Anda di halaman 1dari 14

c c

   



 c  

Infeksi Salurah Kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikro organisme di
dalam salurah kemih, yang dalam keadaan normal urine tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain.

Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada anak-anak sering ditemukan dan merupakan penyebab
kedua morbiditas penyakit infeksi pada anak, setelah infeksi saluran napas.,1,2 Prevalensi pada
anak wanita berkisar 3-5% dan pada anak pria berkisar ±1%. ISK dapat disebabkan oleh
berbagai macam mikroorganisme, terbanyak adalah bakteri. Penyebab lain yang meskipun
jarang ditemukan adalah jamur, virus dan parasit. Didasari hasil pemeriksaan biakan urine
kebanyakan ISK disebabkan oleh bakteri Gram Negatif aerob yang biasa ditemukan di
saluran pencernaan dan jarang disebabkan oleh bakteri anaerob.Infeksi berulang sering terjadi
pada penderita yang rentan, atau terjadi karena adanya kelainan anatomik atau fungsional
saluran kemih yang menyebabkan adanya statis urine atau refluks sehingga perlu pengenalan
dini dan pengobatan yang adekuat untuk memper-tahankan fungsi ginjal dan mencegah
kerusakan lebih lanjut.4 Evaluasi diagnostik pada anak yang menderita ISK sudah banyak
mengalami perubahan dan metode-metode yang tidak invasif seperti ultrasonografi,
pencitraan, radioisotop, MRI dan lain-lain merupakan alat yang sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis.

Diagnosis ISK ditegakkan dengan biakan urin yang sampelnya diambil dengan urine porsi
tengah dan ditemukan pertumbuhan bakteri > 100.000 koloni/ml urin dari satu jenis bakteri
atau bila ditemukan > 10.000 koloni tetapi disertai gejala klinis yang jelas dianggap sebagai
ISK.1,5



  

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mempelajari dan menguraikan mengenai
Infeksi Saluran Kemih meliputi definisi, etiologi, epidemiologi, patogenesis, manifestasi
klinis, diagnosis, komplikasi, penatalaksanaan dan prognosis.




Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi (terdapat pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai
infeksi di kandung kemih dalam jumlah bakteriuria yang bermakna.

ISK sering dibedakan menjadi ISK atas dan bawah. ISK atas adalah infeksi saluran kemih
bagian atas terutama parenkim ginjal, lazimnya disebut sebagai pielonefritis sedangkan ISK
bawah adalah bila infeksi ini terjadi di vesica urinaria (sistitis) atau uretra. Batas antara atas
dan bawah adalah hubungan vesikoureter.
ISK juga dibedakan menjadi ISK simpleks atau ISK sederhana yaitu terdapat infeksi tetapi
tanpa penyulit (lesi) anatomi maupun fungsional saluran kemih dan ISK kompleks atau ISK
dengan komplikasi yaitu adanya infeksi disertai lesi anatomi ataupun fungsional yang
menyebabkan obstruksi mekanik maupun fungsional saluran kemih misalnya sumbatan
muara uretra, refluks vesikoureter, urolitiasis, parut ginjal, buli-buli neurogenik dan
sebagainya.



  

Bakteri penyebab yang paling sering adalah golongan Enterobacteriaceae yang berasal dari
daerah perineum atau traktus intestinal. Y merupakan penyebab 70-80% pada ISK
simpleks. Penyebab lainnya seperti :  
   
 
   


 
   
 dan    



jarang
ditemukan.

Pada uropati obstruksi dan pada kelainan struktur saluran kemih pada anak laki-laki sering
ditemukan    Pada perempuan remaja dan pada perempuan yang seksual aktif
sering ditemukan  
 
  

ISK nosokomial sering disebabkan Y   


 
 dan  


Tabel 1. Jenis-Jenis Mikroorganisme Penyebab ISK

! !  !  

"#$ % &'(!)
Escherichia Coli &%*+%,

Klebsiella atau Enterobakter %*-%

Proteus morganela atau providencia &* %

Pseudomonas aeruginosa * %

Staphylococcus epidermis * %

Enterococci * %

Candida albicans *

Staphylococcus aureus *

Sumber : L. Barth Ruller, 1981

..#! +
ISK dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki. Kejadian ISK pada bayi
baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar dibanding dengan berat
lahir normal (0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun, ISK terjadi pada anak perempuan. Misalnya
pada anak usia pra sekolah dimana ISK pada perempuan mencapai 0,8%, sementara pada
laki-laki hanya 0,2. Dan rasio ini terus meningkat sehingga diusia sekolah, kejadian ISK pada
anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding anak laki-laki. Dan pada anak laki-laki yang
disunat, resiko ISK menurun hingga menjadi 1/5 1/20 dari anak laki-laki tidak disunat.

