Anda di halaman 1dari 2

Menilai saham naik, turun dan tetap

banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, yakni seluruh yang terkait dengan pasar dan bisa
berpengaruh pada harga.Karena banyaknya faktor yang bisa mempengaruhi harga saham, dengan sendirinya
kapan saham naik dan kapan saham turun tak bisa ditentukan tepat.Paling tidak investor hanya bisa
memprediksi harga saham.Prediksipun berdasarkan kecenderungan (trend), yang bekalnya adalah kinerja
historical dari pergerakan harga saham.Dan lagi-lagi faktor belum pasti benar.

Lantaran sulitnya memprediksi harga saham, investor diharapkan dapat melakukan analis tentang
saham.Analisa saham ini diperlukan karena dalam investasi saham investor selalu berhadapan dengan
pasar.Akibatnya mau tidak mau investor harus memahami risiko yang "dibawa" pasar terlebih lagi sering terjadi
kondisi pasar tidak bisa dijelaskan secara ekonomi. Dalam kontek perdagangan saham, ketika ekspektasi
saham secara jangka panjang naik, maka boleh jadi ekspektasi pasar atas saham justru turun.Karenanya bagi
investor saham yang perlu dipahami bahwa investasi saham adalah investasi jangka panjang, sedangkan
penciptaan harga saham yang dibuat pasar adalah harga yang terjadi pada saat selama pasar
berlangsung.Karena rumitnya memprediksi pasar itu, mau tidak mau agar berinvestasi investor lebih percaya
diri.Investor perlu memahami analisa tentang saham. Sesuai namanya analisa dimaksudkan adalah untuk
melihat trend perkembangan harga saham yang paling mendekati, kemungkinannya.Untuk itu dalam
menganalisa saham ini investor terlebih dulu mengetahui aspek fundamental saham tersebut.Aspek
fundamental saham itu di antaranya terkait dengan kinerja financial, industri perusahaan, termasuk di
dalamnya struktur pendapatan dan penjualan perusahaan.Di samping melakukan pendekatan secara
fundamental, investor juga bisa melakukan pendekatan dalam menganalisa saham melalui pendekatan
teknikal.Menganalisa harga saham berdasarkan pendekatan fundamental dan teknikal ini merupakan modal
analisa yang banyak dilakukan investor dalam memprediksi harga saham di Bursa Efek Indonesia.

Analisa fundamental merupakan sebuah analisis berdasarkan indikator keuangan di tubuh perusahaan serta
menganalisa faktor ekonomi secara umum.Untuk informasi financial perusahaan khususnya yang berkaitan
dengan penampilan perusahaan, seperti volume penjualan, kekayaan, keuntungan, dan
sebagainya.Sedangkan yang terkait dengan ekonomi secara umum adalah mencakup pertumbuhan ekonomi,
data inflasi dan sebagainya.

Beberapa formula yang popular dalam analisa fundamental antara lain: Price Earning Ratio (PER), dan Price
Book Value (P/BV), serta Ratio Arus Kas Perusahaan (cash flow per share). Tidak ada standar yang pasti
untuk mengetahui berapa PER, P/BV, dan Rasio Arus Kas suatu perusahaan yang layak. Namun kalangan
analis selama ini melihat sebuah PER saham perusahaan dikatakan murah berkisar antara 10 s/d 15 kali,
tentunya apabila ada di bawah itu PER-nya bisa dikatakan lebih murah lagi. Tapi ada kalanya pula ketika PER
perusahaan rata-rata industri ada pada kisaran 40 kali dan PER sebuah perusahaan yang akan go public pada
kisaran 20 kali dengan sendirinya yang 20 kali itu dikatakan murah. Jadi mahal dan murah menjadi sangat
relatif, tergantung pada kondisi pasar.Kalau pasar bearish mungkin saja PER yang 15 kali diangggap mahal,
tapi kalau pasar bullish PER 20 mungkin dikatakan murah. Sedangkan dari sisi P/BV, saham perusahaan
dikatakan murah yaitu berkisar pada angka maksimum 2 s/d 4 kali, sedang dari sisi Rasio Arus Kas
perusahaan harga saham dikatakan cukup wajar jika berkisar antara 3 sampai 6 kali. Analisa fundamental
bertujuan menjawab pertanyaan apakah harga suatu saham murah atau mahal.Sehingga kalau harga saham
sangat murah maka pemodal dapat mengambil keputusan untuk membeli saham tersebut, menyimpannya dan
menunggu harga naik.

Sementara itu untuk analisa teknikal, harga saham sebagai cerminan perilaku seluruh investor. Bisa saja
secara fundamental saham tersebut harusnya naik, tapi lantaran seluruh investor melakukan jual dengan
sendirinya harga pun akan terkoreksi. Secara lebih kongkrit bahwa analisa ini beranggapan bahwa harga
saham sangat dipengaruhi oleh faktor permintaan dan penawaran, sehingga harga saham dapat bergerak
naik-turun.Dalam analis teknikal ini investor terkadang dibantu oleh grafik, serta data-data yang dikelurakan
oleh Bursa Efek Indonesia.Dari data dan bagan grafik itu, investor dapat memahami "trend" harga saham.
Metode ini berpandangan bahwa harga saham dipengaruhi oleh suatu siklus trend atau mode tertentu.
Misalnya, pada saat akhir tahun harga saham cenderung turun, karena banyak investor yang menjual
sahamnya untuk lebaran atau perayaan natal.

Analisa tehnikal ini sangat berguna untuk mengetahui kapan (timing) saatnya membeli dan menjual
saham.Untuk itu terkait dengan timing, investor memiliki banyak pilihan strategi yang bisa diterapkan, misalnya
dapat melakukan pembelian ketika harga turun, dan menjual ketika harga mulai naik.Lagi-lagi kapan waktu
yang tepat dalam menerapkan itu juga tidak mudah, karenanya ada investor yang menerapkan strategi
menjual saham ketika harga saham tersebut menuju harga tertingginya. Misalnya begini, ketika harga tertinggi
pada harga Rp10.000 dalam sebulan terakhir, lalu saham itu turun ke posisi terendah di level Rp9.750 (dibeli
investor) maka begitu saham sudah mendekati level tertinggi (misalnya ada pada kisaran Rp 9.900-9.950)
maka investor sudah mulai menjual saham tersebut. Langkah menjual sebelum saham mencapai harga
tertingginya itu karena umumnya saham akan kembali stagnan begitu menuju level tertingginya.

Stagnasi harga itu terjadi karena sudah menjadi kebiasaan ketika harga saham mencapai level tertinggi, maka
akan terjadi apa yang dinamakan level resistence, yakni sebuh keadaan dimana minat jual lebih tinggi
ketimbang minat beli sehingga berakibat harga akan kembali turun. Kebalikan dari level resistance ini adalah
level support yakni sebuah keadaan dimana minat beli akan lebih besar ketimbang minat jual begitu harga
mendekati level terendah

Anda mungkin juga menyukai