ATAS
LAPORAN KEUANGAN
Nomor : 255.a/S/XIV.2/10/2005
Tanggal : 18 Oktober 2005
Kepada Yth.
1. Direktur Utama PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
2. Ketua Badan Pengawas PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
di
LUBUKLINGGAU
Kami telah mengaudit Neraca Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bukit Sulap
Lubuklinggau tanggal 31 Desember 2004, serta Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan
Ekuitas dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Kami juga
melakukan pengujian atas kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan
pengendalian intern. Laporan Keuangan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dan pengendalian intern adalah tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab
kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan, kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dan pengendalian intern berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia dan Standar Audit Pemerintah yang diterbitkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar kami
memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah
dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip
akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian
terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami
memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
tanggal 31 Desember 2004, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
1
Laporan keuangan terlampir disusun dengan anggapan perusahaan akan melanjutkan usahanya
secara berkelanjutan. Seperti yang diuraikan dalam Catatan 30 atas laporan keuangan, sampai
dengan tahun 2004 posisi akumulasi kerugian PDAM adalah sebesar Rp18.386.810.936,66
atau 106,24% dari jumlah modal sebesar Rp17.307.359.462,68.
Manajemen telah menyusun rencana perusahaan untuk mengatasi hal tersebut sesuai dengan
Catatan 30 atas laporan keuangan dan kami berkeyakinan bahwa rencana tersebut dapat
dilaksanakan secara efektif untuk mengatasi kondisi keuangan dimasa yang akan datang. Oleh
karena itu kami mempunyai keyakinan bahwa perusahaan masih dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya.
18 Oktober 2005
2
PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU
NERACA
PER 31 DESEMBER 2004
REALISASI REALISASI
AKTIVA CAT 1 Januari 2004 KEWAJIBAN DAN EKUITAS CAT 1 Januari 2004
31 Desember 2004 31 Desember 2004
Unaudited Unaudited
AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN
Kas / Bank 1 147,134,434.34 50,267,833.34
Piutang Pelanggan Air 2 1,248,443,422.00 1,190,472,612.00 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Penyisihan Piutang Langganan Air (802,619,684.05) (712,956,566.25) Hutang Pajak 10 13,500,000.00 13,500,000.00
Piutang Langganan Non Air 3 105,361,536.00 100,714,386.00 Biaya Ymh dibayar 11 319,701,057.00 256,135,558.00
Penyisihan Piutang Langganan Non Air (102,108,531.00) (97,627,036.00) Hutang Pajak air 12 3,489,100.00 36,382,500.00
Piutang pegawai 4 5,724,900.00 5,724,900.00 Hutang Direktorat Air Bersih 13 33,600,000.00 33,600,000.00
Piutang Lain-lain 5 26,216,400.00 26,216,400.00 Hutang pada PDAM OKU 14 5,249,750.00 5,249,750.00
Persediaan 6 118,965,360.00 279,940,438.00 Uang Muka Sambungan Baru 15 0.00 33,348,900.00
Jumlah aktiva lancar 747,117,837.29 842,752,967.09 Hutang bunga Pinjaman 16 3,900,102,557.10 3,156,028,444.33
AKTIVA TETAP 7 Bagian Hutang Jkp.yg akan jth tempo 17 1,813,680,970.20 1,571,856,840.70
Tanah 47,471,050.00 47,471,050.00 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 6,089,323,434.30 5,106,101,993.03
Instalasi Sumber Air 242,794,721.00 242,794,721.00
Instalasi Pompa 1,323,808,613.90 653,946,463.90
Instalasi Pengolahan Air 3,809,691,631.45 1,325,973,031.45 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Insatalasi Transmisi dan Distribusi 5,382,398,973.89 5,924,529,539.72 Hutang pada Dep.Keuangan RI 18 1,209,120,648.44 1,450,944,777.94
Bangunan Gedung 499,467,255.60 350,369,255.60 Jaminan Langganan 19 51,726,500.00 45,531,000.00
Peralatan dan Perlengkapan 236,727,600.00 205,713,075.00 Hutang Leasing 20 40,813,000.00 0.00
Kendaraan/Alat Pengangkutan 541,799,900.00 331,739,150.00 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 1,301,660,148.44 1,496,475,777.94
12,084,159,745.84 9,082,536,286.67
Akumulasi penyusutan (7,671,809,000.46) (8,522,789,239.18)
Nilai buku 4,412,350,745.38 559,747,047.49
AKTIVA TETAP LEASING 8 MODAL DAN CADANGAN
Kendaraan/Alat Pengangkutan 96,146,500.00 0.00 Penyertaan Pemkab Mura 21 0.00 1,834,230,410.48
Akumulasi penyusutan (54,272,812.50) 0.00 Penyertaan Pemkot Lubuklinggau 22 8,094,016,098.68 0.00
Nilai buku 41,873,687.50 0.00 Hibah Pemkot Lubuklinggau 23 2,436,285,077.00 0.00
Penyertaan RI 24 6,777,058,287.00 4,293,339,687.00
AKTIVA LAIN-LAIN 9 Saldo Laba/Rugi tahun lalu 25 (16,684,756,035.82) (10,425,269,840.55)
Persediaan Bahan Instalasi 1,041,518,622.00 0.00 Saldo Laba/Rugi tahun berjalan (1,702,054,900.84) (714,986,290.23)
Jaminan PLN 7,052,000.00 7,052,000.00 Jumlah Modal dan Cadangan (1,079,451,473.98) (5,012,686,033.30)
Aktiva Belum digunakan 0.00 127,668,719.00
Aktiva rusak dan hilang (net) 61,619,216.59 52,671,004.09
Jumlah aktiva lain-lain 1,110,189,838.59 187,391,723.09
JUMLAH AKTIVA 6,311,532,108.76 1,589,891,737.67 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 6,311,532,108.76 1,589,891,737.67
Lihat Catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.
3
PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU
LAPORAN LABA RUGI
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2004
Lihat Catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.
4
PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2004
Lihat Catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.
5
PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2004
A. UMUM
1. Pendirian
a. Dasar Pendirian
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Silampari Kabupaten Musi
Rawas merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang didirikan
dengan Peraturan Daerah No.03 Tahun 1986 tanggal 14 Nopember 1986 dan
Peraturan Daerah No.03 Tahun 1992 tanggal 31 Oktober 1992.
Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang No. 7 tahun 2001 tentang
Pembentukan Kota Lubuklinggau, Bupati Musi Rawas mengeluarkan SK
No.165/KPTS/X/2003, tanggal 23 Mei 2003 tentang Penghapusan Barang
yang Diserahkan kepada Pemerintah Kota Lubuklinggau dimana yang
dihapus dan diserahkan antara lain adalah PDAM Tirta Silampari Kabupaten
Musi Rawas. Penyerahan secara resmi dilakukan pada tanggal 20 Agustus
2003 sesuai dengan Berita Acara Penyerahan yang ditandatangani antara lain
oleh Wakil Bupati Musi Rawas yang mewakili Pemerintah Kabupaten Musi
Rawas dan Walikota Lubuklinggau yang mewakili Pemerintah Kota Lubuk
Linggau dan disaksikan oleh Ketua DPRD Kabupaten Musi Rawas dan
Ketua DPRD Kota Lubuklinggau serta diketahui oleh Gubernur Sumatera
Selatan. Penyerahan tersebut didahului oleh persetujuan DPRD Kabupaten
Musi Rawas melalui suratnya No. 18/KPTS/DPRD/2003 tanggal 1 Mei
2003.
Selanjutnya PDAM Tirta Bukit Sulap Kota Lubuklinggau dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Lubuklinggau No.05 tahun 2004,
tanggal 17 Juni 2004, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Walaupun Perda pembentukan baru disahkan pada tanggal 17 Juni 2004,
namun secara operasional PDAM Tirta Bukit Sulap Kota Lubuklinggau telah
terpisah dengan PDAM Tirta Silampari Kabupaten Musi Rawas per 1
Januari 2004.
b. Tujuan Pendirian
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Bukit Sulap Kota Lubuklinggau
didirikan dengan tujuan turut serta melaksanakan pembangunan daerah dan
pembangunan ekonomi nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
rakyat, khususnya menyediakan air minum yang sehat serta memenuhi
syarat kesehatan. Dari jumlah penduduk Kota Lubuklinggau sebanyak
174.495 jiwa telah terlayani sebanyak 38.904 jiwa atau sebesar 22,30%.
7
c. Kegiatan
Tugas pokok PDAM Tirta Bukit Sulap Kota Lubuklinggau adalah pelayanan
kepada masyarakat, khususnya melaksanakan pelayanan air bersih di kota
Palembang. Dalam rangka kegiatan tersebut di atas PDAM Tirta Bukit Sulap
Kota Lubuklinggau mempunyai kegiatan sebagai berikut:
1) Kegiatan teknik
a) Kegiatan teknik operasi, mencakup:
- Kegiatan mengenai pengadaan, peningkatan kemampuan peralatan
dan perlengkapan yang ada.
- Kegiatan mengenai pengoperasian sistem dan perlengkapan
perpompaan dan pengolahan air.
- Kegiatan mengenai perencanaan, transmisi, dan pendistribusian
air bersih.
d. Modal
Modal PDAM Tirta Bukit Sulap Kota Lubuklinggau terdiri dari:
8
- Penyertaan modal pemerintah pusat berupa hasil penyerahan proyek
yang dibiayai oleh pemerintah pusat, bantuan pendanaan, maupun
pengalihan pinjaman jangka panjang menjadi penyertaan.
- Penyertaan modal Pemerintah Kota Lubuklinggau sebagai hasil
penyerahan proyek yang dibiayai oleh pemerintah daerah, bantuan
pendanaan, maupun penyerahan peralatan dan perlengkapan serta sarana
pengolahan dan pendistribusian air bersih. Penyertaan tersebut juga
termasuk proyek-proyek, peralatan dan perlengkapan serta sarana
pengolahan dan pendistribusian air bersih yang berasal dari penyertaan
Pemerintah Kabupaten Musi Rawas yang diserahkan ke PDAM.
- Modal Hibah
Hibah dari Pemerintah Kota Lubuklinggau.
9
B. KEBIJAKAN AKUNTANSI
Kebijakan Akuntansi berpedoman pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
16 Tahun 1991 tanggal 6 Pebruari 1991 tentang Pedoman Sistem Akuntansi PDAM
yang berlaku mulai 1 Januari 1991 dan belum mengacu pada Keputusan Menteri
Dalam Negeri Otonomi Daerah Nomor 8 Tahun 2000 tanggal 10 Agustus 2000
tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum. Namun tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap penyajian laporan keuangan.
Pokok-pokok kebijakan akuntansi penting yang dianut oleh perusahaan adalah
sebagai berikut:
1. Dasar Akuntansi
Dasar Akuntansi yang digunakan dalam perhitungan hasil usaha (Laba/Rugi)
periodik dan penentuan posisi keuangan (Neraca) dilakukan dengan metode
akrual. Pembukuan yang dilakukan tidak hanya sekedar pencatatan transaksi
penerimaan dan pengeluaran uang, akan tetapi pencatatan terhadap setiap
perubahan aktiva dan kewajiban, demikian pula pendapatan dan biaya pada saat
terjadinya atau diakuinya perubahan yang dimaksud.
2. Pengakuan Pendapatan
Seluruh pendapatan, baik pendapatan usaha maupun pendapatan non usaha,
diakui pada saat timbulnya transaksi dan/atau pada masa prestasi dinikmati,
yaitu:
a. Pendapatan penjualan air diakui, dicatat dan dilaporkan tiap-tiap bulan
berdasarkan rekening tagihan air yang diterbitkan pada bulan yang
bersangkutan, walaupun penerimaan uangnya baru terjadi kemudian, atau
pada saat penerimaan uang untuk penjualan tunai.
b. Pendapatan sambungan baru dan pendapatan penjualan non air lainnya
diakui dan dicatat seluruhnya sebagai pendapatan tahun berjalan dengan
memperhatikan ketentuan berikut:
1) Jika menurut prosedur yang berlaku pelanggan/calon pelanggan
disyaratkan membayar kewajibannya secara tunai maka pendapatan
dicatat dan diakui pada saat pembayarannya. Oleh karenanya, transaksi
seperti ini tidak perlu dilakukan pencatatan ke dalam rekening piutang;
2) Jika menurut ketentuan yang berlaku pelanggan dapat membayar
kewajibannya dengan cara mencicil maka pengakuan serta pencatatan
pendapatan dan piutang dilakukan pada saat dokumen tagihan diterbitkan
sesuai dengan jatuh temponya tiap-tiap cicilan.
c. Pendapatan denda atas keterlambatan pembayaran oleh pelanggan diakui
pada saat terjadinya penerimaan kas.
d. Pendapatan yang berasal dari usaha kerjasama dengan pihak ketiga berupa
royalty, pembagian pendapatan (revenue sharing) dan pembagian produksi
(production sharing) diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi
perjanjian yang relevan sedangkan pendapatan berupa pembagian
10
keuntungan dan dividen diakui pada saat hak untuk menerima pembayaran
ditetapkan.
