Anda di halaman 1dari 21

c 


  

g  
a. Riwayat keperawatan
× Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritma, demam atau keluarnya pus
dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam.
× Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera, infeksi dan
riwayat bedah ortopedi sebelumnya.
× Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi
khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial
terjadinya infeksi.
b. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat
eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380,
takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.
c. Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya
pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan
khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
d. Pemeriksaan diagnostik
Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien yang
mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain
itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI.
2)  
  
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan osteomielitis adalah :

g) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.


2) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban
berat badan.
3) Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.
4) Kurang pengetahuan tentang program pengobatan.
£   
Sasaran pasien meliputi peradaan nyeri, perbaikan mobilitas fisik dalam batas-batas terapeutik, kontrol dan
eradikasi infeksi dan pemahaman mengenai program pengobatan.
     
    cagian yang terkena harus diimobilisasi dengan bidai untuk mengurangi nyeri dan
spasme otot. Sendi diatas dan dibawah bagian yang terkena harus dibuat sedemikian sehingga masih dapat
digerakkan sesuai rentangnya namun dengan lembut. Lukanya sendiri kadang terasa nyeri dan harus ditangani
dengan hati-hati dan perlahan.

Peninggian dapat mengurangi pembengkakan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkannya Status


neurovaskuler ektremitas yang terkena harus terpantau. Teknik untuk mengurangi persepsi nyeri dan analgesic
yang diresepkan cukup berguna.

Program pengobatan membatasi aktivitas. Tulang menjadi lemah akibat proses


infeksi dan harus dilindungi dengan alat imobilisasi dan penghindaran stress pada tulang. Pasien harus
memahami rasional pembatasan aktivitas. Tetapi partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari dalam batas fisik
tetap dianjurkan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.

       Perawat memantau respons pasien terhadap terapi antibiotika dan
melakukan observasi tempat pemasangan infus adanya bukti flebitis atau infiltrasi.

cila diperlukan pembedahan, harus dilakukan upaya untuk menyakinkan adanya peredaran darah yang
memadai (penghisapan luka untuk mencegah penumpukan cairan, peninggian daerah untuk memperbaiki
aliaran balik vena, menghindari tekanan pada daerah yang di-grafit), untuk mempertahankan imobilitas yang
dibutuhkan dan untuk memenuhi pembatasan beban berat badan.

Kesehatan umum dan nutrisi pasien harus dipantau. Diet protein seimbang, vitamin C dan vitamin D
dipilih untuk meyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangasang penyembuhan.

      ! 


" #  Penanganan osteomielitis, termasuk
perawatan luka dan terapi antibiotika intravena, dapat dilakukan di rumah. Pasien harus dalam keadaan stabil
secara medis dan telah termotivasi serta keluarga mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif
terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan program pengobatan terapeutik.

Pasien dan keluarganya harus memahami benar protokol antibiotika. Selain itu, penggantian balutan
secara stesil dan teknik kompres hangat harus diajarkan. Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rumah
sakit dan supervise serta dukungan yang memadai dari perawatan di rumah sangat penting dalam keberhasilan
penatalaksanaan osteomielitis di rumah.

Pasein tersebut harus dipantau dengan cermat mengenai bertambahnya daerah nyeri atau peningkatan
suhu yang mendadak. Pasien diminta untuk melakukan obsevasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan suhu,
keluar pus, bau, dan bertambahnya inflamasi.
è 
#$

g. Mengalami Peredaan Nyeri


  Melaporkan berkurangnya nyeri
  Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
  Tidak mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas fisik
  Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri
  Mempertahankan fungsi penuh ektremitas yang sehat
  Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3. Tidak adanya infeksi
  Memakai antibiotika sesuai resep
  Suhu badan normal
  Tidak ada pembengkakan
  Tidak ada pus
  Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal
  Biarkan darah negatif
4. Mamatuhi rencana terapeutik
  Memakai antibiotika sesuai resep
  Melindungi tulang yang lemah
  Memperlihatkan perawatan luka yang benar
  Melaporkan bila ada masalah segera
  Makan diet seimbang dengan tinggi protein dan vitamin C dan D
  Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut
  Melaporkan peningkatan kekuatan
  Tidak melaporkan penigkatan suhu badan atau kekambuhan nyeri, pembengkakan, atau gejala
lain di tempat tersebut.