Pada usia 2 bulan 2 tahun, 5% anak dengan ISK mengalami demam tanpa sumber infeksi
dari riwayat dan pemeriksaan fisik. Sebagian besar ISk dengan gejala tunggal ini terjadi pada
anak perempuan.

Heale dkk (1993) melaporkan insiden bakteriuria simptomatik sebesar 9,1%. Penyelidikan di
bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta oleh wila wirya dkk (1976) pada anak
yang dirawat dengan penyakit ginjal lain, insiden bakteriuria simptomatis didapatkan sebesar
31.1%. Pada neonatus dengan resiko tinggi infeksi didapatkan insiden sebesar 1,1%.


-
 

Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang mengatur keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolit dalam tubuh, dan sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dengan
mengekspresikan air yang dikeluar dalam bentuk urine apabila berlebih. Diteruskan dengan
ureter yang menyalurkan urine ke kandung kemih. Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih
atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril. Masuknya mikroorganisme kedalam saluran
kemih dapat melalui :

- Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat

- Hematogen

- Limfogen

- Eksogen sebagai akibat pemakaian berupa kateter.

Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogendan


, tetapi dari kedua cara ini
ascendinglah yang paling sering terjadi. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman
yang berasal dari flora normal usus, dan hidup secara komensal di dalam introtus vagina,
prepuium penis, kulit perineum, dan di sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran
kemih melalui uretra prostate vas deference testis (pada pria) buli-buli, dan sampai ke
ginjal.

Faktor ISK sangat kompleks, karena tergantung dari banyak faktor seperti faktor penjamu
(host) dan faktor organismenya.
Bakteri dalam urine bisa berasal dari ginjal, pielum, ureter, vesika urinaria atau dari uretra.
Timbulnya suatu infeksi di saluran kemih sangat tergantung dari faktor predisposisi dan
faktor pertahanan tubuh penderita yang masih belum diketahui dengan pasti.

Beberapa faktor predisposisi adalah adanya obstruksi urin, kelainan struktur, urolitiasis,
benda asing, refluks ataupun suatu konstipasi yang lama dan lain-lain. Pada bayi dan anak
adanya bakteri dalam saluran kemih umumnya berasal dari tinjanya sendiri yang menjalar
secara ascending.

Flora usus

Munculnya tipe urogenik

Kolonisasi di perineal dan uretra enterior

Barier peratahanan mukosa normal

Virulensi bakteri ĸ sistisis ĺ faktor pejamu

Pielonefritis akut

- Parut ginjal

- Urosepsis

Bagan 1. Patogenesis dari ISK ascending

Faktor pejamu dalam bagan tersebut dapat berupa memperkuat perlekatan ke sel uroepitel,
refluks vesiko ureter, refluks intrarenal, tersumbatnya saluran kemih dan benda asing
(kateter).
Bakteri uropatogenik yang melekat pada sel uroepitel, dapat mempengaruhi kontraktilitas
otot polos dinding ureter dan menyebabkan gangguan peristaliknya. Melekatnya bakteri ke
sel uroepitel ini akan meningkatkan virulensi bakteri tersebut.8

Pada ISK, dilatasi  


  dapat terjadi tanpa obstruksi refluks
vesikounreter.

Mukosa kandung kemih dilapisi oleh suatu  


 yang berfungsi sebagai
anti bakteri. Robeknya lapisan musin ini menyebabkan bakteri dapat melekat dan membentuk
koloni dipermukaan mukosa, kemudian masuk menembus epitel dan mulai mengadakan
peradangan. 10

Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter dan sampai ke ginjal melaui suatu lapisan
tipis cairan ( ) apalagi bila terdapat refluks ureter dan refluks intrarenal. 11

Infeksi akut atau kronik vesika urinaria) sistitis) akibat infeksi yang berulang mengakibatkan
perubahan pada dinding vesika dan dapat mengakibatkan inkompetensi dari katup vesiko
ureter. Akibat rusaknnya katup ini, urin dapat naik kembali ke ureter terutama pada waktu
berkemih (waktu kontraksi kandung kemih), hal ini disebut refluks. Akibat refluks ini ureter
dapat melebar atau urin sampai ke ginjal dan mengakibatkan kerusakan pielum dan parenkim
ginjal (pielonefritis). Infeksi parenkim ginjal dapat juga terjadi secara hematogen atau
limfogen.

