Anda di halaman 1dari 93

BPK - RI

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

ATAS
LAPORAN KEUANGAN

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)


TIRTA BUKIT SULAP LUBUKLINGGAU

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal


31 Desember 2004

Nomor : 255.a/S/XIV.2/10/2005
Tanggal : 18 Oktober 2005

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia


Perwakilan II di Palembang
Jalan Demang Lebar Daun No. 2 Palembang 30137
Telp. (0711) 410549
Fax. (0711) 358948
DAFTAR ISI

1. Laporan Auditor Independen ……………………………………………………… 1


2. Neraca per 31 Desember 2004 ………...……………………………………………... 3
3. Laporan Laba Rugi untuk Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2004 ….. 4
4. Laporan Perubahan Ekuitas untuk Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember
2004 …………………………………………………………………………………... 5
5. Laporan Arus Kas untuk Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2004 ….... 6
6. Catatan atas Laporan Keuangan ……………………………………………………… 7
A. Umum ...................................................................................................................... 7
B. Kebijakan Akuntansi ............................................................................................... 9
C. Penjelasan Pos-pos Neraca dan Laporan Laba Rugi ............................................... 17
7. Lampiran-lampiran
Lampiran I Daftar Perhitungan Penyisihan Piutang
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
PERWAKILAN II DI PALEMBANG
Jalan Demang Lebar Daun No. 2 Palembang 30137 Telp. (0711) 410549, Faks. (0711) 358948

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN


Nomor : 255.a/S/XIV.2/10/2005

Kepada Yth.
1. Direktur Utama PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
2. Ketua Badan Pengawas PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
di
LUBUKLINGGAU

Kami telah mengaudit Neraca Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bukit Sulap
Lubuklinggau tanggal 31 Desember 2004, serta Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan
Ekuitas dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Kami juga
melakukan pengujian atas kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan
pengendalian intern. Laporan Keuangan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dan pengendalian intern adalah tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab
kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan, kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dan pengendalian intern berdasarkan audit kami.

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia dan Standar Audit Pemerintah yang diterbitkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar kami
memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.
Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah
dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip
akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian
terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami
memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
tanggal 31 Desember 2004, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

1
Laporan keuangan terlampir disusun dengan anggapan perusahaan akan melanjutkan usahanya
secara berkelanjutan. Seperti yang diuraikan dalam Catatan 30 atas laporan keuangan, sampai
dengan tahun 2004 posisi akumulasi kerugian PDAM adalah sebesar Rp18.386.810.936,66
atau 106,24% dari jumlah modal sebesar Rp17.307.359.462,68.

Manajemen telah menyusun rencana perusahaan untuk mengatasi hal tersebut sesuai dengan
Catatan 30 atas laporan keuangan dan kami berkeyakinan bahwa rencana tersebut dapat
dilaksanakan secara efektif untuk mengatasi kondisi keuangan dimasa yang akan datang. Oleh
karena itu kami mempunyai keyakinan bahwa perusahaan masih dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya.

Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern kami sampaikan


secara terpisah kepada manajemen dengan surat kami No. 255.b/S/XIV.2/10/2005 dan
No. 255.c/S/XIV.2/10/2005.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


PERWAKILAN II DI PALEMBANG

Ronald Sinaga, SE, MIM, Ak.


