Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Muhammad Iqbal Syukri (G84080010)1, Endah Ratna P2, dan Waras Nurcholis3
Mahasiswa Praktikum1, Asisten Praktikum2, Dosen Praktikum3
Struktur dan Fungsi Biomolekul
Departemen Biokimia, FMIPA, IPB
2010
Abstrak
Mineral berupa unsur anorganik yang dibutuhkan dalam jumlah yang tidak terlalu
banyak dalam tubuh. Mineral dapat berperan dalam berbagai fungsi biologi tubuh.
Terdapat dua jenis mineral yakni unsur makro (kamba) dan unsur mikro (kelumit) yang
keduanya dianalisis pada percobaan ini. Percobaan menggunakan analisis kualitatif
dalam pengujian keberadaan mineral yang diamati pada terbentuknya endapan atau
perubahan warna. Abu tulang yang digunakan sebagai sampel diproduksi dengan
metode gravimetri. Pemilihan tulang sebagai sampel dikarenakan kandungan mineral
yang tinggi pada tulang sehingga mudah untuk dianalisis. Setiap filtrat yang diuji akan
diasamkan dengan berbagai larutan yang digunakan. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa tulang mengandung mineral berupa klorida, kalsium, fosfat, magnesium, dan besi
(II) sedangkan sulfat dan besi (III) tidak ditemukan pada sampel.
Kata kunci: mineral, gravimetri, tulang, kualitatif
Pendahuluan
Kebutuhan nutrisi tubuh manusia tidak hanya diperoleh dari komponen
makro seperti karbohidrat, protein, dan lipid tetapi juga dapat diperoleh dari
komponen mikro seperti mineral. Lehninger (1982) menyatakan bahwa mineral
merupakan unsur untuk pertumbuhan dan fungsi biologi yang normal. Keberadaan
mineral biasanya berupa unsur anorganik sederhana sehingga mudah diserap oleh
tubuh. Unsur-unsur mineral yang telah terbukti esensial dalam makanan kurang
lebih ada tujuh belas (Poedjiadi 2006).
Terdapat dua jenis mineral yakni unsur makro (kamba) dan unsur mikro
(kelumit). Unsur kamba diperlukan dalam jumlah relatif besar (g/hari) dan sering
mempunyai lebih dari satu fungsi. Contohnya adalah kalsium (Ca) dapat berupa
komponen struktural mineral tulang (hidroksiapatit) atau Ca2+ bebas yang
berfungsi sebagai senyawa pengatur yang sangat penting dalam sitosol sel dengan
konsentrasi kurang dari 10-6 M (Girindra 1988). Termasuk dalam unsur makro
adalah Ca, Mg, Na, K, P, S, dan Cl. Sementara itu unsur mikro berkaitan dengan
aktivitas enzim dan diperlukan dalam jumlah beberapa mg/hari. Contohnya yakni
Fe, I, Cu, Mn, Zn, Co, Mo, Se, Va, Ni, Cr, Pb, F, Si, dan Ar (Lehninger 1982).
Kalsium sebagai struktur tulang dan gigi banyak ditemukan pada susu,
keju, dan kerang (Winarno 1973). Struktur pembentuk tulang dan gigi juga
mengandung unsur fosfor. Mineral lain pada tulang adalah sulfur sebagai bagian
dari asam amino dalam protein. Klorin dalam tubuh dapat berperan sebagai anion
ekstraselular sedangkan magnesium akan menyusun 60 % mineral dalam tulang.
Keberadaan besi dapat berguna sebagai gugus prostetik enzim heme (Lehninger
1982).
Keseimbangan ion-ion mineral dalam tubuh akan membantu dalam
pengaturan proses metabolisme, pengaturan keseimbangan asam basa, dan
transpor senyawa penting pembentuk membran (Budi 2003). Peran mineral dalam
tubuh saling berkaitan satu sama lainnya sehingga kekurangan atau kelebihan
salah satu mineral akan berpengaruh terhadap kinerja mineral lainnya.
Keberadaan mineral tubuh sebesar 4 % lebih banyak berperan dalam proses
pertumbuhan sehingga sebagian besar mineral terdapat dalam tulang.
Percobaan ini akan menganalisis kandungan mineral dalam tulang yang
telah mengalami pengabuan. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap jenis mineral
yang terdapat dalam abu tulang dengan uji klorida, sulfat, fosfat, kalsium,
magnesium, dan uji besi.
Metode Praktikum
Waktu dan tempat praktikum
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Departemen Biokimia
FMIPA IPB pada hari Jumat tanggal 10 Desember 2010 pukul 08.00-11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Peralatan percobaan berupa tabung reaksi, gelas piala, corong, penangas
air, rak tabung reaksi, pipet tetes, pipet mohr 10 ml, pipet mohr 5 ml, batang
pengaduk, dan bulb.