Bila hanya vesika urinaria yang terinfeksi, dapat mengakibatkan iritasi dan spasme otot polos
vesika urinaria dan akibatnya rasa ingin miksi terus menerus (urgency) atau miksi berulang
kali (polakisuria) atau sakit pada waktu miksi (disuria). Mukosa vesika urinaria menjadi
edema dan meradang dan dapat terjadi perdarahan dari mukosa yang edema ini (hematuria).

Bila infeksi kronik yang lama terjadi di vesika urinaria menyebabkan dinding vesika urinaria
menjadi tebal dan banyak mengandung jaringan fibrosa yang akhirnya dapat merusak bagian
ureter intra mural/ katup vesiko ureter.

Stasis urin di ureter yang lama menimbulkan mudahnya terjadi infeksi dan dilatasi ureter.

Tipe Y  yang dapat mengikat µglobo¶dari glikolipid sering ditemukan apda pielonefritis
akut yang dapat menyebabkani inflamasi. Tipe globo-positif ini dapat menimbulkan panas
tinggi, laju endap darah meningkat, leukosituria yang banyak dan dapat melebarkan ureter.
Diperkirakan hanya ½ sampai ¾ anak dengan pielonefritis yang tidak memperlihatkan
refluks. 10,12

Telah diketahui bahwa bakteri yang masuk dalam tubuh akan difagositosis olehleukosit
polimorfonuklear dan makrofag tetapi apabila bakteri tersebut membangkitkan respons imun
atau mengaktifasi sistem komplemen bakteri tersebut akandibalut dengan antibodi (



 
) atau protein komplemen.10 Dalam mekanisme patogenesis ISK, banyak hal
yang masih belum jelas benar, misalnya mengapa bakteri sendiri mempunyai kemampuan
untuk mengubah  


 -nya sesuai dengan kondisi sekitarnya.

Pada bayi secara hematogen lebih sering terutama bila ada kelainan struktur traktus
urinarius.2 Bakteri patogen ataupun bakteri non-patogen di daerah tubuh lainnya (kolon,
mulut, kulit) bila berkembang biak di parenkim ginjal akan menghasilkan amonia yang dapat
menghalangi pertahanan tubuh yang normal yaitu dengan menghalangi sistem komplemen
dan dapat menghalangi migrasi leukosit polimorfonuklear dan fagositosis karena amonia
meningkatkan hipertonisitas medula. Bila sudah terdapat infeksi parenkim, fungsi ginjal
dapat terganggu.

Infeksi ginjal dapat terjadi melalui   . Pelvis dan medula ginjal dapat rusak,
baik akibat infeksi maupun oleh tekanan urin akibat refluks, berupa atrofi ginjal.

Pada pielonefritia akut dapat ditemukan fokus infeksi dalam parenkim ginjal, ginjal
membengkak (edema) dan banyak ditemukan infiltrasi leukosit polimorfonuklear dalam
jaringan interstitial akibatnya fungsi ginjal dapat terganggu.

Pada pielonefritis kronik akibat infeksi, adanya produk dari bakteri atau adanya zat mediator
toksik yang dihasilkan sel yang telah rusak akan mengakibatkan parut ginjal.10

   13

Infeksi dapat mencapai saluran kemih dengan cara hematogen atau ascending dari
orificiumuretra internal dan masuk ke kandung kemih dan akhirnya sampai ke ginjal. Pada
umumnya penjalaran hematogen jarang kecuali pada neonatus. Telah diketahui bahwa
bakteremia sering terjadi pada neonatus dan bayi di bawah umur 3 bulan. Pada anak yang
lebih besar penyebaran infeksi secara hematogen sampai ke saluran kemih (pielonefritis akut)
adalah karakteristik dari bakteremia karena virulensi bakteri tersebut seperti
R
  
 
R 
 dan tuberkulosis.

Bakteremia yang terjadi dari fokus primer yang ada di saluran kemih disebut urosepsis. Pada
kebanyakan anak dan orang dewasa diyakini ISk akibat infeksi ascending dari orifisium
uretra sampai ke ginjal.