3. Pengakuan Biaya
Biaya diakui, dicatat dan dilaporkan sebagai beban pada saat terjadinya
transaksi. Pembebanan biaya-biaya yang bersifat periodik seperti gaji, listrik,
sewa, asuransi dan sebagainya harus dikaitkan dengan periode dimana biaya
tersebut menjadi beban, walaupun pembayarannya belum dilakukan ataupun
telah dibayar dimuka. Untuk keperluan pisah batas periode akuntansi, biaya-
biaya yang telah terjadi sebelum tanggal neraca walaupun belum dapat diketahui
secara pasti jumlahnya, harus dicatat dan dilaporkan dengan cara estimasi yang
wajar.
4. Penilaian Piutang
Piutang disajikan dengan nilai tunai yang dapat direalisasi. Khusus untuk
Piutang Usaha, agar piutang-piutang yang mempunyai kemungkinan tak tertagih
hendaknya dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang layak.
a. Besarnya penyisihan piutang usaha pada tiap akhir tahun ditetapkan
berdasarkan umurnya sebagai berikut :
• Diatas 3 bulan s.d 6 bulan disisihkan 30%;
• Diatas 6 bulan s.d 12 bulan disisihkan 50%;
• Diatas 1 tahun s.d 2 tahun disisihkan 75% dan diajukan ke Badan
Pengawas untuk dihapus;
• Diatas 2 tahun disisihkan 100% dan dikeluarkan dari pembukuan, tetapi
masih tercatat secara ekstra komptabel.
Penyisihan tersebut diatas dikecualikan bagi tagihan kepada selurh instansi
pemerintah. Dalam hal kejadian-kejadian khusus, misalnya ada
pembongkaran daerah pemukiman tertentu untuk tujuan pembangunan,
tagihan-tagihan tersebut sudah dapat diusulkan penghapusannya walaupun
belum memenuhi ketentuan diatas.
b. Piutang usaha yang berumur diatas 1 tahun s.d 2 tahun diklasifikasikan
sebagai piutang ragu-ragu;
c. Piutang usaha yang berumur lebih dari 2 tahun diklasifikasikan sebagai
piutang tak tertagih dan sudah dapat diusulkan kepada Badan Pengawas
untuk dihapus serta dibukukan secara ekstra komptabel dan tetap diusahakan
penagihannya.
d. Penerimaan tagihan piutang yang telah dihapuskan, dicatat sebagai
pendapatan lain-lain pada bulan berjalan.
e. Hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan penghapusan piutang tersebut
ditetapkan melalui keputusan Direksi dengan persetujuan Badan Pengawas.
5. Penilaian dan Pencatatan Persediaan
Persediaan dinilai berdasarkan harga perolehan akan tetapi jika diantara
persediaan bahan instalasi terdapat barang-barang yang rusak atau tidak dapat
digunakan lagi dinilai dengan taksiran harga jual yang layak atas barang
tersebut, selisih penilaian antara harga perolehan dan taksiran harga jualnya
11
dibukukan sebagai kerugian penurunan nilai persediaan dengan perkiraan lawan
penyisihan untuk penurunan nilai persediaan pos yang disebutkan terakhir ini
disajikan sebagai pengurang terhadap harga perolehan.
Pemakaian persediaan menggunakan metode masuk pertama keluar pertama atau
First In First Out (FIFO). Persediaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Persediaan bahan operasi berupa bahan kimia dicatat menggunakan
Perpetual Inventory Method;
b. Persediaan bahan operasi lainnya seperti bahan bakar, pelumas, suku cadang,
alat tulis kantor dan lain-lain dicatat dengan menggunakan Physical
Inventory Method;
c. Persediaan bahan instalasi berupa pipa, meter air dan aksesorisnya dicatat
dengan menggunakan Perpetual Inventory Method. Persediaan instalasi
didalam neraca dikelompokkan sebagai aktiva lain-lain.
12
harus dikeluarkan dari harga perolehannya. Demikian untuk pengeluaran-
pengeluaran renovasi, dianut perlakuan akuntasi yang sama.
7. Aktiva tetap
Aktiva tetap dicatat berdasarkan harga perolehan/harga belinya termasuk semua
biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan. Aktiva tetap
yang dibangun sendiri dicatat sebesar seluruh nilai bahan/peralatan yang
digunakan, biaya pekerjaan serta biaya-biaya umum lainnya yang terkait dengan
pembangunan aktiva tersebut.
Penyusutan aktiva tetap disesuaikan dengan Undang-undang Perpajakan No. 10
tahun 1994 dan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 82/KMK.04/1994.
Pengelompokan aktiva tetap PDAM untuk keperluan penyusutan ditentukan
berdasarkan kebijakan Direksi PDAM masing-masing dengan berpedoman pada
peraturan perpajakan yang berlaku. Aktiva tetap yang berujud bangunan
disusutkan berdasarkan prosentase tetap dari nilai perolehan, aktiva tetap lainnya
disusutkan dengan prosentase tetap dari nilai buku.
Menurut pasal 11 ayat (6) Undang-undang No.10 tahun 1994, harta yang
disusutkan dibagi menjadi kelompok-kelompok sebagai berikut:
JENIS AKTIVA % PENYUSUTAN
I. Bukan Bangunan Garis lurus Saldo menurun
o Kelompok 1 (masa manfaat < 4 tahun) 25% 50%
o Kelompok 2 (masa manfaat 4 s.d. 8 tahun) 12,5% 25%
o Kelompok 3 (masa manfaat 8 s.d. 16 tahun) 6,25% 12,5%
o Kelompok 4 (masa manfaat >16 tahun) 5% 10%
II. Bangunan
o Permanen 5%
o Tidak Permanen 10%
Aktiva tetap dalam penyelesaian harus dilaporkan terpisah dari aktiva tetap yang
beroperasi dan belum dapat disusutkan sampai aktiva tetap tersebut dinyatakan
beroperasi komersial.
Aktiva tetap berupa mesin, peralatan dan aktiva berwujud lainnya yang tidak
berfungsi (tidak produktif) yaitu rusak, tidak rusak namun tidak berfungsi, tidak
rusak namun belum berfungsi atau aktiva tetap yang tidak dapat lagi ditelusuri
fisiknya harus disajikan terpisah dalam kelompok aktiva lain-lain sebesar nilai
bukunya.
8. Pengadaan Aktiva Tetap selain dari pembelian tunai dan pekerjaan konstruksi
• Leasing
Aktiva tetap yang dibeli secara leasing harus dinyatakan dalam nilai
tunainya dengan judul aktiva tetap leasing dan dari sisi kewajiban
dinyatakan dengan judul utang leasing sebesar harga tunai aktiva dikurangi
13
dengan uang muka yang dibayar pada saat penandatanganan kontrak
perjanjian.
• Trade-In
Aktiva tetap yang dibeli dengan cara trade-in harus dinyatakan sebesar nilai
tunainya dikurangi dengan keuntungan atau ditambah dengan kerugian yang
timbul dalam transaksi tersebut.
• Hibah
Aktiva tetap yang diperoleh melalui hibah dan tidak mempunyai keterkaitan
apapun karenanya, harus dinilai sebesar harga taksiran atau nilai pasar
wajarnya dengan mengkredit modal hibah.
9. Pencatatan Hutang
Hutang harus dinyatakan dengan lengkap agar tergambar seluruh kewajiban
perusahaan yang terutang pada akhir tahun.
14
cadangan yang dibentuk dari pembagian laba harus disajikan dalam kelompok
cadangan atau kewajiban lain-lain tergantung dari kewajiban untuk
meralisasikannya.
14. Penilaian Ekuitas (modal)
Ekuitas PDAM Tirta Bukit Sulap Kota Lubuklinggau terdiri dari :
a. Modal yang terdiri dari :
1) Penyertaan modal Pemerintah Pusat
2) Penyertaan modal Pemerintah Kota Lubuklinggau
3) Modal hibah Pemerintah Kota Lubuklinggau
b. Saldo Laba (Rugi) tahun-tahun lalu
c. Saldo Laba (Rugi) tahun berjalan
Penilaian penyertaan modal berdasarkan:
a. Realisasi DASK dan bantuan dana lainnya atau berdasarkan harga perolehan
atas aktiva yang diserahkan ke PDAM sesuai Berita Acara Serah Terimanya.
b. Pengalihan penyertaan modal pemerintah pusat pada PDAM Tirta Bukit
Sulap Kota Lubuklinggau kepada pemerintah daerah setempat sesuai nilai
yang tertuang pada Berita Acara serah terima.
c. Penilaian penyertaan modal Pemerintah RI (pusat) berdasarkan realisasi
keuangan DIP PPSAB Sumatera Selatan DIP bantuan pusat lainnya yang
diserahkan kepada PDAM Tirta Bukit Sulap Kota Lubuklinggau sesuai
dengan nilai yang tercantum pada Berita Acara serah terima.
15
Pengungkapan informasi yang perlu disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan akibat suatu perubahan kebijakan akuntansi yang mempunyai
pengaruh material terhadap periode sekarang, periode sebelumnya atau
periode berikutnya terdapat dalam pernyataan standar akuntansi keuangan
(PSAK) nomor 25 paragraf 49.
• Koreksi Tahun Lalu
Koreksi yang dilakukan terhadap laporan keuangan periode yang lalu
disajikan sebagai penyesuaian atas saldo awal laba tahun lalu atau cadangan
dana dalam hal sudah dilakukan pembagian laba, dengan memberikan
penjelasan yang secukupnya dalam laporan keuangan. Sehubungan dengan
hal tersebut maka dalam laporan keuangan komparatif angka-angka laporan
keuangan tahun lalu harus disajikan kembali (restated) dengan
memperhatikan pengaruh dari koreksi-koreksi dimaksud. Yang dapat
dibukukan sebagai koreksi tahun-tahun lalu adalah kesalahan-kesalahan
pembukuan, kesalahan dalam menerapkan kebijakan akuntansi (termasuk
accounting method dan accounting estimate), kekurangan pembayaran pajak,
yang dipandang memberi pengaruh material terhadap penyajian laporan
keuangan.
16
C. PENJELASAN POS-POS NERACA DAN LAPORAN LABA RUGI
17
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
Saldo piutang langganan air didasari atas opname fisik rekening air dan piutang rekening air unit IKK Kabupaten Musi rawas
telah dikeluarkan dari daftar saldo piutang dikarenakan adanya pemisahan PDAM Kota dan Kabupaten sesuai dengan
SK.No.165/KPTS/X/2003, tanggal 20 Mei 2003.
Rincian piutang dan penyisihan lihat Lampiran I
3. Piutang langganan non air (net) 3,253,005.00 3,087,350.00
Saldo penyisihan piutang non air per 31 Desember 2004 dan 1 Januari
2004 dapat dirinci sebagai berikut :
Saldo piutang langganan non air Kantor Pusat per 31 Desember 2004 didasari opname fisik rekening.
Saldo piutang pegawai ex Piutang rekening air merupakan piutang langganan air/non air pegawai didasari surat pernyataan
pegawai.
18
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
19
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
Jumlah tersebut merupakan saldo aktiva tetap leasing per 31 Desember
2004 berupa mobil suzuki TS 150 sesuai perjanjian leasing
No.01/PJ/PDAM/MURA/2003 tanggal 23 September 2003.
