Anda di halaman 1dari 1

Pertempuran Lima Hari di Semarang

Bermula dari tentara Jepang yang masih bercokol di wilayah


Semarang meskipun Soekarno - Hatta atas nama Bangsa Indonesia
telah mengumumkan kemerdekaan Indonesia melalui Proklamasi. Pada
hari yang sama berita proklamasi tersebut tersiar juga siang harinya di
Mesjid Kauman sebelum khotbah sholat jumat dilaksanakan.

Bulan-bulan berikutnya tentara Jepang makin gelisah menghadapi


keadaan yang semakin genti setelah tertembaknya seorang pejabat
kesehatan, Dokter Kariadi. Tentara Jepang memutuskan bertindak
dengan pertimbangan lebih baik menyerang terlebih dahulu daripada
diserang oleh para pemuda Semarang.

Tanggal 14 Oktober 1945, pergerakan tentara Jepang dari Markas Kido


Butai di Jatingaleh ( sekarang digunakan sebagai markas Yon Arhanud
15) sebagai awal Pertempuran Lima Hari di Semarang dimulai. Formasi siap tempur tentara Jepang
adalah:

 Pasukan tempur anak buah dari Mayor Yagi, sebanyak 472 orang
 Kompi meriam dipimpin oleh Kapten Fukuda, sebanyak 66 orang
 Kompi 9 dipimpin oleh Kapten Motohiro, sebanyak 155 orang
 Kompi 10 dipimpin oleh Kapten Nakasima, sebanyak 155 orang
 Pasukan cadangan, dipimpin oleh Kapten Yamada, sebanyak 101 orang

Pergerakan formasi tentara Jepang meyerang Kota Semarang sebagai berikut. Mayor Yagi akan
bertugas disebelah kiri dengan sasaran Markas BKR, Polisi, Jalan Pemuda, sebelah kiri dan kanan
jalan dan seterusnya memelihara keamanan di daerah itu. Kompi 9 dan kompi 10 akan bergerak ke
kanan dengan sasaran utama penjara Mlaten, sekolah dagang dan terus menuju Demak.

Tentu saja pegerakan tentara Jepang ini mendapat perlawanan seluruh penduduk Semarang.
Semrang diberbagai tempat terjadi perlawanan hebat. Para pejuang bersatu untuk tetap
mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih sampai titik darah penghabisan. Menurut catatan
sejarah, pertempuran mereda pada tanggal 19 Oktober 1945. Oleh bangsa Indonesia, peristiwa itu
dikenang sebagai peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang.

Anda mungkin juga menyukai