Y  sebagai flora kolon merupakan sumber organisme yang dapat menyebabkan ISK tapi
tidak semua tipe Y  ini mempunyai kemampuan untuk membentuk koloni dalam saluran
kemih. Hanya bakteri yang mempunyai virulensi uropatogenik yang dapat menyerang saluran
kemih dengan anatomi normal. Sebaliknya virulensi bakteri ini tidaklah penting sebagai
penyebab ISK bila ada kelainan struktur anatomi atau neurologi pada saluran kemih anak.
Langkah pertama yang penting dalam patogenesis ISk yang ascending terebut adalah
ditemukannya kolonial Y  uropatogenik di sekitar periuretra atau di introitus vagina pada
perempuan. Pada laki-laki ditemukannya kolonisasi bakteri tersebut di daerah periuretra dan
preputium. Mekanisme naiknya mikroorganisme tersebut dari periuretra atau daerah vagina
ke saluran kemih masih belum diketahui sepenuhnya. Pada beberapa kasus ganguan fungsi
kandung kemih yang turun temurun bisa menyebabkan timbulnya kolonisasi dalam kandung
kemih.

Dalam beberapa percobaan, telah dibuktikan bahwa bakteri dapat naik dari kandung kemih ke
ginjal dan menyebabkan pielonefritis akut, dalam percobaan tersebut adanya obstruksi
saluran kemih merupakan prasyarat naiknya bakteri ke ginjal.

Refluks vesiko ureter merupakan predisposisi untuk timbulnya pielonefritis akut karena
naiknya bakteri dari kandung kemih ke parenkim ginjal melalui ureter yang mengalami
refluks tersebut.
å   !# /0 13

Pada beberapa anak, predisposisi terjadinya ISK adalah karena adanya kelainan anatomi
kongenital atau yang didapat sedangkan pada anak yang lainnya kemungkinan kelainan itu
tidak ditemukan, walaupun sudah diteliti. Pada kelompok yang terakhir ini diduga yang
menjadi faktor predisposisi adalah virulensi bakteri atau karena kelainan fungsional saluran
kemih.

Beberapa faktor pejamu dan predisposisi terjadinya ISK

- Faktor anatomi:

ü Refluks vesiko ureter dan refluks intrarenal

ü Obstruksi saluran kemih RBenda asing dalam saluran kemih (kateter urin)

ü Duplikasi   

ü Ureterokel

ü Divertikulum kandung kemih

- Meningkatnya perlekatan ke sel uroepitel

-      




-         

Pada anak yang normal, perlekatan dan proliferasi bakteri pada mukosa kandung kemih dapat
dicegah oleh adanya aliran urin yang deras dan adanya mekanisme pertahanan lokan mukosa
kandung kemih.

Faktor pejamu yang berhubungan dengan pencegahan perlekatan bakteri ke uroepitel :

- Mekanisme pencucian karena aliran urin

- Tamm-Horsfall protein

- Interferensi bakteri oleh    





-  




- Eksfoliasi spontan dari sel uroepitel

-  


- Mukopolisakarida yang melapisi dinding kandung kemih


Mekanisme pertahanan lokal ini dapat terganggu bila ada kelainan anatomi kongenital atau
yang didapat dan dapat meningkatkan resiko terjadinya ISK. Secara keseluruhan kelainan
radiologik yang dapat ditemukan pada ISK hanya berkisar 40-50%. Refluks vesiko ureter
merupakan kelainan saluran kemih yang paling sering ditemukan pada ISK, itupun hanya
bisa ditemukan sekitar 30%. Adanya refluks mengakibatkan anak mudah mendapat ISK dari
urin yang terinfeksi tersebut, infeksi dapat naik ke parenkim ginjal. Pada tempat refluks
tersebut bakteri akan bertahan lama dan merupakan sumber infeksi dalam saluran kemih.

Stasis urin karena adanya obstruksi saluran kemih dan adanya residu urin merupakan faktor
lainnya yang mempermudah bakteri tinggal lebih lama dan dapat berproliferasi. Adanya
divertikulum kandung kemih, ureterokel, lambatnya aliran urin pada   yang
duplikasi mengakibatkan timbulnya nidus sehingga bakteri dapat lebih lama tinggal dan
berproliferasi dalam saluran kemih. Adanya benda asing dalam saluran kemih seperti kateter
juga memudahkan terjadinya ISK. Lebih dari 90% ISK nosokomial pada anak yang dirawat
disebabkan pemasangan kateter urin.