Register Negara No. D-16211

18 Oktober 2005

2
PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU
NERACA
PER 31 DESEMBER 2004
REALISASI REALISASI
AKTIVA CAT 1 Januari 2004 KEWAJIBAN DAN EKUITAS CAT 1 Januari 2004
31 Desember 2004 31 Desember 2004
Unaudited Unaudited
AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN
Kas / Bank 1 147,134,434.34 50,267,833.34
Piutang Pelanggan Air 2 1,248,443,422.00 1,190,472,612.00 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Penyisihan Piutang Langganan Air (802,619,684.05) (712,956,566.25) Hutang Pajak 10 13,500,000.00 13,500,000.00
Piutang Langganan Non Air 3 105,361,536.00 100,714,386.00 Biaya Ymh dibayar 11 319,701,057.00 256,135,558.00
Penyisihan Piutang Langganan Non Air (102,108,531.00) (97,627,036.00) Hutang Pajak air 12 3,489,100.00 36,382,500.00
Piutang pegawai 4 5,724,900.00 5,724,900.00 Hutang Direktorat Air Bersih 13 33,600,000.00 33,600,000.00
Piutang Lain-lain 5 26,216,400.00 26,216,400.00 Hutang pada PDAM OKU 14 5,249,750.00 5,249,750.00
Persediaan 6 118,965,360.00 279,940,438.00 Uang Muka Sambungan Baru 15 0.00 33,348,900.00
Jumlah aktiva lancar 747,117,837.29 842,752,967.09 Hutang bunga Pinjaman 16 3,900,102,557.10 3,156,028,444.33
AKTIVA TETAP 7 Bagian Hutang Jkp.yg akan jth tempo 17 1,813,680,970.20 1,571,856,840.70
Tanah 47,471,050.00 47,471,050.00 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 6,089,323,434.30 5,106,101,993.03
Instalasi Sumber Air 242,794,721.00 242,794,721.00
Instalasi Pompa 1,323,808,613.90 653,946,463.90
Instalasi Pengolahan Air 3,809,691,631.45 1,325,973,031.45 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Insatalasi Transmisi dan Distribusi 5,382,398,973.89 5,924,529,539.72 Hutang pada Dep.Keuangan RI 18 1,209,120,648.44 1,450,944,777.94
Bangunan Gedung 499,467,255.60 350,369,255.60 Jaminan Langganan 19 51,726,500.00 45,531,000.00
Peralatan dan Perlengkapan 236,727,600.00 205,713,075.00 Hutang Leasing 20 40,813,000.00 0.00
Kendaraan/Alat Pengangkutan 541,799,900.00 331,739,150.00 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 1,301,660,148.44 1,496,475,777.94
12,084,159,745.84 9,082,536,286.67
Akumulasi penyusutan (7,671,809,000.46) (8,522,789,239.18)
Nilai buku 4,412,350,745.38 559,747,047.49
AKTIVA TETAP LEASING 8 MODAL DAN CADANGAN
Kendaraan/Alat Pengangkutan 96,146,500.00 0.00 Penyertaan Pemkab Mura 21 0.00 1,834,230,410.48
Akumulasi penyusutan (54,272,812.50) 0.00 Penyertaan Pemkot Lubuklinggau 22 8,094,016,098.68 0.00
Nilai buku 41,873,687.50 0.00 Hibah Pemkot Lubuklinggau 23 2,436,285,077.00 0.00
Penyertaan RI 24 6,777,058,287.00 4,293,339,687.00
AKTIVA LAIN-LAIN 9 Saldo Laba/Rugi tahun lalu 25 (16,684,756,035.82) (10,425,269,840.55)
Persediaan Bahan Instalasi 1,041,518,622.00 0.00 Saldo Laba/Rugi tahun berjalan (1,702,054,900.84) (714,986,290.23)
Jaminan PLN 7,052,000.00 7,052,000.00 Jumlah Modal dan Cadangan (1,079,451,473.98) (5,012,686,033.30)
Aktiva Belum digunakan 0.00 127,668,719.00
Aktiva rusak dan hilang (net) 61,619,216.59 52,671,004.09
Jumlah aktiva lain-lain 1,110,189,838.59 187,391,723.09

JUMLAH AKTIVA 6,311,532,108.76 1,589,891,737.67 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 6,311,532,108.76 1,589,891,737.67

Lihat Catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.

3
PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU
LAPORAN LABA RUGI
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2004

NAMA PERKIRAAN CATATAN REALISASI


PENDAPATAN USAHA 26
Penjualan Air 2,218,471,291.50
Penjualan Non Air 108,272,150.00

Jumlah Pendapatan Usaha 2,326,743,441.50

BIAYA LANGSUNG USAHA 27


Biaya Sumber Air 795,149,020.50
Biaya Pengolahan 572,648,386.57
Biaya Transmisi dan Distribusi 282,821,345.88

Jumlah Biaya Langsung Usaha 1,650,618,752.95

LABA (RUGI) KOTOR USAHA 676,124,688.55

BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI 28 2,408,045,019.39

LABA (RUGI) USAHA (1,731,920,330.84)

PENDAPATAN (BIAYA) DILUAR USAHA 29


Pendapatan Diluar Usaha 30,554,476.00
Biaya Diluar Usaha 689,046.00

Jumlah Pendapatan (Biaya) Diluar Usaha 29,865,430.00

LABA (RUGI) sebelum PPh (1,702,054,900.84)

Taksiran Pajak Penghasilan -

LABA (RUGI) BERSIH (1,702,054,900.84)

Lihat Catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.