 
  

Brunner, Suddarth, (200g) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3,


EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC ; Jakarta.
http://harnawatiaj.wordpress.com
Ê    

http://nursingbegin.com/askep-dm/

        

g. Kekurangan volume cairan


2. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
3. Gangguan integritas kulit
4. Resiko terjadi injury

         

g. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik

Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil :

Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat
diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar
elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

d Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik


d Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
d Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
d Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
d Pantau masukan dan pengeluaran
d Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat
ditoleransi jantung
d Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
d bservasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
d Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan
laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
2. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.

Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil :

d Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat


d Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya

Intervensi :

d Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.


d Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan pasien.
d Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan
yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
d Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika
pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
d Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
d bservasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin,
denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
d Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
d Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
d Kolaborasi dengan ahli diet.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer)

Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.

Kriteria Hasil :

Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi

Intervensi :

d Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
d Kaji tanda vital
d Kaji adanya nyeri
d Lakukan perawatan luka
d Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
d Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan

Tujuan : pasien tidak mengalami injury

Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury

Intervensi :

d Hindarkan lantai yang licin.


d Gunakan bed yang rendah.
d rientasikan klien dengan ruangan.
d Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
d Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi

Ê  
   


Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah


gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.

Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.

Kriteria Hasil :

d Denyut nadi perifer teraba kuat dan regular


d ›arna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
d Kulit sekitar luka teraba hangat.
d edema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
d Sensorik dan motorik membaik

Rencana tindakan :

d Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi


Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.

d Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :


Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ),
hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut
dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.

d Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :


Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan
penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat
menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek
dari stres.

d Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah
secara rutin dan terapi oksigen ( HB ).

Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga


perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat
mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HB untuk memperbaiki oksigenasi daerah
ulkus/gangren.


g.Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
g.Berkurangnya oedema sekitar luka.
2. pus dan jaringan berkurang
3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau busuk luka berkurang.

Rencana tindakan :

d Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.

Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu
dalam menentukan tindakan selanjutnya.

d Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan
larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi
jaringan yang mati.

Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan
yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis
dapat menghambat proses granulasi.

d Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan
gula darah pemberian anti biotik.

Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk
mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar
gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.

2.Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan


.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang

Kriteria hasil :
g.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .
3. Pergerakan penderita bertambah luas.
4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 ± 37,5 0C, N: 60 ± 80 x
/menit, T : g00 ± g30 mmHg, RR : g8 ± 20 x /menit ).

Rencana tindakan :
d Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

d Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.

Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi
ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan
tindakan.

d Ciptakan lingkungan yang tenang.

Rasional : Rangasangan yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.

d Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.

d Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.

d Lakukan massage dan kompres luka dengan B›C saat rawat luka.

Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan B›C
sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman.

d Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

Rasional : bat ±obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.


£.Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.

Kriteria Hasil :
g. Pergerakan paien bertambah luas
2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).
3. Rasa nyeri berkurang.
4. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan.

Rencana tindakan :
d Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.

Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.

d Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah
dalam keadaan normal.

Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan
keperawatan.

d Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui kemampuan.

Rasional : Untuk melatih otot ± otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.

d Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.

d Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga fisioterapi.

Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih
pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.

D.Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

Kriteria hasil :
g. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
3. Kadar gula darah dalam batas normal.
4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.

Rencana Tindakan :

d Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.

Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat
diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.

d Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.


Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya
hipoglikemia/hiperglikemia.

d Timbang berat badan setiap seminggu sekali.

Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan salah satu
indikasi untuk menentukan diet ).

d Identifikasi perubahan pola makan.

Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.

d Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.

Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan


sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula
darah dan mencegah komplikasi.

è.Resiko tinggi terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis) berhubungan dengan tinggi kadar gula
darah.

Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).

Kriteria Hasil :
g. Tanda-tanda infeksi tidak ada.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 36 ± 37,5 0C )
3. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.

Rencana tindakan :

d Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.

Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat membantu
menentukan tindakan selanjutnya.

d Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama
perawatan.

Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi
kuman.

d Lakukan perawatan luka secara aseptik.

Rasional : untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.

d Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.
Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh,
pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan
terjadi penyebaran infeksi.

d Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.

Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin akan menurunkan kadar
gula dalam darah sehingga proses penyembuhan.

M.Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.

Kriteria Hasil :
g. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.