Bila tidak ditemukan adanya defek anatomi saluran kemih dianggap penyebab resiko ISK
adalah faktor pejamu. Melekatnya bakteri ke sel uroepitel merupakan prasyarat untuk
timbulnya kolonisasi bakteri. Sel uroepitel pada anak sangat rentan terhadap infeksi karena
memiliki kapasitas mengikat bakteri disebabkan oleh adanya reseptor pada sel tersebut. Jadi
pada anak yang mempunyai struktur anatomi saluran kemih yang normal, timbulnya
kerentanan terhadap infeksi karena sel uroepitelnya mempunyai kapasitas mengikat bakteri
yang masuk ke saluran kemih. Mekanisme molekular mengenai perlekatan bakteri ini ke sel
uroepitel tersebut masih belurn diketahui dengan pasti.

üc  # /0

Selain faktor pejamu, virulensi bakteri juga menentukan lokasi anatomi perjalanan ascending
bakteri dari daerah periuretra. Bakteri Y tipe serologik O, K dan H dapat diisolasi dari
penderita dengan pielonefritis akut, sedang pada ISK asimptomatik ternyata tipe tersebut
tidak ditemukan. Faktor-faktor bakteri yang berhubungan dengan virulensi uropatogenik dari
Y adalah :

- Mempunyai fimbria

- Melekat ke uroepitel

- Mempunyai serotipe O dan K

- Menghasilkan hemolisin

- Menghasilkan  V

- Menghasilkan
 


- Resisten terhadap 
 

atau 
  
Sifat melekat E.coli merupakan hal yang penting dari organisme tersebut untuk bertahan di
saluran kemih dan menyebabkan ISK. Perlekatan antara bakteri dan sel uroepitel diantarai
oleh reseptor sel uroepitel dengan molekul protein dari bakteri yang disebut
 yang
berada pada permukaan bakteri tersebut. Pada bakteri Y 
 terletak pada ujung-
ujung fimbria. Pili dengan ujung
 nya dapat melekatkan bakteri tersebut ke
permukaan sel uroepitel. Beberapa tipe pili dengan sifat
 
telah banyak diketahui
dari bakteri Y  pili tipe 1 dengan
 
dapat mengaglutinasi sel darah merah
mannut 
 ! Aglutinasi ini dapat dihambat oleh adanya manosa. Pili tipe 1 atau

   "pili ini sering ditemukan pada Y yang mempunyai fimbria
(uropatogenik ataupun non-patogenik). Y yang melekat ke sel uroepitel dan
menyebabkan pielonefritis dapat mengaglutinasi sel darah merah manusia dan resisten
terhadap adanya manosa.l3

 yang ada pada pili Y ini bereaksi dengan sel uroepitel melalui reseptor glikolipid
dengan disakarida galaktosa
#$

 % Pili seperti ini disebut &'

 (atau &
 
(dan dinamakan seperti itu setelah ditemukan adanya P-antigen golongan darah
yang juga mengandung glikosfingolipid yang sama dengan reseptor dari sel uroepitel. P-
fimbria dapat ditemukan pada 90% Y dari urin penderita pielonefritis akut tanpa adanya
obstruksi urin. Adanya P-fimbria dari Y dianggap sebagai faktor virulensi bakteri pada
sel uroepitel.6

Penderita yang terinfeksi dengan Y yang melekat ke sel uroepitel


 Y !akan
menunjukkan gejala inflamasi sistemik dan renal yang nyata (leukosituria,  
protein
serum meningkat, laju endap darah meningkat) dibanding bila terinfeksi dengan tipe yang
tidak melekat 
  
! Bakteri yang melekat ke sel uroepitel akan menghasilkan
endotoksin dan lipopolisakarida lebih banyak dan langsung ke jaringan ginjal.13


&1  0+

ISK dapat berlangsung dengan gejala (simptomatis) atau tanpa gejala (asimptomatis). Pada
yang simptomatis, makin muda usia anak gejala klinis makin tidak khas. Pada bayi baru lahir,
gejala yang ditemukan dapat berupa demam, malas minum, ikterus, hambatan pertumbuhan
atau tanda-tanda sesis. Pada masa bayi, gejala sering berupa panas yang tidak jelas
penyebabnya, nafsu makan kurang, gangguan pertumbuhan, kadang-kadang diare atau
kencing yang sangat berbau. Pada usia prasekolah gejala klinis sering berupa sakit perut,
muntah, demam, sering kencing dan ngompol. Pada anak usia sekolah, gejala spesifik makin
nyata berupa ngompol, sering kencing, sakit waktu kencing atau sakit pinggang.

Pada infeksi yang kronis atau kambuh berulang  !dapat terjadi tanda-tanda gagal
ginjal menahun atau hipertensi serta gangguan pertumbuhan.

Infeksi yang asimptomatis pada umumnya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
rutin seorang anak atau pada kegiatan penyaringan ISK anak sekolah.


