen),
Singapura (5,3 persen), Norwegia (3,1 persen), Australia (2,8 persen), Portugal (2,6 persen), dan
Finlandia (2,4 persen) tumbuh setidaknya secepat Amerika Serikat, sementara yang lainnya,
seperti Denmark (2,3 persen), Belanda (2,2 persen), Spanyol (2,2 persen), dan Inggris (2,2
persen) tumbuh hampir sama cepat.

Sebagai kelompoknya, ekonomi Anglo-Amerika tidak berjalan sangat baik selama tahun 1990-
an. Selandia Baru dan Inggris berada di garis depan reformasi neoliberal selama dua dekade
terakhir. Tapi reformasi ini tampaknya tidak memiliki pengaruh yang jelas pada kinerja ekonomi
mereka. Memang, tingkat pertumbuhan ekonomi di Selandia Amerika Serikat, Inggris, dan New
Zealand hampir identik selama era neoliberal dari 1980-2000 dan era intervensionis dari 1960-
1979. Berlakunya era Neoliberal, bagaimanapun akan membawanya peningkatkan benturan
dalam ketidaksetaraan bangsa-bangsa tersebut.

MITOS 5:

MODEL ASIA TIMUR BERSIFAT IDIOSYNCRATIC, MODEL ANGLO-AMERIKA


BERSIFAT UNIVERSAL

Mitos

Model ekonomi Asia Timur tidak dapat ditiru di mana pun, sedangkan model ekonomi Anglo-
Amerika dapat diterapkan secara universal. Oleh karena itu, pembuat kebijakan di negara
berkembang harus menerima model Anglo-Amerika untuk satu-satunya jalan menuju
kemakmuran.

Penjelasan

Model Asia Timur tidak dapat bekerja di luar regionalna, sebagaimana kesuksesannya
bergantung pada keunikan historis, politik dan kondisi budaya

` Lima keunikan negara-negara Asia Timur yang menjadi hal utama untuk kesuksesan
modelnya:

1. Negara-negara Asia Timur memberikan budaya Confucian umum. Warisan budaya


membantu memberikan pemahaman mengenai etnik bekerja keras, ketaatan menabung,
komitmen berinvestasi pada pendidikan, dan kesediaan untuk mematuhi otoritas
pemerintah. Meniadakan warisan budaya ini mendorong berbagai negara sangat sulit
untuk dapat melakukan akumulasi modal fisik dan manusia secepat yang dilakukan
negara-negara Asia Timur.
2. Negara-negara di Asia Timur jauh lebih homogen secara etnik dibandingkan negara-
negara berkembang lainnya. Homogenitas etnik membuat suatu negara lebih mudah
dalam membangun persetujuan umum dan mengimplementasikan kebijakan.
3. Negara-negara di Asia Timur meberkati kemiskinan sumber daya pendukung, sehingga
mereka dapat menghindari “kutukan sumber daya”. Berlimpahnya sumber daya
mendorong untuk memperkecil persaingan dan menggunakan usaha politis yang tidak
efisien dalam melakukan pengontrolan seperti halnya sumber daya.
4. Negara-negara Asia Timur diuntungkan dengan cara kolonial Jepang. Tidak seperti
koloni Barat, koloni Jepang melandasi dasar industri yang kuat, populasi terdidik dan
kemajuan infrastruktur.
5. Model Asia Timur diuntungkan dari keadaan propitious eksternal. Perang dingin yang
melibatkan Jepang dan ‘frontier state’ lainnya melawan komunisme untuk menjadi
makmur di bawah payung pembelanjaan pertahanan dan pertolongan Amerika. Negara-
negara Asia Timur juga diuntungkan dari lingkungan politik internasional (sampai tahun
1980) yang bersifat serba membolehkan karena terikat politik perdagangan merkantilis
(subsidi ekspor) dan meniru cara mereka untuk mencapai kemakmuran dengan melanggar
merek dagang dan hak paten dari negara-negara industri. Namun, saat ini WTO
menghalangi negara-negara berkembang mengadopsi aspek kunci dari model Asia Timur
berkaitan subsidi dan IPR tersebut.
Secara keseluruhan model Asia Timur dipengaruhi oleh keunikan kedua rangkaian kondisi
internal dan eksternal. Kombinasi kondisi yang kebetulan tersebut tidak dapat ditiru di tempat
lain.