- Kendaraan 96,146,500.00 -
- Akumulasi penyusutan (54,272,812.50) -
Jumlah 41,873,687.50 -
Jumlah persediaan bahan instalasi merupakan bantuan pemerintah kota lubuklinggau sesuai dengan berita acara penyerahan
No.1945/XI/DDL/2004, bill of quantity CV. Sriwijaya Prima dan bill of quantity CV. Jessica, dengan rincian sebagai
berikut:
- Pipa 374,957,307.00 -
- Accessories 314,188,815.00 -
- Water Meter 352,372,500.00 -
Jumlah 1,041,518,622.00 -
Jumlah aktiva tetap rusak berat dan hilang sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan Fisik No.09/BAP/PDAM/1998, tanggal
31/08/1998 dan SK Bupati No.17/SK/Perek/1998, tanggal 07/03/1998 serta laporan hasil inventarisasi aktiva tetap PDAM
Tirta Silampari Kabupaten Mura tanggal 12 Agustus 2004 yang terdiri dari :
- Instalasi Pengolahan 17,078,443.64 17,078,443.64
- Instalasi Pompa 43,030,099.80 34,156,887.30
- Peralatan dan Perlengkapan 98,906.25 23,906.25
- Perabot Kantor 1,210,595.03 1,210,595.03
- Nilai Komputer yang rusak 201,171.87 201,171.87
Jumlah 61,619,216.59 52,671,004.09
20
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
- Pengadaan bahan kimia tawas - 22,500,000.00
- Dana pensiun bersama perpamsi 259,675,860.00 132,162,854.00
- Iuran jamsostek 8,811,561.00 6,125,094.00
Jumlah 319,701,057.00 256,135,558.00
Jumlah Dana pensiun bersama merupakan tunggakan kepada Perpamsi atas penyelenggaraan dana pensiun sampai dengan 31
Desember 2004 sesuai dengan Daftar Tunggakan Iuran dan Bunga Dana Pensiun
- Pinjaman dana utk penyusunan neraca awal dan kekurangan gaji 2,000,000.00 2,000,000.00
- Pinjaman dana penyusunan neraca 1,500,000.00 1,500,000.00
- Pinjaman barang persediaan 4,149,750.00 4,149,750.00
- Pembayaran tanggal 5/10/1993 (2,400,000.00) (2,400,000.00)
Jumlah 5,249,750.00 5,249,750.00
21
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
- Denda kewajiban komitmen 59,037,865.20 46,024,201.45
22
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
17. Bagian Hutang Jangka Panjang yg akan jatuh tempo 1,813,680,970.20 1,571,856,840.70
Jumlah tersebut merupakan angsuran pokok hutang jangka panjang eks
pinjaman kepada Departemen Keuangan RI No.RDA-100/DP3/1992,
tanggal 18 Desember 1992 yang telah jatuh tempo serta akan jatuh
tempo dalam tahun 2004 dengan rincian :
- Jatuh tempo tahun 1988 120,912,064.75 120,912,064.75
- Jatuh tempo tahun 1999 241,824,129.45 241,824,129.45
- Jatuh tempo tahun 2000 241,824,129.50 241,824,129.50
- Jatuh tempo tahun 2001 241,824,129.50 241,824,129.50
- Jatuh tempo tahun 2002 241,824,129.50 241,824,129.50
- Jatuh tempo tahun 2003 241,824,129.50 241,824,129.50
- Jatuh tempo tahun 2004 241,824,128.50 241,824,128.50
- Jatuh tempo tahun 2005 241,824,129.50 0
Jumlah 1,813,680,970.20 1,571,856,840.70
23
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
22. Penyertaan Pemerintah Kota Lubuklinggau 8,094,016,098.68 -
Jumlah tersebut merupakan saldo penyertaan modal pemerintah kota
lubuklinggau atas penyerahan PDAM Tirta Silampari Kabupaten Musi
Rawas kepada Kota Lubuklinggau berdasarkan SK. Bupati No.
165.KPTS/X/2003, tanggal 20 Mei 2003 serta laporan hasil
inventarisasi aktiva tetap PDAM tanggal 12 April 2004
24
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
Jumlah 108,272,150.00
Pendapatan non air lainnya merupakan pendapatan dari hasil sewa bak, balik nama dan pergantian biaya plat (tanda
langganan air bersih)
25
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
- Pemakaian bahan pelengkap -
- Bahan bakar -
- Biaya Listrik PLN -
- Biaya pemakaian pipa persil -
- Rupa-rupa biaya operasi 1,545,000.00
- Biaya penyusutan transmisi/distribusi 91,731,424.88
- Pemeliharaan bangunan -
- Pemeliharaan reservoir dan tangki -
- Pemeliharaan pipa trans/dist 14,036,100.00
- Pemeliharaan pipa dinas 11,931,650.00
- Pemeliharaan pompa -
- Pemeliharaan water meter 4,690,500.00
- Pemeliharaan hydrant -
- Pemeliharaan trans/dist lainnya 16,232,750.00
Jumlah 282,821,345.88
26
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
27
30. Sejak tahun 1999, perusahaan selalu mengalami kerugian yang jumlahnya semakin
meningkat setiap tahunnya. Akumulasi kerugian sampai dengan tahun 2004 adalah sebesar
Rp18.386.810.936,66 atau 106,24% dari jumlah modal sebesar Rp17.307.359.462,68.
Perusahaan mempunyai kewajiban jangka panjang yang telah jatuh tempo dan hutang
bunga pinjaman atas kewajiban tersebut masing-masing sebesar Rp1.813.680.970,20 dan
Rp3.900.102.557,10. Untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan, manajemen telah
menyusun corporate plan, yang diantaranya adalah melakukan koordinasi dengan
Pemerintah Kabupaten Musi Rawas untuk menyelesaikan kewajiban tersebut. Selain itu,
Pemerintah Kota Lubuklinggau menganggarkan biaya pembangunan instalasi, perluasan
jaringan dan perbaikan pipa dalam APBD Kota Lubuklinggau
27
PDAM TIRTA BUKIT SULAP LUBUKLINGGAU
POSISI PIUTANG USAHA DAN PENYISIHAN
PER 31 DESEMBER 2004
Lampiran 1
UMUR PIUTANG
NO URAIAN SALDO
s.d. 3 bulan 3 s.d. 6 bulan 6 bulan s.d. 1 tahun 1 s.d. 2 tahun > 2 Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8
PIUTANG
I. KANTOR PUSAT 297,170,294 68,016,126 91,218,493 162,457,495 591,617,775 1,210,480,183
II. UNIT IKK 7,313,559 4,622,920 5,449,835 6,176,060 14,400,865 37,963,239
JUMLAH 304,483,853 72,639,046 96,668,328 168,633,555 606,018,640 1,248,443,422
TARIF PENYISIHAN 0% 30% 50% 75% 100%
I. KANTOR PUSAT - 20,404,838 45,609,247 121,843,121 591,617,775 779,474,981
II. UNIT IKK - 1,386,876 2,724,918 4,632,045 14,400,865 23,144,704
JUMLAH 21,791,714 48,334,164 126,475,166 606,018,640 802,619,684
NILAI BUKU - 50,847,332 48,334,164 42,158,389 - 445,823,738
BPK – RI
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
BPK RI
ATAS
LAPORAN HASIL KINERJA
Jl. Demang Lebar Daun No. 2 Palembang-30137 Telepon (0711) 410549, 316513 Fax.(0711) 358948
Kepada Yth.
1. Ketua Badan Pengawas PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
2. Direktur Utama PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
di
LUBUKLINGGAU
BAB I SIMPULAN
PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau adalah Perusahaan baru yang merupakan hasil
dari pemisahan PDAM Tirta Silampari milik Kabupaten Musi Rawas. Pemisahan ini efektif
berlaku mulai 1 Januari 2004. Untuk Tahun Buku 2004, PDAM Tirta Bukit Sulap
Lubuklinggau belum membuat Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Dengan
tidak dibuatnya RKAP dan mengingat PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau adalah
Perusahaan baru yang berarti tidak ada data pembanding dari tahun sebelumnya, maka
tingkat pencapaian perusahaan (posisi keuangan dan hasil usaha/operasi) diukur dengan
menggunakan Sandar Perhitungan Nilai Kinerja PDAM sesuai Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 47 Tahun 1999.
1
B. Tingkat Keberhasilan Perusahaan
Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 tanggal 31 Mei 1999
tentang ” Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum” kinerja PDAM
Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau tahun buku 2004 ditinjau dari aspek Keuangan,
aspek Operasional dan aspek Administrasi diperoleh nilai 39,69 dan termasuk dalam
kategori Kurang dengan rincian sebagai berikut:
C. Perkembangan Usaha
Perkembangan usaha Perusahaan dari awal tahun 2004 sampai dengan tahun akhir
tahun 2004 adalah sebagai berikut:
1. Asset PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau mengalami kenaikan 296,97% dari
Rp1.589.891.737,67 menjadi Rp6.311.532.108,76. Kenaikan tersebut sebagian
besar karena adanya penambahan aktiva tetap berupa Instalasi Pengolahan Air.
2. Total ekuitas akhir tahun 2004 sebesar (Rp1.079.451.473,98) jika dibandingkan
tahun awal tahun 2004 sebesar (Rp5.012.686.033,30), mengalami kenaikan
sebesar 78,46%. Kenaikan tersebut terjadi karena adanya penambahan penyertaan
dari Pemerintah Kota Lubuklinggau berupa hibah dan penyertaan Pemerintah RI.
3. Rasio Likuiditas perusahaan menunjukkan hal yang positif. Hal ini dapat dilihat
dari perhitungan cash ratio, current ratio dan quick ratio, yaitu masing-masing
2,41%, 12,26%, dan 10,31% .
4. Ratio solvabilitas juga menunjukkan hal yang positif, yaitu 484,88%.
5. Ratio rentabilitas yang dihitung dengan ROI, ROA, dan RONW menunjukkan hal
yang negatif yaitu masing-masing sebesar (26.96%), (14,15%), dan (157,67%).
2
D. Pemahaman Atas Satuan Pengawas Intern
Pengkajian terhadap pelaksanaan tugas Satuan Pengawas Intern PDAM Tirta Bukit
Sulap Lubuklinggau menunjukkan bahwa Satuan Pengawasan Intern (SPI) PDAM
Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau belum dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Sehingga posisi Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang sangat penting, belum
diberdayakan sebagaimana mestinya. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya
deskripsi kerja dan program kerja Satuan Pengawasan Intern (SPI) Tirta Bukit Sulap
Lubuklinggau.
DRS. SUTRISNO
NIP.240000922
3
BAB II. URAIAN HASIL EVALUASI
PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau adalah Perusahaan baru yang merupakan hasil
dari pemisahan PDAM Tirta Silampari milik Kabupaten Musi Rawas. Pemisahan ini efektif
berlaku mulai 1 Januari 2004. Untuk Tahun Buku 2004, PDAM Tirta Bukit Sulap
Lubuklinggau belum membuat Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Dengan
tidak dibuatnya RKAP dan mengingat PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau adalah
Perusahaan baru yang berarti tidak ada data pembanding dari tahun sebelumnya, maka
tingkat pencapaian perusahaan (posisi keuangan dan hasil usaha/operasi) diukur dengan
menggunakan Sandar Perhitungan Nilai Kinerja PDAM sesuai Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 47 Tahun 1999.