Rencana tindakan :

d Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa
memberikan intervensi yang cepat dan tepat.

d Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.

Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.

d Gunakan komunikasi terapeutik.

Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif
dalam tindakan keperawatan.

d Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta
dalam tindakan keperawatan.

Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam
melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.

d Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu
berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.

Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang
dirasakan pasien.
d Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.

Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.

d Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

Rasional : lingkungan yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas
pasien.




Ê 

http://www.asuhan-keperawatan.co.cc

http://askep-topbgt.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-osteomielitis.html

ÊÊ ÊÊÊ

 

g. Riwayat keperawatan

Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritma, demam atau keluarnya pus
dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam.

Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera, infeksi dan riwayat
bedah ortopedi sebelumnya.

Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan operasi
khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial
terjadinya infeksi.

2. Pemeriksaan fisik

Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila dipalpasi. Bisa juga
terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya
diatas 380, takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.

3. Riwayat psikososial

Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh, takut diamputasi.
Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-
perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.

4. Pemeriksaan diagnostik

Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah meningkat. 50% pasien
yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan scanning
tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang atau MRI.

 
  
Setelah data dikumpulkan dilanjutkan dengan analisa data untuk menentukan diagnosa
keperawatan. Menurut Tucker (g 8) dan Smeltzer (2002), diagnosa keperawatan pada klien
dengan osteomielitis adalah sebagai berikut :
g. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan bengkak sendi.
2. Potensial terhadap infeksi yang berhubungan dengan kemajuan invasi bakteri.
3. Nyeri berhubungan dengan inflamasi, insisi dan drainase.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan di
rumah.

 
Setelah diagnosa keperawatan ditemukan, dilanjutkan dengan menyusun perencanaan untuk
masing-masing diagnosa yang meliputi prioritas diagnosa keperawatan, penetapan tujuan dan
kriteria evaluasi menurut Tucker (g 8) dan Smeltzer (2002) sebagai berikut :

g   
   ! " "   
# Mobilitas fisik membaik
   #
a). Penggunaan mobilitas dan persendian membaik.
b). Keikutsertaan dalam perawatan diri sendiri meningkat.
c). Edema berkurang.

 #
a). Pertahankan tirah baring : tangani ekstremitas yang sakit dengan lembut.
b). Imobilisasi sendi / ekstremitas menggunakan gips ; tinggikan untuk mengurangi edema.
c). Bantu dan ajarkan latihan RM pasif atau aktif pada ekstremitas yang sakit setiap 4 jam dan
nafas dalam setiap ½ jam.
d). Libatkan dalam pembuatan rencana perawatan dan berikan dorongan untuk melakukan
perawatan diri.
e). Tingkatkan sosialisasi.
f). Pantau terhadap tanda trombosis vena, tanda Homan¶s dan edema.
g). Lakukan perawatan kulit.
h). Berikan lingkungan yang nyaman.
i). Berikan dorongan dan dukungan untuk setiap pencapaian yang dilakukan pasien.

$  
     ! "    
#Infeksi tidak terjadi
   #
a). Menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
b). Luka insisi sembuh tanpa menunjukkan adanya bukti-bukti terjadinya infeksi.
 #
a). Lakukan pemeriksaan kultur darah dan pus kultur serta pantau hasilnya.
b). Pertahankan cairan parenteral dengn antibiotik.
c). Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam.
d). Pasang kompres hangat dan basah bergantian
e). Kolaborasi untuk eksisi dan drainase bila terdapat lesi terinfeksi.
f). Pantau haluaran dan masukan.
g). Pantau insisi terhadap perdarahan.
h). Ganti balutan ; pertahankan tekhnik aseptik.
i). Berikan diet tinggi protein tinggi kalori sesuai toleransi.

£ "   ! %     


# Nyeri berkurang atau hilang.
   #
a). Melaporkan bahwa tingkat nyerinya dapat ditoleransi.
b). ›aktu istirahat dan aktifitas seimbang.
c). Menunjukkan lebih nyaman dan rileks.
 #
a). Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri.
b). Berikan analgesik sesuai indikasi ; kaji efektifitas tindakan penurun rasa nyeri.
c). Bantu pasien dalam mengganti posisi dengan sering ; berikan penyangga pada bagian
ekstremitas yang terkena ; lakukan gosok punggung.
d). Berikan aktifitas hiburan.
e). Diskusikan dan tingkatkan tindakan penurun rasa nyeri alternatif.