Model Anglo-Amerika konsisten dengan nilai universal manusia

Tidak seperti model Asia Timur, model Anglo-Amerika konsisten dengan aspek universal sifat
dasar manusia, yaitu dorongan dasar untuk enrepreneurship, hasrat untuk kaya, dan mengendarai
keinginan sendiri. Oleh karena itu, model Anglo-Amerika cocok dan dapat sukses di semua
kondisi sosial. Sehingga bukan kebetulan jika sekarang banyak negara disibukan untuk
mengadopsi model ini.

Penolakan

Pencapaian-pencapaian dari model Asia Timur tidak dapat dijelaskan dengan kondisi
regional tertentu

Argumen yang menekankan peran dari keunikan kondisi internal dan eksternal terhadap
kesuksesan dari model Asia Timur bergerak dari hal yang exagregat menjadi hal yang salah.
Confucianism saat ini melihat kekuatan budaya lah yang membantu perkembangan
pembangunan kesatuan dari civil servants, tingginya tingkat tabungan dan investasi pendidikan
dan kelenturan penduduk. Confucianism ini berbeda dengan pandangan yang menonjol sampai
tahun 1950-an, yang mengenal budaya sebagai hal yang bertentangan dengan pembangunan
ekonomi.

Meskipun adanya pandangan Confucianism tersebut, nyatanya pada tahun 1950-an Korea dan
Taiwan mengalami ketidakcukupan civil servants yang cukup besar. Dan sampai tahun 1960-an
keadaannya sangat memburuk di Korea karena harus mengirim public servants ke Pakistan dan
Filipina untuk melakukan training. Sehingga kesuksesan model Asia Timur tidak bergantung
pada adanya suatu kemampuan sector public yang luar biasa. Tetapi meskipun kemampuan
sector public bukan merupakan sejarah negara atau budaya, seperti halnya di Taiwan dan Korea,
kemampuan tersebut diciptakan melalui pengeluaran energi politik substansial dan sumberdaya
ekonomi.

Klaim bahwa adanya peran penting homogenitas etnik dalam kesuksesan model Asia Timur saat
ini telah di-exaggregat-kan. Karena meskipun memang Singapura merupakan multi-ethnic
society, Taiwan hanya memiliki dua etnik yang kuat yaitu Taiwanese dan Mainlanders. Selain
itu, meskipun benar Korea merupakan populasi paling homogen di dunia, hal tersebut bukan
berarti bahwa pendirian consensus nasional dilakukan dengan mudah. Ia melalui pergelutan
regional intens di dalam negaranya.

Klaim bahwa Asia Timur diuntungkan dari kelangkaan sumber daya alamnya tidak meyakinkan
hingga saat ini. Melimpahnya endowmen sumberdaya alam pasti dapat menciptakan
pertentangan politik dan dinamika ekonomi. Tetapi juga sulit untuk menyatakan bahwa suatu
negara akan lebih baik jika ia merupakan negara yang miskin sumber daya. Selama akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20 pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia yang terjadi di Amerika
Utara dan Selatan, Australia, New Zealand dan Skandinavia memiliki sumber daya ekonomi
yang melimpah.

Klaim bahwa negara-negara Asia Timur yang muncul dari colonial Jepang memiliki posisi yang
jauh lebih baik daripada negara-negara di bawah colonial Barat adalah menyesatkan. Contohnya
Korea, ketika pada akhir masa colonial Jepang pada 1945, angka melek hurufnya hanya 22
persen. Kontras dengan Argentina di tahun yang sama di mana angka melek hurufnya lebih dari
90 persen.

Berkaitan dengan lingkungan eksternal yang menguntungkan, hal tersebut sangat tepat bahwa
perang dingin politik membawa menyatukan bantuan yang besar dari AS ke Korea dan Taiwan
di tahun 1950-an. Meskipun demikian, tingkat bantuan mengalami penurunan secara signifikan
di tahun 1960-an, dan secara rata-rata tidak lebih besar daripada tingkat bantuan untuk negara-
negara berkembang. Selama tahun 1960 dan 1970-an, Chili dan Filipina juga menerima paket
bantuan dari AS, tetapi tidak berpengaruh besar. Juga, keuntungan ekonomi dari bantuan yang
berkaitan dengan perang dingin harus diseimbangkan denagn biaya negara perbatasan dalam
melawan komunisme.