 +

Pada yang simptomatis, diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang ditemukan dan
dengan adanya jumlah bakteri yang bermakna dalam urin yang seharusnya steril dengan atau
tanpa disertai pluria. Bila ditemukan silinder leukosit maka kemungkinan pielonefritis perlu
dipikirkan.

Pemeriksaan laboratorium yang terpenting untuk menegakkan diagnosis ISK ialah biakan
urin dan pemeriksaan urin lengkap.

1. Biakan urin

Penampungan urin untuk pembiakan dapat dilakukan dengan 3 cara :

1. Urin pancaran tengah   


 !
2. Kaleterisasi kandung kemih
3. Pungsi kandung kemih 
    R!

Sebelum pengambilan contoh urin perlu dilakukan tindakan asepsis. Pada pengambilan cara a
dan b, genitalia eksterna dibersihkan dulu dengan air bersih atau larutan sublimate 1%. Pada
anak perempuan labia minora harus dibuka dan pada anak laki-laki preputium perlu ditarik ke
belakang pada saat pembersihan. Pungsi kandung kemih dilakukan sebagai berikut : daerah
suprapubis dibersihkan dengan larutan jodium 2 dan alkohol 70%. Sebelumnya anak disuruh
menahan kencing selama ±1 jam dan dianjurkan banyak minum. Pungsi dilakukan dengan
jarum semprit 5 atau 10 ml, pada tempat kira-kira 0,5-1 cm di atas simfisis pubis.

Dengan cara a dan b, biakan urin dianggap positif atau bermakna bila didapat jumlah kuman
100.000 atau lebih per-mililiter urin. Jumlah kuman antara 10.000 ± 100.000/ml urin
dianggap meragukan dan perlu diulang. Bila jumlah kurang dari 10.000/ml urin maka hasil
ini dianggap sebagai kontaminasi. Sebaiknya biakan urin dilakukan dua kali berturut-turut
agar didapat hasil yang lebih pasti (derajat kepastian 95%).

Hasil biakan urin dengan cara pengambilan pungsi kandung kemih dianggap positif atau
bermakna bila ditemukan 200 kuman atau lebih permilimeter urin. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah waktu antara pengiriman bahan dan penanaman dalam media biakan.
Bila urin dibiarkan dalam suhu kamar dalam setengah jam atau lebih maka kuman akan cepat
membiak sehingga akan memberikan hasil positif palsu. Bila urin tidak segera dikirim ke
laboratorium, maka harus disimpan pada suhu 4oC. Dengan cara ini urin dapat disimpan
selama 24-48 jam tanpa merubah jumlah kuman.

Cara lain yang lebih mudah dan sederhana untuk mendeteksi bakteri ialah dengan
pemeriksaan bakteriologis semi kuantitatif misalnya dengan micristix (Ames, co). Caranya
ialah dengan mencelupkan microstix ke dalam urin yang ditampung seperti pada biakan
konvensional, kemudian diinkubasi selama 24 jam. Dengan cara ini ternyata ditemukan
korelasi yang tinggi dengan hasil biakan konvensional dengan kepekaan sebesar 93,8% dan
spesifitas 95,5%.

2. Pemeriksaan urin lengkap

Bila pada pemeriksaan sedimen urin ditemukan piuria pada 50% kasus ISK. Tidak ada
korelasi yang pasti diantara piuria dan bakteriuria tetapi pada setiap kasus dengan piuria
haruslah dicurigai kemungkinan adanya ISK.

 

)

Pemeriksaan yang penting dilakukan ialah Piek¶grafi Inlravena (P1V) dan Miksio-sisto-
uretrografi (MSU).

Kedua pemeriksaan tersebut sedapat mungkin dilakukan pada semua penderita ISK.
Pemeriksaan PIV dapat memberikan gambaran tentang kemungkinan terjadinya pielonefritis
kronis dengan melihat bentuk dan besamya kedua ginjal, adanya gambaran yang asimetri
antara kedua ginjal karena perbedaan bentuk dan ukurannya, kalises yang tumpul dan atau
melebar atau terbentuknya jaringan parut. Juga dapat ditemukan kelainan tanda-tanda
kongenital maupun kelainan obstruktif atau kelainan anatomis. Pada pemeriksaan MSU dapat
ditemukan tanda-tanda refluks vesiko ureter atau penyempitan pada muara uretra.

Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan ialah pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah
atau yang lebih teliti lagi bila diperiksa  
dan kreatinin untuk mengetahui
derajat fungsi ginjal.