        " !


  
   
#Pengetahuan meningkat
   #
a). Memperlihatkan kemampuan untuk melakukan perawatan luka.
b). Mengungkapkan pengertian mengenai proses penyakit, kemungkinan komplikasi dan
program rehabilitasi.
c). Mengekspresikan pengertian tentang jadwal pengobatan.
 #
a). Berikan dan bicarakan informasi tentang program rehabilitasi yang disarankan : instruksi
terapi fisik dan perawatan di rumah.
b). Peragakan perawatan luka insisi dan tekankan pentingnya tekhnik aseptik dan mandi
pancuran sehari-hari.
c). Berikan informasi tentang proses penyakit dan komplikasi.
d). Diskusikan tentang tanda dan gejala untuk dilaporkan pada dokter : nyeri tekan, nyeri, rasa
tidak nyaman, demam, malaise, haluaran dari insisi.
e). Berikan obat-obatan sesuai jadwal, termasuk nama, dosis dan efek samping ; instruksikan
pasien untuk minum semua obat yang diresepkan.
f). Tekankan pentingnya diet yang bergizi dan memperbanyak masukan cairan.
g). Tingkatkan kunjungan ke dokter teratur.


ASKEP Pada Kasus

Diagnosa keperawatan :

1. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada


ekstrimitas.
2. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
£. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
D. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
è. Resiko tinggi penyebaran infeksi b.d adanya jalan masuk mikroorganisme
M. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
w. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi
º. Resiko tinggi perubahan sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan
glukosa/insulin

RENCAN A ASUHAN KEPERA›ATAN


 %& '  
)
 
  

 
(
g. Gangguan Setelah dilakukan
g. Kaji luka, adanya epitelisasi,
integritas tindakan keperawatan
perubahan warna, edema, dan discharge,
jaringan selama g x 24 jam
frekuensi ganti balut.
berhubungan diharapkan integritas
dengan adanya jaringan dapat di atasi 2. Kaji tanda vital
gangren pada dengan criteria hasil :
3. Kaji adanya nyeri
ekstrimitas. g. Luka tidak
bertambah parah 4. Lakukan perawatan luka
2. Bengkak (-)
5. Kolaborasi pemberian insulin dan
3. Adanya jaringan
medikasi.
granulasi
6. Kolaborasi pemberian antibiotik
sesuai indikasi.
2. Gangguan rasa Setelah dilakukan g. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi
nyaman ( nyeri tindakan keperawatan nyeri yang dialami pasien.
) berhubungan selama g x 24 jam 2. Jelaskan pada pasien tentang
dengan iskemik diharapkan nyeri dapat sebab-sebab timbulnya nyeri.
jaringan. di atasi dengan criteria 3. Ciptakan lingkungan yang tenang
hasil: 4. Ajarkan teknik distraksi dan
g. Nyeri (-) relaksasi.
2. Pergerakan klien 5. Atur posisi pasien senyaman
bertambah luas. mungkin sesuai keinginan pasien.
6. Lakukan massage dan kompres
luka dengan B›C saat rawat luka
7. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik.
3. Keterbatasan Setelah dilakukan 1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan
mobilitas fisik tindakan keperawatan otot pada kaki pasien.
berhubungan selama g x 24 jam 2. Beri penjelasan tentang pentingnya
dengan rasa diharapkan mobilitas melakukan aktivitas untuk menjaga
nyeri pada luka. fisik dapat di atasi kadar
gula darah dalam keadaan normal.
dengan criteria hasil :
dalam tindakan keperawatan.
g. Nyeri (-) 3. Anjurkan pasien untuk
2. Klien mampu menggerakkan/mengangkat ekstrimitas
melakukan bawah sesui
kebersihan diri kemampuan.
sendiri tanpa 4. Bantu pasien dalam memenuhi
bantuan orang kebutuhannya.
lain 5. kolaborasi dengan dokter ( pemberian
analgesik )
4. Gangguan Setelah dilakukan
1. Timbang berat badan sesuai dengan
pemenuhan tindakan keperawatan
indikasi.
nutrisi kurang selama g x 24 jam
dari kebutuhan diharapkan pemenuhan 2. Tentukan program diet dan pola
tubuh nurtisi kurang dari makan pasien dan bandingkan dengan
berhubungan kebutuhan tubuh dapat makanan yang dapat dihabiskan pasien.
dengan intake di atasi dengan criteria
3. Auskultasi bising usus, catat adanya
makanan yang hasil :
kurang. g. Nafsu makan (+) nyeri abdomen / perut kembung, mual,
2. Tidak ada muntahan makanan yang belum sempat
kesulitan dicerna, pertahankan keadaan puasa
menelan dan sesuai dengan indikasi.
mengunyah 4. bservasi tanda-tanda hipoglikemia
seperti perubahan tingkat kesadaran,
kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang, cemas, sakit
kepala.
5. Kolaborasi melakukan pemeriksaan
gula darah.
6. Kolaborasi pemberian pengobatan
insulin.
7. Kolaborasi dengan ahli diet.

5. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1.Kaji adanya tanda-tanda penyebaran


penyebaran tindakan keperawatan infeksi pada luka.
infeksi b.d selama g x 24 jam 2. Anjurkan kepada pasien dan keluarga
adanya jalan diharapkan penyebaran untuk selalu menjaga kebersihan diri
masuk infeksi dapat di atasi selama perawatan.
3. Lakukan perawatan luka secara
mikroorganisme dengan criteria hasil :
aseptik.
g. tampak 4. Anjurkan pada pasien agar menaati
kemerahan (-) diet, latihan fisik, pengobatan yang
2. bengkak(-) ditetapkan.
3. demam(-) 5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian antibiotika dan insulin.

6. Cemas Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kecemasan yang dialami


berhubungan tindakan keperawatan oleh pasien.
dengan selama g x 24 jam 2. Beri kesempatan pada pasien untuk
kurangnya diharapkan cemas dapat mengungkapkan rasa cemasnya.
3. Gunakan komunikasi terapeutik.
pengetahuan di atasi dengan criteria
4. Beri informasi yang akurat tentang
tentang hasil :
proses penyakit dan anjurkan pasien
penyakitnya. g. klien bersedia untuk
melihat kaki ikut serta dalam tindakan keperawatan.
yang diamputasi 6. Berikan kesempatan pada keluarga
2. klien berani untuk mendampingi pasien secara
memegang bergantian.
ujung balutan 7. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
nyaman.

7. Kurangnya Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan


pengetahuan tindakan keperawatan pasien/keluarga tentang penyakit DM
tentang proses selama g x 24 jam dan gangren.
penyakit, diet, diharapkan kurangnya 2. Kaji latar belakang pendidikan pasien.
perawatan dan pengetahuan tentang 3. Jelaskan tentang proses penyakit,
diet, perawatan dan pengobatan pada
pengobatan proses pasien dengan bahasa dan kata-kata
berhubungan penyakit,diet,perawatan, yang mudah dimengerti.
dengan dan pengobatan dapat di 4. Jelasakan prosedur yang kan
kurangnya atasi dengan criteria dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan
informasi hasil : libatkan pasien didalamnya.
g. gula darah
terkontrol
8. Resiko terjadi Setelah dilakukan
g. Hindarkan lantai yang licin.
injury keperawatan selama g x
berhubungan 24 jam diharapkan 2. Gunakan bed yang rendah.
dengan injury dapat diatasi
3. rientasikan klien dengan ruangan.
penurunan dengan kriteria hasil :
fungsi g. kekeruhan pada 4. Bantu klien dalam melakukan
penglihatan lensa mata aktivitas sehari-hari
berkurang
5. Bantu pasien dalam ambulasi atau
2. penurunan
perubahan posisi
penglihatan
berkurang
!  

Arjatmo Tjokronegoro. menatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai


Penerbit FKUI, 2002

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih,
Jakarta : EGC, g 7.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan medoman untuk merencanaan dan


mendokumentasian merawatan masien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati,
Jakarta : EGC, g .

Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu menyakit Dalam : Diabetes Mellitus mada Usia Lanjut jilid I Edisi
ketiga, Jakarta : FKUI, g 6.

Luecknote, Annette Geisler, mengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani,


Jakarta:EGC, g 7.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih,
Jakarta : EGC, 2002.

Anda mungkin juga menyukai