Betul bahwa Asia Timur diuntungkan dari lingkungan serba membolehkan internasional
berkaitan dengan proteksi perdagangan dan IPRs. Dan saat ini WTO menghindari berbagai
praktek yang berkaitan dengan model Asia Timur. Dan WTO tidak boleh bertumpu pada GATT
sebagai pendahulunya yang terlalu lemah. Dan negara-negara Asia Timur
mengunakanbhubungan yang baik atas kreativitas kebijakan dalam usahanya yang sukses
memanfaatkan jalan keluar dan daerah abu-abu dari GATT.

Secara empiris, model Asia Timur telah memainkan peran yang jauh lebih penting
dalam memajukan pembangunan ekonomi di dunia daripada model Anglo-Amerika

Sejujurnya catatan sejarah mengungkap bahwa kebanyakan dari negara-negara industri saat ini
memanfaatkan model ekonomi yang mendekati model Asia Timur daripada model Anglo-
Amerika. Sehingga hal tersebut memperlihatkan bahwa model Asia Timur (di semua negara-
negara yang berbeda) lebih mendekati norma dunia dibandingkan model Anglo-Amerika.
Berbagai pengalaman di AS dan UK utama sekali tekemuka bahwa selama pembangunannya
negara-negara tersebut menegakkan kebijakan perdagangan, industri dan IPRs yang sama dengan
yang digunakan di Asia Timur.
Argumen yang tampaknya bagus mengenai kondisi spesial hanya dapat dengan
mudah dilibatkan untuk menjelaskan kesuksesan ekonomi dari AS dan UK

Meskipun kita menemukan kondisi spesial yang menjadi alasan banyaknya problematik, itu
hanya dapat dengan mudah diterapkan untuk menjelaskan pembangunan AS dan UK seperti
pembangunan yang terjadi di Asia Timur. Sebagai contoh, Inggris, menjadi sejahtera
berdasarkan sejarah ketika ia melakukan kolonialisme, terikat pada perdagangan budak, penjulan
barang-barang candu secara terbuka ke China, dan mempekerjakan anak-anak untuk bekerja 12
hari dibawah kondisi kerja yang memprihatinkan. Selama pembangunannya, Inggris juga secara
rutin melanggar IPRs dan menegakan hukum yang melarang mengekspor mesin-mesin ke
pesaing ekonomi dari tahun 1750 sampai 1842. Perekonomian AS diuntungkan dari berbagai
kondisi. Selain itu, AS diuntungkan dari keluasan geografinya (sebagi negara yang mampu
membasmi dan memaksa merelokasi orang Amerika asli), banyaknya populasi tenaga kerja
imigran, dan endowmen kekayaan sumberdaya alam.

AS dan Inggris sangat diuntungkan dari banyaknya kondisi yang tidak tersedia bagi negara-
negara berkembang saat ini. Untuk itu neoliberalisme salah untuk diterapkan model Anglo-
Amerika sebagai model negara-negara berkembang saat ini seiringan dengan keunikan sifat dan
pengalaman-pengalaman negara tersebut tidak dapat ditiru. Lebih general, setiap negara adalah
unik berkenaan dengan perpaduan sejarah, budaya, komposisi etnik, waktu pembangunannya,
dan sebagainya. Sehingga pengalaman negara-negara Asia Timur tidak lebih atau tidak kurang
idiosyncratis daripada negara lainnya.

Model Anglo-Amerika tidak universal

Meskipun neoliberal sering mengklaim sisi lain, tidak ada bukti yang universal, hakekat manusia
melakukan perniagaan, individualis atau pertambahan kekayaan. Berdasarkan pendangan
penulis, kesuksesan model Anglo-Amerika didasari oleh sesuatu yang jauh dari universal, di
mana ia dipengaruhi oleh institusional spesifik dan persyaratan regulator negara tersebut berada.
Tidak memenuhinya persyaratan tersebut, model Anglo-Amerika tidak dapat berfungsi secara
tepat.
Bukti tersebut datang dari perputaran selama 1980 dan 1990-an, di mana berbagai negara dalam
perjuangan menerapkan model Anglo-Amerika. Sejumlah kegagalan dari upaya tersebut
(khususnya di Republik Soviet) menegaskan kesulitan dari proyek tersebut, meskipun ia sangat
diminati. Dalam rangka mengekspor model Anglo-Amerika tersebut, neoliberal sering
mengabaikan fakta bahwa menciptakan persyaratan institusional tersebut membutuhkan
pengeluaran yang signifikan akan sumberdaya manusia dan keuangan dan juga memerlukan
waktu yang cukup. Selain itu juga keharmonisan politik yang ada, budaya, dan karakteristik
institusi dari negara-negara berkembang bersangkutan.