Sesuai dengan keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 tanggal 31 Mei 1999 tentang ”
Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum” kinerja PDAM Tirta Bukit
Sulap Lubuklinggau tahun 2004 dihitung sebagai berikut:
1. Aspek Keuangan
4
P Penjualan per hari 6.078.003,54 0 -
Q Rekening tertagih 1.997.192.211,00 0 -
R Jumlah Penduduk yang terlayani 38.904 0 -
S Jumlah Penduduk (jiwa) 175.495 0 -
T Produksi Air (m3) 4.804.318 0 -
U Air Terjual (m3) 1.810.710 0 -
V Air yang hilang (m3) 2.911.945 0 -
W Jumlah Karyawan (Orang) 110 0 -
X Jumlah Pelanggan (SR) 6.915 0 -
1) Aspek Keuangan
2004 Kriteria
No Indikator Rumus
Rasio Nilai Rasio Nilai
1 Rasio Laba Terhadap Aktiva Produktif >10% 5
(%) L/C(%) (32,72%) 1 >7%-10% 4
>3%-7% 3
>0%-3% 2
<0% 1
Nilai Bonus Peningkatan Rasio Laba >12% 5
Terhadap Aktiva Produktif (13,4%) 1 >9%-12% 4
>6%-9% 3
>3%-6% 2
<0%-3% 1
2 Rasio Laba Terhadap Penjualan (%) >20% 5
peningkatan Rasio LP terhadap tahun L/J(%) (73,15%) 1 >14%-20% 4
sebelumnya
>8%-14% 3
>0%-8% 2
<0% 1
Nilai Bonus Peningkatan Rasio Laba (0,383) 1 >12% 5
Terhadap Penjualan >9%-12 4
>6%-9% 3
>3%-6% 2
<0%-3% 1
3 Rasio AL Terhadap Utang Lancar (kali) B/E(X) 0,12 1 >1,75-2,00 5
>1,6- 4
1,75atau>2,
00-2,30
>1,25- 3
1,50atau>2,
3-2,70
>1,00- 2
1,25atau>2,
7-3,00
≤1,00atau> 1
3,00
5
4 Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap ≤0,50 5
Ekuitas (kali) F/H(X) -1,21 1 >0,50-0,70 4
>0,70-0,80 3
>0,80-1,00 2
>1,00 1
5 Rasio Aktiva Terhadap Total Hutang D/G(X) 0,85 2 >2,00 5
(kali) >1.70-2,00 4
>1,30-1,70 3
>1,00-1,30 2
≤1,00 1
6 Rasio Beban Operasi Terhadap K/J(X) 1,74 1 ≤0,50 5
Pendapatan Operasi (kali) >0,50-0,65 4
>0,65-0,85 3
>0,85-1,00 2
>1,00 1
7 Rasio Laba Operasi sebelum >2,00 5
penyusutan terhadap angsuran pokok O/N(X) - - >1,7-2,00 4
dan bunga jatuh tempo (kali)
>1,30-1,70 3
>1,00-1,30 2
≤1,00 1
8 Rasio Aktiva Produktif Terhadap <2,00 5
Penjualan (kali) C/I(X) 2,34 4 >2.00-4,00 4
>4,00-6,00 3
>6,00-8,00 2
>8,00 1
9 Jangka Waktu Penagihan (kali) A/P(X) 73,89 4 ≤60 5
>60-90 4
>90-150 3
>150-180 2
>180 1
10 Efektivitas Penagihan Q/I(%) 90,02% 5 >90% 5
>85%-90% 4
>80%-85% 3
>75%-80% 2
≤75% 1
Jumlah Nilai 22
2) Aspek Operasional
Kriteria
No Indikator Keterangan Nilai
Rasio Nilai
1 Cakupan Pelayanan ∑ Jlh Jiwa Terlayani x100% 2 >80% 5
∑ Penduduk
>60%-80% 4
>40%-60% 3
Tahun 2004 = ∑ 38.904 x100% = 22,3% >20%-40% 2
∑ 174.495
≤20% 1
6
2 Kualitas Air Memenuhi syarat air bersih 2 Memenuhi syarat 3
Distribusi air minum
Memenuhi syarat 2
air bersih
Tidak memenuhi 1
syarat
3 Kontinuitas Air Belum seluruh pelanggan dapat aliran 1 Seluruh pelanggan 2
Distribusi air dapat aliran air 24
jam
Belum seluruh 1
pelanggan dapat
aliran air
4 Produktivitas 3 >90% 4
Pemanfaatan Kapasitas Produksi x 100% >80%-90% 3
Instalasi Produksi Kapasitas Terpasang >70%-80% 2
≥70% 1
= 4.804.318,10 x 100%
5.645.376,00
= 85,10%
6 Peneraan meter air ∑Pelanggan yang mtr air di tera x 100% 1 >20%-25% 3
∑Pelanggan >10-20% 2
>0%-10% 1
207 = 2,99%
6915
7 Kecepatan Waktu yang dibutuhkan dari pembayaran 2 ≤6 hr kerja 2
Penyambungan baru s.d. penyambungan diperlukan lebih dari 6 >6 hr kerja 1
hari
8 Kemampuan ∑Pengaduan selesai ditangani x 100% 1 ≥80% 2
penanganan ∑Seluruh Pengaduan <80% 1
pengadaan rata-rata = 6 = 11,54%
per bulan 52
9 Kemudahan Tersedianya service point diluar kantor 2 Tersedia 2
Pelayanan pusat Tidak Tersedia 1
10 Rasio karyawan per ∑Pegawai x 1000 1 ≤6,00 5
1000 pelanggan ∑Pelanggan >6,00-7,00 4
>7,00-9,00 3
= 110 x 1000 >9,00-10,00 2
6915 ≥10,00 1
= 15,91
Jumlah Nilai 16
7
3) Aspek Administrasi
= 22 x 45
60
OPERASIONAL = ∑nilai yang diperoleh x 40 13,61
47
= 16 x 40
47
8
ADMINISTRASI = ∑nilai yang diperoleh x 15 9,58
36
= 23x 15
36
Jumlah Kinerja 39,69
2. Perbandingan Ekuitas
Perbandingan ekuitas antara awal dengan akhir tahun 2004 adalah sebagai
berikut:
9
URAIAN 31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp) Unaudited (Rp)
1. Pemda Mura 0,00 1.834.230.410,48
2. Pemda Kota Lubuklinggau 8.094.016.098,68 0,00
3. Hibah Pemkot Lubuklinggau 2.436.285.077,00 0,00
4. Penyertaan RI 6.777.058.287,00 4.293.339.687,00
5. Laba (Rugi) Tahun Lalu (16.684.756.032,82) (10.425.269.840,55)
6. Laba (Rugi) Tahun Berjalan (1.702.054.900,84) (714.986.290,23)
JUMLAH (1.079.451.473,98) (5.012.686.033,30)
Total Ekuitas pada akhir tahun 2004 sebesar (Rp1.079,45) juta, jika
dibandingkan dengan Total Ekuitas awal tahun 2004 sebesar (5.012,69) juta,
berarti terdapat kenaikan sebesar Rp3.933,23 juta. Hal tersebut disebabkan
antara lain karena dalam tahun 2004, terdapat penyerahan asset PDAM Kota
Lubuklinggau yang sebelumnya dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Mura senilai
Rp8.094,02 juta, hibah Pemerintah Kota Lubuklinggau sebesar Rp2.483,72 juta
dan tambahan penyertaan pemerintah RI sebesar Rp2.483,72 juta (Rp6.777,058
juta – Rp4.293,34 juta).
3. Rasio Keuangan
Rasio keuangan perusahaan Tahun 2004 adalah sebagai berikut:
No Uraian Formula Perhitungan Nilai
A LIKUIDITAS
1 Cash Ratio Kas + Bank 147.134.434
6.089.323.434,30 2,41%
Hutang Lancar
B SOLVABILITAS
C RENTABILITAS
Laba setelah Pajak (1.702.054.900,84) -26,96%
1 Rate of Return on Investment (ROI) Total Aktiva 6.311.532.108,76
3 Rate of Return on Net Worth (RONW) Laba bersih setelah pajak (1.702.054.900,84) 157,67%
(1.079.451.473,98)
Jumlah modal sendiri
10
4. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats)
digunakan sebagai kerangka untuk membantu perusahaan dalam
mengembangkan perusahaan secara keseluruhan, atau sebagai dasar untuk
penentuan strategi-strategi atas produk/jasanya. Strenghts dan Weaknesses
merupakan kondisi-kondisi internal yang dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Sedangkan Opportunities dan Threats merupakan kondisi-kondisi eksternal
yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Kekuatan
Terdapat beberapa kekuatan yang dimiliki oleh PDAM Tirta Bukit Sulap:
- PDAM memiliki sumber daya air yang memadai, baik dari dalam Kota
Lubuklinggau maupun dari Kabupaten disekitar Kota Lubuklinggau.
- PDAM Tirta Bukit Sulap merupakan perusahaan daerah Kota
Lubuklinggau yang membawa nama daerah, serta dibentuk
berdasarkan PERDA.
Kelemahan
- Bidang Pemasaran/Pelayanan
o Cakupan pelayanan kurang memadai, yaitu 38.904 jiwa dari jumlah
penduduk Kota Lubuklinggau sebanyak 174.495 atau 22,30%.
o Kontinuitas pemasokan air belum mencapai 24 jam per hari.
11
- Bidang Produksi dan Distribusi
o Tingkat kehilangan air dalam proses distribusi yang tinggi, mencapai
59,97%.
- Manajemen
o Kurangnya kerjasama antara manajemen, hal ini terlihat dengan
banyaknya masalah-masalah yang terdapat dalam PDAM yang
belum jelas mengenai arah penyelesaiannya, seperti masalah
kebocoran air, penggunaan air secara illegal, masalah keuangan.
12
- Bidang Keuangan
o Kurang baiknya struktur keuangan perusahaan diperlihatkan dari
rasio-rasio keuangan perusahaan yang kurang baik.
Dari data tersebut diatas disimpulkan bahwa kondisi internal PDAM Bukit
Sulap Kota Lubuklinggau termasuk dalam kategori Kurang.
b. Kondisi Ekternal
Kondisi eksternal merupakan kondisi yang terjadi diluar kemampuan
PDAM Kota Lubuklinggau. Pengaruh eksternal berhubungan dengan
perkembangan PDAM, Visi, Misi dan Strategi yang ditetapkan untuk
mencapai tujuan, yaitu:
Visi : Terdepan dalam mutu, utama dalam pelayanan
Misi : - Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk
- Meningkatkan peran serta dalam pembangunan.
Strategi : Meningkatkan dan memberdayakan Sumber Daya Manusia
Meningkatkan kuantitas, kualitas, produktifitas serta pelayanan.
Peluang
- Pangsa pasar yang masih besar, cakupan pelanggan PDAM Tirta Bukit
Sulap masih 22,3%.
- Berkembangnya kawasan pemukiman di Kota Lubuklinggau, sehingga
meningkatkan kebutuhan akan Sambungan Air baru.
- Semakin meningkatnya pertumbuhan sarana dan prasarana di Kota
Lubuklinggau.
- Masih banyak masyarakat menggunakan DAS untuk kebutuhan Air
Minum.
13
Ancaman
- Harga BBM yang sangat tinggi, sehingga mengakibatkan perusahaan
harus mengeluarkan biaya produksi dalam bentuk BBM dalam nilai
yang lebih besar.
- Semakin tingginya inflasi, khususnya akibat kenaikan BBM yang
mengakibatkan semakin menurunnya daya beli masyarakat.
- Munculnya pesaing-pesaing, khususnya teknologi Air Siap Minum
(AMDK).
E. Aspek Strategis
1. Memberdayakan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
Dalam rangka meningkatkan Sumber Daya Manusia PDAM Tirta Bukit Sulap
Kota Lubuklinggau melakukan pembuatan sistem jenjang karir, rencana umum
diklat intern untuk pegawai, kerjasama pelatihan teknik dan administrasi
14
PERPAMSI, penyesuaian dan penyempurnaan sistem penggajian, dan
penyusunan program mutasi jabatan.
2. Meningkatkan Kualitas, Kuantitas, Produktivitas Pelayanan
Sebagai penyedia air bersih di Kota Lubuklinggau, dalam meningkatkan
pelayanannya baik dari segi kualitas, kuantitas, dan produktifitas. PDAM Tirta
Bukit Sulap berencana melakukan beberapa hal antara lain:
a. Melakukan Survei Kepuasan Pelanggan/Konsumen.
b. Melakukan penyempurnaan modul-modul pemasaran dan pelayanan.
c. Melakukan studi terhadap pemekaran cabang.
d. Melakukan studi potensial pasar untuk produk AMDK.
e. Giralisasi pembayaran rekening air.
f. Pelaksanaan modul-modul pemasaran.
15
BPK – RI
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
BPK RI
ATAS
KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
DAN
PENGENDALIAN INTERN
Nomor : 255.b/S/XIV.2/10/2005
255.c/S/XIV.2/10/2005
Tanggal : 18 Oktober 2005
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Perwakilan II di Palembang
Jalan Demang Lebar Daun No. 2 Palembang 30137
Telp. (0711) 410549
Fax. (0711) 358948
DAFTAR ISI
B. Lampiran A
1. Pembayaran Tunggakan Hutang Berikut Bunga dan Denda Sebesar 3
Rp6.923.000.425,86 Kepada Departemen Keuangan RI Berlarut-Larut Tidak
Terselesaikan
B. Lampiran B
1. Terdapat Rekening Piutang Yang Tidak Jelas Keberadaannya Sebesar
Rp91.199.670,00 23
2. Pengelolaan Tunggakan Pelanggan Tidak Efektif Dan Denda Atas Keterlambatan
Pembayaran Rekening Air Tidak Dipungut Minimal Sebesar Rp34.786.500,00 26
3. Pengelompokan aktiva tetap berdasarkan umur ekonomis belum dibuat 32
ketetapannya.
4 Pengelolaan Dana Pensiun Karyawan PDAM Tidak Terjamin Dan Menunggak 36
Sebesar Rp259.675.860,00
5 Pembayaran Insentif Penagihan Langganan Melebihi Ketentuan Sebesar 39
Rp7.973.435,26
6. Pemutusan Sambungan Air Atas Pelanggan Yang Menunggak Belum 42
Dilaksanakan Sesuai Ketentuan
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
PERWAKILAN II DI PALEMBANG
Jalan Demang Lebar Daun No. 2 Palembang 30137 Telp. (0711)410549, Faks: (0711)358948
Kepada Yth.