4
PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2004

Saldo Laba / (Rugi)


JUMLAH
URAIAN CAT MODAL Laba/(Rugi) Laba/(Rugi)
Jumlah EKUITAS
Tahun Lalu Tahun Berjalan

Saldo per 1 Januari 2004 6,127,570,097.48 (10,425,269,840.55) (714,986,290.23) (11,140,256,130.78) (5,012,686,033.30)

Tambahan Modal Pemerintah Pusat 2,483,718,600.00 - - - 2,483,718,600.00

Tambahan Modal Pemkot Lubuklinggau 10,530,301,175.68 - - - 10,530,301,175.68

Pengurangan Modal Pemkab Musi Rawas (1,834,230,410.48) - - - (1,834,230,410.48)

Laba (Rugi) tahun 2004 - (1,702,054,900.84) (1,702,054,900.84) (1,702,054,900.84)

Koreksi saldo rugi/laba tahun 2003 - (5,544,499,905.04) - (5,544,499,905.04) (5,544,499,905.04)

Saldo per 31 Desember 2004 17,307,359,462.68 (16,684,756,035.82) (2,417,041,191.07) (18,386,810,936.66) (1,079,451,473.98)

Lihat Catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.

5
PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal 31 Desember 2004

A. UMUM
1. Pendirian
a. Dasar Pendirian
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Silampari Kabupaten Musi
Rawas merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang didirikan
dengan Peraturan Daerah No.03 Tahun 1986 tanggal 14 Nopember 1986 dan
Peraturan Daerah No.03 Tahun 1992 tanggal 31 Oktober 1992.
Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang No. 7 tahun 2001 tentang
Pembentukan Kota Lubuklinggau, Bupati Musi Rawas mengeluarkan SK
No.165/KPTS/X/2003, tanggal 23 Mei 2003 tentang Penghapusan Barang
yang Diserahkan kepada Pemerintah Kota Lubuklinggau dimana yang
dihapus dan diserahkan antara lain adalah PDAM Tirta Silampari Kabupaten
Musi Rawas. Penyerahan secara resmi dilakukan pada tanggal 20 Agustus
2003 sesuai dengan Berita Acara Penyerahan yang ditandatangani antara lain
oleh Wakil Bupati Musi Rawas yang mewakili Pemerintah Kabupaten Musi
Rawas dan Walikota Lubuklinggau yang mewakili Pemerintah Kota Lubuk
Linggau dan disaksikan oleh Ketua DPRD Kabupaten Musi Rawas dan
Ketua DPRD Kota Lubuklinggau serta diketahui oleh Gubernur Sumatera
Selatan. Penyerahan tersebut didahului oleh persetujuan DPRD Kabupaten
Musi Rawas melalui suratnya No. 18/KPTS/DPRD/2003 tanggal 1 Mei
2003.
Selanjutnya PDAM Tirta Bukit Sulap Kota Lubuklinggau dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Lubuklinggau No.05 tahun 2004,
tanggal 17 Juni 2004, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Walaupun Perda pembentukan baru disahkan pada tanggal 17 Juni 2004,
namun secara operasional PDAM Tirta Bukit Sulap Kota Lubuklinggau telah
terpisah dengan PDAM Tirta Silampari Kabupaten Musi Rawas per 1
Januari 2004.

b. Tujuan Pendirian
Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Bukit Sulap Kota Lubuklinggau
didirikan dengan tujuan turut serta melaksanakan pembangunan daerah dan
pembangunan ekonomi nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
rakyat, khususnya menyediakan air minum yang sehat serta memenuhi
syarat kesehatan. Dari jumlah penduduk Kota Lubuklinggau sebanyak
174.495 jiwa telah terlayani sebanyak 38.904 jiwa atau sebesar 22,30%.