MITOS 6:

NEGARA-NEGARA BERKEMBANG MEMERLUKAN DISIPLIN YANG DISEDIAKAN


OLEH INSTITUSI INTERNASIONAL DAN INSTITUSI PEMBUAT KEBIJAKAN
DOMESTIK YANG INDEPENDEN SECARA POLITIK

Mitos

Para politikus dan pejabat tinggi pemerintah umumnya adalah orang-orang yang tidak dapat
dipercaya. Mereka secara khusus lebih memilih memanipulasi alat-alat kebijakan dan
sumberdaya pada saat pembagianya atau memperkuat kekuasaannya dibanding dengan
mementingkan kepantingan umum. Hanya ada satu jalan untuk menjamin akuntabilitas
pemerintah, yaitu dengan menciptakan struktur institusional untuk mengawasi kecenderungan
tersebut dan memberikan reward bagi perilaku yang tepat.

Penjelasan

Kebijakan ekonomi tidak sebaiknya ditinggalkan pada tangan para politikus dan
keputusan pejabat tinggi pemerintah

Selama tahun 1980-an, pandangan konsensus mengenai sektor publik berubah secara dramatis.
Politisi dan pejabat tinggi pemerintah saat ini lebih mementingkan kepentingan mereka sendiri
dibanding dengan kepentingan publik. yang nyatanya sebelum ini sebagian besar dari mereka
biasa disebut sebagai “pelayan publik”. Permasalahan utama pada sektor publik ini adalah
pentingnya suatu insentif kelembagaan yang dapat memastikan bahwa perilaku mementingkan
diri sendiri mereka berubah lebih berpihak kepada publik. Pada negara maju, akuntabilitas
pejabat tinggi pemerintah dipegang oleh sistem politik yang demokratis, pers yang bebas, sistem
yang legal, aturan yang terbuka, dan slogan anti korupsi yang kuat. Tetapi, mekanisme ini
seringkali tidak ada pada negara negara yang sedang berkembang yang menjadikan
berkembangnya korupsi pejabat pemerintah dan terjadinya ketidakefisienan.

Catatan memperlihatkan bahwa disiplin yang bersinergi dengan institusi-institusi


ekonomi yang independen secara politik merupakan hal yang bersifat esensial bagi
negara-negara berkembang

Dalam konteks ini, sangat penting otoritas pembuatan suatu kebijakan dipegang oleh teknokrat
yang memiliki kekuasaan dan secara politik merupakan institusi independen, seperti bank
sentral. Sialnya, membentuk institusi independen domestik sering gagal mejamin rasionalnya
pembuatan suatu kebijakan ekonomi. Jika melihat berbagai kesulitan tersebut, institusi
internasional seperti IMF, Worl Bank, WTO, secara lebih baik bisa mempertinggi integritas dan
kualitas dari pembuatan suatu kebijakan ekonomi pada negara yang sedang berkembang. Negara
yang menerima kebaikan institusi internasional ini biasanya memberi dampak positif untuk
investor domestik dan asing. Disayangkan, banyak pengkritik pro dan kontra akan kebaikan
institusi internasional tersebut. Pengkritik tersebut biasanya seringkali gagal untuk menjawab
sejauh mana peran bermainnya institusi ini dalam mengisi gap keahlian di negara yang sedang
berkembang, dimana banyak kekurangan kesatuan yang cukup antara skill yang dimiliki ahli
ekonominya dan pentingnya sumberdaya untuk mereka agar berjalan secara efektif.

Singkatnya, institusi yang membuatan kebijakan ekonomi yang independen, baik domestik atau
internasional menjamin pemerintah mengejar kebijakan ekononomi yang meningkatkan
pembangunan ekonomi jangka panjang, kemakmuran, dan universal social good.