1. Direktur Utama PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
2. Ketua Badan Pengawas PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
di
LUBUKLINGGAU
Kami telah mengaudit neraca PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau tanggal 31 Desember 2004,
serta laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir
pada tanggal tersebut, dan telah menerbitkan kami tertanggal 18 Oktober 2005.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dan Standar Audit Pemerintahan yang diterbitkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Kepatuhan perusahaan terhadap hukum, peraturan, kontrak, dan bantuan yang berlaku bagi PDAM
Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau merupakan tanggung jawab manajemen. Sebagai bagian dari
pemerolehan keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material,
kami melakukan pengujian terhadap kepatuhan PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau terhadap
pasal-pasal tertentu hukum, peraturan, kontrak, dan persyaratan bantuan. Namun, tujuan audit kami
atas laporan keuangan adalah tidak untuk menyatakan pendapat atas keseluruhan kepatuhan terhadap
pasal-pasal tersebut. Oleh karena itu, kami tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.
Hasil pengujian kami menunjukkan bahwa, berkaitan dengan unsur yang kami uji, PDAM Tirta
Bukit Sulap Lubuklinggau mematuhi, dalam semua hal yang material, pasal-pasal yang kami sebut
dalam paragraf di atas. Berkaitan dengan unsur yang tidak kami uji, tidak ada satu pun yang kami
ketahui yang menyebabkan kami percaya bahwa PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau tidak
mematuhi, dalam semua hal yang material, pasal-pasal tersebut.
Kami juga mencatat masalah-masalah tertentu berkaitan dengan kepatuhan PDAM Tirta Bukit Sulap
Lubuklinggau terhadap pasal-pasal tertentu hukum, peraturan, kontrak, dan persyaratan bantuan
disertai saran perbaikannya yang kami kemukakan pada lampiran A.
1
Laporan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagi Badan Pengawas, manajemen dan
Pemerintah Kota Lubuklinggau. Namun apabila laporan ini merupakan catatan publik distribusinya
tidak dibatasi.
18 Oktober 2005
2
LAMPIRAN A
Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang No. 7 tahun 2001 tentang Pembentukan
Kota Lubuk Linggau yang terpisah dari Kabupaten Musi Rawas, pada tanggal 23 Mei 2003
Bupati Musi Rawas mengeluarkan SK No. 165/KPTS/X/2003 tentang Penghapusan Barang
Yang Diserahkan Kepada Pemerintah Kota Lubuk Linggau yaitu bahwa yang dihapus dan
diserahkan antara lain adalah PDAM Kabupaten Musi Rawas (PDAM Tirta Silampari).
Penyerahan secara resmi dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2003 sesuai dengan Berita
Acara Penyerahan yang ditandatangani antara lain oleh Wakil Bupati Musi Rawas yang
mewakili Pemerintah Kabupaten Musi Rawas dan Walikota Lubuk Linggau yang mewakili
Pemerintah Kota Lubuk Linggau.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa sebelum terjadinya penyerahan
tersebut, PDAM Tirta Silampari masih mempunyai hutang kepada Departemen Keuangan RI
dengan hutang pokok awal per 27 September 1993 sebesar Rp2.052.587.700,00 ditambah
hutang bunga dan denda sampai dengan tanggal 31 Desember 2003 sebesar
Rp4.061.574.244,85 sehingga total hutang (pokok dan bunga) per 31 Desember 2003 telah
membengkak menjadi sebesar Rp6.114.161.944,85. Saldo hutang tersebut bahkan bertambah
lagi di tahun 2004 karena ketidakmampuan PDAM membayar biaya administrasi (bunga)
dan denda yang timbul di tahun 2004 sebesar Rp808.838.481,01 sehingga jumlah total yang
terhutang adalah sebesar Rp6.923.000.425,86 (Rp6.114.161.944,85 + Rp808.838.481,01).
Dengan demikian jumlah hutang telah bertambah sebesar Rp4.870.412.725,86
(Rp6.923.000.425,86 - Rp2.052.587.700,00) yang diakibatkan oleh ketidakmampuan PDAM
membayar biaya administrasi (bunga) dan denda keterlambatan pembayaran cicilan dan
bunga.
Hutang tersebut berasal dari dua (2) perjanjian pinjaman jangka panjang dalam
rangka peningkatan fasilitas produksi PDAM Tirta Silampari dengan jumlah yang terhutang
per 31 Desember 2003 (yaitu saat penyerahan PDAM Tirta Silampari dari Kabupaten Musi
3
Rawas ke Kota Lubuk Linggau berlaku efektif) sebesar Rp6.114.161.944,85 (hutang sebesar
Rp5.973.735.937,58 berasal dari Perjanjian Pinjaman Nomor RDA-100/DP3/1992 + hutang
sebesar Rp140.426.007,27 berasal dari Perjanjian Pinjaman Nomor RDA-244/DP3/1996)
dengan rincian perhitungan sebagai berikut:
a. Perjanjian Pinjaman Nomor RDA-100/DP3/1992 tgl 18 Desember 1992 dengan plafond
sebesar Rp2.064.000.000,00, jangka waktu selama 18 tahun, dengan realisasi penarikan
sebesar Rp2.052.587.700,00. Pinjaman tersebut dimaksudkan untuk membiayai proyek
rehabilitasi dan pengembangan sistem penyediaan air bersih di Kota Lubuk Linggau.
Proyek dimaksud telah direalisasikan dengan melaksanakan pembangunan Instalasi
Pengolahan Air (IPA) beserta pemasangan pipa dan kelengkapan lainnya pada tahun
2003.
Dari jumlah yang ditarik tersebut, PDAM Tirta Silampari baru satu kali melakukan
pembayaran yaitu sebesar Rp500.000.000,00 pada tanggal 18 Desember 2000 yang
dipergunakan untuk membayar Cicilan Hutang Pokok sebesar Rp120.912.064,75, Hutang
Biaya Administrasi Rp346.594.433,60 dan Hutang Denda Biaya Administrasi
Rp12.539.652,31 dan Denda Angsuran Hutang Pokok sebesar Rp19.953.849,35. Dengan
demikian sampai dengan tanggal 31 Desember 2003 saldo Hutang Pokok dan Hutang
Bunga (Biaya Administrasi dan Biaya Denda) adalah sebesar Rp5.973.735.937,58
dengan rincian sebagai berikut:
Saldo Hutang Atas Pinjaman Nomor RDA-100/DP3/1992 per 31/12/ 2003
- Hutang Pokok Awal Rp 2.052.587.700,00
- Bunga Tak Terbayar Dikapitalisasi 1.091.125.983,39
- Pembayaran Cicilan Hutang Pokok (120.912.064,75)
I Jumlah Hutang Pokok 3.022.801.618,64
- Biaya Administrasi (Bunga) Terhutang 1.823.958.496,68
- Denda Biaya Administrasi Terhutang 904.601.741,84
- Denda Angsuran Hutang Pokok Terhutang 222.374.080,42
II Jumlah Bunga dan Denda Terhutang 2.950.934.318,94
Jumlah Total Terhutang (I + II) 5.973.735.937,58
4
direncanakan untuk membiayai pembangunan IPA Tahap ke II dalam rangka
meningkatkan pelayanan air bersih di Kota Lubuk Linggau. Tidak ada realisasi
(penarikan) atas pinjaman ini karena pihak Departemen Keuangan Republik Indonesia
menolak pencairan pinjaman tersebut mengingat PDAM Tirta Silampari belum melunasi
pinjaman I sesuai dengan kesepakatan. Atas perjanjian pinjaman ini, PDAM Tirta
Silampari mempunyai saldo Biaya Komitmen Terhutang dan Denda Biaya Komitmen
Terhutang sebesar Rp140.426.007,27 dengan rincian sebagai berikut:
Saldo Hutang Atas Pinjaman Nomor RDA-244/DP3/1996 per 31/12/ 2003
- Biaya Komitmen Terhutang Rp 77.433.333,33
- Denda Biaya Komitmen Terhutang 69.313.090,61
- Pembayaran Biaya Komitmen dan Denda Biaya Komitmen Terhutang (6.320.416,67)
Jumlah Hutang 140.426.007,27
Selama tahun 2004 biaya administrasi (bunga), denda atas biaya administrasi
terhutang, denda atas angsuran hutang pokok terhutang dan denda atas biaya komitmen
terhutang yang timbul atas pinjaman-pinjaman tersebut di atas adalah sebesar
Rp808.838.481,01 dengan rincian sebagai berikut:
I Pinjaman Nomor RDA-100/DP3/1992
- Biaya Administrasi Rp 353.415.889,25
- Denda Biaya Administrasi 349.953.181,83
- Denda Angsuran Hutang Pokok 92.455.746,18
Jumlah Biaya dan Denda (I) 795.824.817,26
II Pinjaman Nomor RDA-244/DP3/1996
- Denda Biaya Komitmen 13.013.663,75
Jumlah Denda (II) 13.013.663,75
Jumlah Total (I + II) 808.838.481,01
5
Hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Perjanjian Pinjaman Nomor RDA-100/DP3/1992 dan RDA-244/DP3/1996 yang
mengharuskan pembayaran hutang pokok, biaya bunga, biaya komitmen dan denda atas
keterlambatan pembayaran dilakukan setiap enam bulan sekali.
b. Perjanjian pinjaman Nomor RDA-100/DP3/1992 pasal 9 yang menyatakan bahwa dalam
hal pihak kedua (PDAM) melakukan tunggakan pembayaran kembali pokok pinjaman,
biaya administrasi dan biaya komitmen, untuk periode 6 (enam) bulan setelah terjadinya
pelanggaran tersebut, Pihak Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Musi Rawas
mengambil alih tanggungjawab pembayaran-pembayaran yang tertunggak tersebut
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tingkat II Musi Rawas.
6
Pemerintah Kota Lubuklinggau dan Departemen Keuangan untuk restrukturisasi
penyelesaian hutang dimaksud.
7
2. Tingkat Kehilangan Air dalam Proses Distribusi Melebihi Batas Toleransi sebesar
Rp1.810.152.252,35 dan Perhitungan Pemakaian Air Tidak Akurat sebanyak 1.072
Pelanggan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan unit usaha yang memberikan
jasa dan menyelenggarakan kemanfaatan umum dengan mengolah air baku untuk
menyediakan air bersih sesuai standar kesehatan yang berlaku.
Berdasarkan Laporan Kondisi Aktual PDAM Kota Lubuklinggau tahun 2004
diketahui:
No Uraian Jumlah
1 Air yang diproduksi (m3) 4,808,318.10
2 Air yang didistribusikan (m3) 4,723,265.80
3 Air yang hilang dalam proses produksi (m3) 85,052.30
4 Air yang dipertanggungjawabkan (m3)* 1,890,579.00
5 Air yang hilang dalam proses distribusi (m3) 2,832,686.80
6 Rata-rata harga jual air per m3 (Rp) 958.75
*)Terdiri dari pemakaian air dalam Daftar Rincian yang Ditagih dan Mobil Tanki
Dari data di atas dapat diperoleh tingkat kebocoran air sebagai berikut :
a) Kehilangan Air dalam Proses Produksi
4.808.318,10 - 4.723.265,80 x 100% = 1,77%
4.808.318,10
b) Kehilangan Air dalam proses Distribusi
4.723.265,80 - 1.890.579,00 x 100% = 59,97%
4.723.265,80
Data diatas menunjukkan bahwa tingkat kehilangan air dalam proses produksi masih
dibawah batas toleransi 5%. Sedangkan tingkat kehilangan air dalam proses distribusi telah
melebihi batas toleransi yang ditetapkan sebesar 20%.
Jika air yang hilang dinilai berdasarkan rata-rata harga jual per m3 maka PDAM
kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan akibat kehilangan air tersebut adalah
sebagai berikut :
8
Air bocor dalam proses distribusi 2,832,686.80
Toleransi 20% x 4.723.265,80 m3 944,653.16
Jumlah kebocoran air diluar toleransi 1,888,033.64
Jumlah kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan selama tahun 2004 adalah sebagai
berikut:
1.888.033,64 m3 x Rp958,75 Rp 1,810,152,252.35
Tingkat kebocoran air dalam proses distribusi dihitung berdasarkan jumlah air (m3)
yang didistribusikan dibandingkan dengan jumlah pemakaian air (m3) oleh pelanggan sesuai
dengan Daftar Rincian yang Ditagih (DRD). Pemeriksaan lebih lanjut atas DRD per 31
Desember 2004 diketahui sebanyak 1.114 rekening pemakaian air (m3) selama bulan
Nopember 2004 dihitung dengan posisi awal water meter adalah nol. Kondisi demikian
dimungkinkan apabila water meter dalam kondisi baru dengan adanya pemasangan baru,
penyambungan kembali ataupun pergantian water meter pelanggan pada bulan Nopember
tersebut.