0!. 13

Komplikasi yang sering terjadi pada ISK adalah parut ginjal, hipertensi dan penurunan fungsi
ginjal yang berakibat pada suatu kegagalan ginjal. 10% bayi dan anak yang menderita ISK
menderita kerusakan ginjal dan hanya 2% yang bilateral. Pada sebagian penderita tersebut
kerusakan gunjal dapal dicegah dengan pengobatan.

Sekilar 25% gagal ginjal tahap akhir pada anak disebabkan oleh pielonefrilis kronis atrofik
(nefropati refluks) akibat ISK berulang.

Satu dari 3 penderita kerusakan ginjal bilateral 


 
!akan menjurus ke hipertensi
asimptomatik. Hipertensi ini akan berlanjut disertai penurunan fungsi ginjal dan akhirnya
menderita gagal ginjal kronik. Pada penderita ini paling sedikit 2 kali setahun harus diperiksa
tekanan darahnya sampai penderita dewasa. Kepada kedua orang tua dan kepada penderita
sendiri harus ditekankan pentingnya pemeriksaan tekanan darah paling sedikit 2 kali dalam
setahun.


     +

Dalam penangan dan pengobatan perlu diketahui apakah infeksi terdapat pada traktus
urinarius bagian atas (ureter, pielum dan ginjal) atau hanya pada bagian bawah (vesika
urinaria dan uretra).

ISK bagian atas dianggap lebih berat karena dapat mengakibatkan kerusakan ginjal.
Membedakan kedua lokasi infeksi ini tidaklah mudah pada seorang anak terutama bayi.
Pemeriksaan langsung terhadap infeksi bagian atas dapat dilakukan dengan biakan urin yang
diambil dengan kateterisasi dari kedua ureter, namun hal ini jarang dilakukan pada anak
karena dapat bersifat traumatis. Pemeriksaan secara tidak langsung yang dapat memberikan
petunjuk ke arah ISK bagian atas adalah terdapatnya gejala demam, sakit pinggang, terdapat
silinder leukosit di urin, laju endap darah yang meninggi dan peninggian kadar C-reaktif.
Pemeriksaan lain yang lebih sukar ialah biakan urin dengan 
 
*
(penampungan urin setelah pencucian vesika urinaria dengan larutan aseptik),



 
(pemeriksaan bakteri yang diliputi oleh antibodi) dan sebagainya. Penurunan
fungsi ginjal, hipertensi, azotemia dan terdapatnya parut ginjal    
!pada
pemeriksaan radiologi menjurus pada ISK atas.
ISK bagian bawah biasanya lebih ringan, umumnya tanpa gejala demam dan hanya ditandai
degan gejala lokal seperti disuria, polakisuria aUoi kencing megedan. Pada pemeriksaan
sedimen urin sering ditemukan leukosit yang berkelompok.

A. Pengobatan sacara umum, yaitu terhadap panas, muntah, dehidrasi dan lain-lain.
Disamping itu anak-anak juga dianjurkan untuk banyak minum dan jangan menahan kencing.

Pengobatan simptomatik terhadap keluhan sakit kencing dapat diberikan fenazopiridin


(pyridium) 7-10 mg/kgbb/hari. Disamping itu perlu juga mencari dan mengurangi atau
menghilangkan faktor predisposisi seperti obstipasi, alergi, investasi cacing dan
memperhatikan kebersihan perineum meskipun usaha-usaha ini kadang-kadang tidak selalu
behasil.

B. Pengobatan khusus

Penanggulangan ISK ditujukan terhadap 3 hal, yaitu :

1. Pengobatan terhadap infeksi akut

2. Pengobatan dan pencegahan infeksi


berulang

3. mendeteksi dan melakukan koreksi bedah


terhadap kelainan anatomis, kongenital maupun yang didapat pada traktus urinarins

1. Pengobatan infeksi akut

Pengobatan yang segera dan adekuat pada fase akut dapat mencegah atau mengurangi
kemungkinan timbulnya pielonefritis kronis. Pada keadaan berat atau panas tinggi dan
keadaan umum yang lemah, pengobatan segera dilakukan tanpa menunggu hasil pembiakan
urin dan uji resistensi kuman. Pada infeksi akut yang simpleks  
!
diberikan antibiotika/kemoterapi oral. Obat yang sering dipakai sebagai pilihan pertama ialah
ampisilin, kotrimoksazol, asam nalidiksat dan nitrofurantoin. Sebagai pilhan kedua dapat
dipakai obat golongan aminoglikosid seperti gentamicin, sisomisin, amikasin dan lain-lain,
sefaleksin, doksisiklin dan sebagainya. Pengobatan diberikan selama 7 hari.