7
c. Kegiatan
Tugas pokok PDAM Tirta Bukit Sulap Kota Lubuklinggau adalah pelayanan
kepada masyarakat, khususnya melaksanakan pelayanan air bersih di kota
Palembang. Dalam rangka kegiatan tersebut di atas PDAM Tirta Bukit Sulap
Kota Lubuklinggau mempunyai kegiatan sebagai berikut:
1) Kegiatan teknik
a) Kegiatan teknik operasi, mencakup:
- Kegiatan mengenai pengadaan, peningkatan kemampuan peralatan
dan perlengkapan yang ada.
- Kegiatan mengenai pengoperasian sistem dan perlengkapan
perpompaan dan pengolahan air.
- Kegiatan mengenai perencanaan, transmisi, dan pendistribusian
air bersih.

b) Kegiatan teknik pemeliharaan, mencakup:


- Kegiatan mengenai pemeliharaan sarana perpompaan, pengolahan
dan pendistribusian air serta pemanfaatan material, perlengkapan,
dan peralatan (aksesoris) yang ada dalam menunjang kelancaran
pelayanan air bersih.
- Kegiatan pelayanan pemeliharaan/perbaikan sarana distribusi air di
lokasi pelanggan.

2) Kegiatan administrasi dan keuangan.


a) Kegiatan umum/personalia, mencakup:
- Kegiatan mengenai pengadaan aktiva dan pengadministrasiannya
- Kegiatan mengenai komposisi dan mutasi pegawai.
b) Kegiatan administrasi hubungan langganan, mencakup:
- Kegiatan mengenai sambungan langganan
- Kegiatan yang berkaitan dengan jenis pelayanan, sanksi dan
administrasinya.
c) Kegiatan administrasi keuangan, mencakup:
- Kegiatan penerbitan, penerimaan dan penagihan rekening air.
- Kegiatan administrasi yang menyangkut transaksi pembayaran dan
penerimaan lainnya (utang – piutang perusahaan).

d. Modal
Modal PDAM Tirta Bukit Sulap Kota Lubuklinggau terdiri dari:

8
- Penyertaan modal pemerintah pusat berupa hasil penyerahan proyek
yang dibiayai oleh pemerintah pusat, bantuan pendanaan, maupun
pengalihan pinjaman jangka panjang menjadi penyertaan.
- Penyertaan modal Pemerintah Kota Lubuklinggau sebagai hasil
penyerahan proyek yang dibiayai oleh pemerintah daerah, bantuan
pendanaan, maupun penyerahan peralatan dan perlengkapan serta sarana
pengolahan dan pendistribusian air bersih. Penyertaan tersebut juga
termasuk proyek-proyek, peralatan dan perlengkapan serta sarana
pengolahan dan pendistribusian air bersih yang berasal dari penyertaan
Pemerintah Kabupaten Musi Rawas yang diserahkan ke PDAM.
- Modal Hibah
Hibah dari Pemerintah Kota Lubuklinggau.

2. Badan Pengawas dan Direksi


a. Susunan Badan Pengawas PDAM Tirta Silampari Kabupaten Musi Rawas
berdasarkan SK Bupati Musi rawas No.040.A/2001 tanggal 2 April 2001,
terdiri dari:
Ketua merangkap anggota : H. Suprijono Joesoef
Sekretaris merangkap anggota : Ir. Hendra Gunawan
Anggota : Ir. H.A. Bukhoni Ali, MM
: Dr. Ferry Yusrizal, SPOG
: Drs. Muda Azhar Lubis
Dalam tahun 2004 terjadi penggantian Badan Pengawas berdasarkan SK
Walikota Lubuklinggau No.167/KPTS/PDAM/2004 tanggal 21 September
2004, terdiri dari:
Ketua merangkap anggota : H. Ubaidillah Idrus, SH
Sekretaris merangkap anggota : Drs. Sofian Zurkasi
Anggota : Syamsu Rizal
b. Susunan Direksi PDAM Tirta Silampari Kabupaten Musi Rawas
berdasarkan Keputusan Bupati Musi Rawas No.821.2/166/BKD/2002
tanggal 25 Juni 2002, No.821.2/131/BKD/2001 tanggal 24 Oktober 2001,
terdiri dari:
Direktur Utama : Drs. H. Zainuddin Anwar
Direktur Umum : Indra Sapri, SH
Direktur Teknik : Ir. Iskandar Firdaus
Dalam tahun 2004 terjadi penggantian Direksi berdasarkan SK Walikota
Lubuklinggau No.821.2/52/BKD/II/2004 tanggal 23 Agustus 2004,
No.821.2/28/BKD/2004 tanggal 18 Mei 2004, terdiri dari:
Direktur Utama : Ir. Sofyan Narta, M.Si
Direktur Umum : Ir. Iskandar Firdaus
Direktur Teknik : Ir. Mahizul Harari