Menurut keterangan dari petugas pencetak rekening diketahui bahwa data pemakaian
air pelanggan diperoleh dari Kartu Perhitungan Rekening (KPR) yang dibuat oleh petugas
pembaca water meter. Pemeriksaan atas Daftar Stand Meter Langganan (DSML) yang dibuat
pembaca water meter diperoleh data yang menunjukkan bahwa beberapa water meter tidak
berfungsi sehingga pembaca meter menghitung pemakaian air secara taksiran.
Berdasarkan Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang-barang yang Diminta dan
Daftar Mutasi Jumlah Sambungan Pelanggan dari Bagian Umum dan Langganan
menunjukkan pengeluaran water meter dan jumlah sambungan baru selama Nopember 2004
adalah sebanyak 42 buah dengan rincian 21 sambungan baru, 1 penyambungan kembali dan
20 pergantian water meter. Selanjutnya berdasarkan data kondisi water meter dari Bagian
Umum dan Langganan diketahui jumlah water meter rusak per 31 Desember 2004 adalah
sebanyak 476 buah.
Dengan demikian perhitungan pemakaian air tidak dihitung berdasarkan prosedur
semestinya sebanyak 1.072 rekening dengan rincian sebagai berikut:
(dalam jlh. rekening)
STAND WATER METER BARU PERHITUNGAN TIDAK SESUAI PROSEDUR
AWAL WM 0 SAMB. BARU SAMB. KEMBALI PERGANTIAN TOTAL WM RUSAK TIDAK DIBACA TOTAL
1114 21 1 20 42 476 596 1072
Ket.: WM = Water Meter
9
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dari pemakaian air 6.915 pelanggan,
sebanyak 1.072 atau 15,50% dihitung berdasarkan taksiran yang tingkat keakuratannya tidak
bisa diandalkan.
10
BPK RI merekomendasikan agar Walikota Lubuklinggau:
a. Menegur dan memperingatkan secara tertulis kepada Badan Pengawas dan Direksi untuk
bekerja secara profesional dan cermat sesuai dengan prinsip-prinsip perusahaan yang
baik serta lebih meningkatkan pengurusan dan pengendalian dalam proses distribusi air
bersih serta mengambil langkah-langkah antara lain mengganti Badan Pengawas dan
Direksi dengan tenaga (SDM) yang lebih profesional, jika tingkat kebocoran terus
meningkat secara signifikan.
b. Memerintahkan secara tertulis Direksi PDAM supaya menegur Kepala Bagian Transmisi
dan Distribusi agar bekerja lebih cermat dalam meminimalisasi kebocoran air.
c. Memerintahkan secara tertulis Direksi PDAM supaya menegur petugas pembaca meter
yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik dan memutasikan pegawai tersebut ke
tempat lain, jika kesalahan masih terjadi.
11
3. Saldo Piutang yang Berumur Lebih Dua Tahun sebesar Rp606.018.640,00 Belum
Dihapusbukukan
Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa piutang yang berumur diatas 2 tahun
dan harus dihapusbukukan adalah sebesar Rp606.018.640,00. Atas piutang yang harus
dihapusbukukan tersebut, Direksi PDAM telah mengusulkan penghapusan piutang kepada
Badan Pengawas sesuai surat Direksi pada tanggal 14 Mei 2005.
Sesuai Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah No.8 Tahun 2000, tanggal 10
Agustus 2000 tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),
mengenai Bagian I Kebijakan Akuntansi Poin 4 tentang Penilaian Piutang seharusnya
Piutang yang berumur diatas 2(dua) tahun diklasifikasikan sebagai piutang tak tertagih dan
sudah dapat diusulkan kepada Badan Pengawas untuk dihapus serta dikeluarkan.
12
Kondisi tersebut disebabkan Direksi PDAM tidak mengusulkan penghapusan piutang
kepada Badan Pengawas sebagaimana diatur dalam SK Menteri Otonomi Daerah No 8
Tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi PDAM.
13
4. Aktiva Tetap Tanah dan Kendaraan Senilai Rp469.622.000,00 Belum Didukung Bukti
Sertifikat Kepemilikan
Dalam Neraca PDAM Kota Lubuklinggau per 31 Desember 2004 tercantum Aktiva
Tetap Tanah dan Kendaraan masing-masing senilai Rp44.471.050,00 dan Rp652.807.650,00.
Berdasarkan pemeriksaan atas bukti-bukti kepemilikan aktiva tetap diketahui bahwa
dari total Aktiva Tetap Tanah dan Kendaraan tersebut terdapat Aktiva Tetap Tanah senilai
Rp6.912.000,00 atau 15,54% dan Kendaraan senilai Rp462.710.000,00 atau 70,89% yang
belum didukung dengan bukti kepemilikan berupa sertifikat hak milik dengan rincian sebagai
berikut:
a. Aktiva Tetap Tanah
No Nama Gedung Perolehan Luas (m2) Nilai (Rp)
1 Tanah BPTC Desa Air Apor 1980 78m2 406.750,00
2 Tanah Spring I dan II 1980 28.728m2 930.000,00
3 Tanah Blow Desa Watas 1982 957m2 1.630.500,00
4 Tanah CO2 Taba Padang 1981 673m2 2.444.750,00
5 Tanah BPTB Taba Padang 1988 25m2 100.000,00
6 Tanah Desa Apur 1985 274m2 1.080.000,00
7 Tanah Desa Apur 1986 320m2 320.000,00
Total 6.912.000,00
14
11 Motor Honda Win, 2 unit 2004 25.500.000,00
12 Motor BG4019 2004 7.800.000,00
Total 462.710.000,00
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 153
Tahun 2004 tanggal 6 Mei 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah yang
Dipisahkan Pasal 33 Ayat (1) yang menyatakan bahwa pengamanan barang daerah dalam
pemanfaatannya terhindar dari penyerobotan, pengambilalihan atau klaim dari pihak lain
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. administratif yaitu meliputi dokumen kepemilikan,
b. pemagaran dan pemasangan tanda kepemilikan barang,
c. tindakan hukum.
Keadaan ini mengakibatkan kepemilikan atas tanah dan kendaraan yang tidak
bersertifikat sebesar Rp469.622.000,00 tidak terjamin dan mengundang klaim dari pihak-
pihak yang tidak bertanggungjawab.
15
5. PPh Pasal 21 atas Gaji Dan Penghasilan Lain Karyawan PDAM Tidak Dipungut
sebesar Rp8.561.211,00
16
b. Keputusan Presiden RI No. 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan APBN, Pasal 14 butir
(2) yang menyatakan bahwa setiap Instansi Pemerintah, BUMN/BUMD, bendaharawan
dan badan-badan lain yang melakukan pembayaran atas beban APBN/APBD/Anggaran
BUMN/BUMD ditetapkan sebagai wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh), dan pajak
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 486/KMK.03/2003 Tentang PPh
Yang Ditanggung Oleh Pemerintah Dari Pekerjaan pasal 1 ayat (2) yang menyatakan
bahwa PPh yang terutang atas gaji, upah, serta imbalan lainnya dari pekerjaan yang
diterima oleh Pekerja sampai dengan Rp1.000.000,00 sebulan ditanggung oleh
Pemerintah.
Hal tersebut mengakibatkan penerimaan negara atas pungutan PPh Pasal 21 kurang
diterima sebesar Rp8.561.211,00.
Hal tersebut terjadi karena Bagian Keuangan PDAM Kota Lubuklinggau lalai tidak
melaksanakan pemungutan dan penyetoran PPh Pasal 21 sesuai ketentuan yang berlaku.
17
6. Struktur dan Bentuk Organisasi PDAM Tidak Sesuai Ketentuan dan Menimbulkan
Inefisiensi Sebesar Rp524.365.297,55
PDAM merupakan unsur pelaksana tugas pemerintah daerah di bidang pelayanan air
bersih dan selain sebagai perusahaan yang memiliki misi menyediakan pelayanan air minum
kepada masyarakat juga sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk itu
harus dikelola secara baik atas dasar prinsip-prinsip ekonomi perusahaan.
PDAM Kota Lubuklinggau dibentuk dengan Peraturan Daerah Kota Lubuklinggau
No.:05 tahun 2004, tanggal 17 Juni 2004, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Peraturan daerah (perda) dimaksud mengatur
kedudukan, tugas pokok dan fungsi serta struktur organisasi PDAM.
PDAM dibentuk dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan pelayanan air bersih
kepada masyarakat Kota Lubuklinggau. Berdasarkan Laporan Kondisi Aktual PDAM Kota
Lubuklinggau Tahun 2004 diketahui bahwa sampai dengan bulan Desember 2004, jumlah
pelanggan PDAM adalah berjumlah 6.915.
Berdasarkan penggolongan PDAM sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
Otonomi Daerah No.: 8 Tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi PDAM, PDAM Kota
Lubuklinggau digolongkan Tipe A dengan kategori jumlah pelanggan sampai dengan 10.000
sambungan pelanggan.
Pengelolaan PDAM berupa kegiatan pengawasan dan manajemen dilakukan oleh
pengurus yang terdiri dari Direksi dan badan Pengawas. Berdasarkan pasal 3 ayat (2) perda
diatas menyebutkan PDAM dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dibantu dua orang
Direktur yaitu Direktur Umum dan Direktur Teknik.
Direktur Umum membawahi dua bagian yang masing-masing bagian tersebut
membawahi tiga dan dua sub bagian. Sedangkan Direktur Teknik membawahi dua bagian
dan masing-masing bagian membawahi tiga sub bagian.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah No.: 8 Tahun 2000
menyebutkan antara lain penetapan bentuk organisasi PDAM dengan golongan Tipe A terdiri
dari satu Direktur dan dua Kepala Bagian (Bagian Administrasi dan Keuangan dan Bagian
Teknik) serta masing-masing dapat memiliki maksimal lima Sub Bagian.
18
Berdasarkan Daftar Pegawai dan Laporan Kondisi Aktual PDAM tahun 2004
diketahui jumlah pegawai adalah 110 dengan rincian sebagai berikut:
URAIAN JUMLAH
Bagian Umum 14
Bagian Keuangan 23
Bagian Hubungan Langganan 14
Bagian Transmisi / Distribusi 8
Bagian Perlengkapan 4
Bagian Perencanaan 7
Bagian Produksi 22
Bagian Penagihan 7
UPK 11
TOTAL 110
Apabila dihitung rasio karyawan per 1000 pelanggan, maka diperoleh rasio 15,91, dengan
perhitungan sebagai berikut:
19
BENTUK ORG. DAN BENTUK ORG. DAN BEBAN GAJI & TUNJANGAN
BIAYA YANG DAPAT DIHEMAT
KARYAWAN KARYAWAN YANG IDEAL PER ORANG
JLH. DIREKSI JLH. KARY. JLH. DIREKSI JLH. KARY. DIREKSI KARY. DIREKSI KARY.
3 110 1 55 23,060,683.00 8,695,344.21 46,121,366.00 478,243,931.55
Hal tersebut mengakibatkan pemborosan keuangan perusahaan yang tidak tepat guna
sebesar Rp524.365.297,55.
Hal tersebut terjadi karena Pemerintah Kota Lubuklinggau sebagai pemilik PDAM
tidak memahami ketentuan dimaksud.
20
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
PERWAKILAN II DI PALEMBANG
Jalan Demang Lebar Daun No. 2 Palembang 30137 Telp. (0711)410549, Faks: (0711)358948
Nomor : 255.c/S//XIV.2/10/2005
Kepada Yth.
1. Direktur Utama PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
2. Ketua Badan Pengawas PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
di
LUBUKLINGGAU
Kami telah mengaudit laporan keuangan PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau tanggal 31
Desember 2004, dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, dan telah menerbitkan laporan
kami tertanggal 18 Oktober 2005.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dan Standar Audit Pemerintahan yang diterbitkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Standar tersebut mengharuskan kami untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Dalam perencanaan dan pelaksanaan audit kami atas laporan keuangan PDAM Tirta Bukit Sulap
Lubuklinggau untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2004, kami mempertimbangkan
pengendalian intern entitas tersebut untuk menentukan prosedur audit yang kami laksanakan untuk
menyatakan pendapat kami atas laporan keuangan dan tidak dimaksudkan untuk memberikan
keyakinan atas pengendalian intern tersebut.
Manajemen PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau bertanggung jawab untuk menyusun dan
memelihara suatu pengendalian intern. Dalam memenuhi tanggung jawabnya tersebut, diperlukan
estimasi dan pertimbangan dari pihak manajemen tentang taksiran manfaat dan biaya yang berkaitan
dengan pengendalian intern. Tujuan suatu pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan
memadai, bukan keyakinan absolut, kepada manajemen bahwa aktiva terjamin keamanannya dari
kerugian sebagai akibat pemakaian atau pengeluaran yang tidak diotorisasi dan bahwa transaksi
dilaksanakan dengan otorisasi manajemen dan dicatat semestinya untuk memungkinkan penyusunan
laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Karena adanya
keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern, kekeliruan atau ketidakberesan dapat saja
terjadi dan tidak terdeteksi. Begitu juga, proyeksi setiap evaluasi atas pengendalian intern ke periode
yang akan datang mengandung risiko bahwa suatu prosedur menjadi tidak memadai lagi karena
perubahan kondisi yang terjadi atau efektifitas desain dan operasi pengendalian intern tersebut telah
berkurang.