Penolakan

Pejabat tinggi publik telah dirancang membentuk kebijakan ekonomi yang baik
dibanyak Negara besar
Retorika dari neoliberalisme telah menghasilkan, lebih dari sekedar mengungkapkan,
ketidakpercayaan yang jahat dan merendahkan pejabat pemerintah dan pejabat publik. di banyak
negara, sektor publik dan pejabat publik telah ikut sebagai pemain secara mendasar, dimana
mereka memiliki peran positif dalam proses pembangunan.

Tidak ada bukti bahwa pejabat publik yang korup atau merusak proses pembuatan
kebijakan

Para pejabat publik tidak selalu terikat pasti korupsi, ambisius posisi, atau kurang efisien
daripada rekan-rekan mereka dalam pekerjaan swasta untuk mencegah perilaku sosial berbahaya.
skandal korupsi terjadi dengan frekuensi yang sama dalam sektor publik dan swasta. ini bahkan
terjadi di negara seperti Amerika Serikat, di mana sektor swasta dilihat dari contoh praktek bisnis
yang sehat dan di mana badan-badan pengawas seharusnya memantau terhadap penyimpangan
oleh sektor swasta. Skandal korupsi perusahaan banyak pada tahun 2002, hanya contoh terakhir
dari sejarah panjang korupsi sektor swasta di Amerika Serikat. Masalah kolusi, suap dan
kecenderungan konsentrasi bisnis dan monopoli merupakan analog sektor swasta ke
mengagungkan diri dari beberapa pejabat publik.

Lebih daripada itu, “efisiensi” sendiri memiliki aturan yang sangat rumit. tidak sedikit, ada
berbagai jenis efisiensi - efisiensi berkenaan dengan menanggapi perubahan kondisi pasar,
efisiensi sehubungan dengan pencapaian tujuan sosial tertentu (menghilangkan kemiskinan
tersebut) dan sebagainya - dan ini tidak berarti jelas bahwa suatu lembaga yang efisien dalam
arti satu akan sama (atau sama sekali) efisien pada orang lain.

Menempatkan otoritas kebijakan di tangan teknokrat yang tidak terpilih bertentangan


dengan prinsip-prinsip demokrasi, Akuntabilitas keuangan dan transparansi. Apalagi,
strategi ini bahkan tidak meningkatkan kinerja ekonomi jangka panjang

Oleh dibangkitkannya rasa tidak percaya dan sikap tak acuh terhadap sektor publik,
neoliberalisme menyediakan dasar pemikiran untuk keperluan pemindahan otoritas pembuatan
kebijakan kepada teknokrat yang memiliki kekuasaan dan secara politik merupakan institusi
independen.
IMF cukup berpengaruh ketika hadir sebagai pengawas kebijakan dan pembentukan pedoman
perusahaan (dan bahkan kecaman) untuk kebijakan ekonomi di negara yang sedang
berkembang.

Pendelegasian wewenang kepada badan kebijakan dalam negeri dan/atau internasional


independen sangat tidak dapat disetujui. strategi ini menyangkal nilai tata pemerintahan yang
demokratis dan mengaburkan proses kebijakan dari pandangan publik.

Dari Sudut pandang neoliberalisme, salah satu kunci dari keunggulan institusi yang secara politik
indipenden dalam membuat kebijakan adalah bahwa misi mereka tidak dapat rusak oleh tuntutan
populer. tapi argumen neoliberalisme berterbangan dalam menghadapi penekanan neoliberal
pada kebebasan dalam ekonomi yang domain, di mana orang dianggap sepenuhnya rasional dan
memiliki pengetahuan ekonomi yang cukup, kebijaksanaan dan pertimbangan untuk mengetahui
apa yang ada di kepentingan terbaik mereka. itu menolak prinsip pemerintahan yang mandiri,
yang mendukung pemerintahan oleh kader elit ekonom neoliberal.

Kebijakan untuk mendelegasikan kewenangan yang independen juga ekonomi yang tidak
diinginkan. sampai saat ini, tidak ada bukti bahwa isolasi kebijakan dari proses politik
meningkatkan kinerja perekonomian dalam strategi apapun membebankan biaya yang parah
terhadap perekonomian dan, terutama, pada segmen masyarakat yang paling rentan.

Anda mungkin juga menyukai