1. 


 

  


Dalam pengamatan selanjutnya 30-50% penderita akan mengalami infeksi berulang dan
sekitar 50% diantaranya tanpa gejala. Oleh karena itu perlu dilakukan biakan ulang pada
minggu pertama sesudah selesai pengobatan fase akut, kemudian 1 bulan, 3 bulan dan
seterusnya setiap 3 bulan selama 2 tahun. Setiap infeksi berulang harus diobati seperti
pengobatan pada fase akut. Bila relaps atau reinfeksi terjadi lebih dari 2 kali, maka
pengobatan dilanjutkan dengan pengobatan profilaksis, dengan obat-obat antisepsis urin,
yaitu nitrofurantoin, kotrimoksazolsefaleksin atau metcnamin mandelat. Pada umumnya
diberikan seperempat dosis normal, satu kali sehari pada malam hari selama 3 bulan. Bila
ISK disertai dengan kelainan anatomis (ISK kompleks atau  
 
)
maka hasil pengobatan biasanya kurang memuaskan. Pemberian obat disesuaikan dengan
hasil uji resistensi dan dilakukan dengan terapi profilaksis selama 6 bulan dan bila perlu
sampai 2 tahun.

1.    



Bila ada pemeriksaan radiologis ditemukan adanya obstruksi maka perlu stadiumnya. Refluks
stadium I sampai III biasanya akan menghilang dengan pengobatan terhadap infeksinya. Pada
stadium IV perlu dilakukan koreksi bedah yaitu dengan reimplantasi ureter pada kandung
kemih (ureteroneositostomi). Pada keadaan-keadaan tertentu misalnya pada pionefrosis atau
pada pielonefritis atrotlk kromk, tindakan nefrotomi kadang-kadang perlu dilakukan.

 ! . 2

l Amoxicillin 20-40
mg/kg/hari dalam 3 dosis. Sekitar 50% bakteri penyebab ISK resisten terhadap amoxicillin.
Namun obat ini masih dapat diberikan pada ISK dengan bakteri yang sensitif terhadapnya

l Co-trimoxazole atau
trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari dalam 2 dosis. Sebagian besar ISK akan
menunjukkan perbaikan dengan cotrimoxazole. Penelitian menunjukkan angka kesembuhan
yang lebih besar pada pengobatan dengan cotrimoxazole dibandingkan amoxicillin.

l Cephalosporin seperti
cefixime atau cephalexin. Cephalexin kira-kira sama efektif dengan cotrimoxazole, namun
lebih mahal dan memiliki spectrum luas sehingga dapat mengganggu bakteri normal usus
atau menyebabkan berkembangnya jamur (Candida sp.) pada anak perempuan.

l Co-amoxiclav digunakan
pada ISK dengan bakteri yang resisten terhadap cotrimoxazole. Harganya juga lebih mahal
dari cotrimoxazole atau cephalexin.

Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak digunakan pada anak-anak yang
dikhawatirkan mengalami keterlibatan ginjal pada ISK. Selain itu nitrofurantoin juga lebih
mahal dari cotrimoxazole dan memiliki efek samping seperti mual dan muntah.


++

ISK tanpa kelainan anatomi mempunyai prognosis lebih baik bila dilakukan pengobatan pada
fase akut yang adekuat dan disertai pengawasan terhadap kemungkinan infeksi berulang.
Prognosis jangka panjang pada sebagian besar penderita dengan kelainan anatomis umumnya
kurang memuaskan meskipun telah diberikan pengobatan yang adekuat dan dilakukan
koreksi bedah, hal ini terjadi terutama pada penderita dengan nefropati refluks. Deteksi dini
terhadap adanya kelainan anatomis, pengobatan yang segera pada fase akut, kerjasama yang
baik antara dokter, ahli bedah urologi dan orangtua penderita sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya perburukan yang mengarah ke fase terminal gagal ginjal kronis.

'  3 # 2

Kuman yang menyebabkan ISK dengan cara hematogen, terapi pada pasien ISK,
contoh dari virulensi, ISK simpleks, koloni divertikulum definisi, bactery in vesica
urinaria, patogenesis infeksi saluran kemih pada pria, pemeriksaan fisik obstipasi pada
neonatus, pemeriksaan fisik sistitis, terapi ampisilin untuk penderita gagal ginjal
kronis dan ISK


Anda mungkin juga menyukai