21
Untuk tujuan laporan ini, kami menggolongkan pengendalian intern signifikan ke dalam kelompok
berikut ini:
a. Direktorat Teknik
b. Bagian Umum/Personalia
c. Bagian Pelayanan Pelanggan
d. Bagian Administrasi Keuangan
Untuk semua golongan pengendalian intern tersebut di atas, kami memperoleh pemahaman tentang
desain pengendalian intern yang relevan dan apakah pengendalian intern tersebut dioperasikan, serta
kami menentukan risiko pengendalian.
Pertimbangan kami atas pengendalian intern tidak perlu mengungkapkan semua masalah dalam
pengendalian intern yang mungkin merupakan kondisi yang dapat dilaporkan, oleh karena itu, tidak
perlu mengungkapkan semua kondisi yang dapat dilaporkan yang mungkin juga dianggap sebagai
kelemahan material sebagaimana didefinisikan diatas. Namun, kami yakin bahwa tidak ada satupun
kondisi yang dapat dilaporkan di atas merupakan kelemahan material.
Kami juga menemukan masalah-masalah tertentu tentang pengendalian intern dan operasinya disertai
saran perbaikannya yang telah kami kemukakan dalam lampiran B.
Laporan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagi badan pengawas, manajemen dan
Pemerintah Kota Lubuklinggau. Namun apabila laporan ini merupakan catatan publik distribusinya
tidak dibatasi.
18 Oktober 2005
22
LAMPIRAN B
Berdasarkan hasil pemeriksaan lebih lanjut atas Berita Acara Perubahan Rekening
Air diketahui pengurangan nilai tunggakan atas rekening yang harus ditagih kepada
pelanggan sebesar Rp12.275.973,00 karena adanya klaim pelanggan atas ketidaksesuaian
jumlah air yang dipakai dengan rekening yang harus dibayar dan dispensasi tunggakan.
Dengan demikian piutang yang menjadi hak perusahaan adalah sebesar Rp1.339.643.092,00
dengan rincian sebagai berikut:
23
URAIAN DES'04
Penjualan Air 2.158.638.664,00
Piutang Des'03 (setelah pisah dg mura) 1.190.472.612,00
Saldo Piutang 3.349.111.276,00
Kas Diterima Dr Penjualan Air 1.997.192.211,00
Saldo Piutang Akhir 1.351.919.065,00
(Berdasarkan Neraca)
Dispensasi pembayaran tunggakan 12.275.973,00
piutang
Saldo piutang setelah dispensasi 1.339.643.092,00
piutang
Kondisi tersebut diatas menunjukkan bahwa masih terdapat selisih piutang antara
Laporan Keuangan dan Hasil Opname Rekening Air per 31 Desember 2004 sebesar
Rp91.199.670,00 (Rp1.339.643.092,00 – 1.248.443.422,00) yang tidak jelas keberadaannya.
Hal tersebut mengakibatkan saldo Piutang yang tercantum dalam Laporan Keuangan
tidak mencerminkan angka yang semestinya.
24
b. Direktur Umum sebagai pimpinan tertinggi dalam kegiatan administrasi dan keuangan,
kurang melakukan pengendalian atas kegiatan pembacaan water meter, pemasukan data
tagihan, penghapusan tunggakan piutang.
PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau menjelaskan bahwa piutang yang terjadi di
tahun-tahun sebelum pemisahan dari Kabupaten Musi Rawas akan diupayakan untuk
menelusuri kembali. Apabila tidak diketemukan maka diusulkan penghapusan piutang
kepada Badan Pengawas.
25
2. Pengelolaan Tunggakan Pelanggan Tidak Efektif dan Denda Atas Keterlambatan
Pembayaran Rekening Air Tidak Dipungut Minimal Sebesar Rp34.786.500,00
PDAM Kota Lubuklinggau merupakan badan usaha milik pemerintah daerah yang
berfungsi melayani kebutuhan hajat hidup orang banyak dan sekaligus menggali dana
masyarakat melalui perolehan keuntungan usahanya dengan memberikan pemenuhan
kebutuhan pelayanan air bersih.
Berdasarkan Laporan Kondisi Aktual PDAM Kota Lubuklinggau Tahun 2004 yang
dibuat oleh Bagian Perencanaan diketahui sampai dengan bulan Desember 2004, jumlah
pelanggan PDAM adalah berjumlah 6.915, tersebar di Kota Lubuklinggau.
Kondisi keuangan PDAM sampai dengan 31 Desember 2004 menunjukkan
akumulasi kerugian yang cukup besar yaitu Rp11.473.349.325,00 (unaudited). Selain itu
perusahaan juga dihadapkan pada masalah hutang yang besarnya, tingkat kebocoran
distribusi air yang tinggi, dan juga tingkat perputaran piutang yang rendah.
Berdasarkan Laporan Keuangan PDAM Kota Lubuklinggau per 31 Desember 2004
diketahui saldo Piutang Air sebesar Rp1.248.443.422,00 dengan rincian sebagai berikut:
Piutang Lancar:
0 s.d. 3 bulan Rp 304.483.853,00
3 s.d. 6 bulan Rp 72.639.046,00
6 s.d. 12 bulan Rp 96.668.328,00
Jumlah Piutang Lancar Rp 473.791.227,00
Piutang Ragu-Ragu
12 s.d. 24 bulan Rp 168.633.555,00
Diatas 24 bulan Rp 606.018.640,00
Jumlah Piutang Ragu-Ragu Rp 774.652.195,00
Dalam tahun 2004, pihak manajemen PDAM telah melakukan upaya penagihan
piutang (tunggakan) dengan pembentukan satuan tugas (satgas) penagihan dan penertiban
langganan sesuai dengan SK Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Musi Rawas No.:
26
33/SK/UM/2003, tanggal 6 September 2003. Satgas tersebut dimaksudkan untuk
melaksanakan tugas penagihan tunggakan pelanggan baik rekening air maupun non air ke
rumah-rumah pelanggan. Dalam pelaksanaan tugasnya, satgas diberikan uang insentif yang
akan diperhitungkan berdasarkan prosentase dari jumlah total akhir tagihan.
Berdasarkan Laporan Bulanan dari Satgas Penagihan, Laporan Penagihan Penagih
(LPP) dan Laporan Tagihan Tunggakan Rekening Air diketahui selama tahun 2004, jumlah
tunggakan yang dapat direalisasikan adalah sebesar Rp577.180.742,86.
Pemeriksaan lanjutan atas LPP menunjukkan bahwa denda keterlambatan
pembayaran rekening air tidak dikenakan secara tetap. Dari jumlah rekening air yang
terealisir, ternyata denda yang dapat direalisasikan hanya sebesar Rp13.466.000,00.
Berdasarkan perhitungan dari setiap rekening tunggakan yang dapat direalisasikan
selama tahun 2004, maka PDAM akan menerima pendapatan atas denda keterlambatan
minimal sebesar Rp48.252.500,00 dengan rincian sebagai berikut:
a. Denda yang timbul dalam periode di bawah bulan Juli 2004, tarif denda yang dikenakan
adalah Rp2.500,00 sesuai SK Bupati KDH Tk. II Musi rawas No.: 528/SKPTS/Perek,
tanggal 10 September 1992.
TUNGGAKAN/ JUMLAH REKENING TARIF
NO NILAI
TAHUN TUNGGAKAN/LEMBAR DENDA
1 1985 10 2,500.00 25,000.00
2 1986 14 2,500.00 35,000.00
3 1987 12 2,500.00 30,000.00
4 1988 1 2,500.00 2,500.00
5 1989 2 2,500.00 5,000.00
6 1990 24 2,500.00 60,000.00
7 1991 1 2,500.00 2,500.00
8 1992 0 2,500.00 0.00
9 1993 9 2,500.00 22,500.00
10 1994 41 2,500.00 102,500.00
11 1995 46 2,500.00 115,000.00
12 1996 37 2,500.00 92,500.00
Subtotal 197 492,500.00
27
TUNGGAKAN/ JUMLAH REKENING TARIF
NO NILAI
TAHUN TUNGGAKAN/LEMBAR DENDA
13 1997 40 2,500.00 100,000.00
14 1998 36 2,500.00 90,000.00
15 1999 86 2,500.00 215,000.00
16 2000 238 2,500.00 595,000.00
17 2001 366 2,500.00 915,000.00
18 2002 720 2,500.00 1,800,000.00
19 2003 3,580 2,500.00 8,950,000.00
20 2004 3,346 2,500.00 8,365,000.00
TOTAL 8,609 21,522,500.00
b. Denda yang timbul dalam periode setelah bulan Juli 2004, tarif denda yang dikenakan
adalah sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Lubuk Linggau No.
103/KPTS/PDAM/2004, tanggal 12 Juli 2004.
URAIAN JUMLAH REKENING TARIF
NO NILAI
KETERLAMBATAN TUNGGAKAN/LEMBAR DENDA
1 1 - 7 hari 10,692 2,500.00 26,730,000.00
2 8 hari - 1 bulan 0 5,000.00 0.00
3 1 - 2 bulan 0 7,500.00 0.00
4 2 - 3 bulan 0 10,000.00 0.00
TOTAL 10,692 26,730,000.00
28
PERIODE JUMLAH REKENING TUNGGAKAN TEREALISIR
PENAGIHAN UMUR < 1 TAHUN UMUR 1 S.D. 2 TAHUN UMUR > 2 TAHUN
JANUARI 0 176 56
PEBRUARI 1,047 16 38
MARET 900 57 101
APRIL 895 37 53
MEI 1,020 38 10
JUNI 1,332 98 108
JULI 1,078 73 184
AGUSTUS 1,639 26 80
SEPTEMBER 2,365 39 86
OKTOBER 1,940 70 116
NOPEMBER 2,828 11 14
DESEMBER 2,574 79 117
TOTAL 17,618 720 963
Selain itu, berdasarkan LPP tahun 2004 diketahui jumlah tunggakan yang dapat
direalisasikan oleh satgas sebesar Rp577.180.742,86 termasuk didalamnya rekening bulan
berjalan yang tidak dapat dikategorikan sebagai tunggakan sebesar Rp113.906.218,00 atau
19,73% dari nilai realisasi tunggakan yang dilaporkan.
Kecenderungan ini terjadi karena satgas lebih mengutamakan untuk merealiasikan
piutang yang masih lancar dengan pertimbangan uang insentif yang diperoleh akan lebih
besar sejalan dengan besarnya jumlah tagihan.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tunggakan-tunggakan yang
berumur lama relatif tidak berkurang yang menunjukkan bahwa PDAM tidak melaksanakan
sanksi penertiban terhadap pelanggan.
29
yang menunggak dan tidak melunasi tunggakan baik air maupun non air sesuai dengan
ketentuan yang berlaku,
c. Surat Keputusan Walikota Lubuk Linggau No. 103/KPTS/PDAM/2004, tanggal 12 Juli
2004 tentang Penetapan Tarif Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota
Lubuk Linggau, yang antara lain menyebutkan bahwa tindakan administrasi berupa
denda dapat dilakukan PDAM apabila pelanggan tidak membayar rekening air tepat
waktu dengan besaran sebagai berikut:
1) Terlambat 1 s.d. 7 hari : Rp 2.500,00,
2) Terlambat 8 hari s.d. 1 bulan : Rp 5.000,00,
3) Terlambat 1 s.d. 2 bulan : Rp 7.500,00,
4) Terlambat 2 s.d. 3 bulan ke atas : Rp 10.500,00.
30
BPK-RI merekomendasikan agar Direktur Utama:
a. Membuat ketentuan besaran insentif sesuai dengan kelompok umur piutang yaitu
semakin lama umur piutang maka insentifnya semakin besar dan begitu juga sebaliknya.
Di samping tetap memperhitungkan jumlah piutang yang berhasil ditagih.
b. Memberikan teguran tertulis kepada satgas yang tidak melaksanakan penagihan sesuai
dengan ketentuan.