Percobaan ini juga menggunakan bahan yakni asam asetat 10%, larutan
amonium hidroksida, filtrat abu tulang, kertas lakmus, kertas saring, larutan
AgNO3 2%, larutan HCl 10%, larutan BaCl 2, larutan amonium oksalat, larutan
urea 10%, pereaksi molibdat khusus, pereaksi ferosulfat khusus, kristal amonium
karbonat, kristal amonium klorida, kristal dinatrium hidrogenfosfat, larutan
amonium tiosianat, dan larutan kalium ferosianida.
Prosedur Percobaan
Abu tulang telah dibuat atau disediakan oleh laboran dengan metode
penyiapan gravimetri sehingga dihasilkan filtrat dan endapan setelah ditambahkan
akuades, 50 ml HNO3 10%, dan disaring. Filtrat yang dihasilkan diuji dengan uji
klorida dan uji sulfat. Uji klorida dilakukan dengan ditambahkannya HNO 3 10 %
pada 1 ml filtrat hingga asam. Selanjutnya diuji dengan kertas lakmus untuk
mengetahui kondisi asam. Kemudian ditambahkan AgNO3 2% hingga terbentuk
endapan putih. Sementara itu uji sulfat dilakukan dengan dicampurkannya larutan
HCl 10 % pada filtrat hingga asam. Lalu ditambahkan BaCl2 hingga dapat
membentuk endapan putih.
Endapan yang dihasilkan ditambahkan dengan asam asetat 10 % sebanyak
10 ml dan diuji dengan uji kalsium, uji fosfat, uji magnesium, dan uji besi. Uji
kalsium dilakukan dengan ditambahkannya 1 ml amonium oksalat 1 % pada 2 ml
filtrat hingga terbentuk endapan putih. Uji fosfat dengan dicampurkannya 1 ml
urea 10 % dan pereaksi molibdat pada 1 ml filtrat. Selanjutnya ditambahkan
ferosulfat sebanyak 1 ml. Uji magnesium dilakukan dengan dipanaskannya filtrat
lalu perlahan ditambah amonium karbonat dan amonium klorida lalu disaring.
Kemudian filtrat ditambah kristal dinatrium hidrogen fosfat dan amonium
hidroksida hingga basa. Hal tersebut akan mengakibatkan terbentuknya endapan
putih lalu ditambahkan sedikit HCl 10 % pada endapan yang tidak larut.
Pengujian besi dilakukan pada dua buah tabung reaksi yang diisi filtrat. Tabung
pertama ditambahkan 1 ml amonium tiosianat sedangkan tabung kedua
ditambahkan 1 ml kalium ferosianida. Perubahan warna yang terbentuk
menunjukkan hasil positif.
H2N NH2 O-
P + urea P+C=O C P
NH2 NH2
Gambar 4 Reaksi uji fosfat.
Na2HPO4 + Mg2+ MgHPO4 + 2Na+
MgHPO4 + NH4OH MgNH4PO4
Gambar 5 Reaksi uji magnesium.
Kadar besi dalam tubuh manusia relatif kecil dan kebanyakan terdapat
dalam hemoglobin. Keberadaan besi pada percobaan kali ini diuji dua kali.
Pengujian pertama dengan penambahan amonium tiosianat untuk mendeteksi besi
(III) dan merupakan uji yang sangat sensitif. Penambahan kalium ferosianida pada
pengujian kedua dilakukan untuk mengetahui keberadaan besi (II). Hasil
percobaan kali ini menunjukkan pengujian pertama negatif sedangkan pengujian
kedua memberikan hasil positif (gambar 6). Hasil negatif berarti tidak terbentuk
warna merah muda yang dapat diakibatkan oleh filtrat yang akan diuji belum
mencapai pH asam sehingga tidak menunjukkan perubahan warna saat
ditambahkan amonium tiosianat. Selain itu, dapat juga diakibatkan oleh reagen
yang digunakan telah terkontaminasi atau umur reagen yang terlalu lama.
Sementara itu, pengujian kedua menunjukkan hasil positif yakni terbentuk warna
biru. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel yang diuji tidak mengandung
besi (III) tetapi mengandung besi (II).
Daftar Pustaka
Budi A. 2003. Mineral dalam Tubuh [terhubung berkala] www.chem-is-try.org
[13 Desember 2010].
Girindra A. 1988. Penuntun Praktikum Biokimia. Bogor: IPB Pr.
Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.
Keene et al. 2004. Measures of Bone Mineral Content in Mature Dairy Cows. J.
Dairy Sci. 87:3816–3825.
Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Edisi ke-1. Thenawidjaya M,
penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of
Biochemistry.
Loveridge N. 1999. Bone: More than a stick. Anim Sci. 77 : 190–196.
Poedjiadi A. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Pr.
Winarno F. 1973. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: IPB Pr.