31
3. Pengelompokan Aktiva Tetap Berdasarkan Umur Ekonomis Belum Dibuat
Ketetapannya
Ciri utama dari Aktiva Tetap adalah dapat digunakan untuk menghasilkan pendapatan
lebih dari satu periode akuntansi dan memiliki umur ekonomis. Untuk memadukan antara
jumlah pendapatan dan biaya yang dikeluarkan (matching cost against revenues), biaya
operasi dari aktiva tetap (selain tanah) harus dialokasikan pada umur ekonomis dari aktiva
tersebut. Untuk itu diperlukan adanya pengelompokan aktiva berdasarkan umur ekonomis
dalam rangka penyusutan aktiva tersebut.
Dalam pelaksanaannya Direksi PDAM belum pernah mengeluarkan penetapan
pengelompokan barang berdasarkan masa manfaat aktiva berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan keputusan menteri keuangan yang berlaku.
Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa selama ini perusahaan tidak
konsisten dalam menerapkan umur ekonomis terhadap Aktiva Tetap yang terdapat di Kantor
Pusat sebagaimana yang diatur dalam perudang-undangan dan Keputusan Menteri Keuangan
yang berlaku, sehingga kesalahan perhitungan dan penyajian angka-angka penyusutan dan
akumulasi penyusutan.
Kesalahan perhitungan dan penyajian angka-angka dalam beban penyusutan, harus
dilakukan koreksi-koreksi, dengan rincian sebagai berikut
BEBAN PENY. 2004 Koreksi BEBAN PENY. 2004
URAIAN
Unaudited (Rp) (Rp) Audited (Rp)
Kantor pusat
Tanah - - -
Bangunan 31.791.660,28 (1.760.589,31) 33.552.249,59
Instalasi sumber 2.780.590,13 - 2.780.590,13
Instalasi pengolahan 310.464.825,00 133.167.293,43 177.297.531,57
Instalasi tranmisi 73.825.237,38 - 73.825.237,38
Perabot kantor 9.378.153,13 19.903,13 9.358.250,00
Peralatan & perlengkapan 7.343.900,00 - 7.343.900,00
Instalasi pompa 160.502.266,75 69.238.008,38 91.264.258,38
Kendaraan 79.140.250,00 28.171.937,50 50.968.312,50
Jumlah kantor pusat 675.226.882,66 228.836.553,12 446.390.329,54
Unit perlayan kecil
Tanah - - -
Bangunan 5.072.100,00 - 5.072.100,00
Instalasi sumber 8.088.000,00 - 8.088.000,00
Instalasi pengolahan 5.714.500,00 - 5.714.500,00
Instalasi tranmisi 17.906.187,50 - 17.906.187,50
32
Perabot kantor
Peralatan & perlengkapan
Instalasi pompa
Kendaraan
Jumlah unit pelayan kecil 36.780.787,50 - 36.780.787,50
Jumlah seluruh 712.007.670,16 228.836.553,12 483.171.117,04
Tidak adanya keputusan Direksi yang mengatur atas pengelompokan aktiva tetap
yang ada di PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau juga mengakibatkan nilai akumulasi
penyusutan yang tercantum dalam laporan keuangan tahun buku 2003 tidak sesuai dengan
seharusnya, dengan rincian sebagai berikut:
URAIAN Ak Peny per 2003 Koreksi Ak Peny per 2003
Unaudited (Rp) (Rp) Audited (Rp)
Kantor pusat
Tanah - - -
Bangunan 174.254.112,24 (14.890.454,48) 189.144.566,72
Instalasi sumber 166.968.360,50 166.968.360,50
Instalasi pengolahan 1.280.257.031,45 479.964.432,65 800.292.598,80
Instalasi tranmisi 5.596.582.478,47 5.596.582.478,47
Perabot kantor 109.907.259,38 (6.705.090,63) 116.612.350,00
Peralatan & perlengkapan 40.552.600,00 40.552.600,00
Instalasi pompa 640.131.697,15 176.377.502,39 463.754.194,76
Kendaraan 308.667.275,00 (29.773.375,00) 338.440.650,00
Jumlah kantor pusat 8.317.320.814,19 604.973.014,94 7.712.347.799,25
Unit perlayan kecil
Tanah - - -
Bangunan 15.216.300,00 - 15.216.300,00
Instalasi sumber 48.528.000,00 - 48.528.000,00
Instalasi pengolahan 34.287.000,00 - 34.287.000,00
Instalasi tranmisi 107.437.125,00 - 107.437.125,00
Perabot kantor - - -
Peralatan & perlengkapan - - -
Instalasi pompa - - -
Kendaraan - - -
Jumlah unit pelayan kecil 205.468.425,00 - 205.468.425,00
Jumlah seluruh 8.522.789.239,19 604.973.014,94 7.917.816.224,25
33
a. Kelompok 1:
Harta yang dapat disusutkan dan tidak termasuk Golongan Bangunan, yang
mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 4 (empat) tahun.
b. Kelompok 2:
Harta yang dapat disusutkan dan tidak termasuk Golongan Bangunan, yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 4 (empat) tahun dan tidak lebih dari 16
(enam belas) tahun
c. Kelompok 3:
Harta yang dapat disusutkan dan yang tidak termasuk Golongan Bangunan, yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 8 (delapan) tahun dan tidak lebih dari 16
(enam belas) tahun
d. Kelompok 4:
Harta yang dapat disusutkan dan yang tidak termasuk Golongan Bangunan, yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 16 (enam belas) tahun.
II. Bangunan
a. Permanen:
Bangunan dan harta tak bergerak lainnya, termasuk tambahan, perbaikan atau
perubahan yang dilakukan, yang mempunyai masa manfaat 20 (dua puluh) tahun.
b. Tidak Permanen:
Bangunan dan harta tak gerak lainnya, termasuk tambahan, perbaikan atau
perubahan yang dilakukan, mempunyai masa manfaat 10 (sepuluh) tahun.
Untuk keperluan tarif penyusutan harta dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Kelompok Tarif Penyusutan Berdasarkan Metode
Harta Berwujud Garis Lurus Saldo Menurun
I. Bukan Bangunan
a. Kelompok 1 25% 50%
b. Kelompok 2 12,5% 25%
c. Kelompok 3 6,25% 12,5%
d. Kelompok 4 5% 10%
II. Bangunan
a. Permanen 5%
b. Tidak Permanen 10%
34
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82/KMK.04/1995 tanggal 7 Februari menjelaskan
mengenai jenis barang-barang dalam pengelompokkan harta berdasarkan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 11
Hal tersebut mengakibatkan Penyusutan yang dilakukan tidak konsisten yaitu untuk
jenis barang yang sama namun perkiraan umur ekonomisnya tidak sama sehingga tarif
penyusutannya juga berbeda. Dengan demikian prinsip penandingan biaya dengan
pendapatan (matching cost againts revenue) tidak tercapai.
PDAM Tirta Bukit Sulap akan membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur umur
ekonomis aktiva sesuai dengan pengelompokan dan ketentuan yang berlaku. Akan
diupayakan mengirim personil bagian keuangan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan bidang
akuntansi.
35
4. Pengelolaan Dana Pensiun Karyawan PDAM Tidak Terjamin dan Menunggak Sebesar
Rp259.675.860,00
36
Rp11.312.999,00 yang belum disetor. Kondisi ini menunjukkan ketidakseriusan perusahaan
dalam mengelola pensiun karyawannya.
Hal ini mengakibatkan akumulasi tunggakan iuran dan bunga setiap tahun semakin
bertambah dan membebani keuangan PDAM serta kesejahteraan pensiunan karyawan tidak
terjamin.
PDAM Tirta Bukit Sulap menjelaskan bahwa tunggakan dana pensiun karyawan
tersebut wajar besar karena merupakan akumulasi tunggakan dari tahun-tahun sebelumnya
dimana kondisi keuangan perusahaan saat itu sangat kritis, sehingga untuk menanggulangi
biaya operasional tahun 2004 terutama biaya listrik PLN dan lain-lainnya, dibantu oleh
Pemerintah Kota Lubuklinggau. Untuk masa yang akan datang diupayakan mengangsur
tunggakan tersebut sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan sedangkan untuk dana
angsuran yang bersumber dari karyawan sendiri saat ini berjalan lancar sedangkan mengenai
besaran jumlah tunggakan akan dikonfirmasikan lagi dengan pihak Dapenma PAMSI
Jakarta.
37
BPK-RI merekomendasikan agar Direktur Utama:
a. Membuat aturan-aturan yang membatasi jumlah pinjaman karyawan kepada bank maupun
pihak lain, khususnya yang pembayaran angsurannya melalui perusahaan.
b. Memerintahkan Direktur Umum memenuhi kewajiban perusahaan atas dana pensiun yang
terutang dan menyetorkan ke pengelola sesuai ketentuan yang berlaku.
38
5. Pembayaran Insentif Penagihan Langganan Melebihi Ketentuan Sebesar
Rp7.973.435,26
39
TOTAL TAGIHAN
REKENING PEMAKAIAN AIR WAKTU PENAGIHAN
DIBAWAH TGL 20
Nopember/03 Desember/03 3,645,865.00
Desember/03 Januari/04 7,151,305.00
Januari/04 Pebruari/04 10,808,580.00
Pebruari/04 Maret/04 8,777,420.00
Maret/04 April/04 10,097,975.00
April/04 Mei/04 9,859,765.00
Mei/04 Juni/04 9,626,685.00
Juni/04 Juli/04 5,820,505.00
Juli/04 Agustus/04 4,197,180.00
Agustus/04 September/04 8,273,350.00
September/04 Oktober/04 5,662,894.00
Oktober/04 Nopember/04 4,632,881.00
Nopember/04 Desember/04 25,351,813.00
TOTAL 113,906,218.00
Dengan demikian kelebihan pembayaran uang insentif selama tahun 2004 adalah
sebesar Rp7.973.435,26 (7% x Rp113.906.218,00) dengan rincian sebagai berikut:
NO KETERANGAN JUMLAH KELEBIHAN
1 Penanggung Jawab 2,278,124.36
2 Ketua, Bendahara, Kas 2,278,124.36
Penagihan, Pengelola Rekening
3 Petugas Penagih 3,417,186.54
TOTAL 7,973,435.26
40
Hal tersebut mengakibatkan perusahaan dirugikan sebesar Rp7.973.435,26.
PDAM Tirta Bukit Sulap menjelaskan bahwa insentif penagihan langganan dibayar
berdasarkan laporan penerimaan dari tim penagihan. Selanjutnya akan diberikan peringatan
kepada tim penagihan dan bagian keuangan dalam pembuatan laporan hasil penagihan untuk
disesuaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan atas kelebihan pembayaran insentif
tersebut akan diupayakan untuk ditagih dan disetorkan ke kas PDAM.
41
6. Pemutusan Sambungan Air Atas Pelanggan Yang Menunggak Belum Dilaksanakan
Sesuai Ketentuan
42
PELANGGAN MENUNGGAK PER WILAYAH DAN BLOK TOTAL
UMUR PIUTANG
1.1 1.2 2.1 2.2 3.1 3.2
Umur s.d. 3 bulan 195 272 235 92 15 24 833
Umur 3 s.d. 6 bulan 37 46 39 21 7 5 155
Umur 6 bulan s.d. 1 tahun 21 35 28 28 8 8 128
Umur di atas 1 tahun s.d. 2 tahun 23 34 48 17 15 7 144
Umur di atas 2 tahun keatas 28 80 96 102 133 65 504
Total Pelanggan Menunggak 1.764
Total Pelanggan Aktif 6.484
Pelanggan Menunggak Lebih dari 3 bulan(%) 52,78%
Pelanggan Menunggak Dari Total Pelanggan Aktif(%) 39,17%
Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Walikota Lubuk Linggau Nomor
103/KPTS/PDAM/2004 Lampiran 1 Tanggal 12 Juli 2004 tentang Penetapan Tarif Air
Minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Lubuk Linggau, Sub Judul Sanksi
Poin 1 Sanksi keterlambatan membayar Rekening Air pada waktu yang ditetapkan yang
menyebutkan bahwa bagi pelanggan yang menunggak diatas 3(tiga) bulan dilakukan
pemutusan sambungan, untuk penyambungan kembali dikenakan biaya pasang baru beserta
seluruh tunggakan beserta denda harus dilunasi.
Hal ini mengakibatkan nilai Piutang Tak Tertagih PDAM terus meningkat.
Hal ini disebabkan Direksi tidak konsisten dalam menerapkan Keputusan Walikota
Lubuk Linggau tersebut.
PDAM Tirta Bukit Sulap menjelaskan bahwa pemutusan sambungan air atas
pelanggan belum dilaksanakan sesuai ketentuan mengingat pertambangan baru belum
sebanding sehingga akan semakin berkurang pelanggan yang ada karena kondisi air tanah
dalam Kota Lubuklinggau saat ini masih cukup baik. Pelanggan yang menunggak tetap akan
diupayakan untuk ditagih.
43