9
B. KEBIJAKAN AKUNTANSI
Kebijakan Akuntansi berpedoman pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor
16 Tahun 1991 tanggal 6 Pebruari 1991 tentang Pedoman Sistem Akuntansi PDAM
yang berlaku mulai 1 Januari 1991 dan belum mengacu pada Keputusan Menteri
Dalam Negeri Otonomi Daerah Nomor 8 Tahun 2000 tanggal 10 Agustus 2000
tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum. Namun tidak
mempengaruhi secara signifikan terhadap penyajian laporan keuangan.
Pokok-pokok kebijakan akuntansi penting yang dianut oleh perusahaan adalah
sebagai berikut:
1. Dasar Akuntansi
Dasar Akuntansi yang digunakan dalam perhitungan hasil usaha (Laba/Rugi)
periodik dan penentuan posisi keuangan (Neraca) dilakukan dengan metode
akrual. Pembukuan yang dilakukan tidak hanya sekedar pencatatan transaksi
penerimaan dan pengeluaran uang, akan tetapi pencatatan terhadap setiap
perubahan aktiva dan kewajiban, demikian pula pendapatan dan biaya pada saat
terjadinya atau diakuinya perubahan yang dimaksud.

2. Pengakuan Pendapatan
Seluruh pendapatan, baik pendapatan usaha maupun pendapatan non usaha,
diakui pada saat timbulnya transaksi dan/atau pada masa prestasi dinikmati,
yaitu:
a. Pendapatan penjualan air diakui, dicatat dan dilaporkan tiap-tiap bulan
berdasarkan rekening tagihan air yang diterbitkan pada bulan yang
bersangkutan, walaupun penerimaan uangnya baru terjadi kemudian, atau
pada saat penerimaan uang untuk penjualan tunai.
b. Pendapatan sambungan baru dan pendapatan penjualan non air lainnya
diakui dan dicatat seluruhnya sebagai pendapatan tahun berjalan dengan
memperhatikan ketentuan berikut:
1) Jika menurut prosedur yang berlaku pelanggan/calon pelanggan
disyaratkan membayar kewajibannya secara tunai maka pendapatan
dicatat dan diakui pada saat pembayarannya. Oleh karenanya, transaksi
seperti ini tidak perlu dilakukan pencatatan ke dalam rekening piutang;
2) Jika menurut ketentuan yang berlaku pelanggan dapat membayar
kewajibannya dengan cara mencicil maka pengakuan serta pencatatan
pendapatan dan piutang dilakukan pada saat dokumen tagihan diterbitkan
sesuai dengan jatuh temponya tiap-tiap cicilan.
c. Pendapatan denda atas keterlambatan pembayaran oleh pelanggan diakui
pada saat terjadinya penerimaan kas.
d. Pendapatan yang berasal dari usaha kerjasama dengan pihak ketiga berupa
royalty, pembagian pendapatan (revenue sharing) dan pembagian produksi
(production sharing) diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi
perjanjian yang relevan sedangkan pendapatan berupa pembagian

10
keuntungan dan dividen diakui pada saat hak untuk menerima pembayaran
ditetapkan.
3. Pengakuan Biaya
Biaya diakui, dicatat dan dilaporkan sebagai beban pada saat terjadinya
transaksi. Pembebanan biaya-biaya yang bersifat periodik seperti gaji, listrik,
sewa, asuransi dan sebagainya harus dikaitkan dengan periode dimana biaya
tersebut menjadi beban, walaupun pembayarannya belum dilakukan ataupun
telah dibayar dimuka. Untuk keperluan pisah batas periode akuntansi, biaya-
biaya yang telah terjadi sebelum tanggal neraca walaupun belum dapat diketahui
secara pasti jumlahnya, harus dicatat dan dilaporkan dengan cara estimasi yang
wajar.

4. Penilaian Piutang
Piutang disajikan dengan nilai tunai yang dapat direalisasi. Khusus untuk
Piutang Usaha, agar piutang-piutang yang mempunyai kemungkinan tak tertagih
hendaknya dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang layak.
a. Besarnya penyisihan piutang usaha pada tiap akhir tahun ditetapkan
berdasarkan umurnya sebagai berikut :
• Diatas 3 bulan s.d 6 bulan disisihkan 30%;
• Diatas 6 bulan s.d 12 bulan disisihkan 50%;
• Diatas 1 tahun s.d 2 tahun disisihkan 75% dan diajukan ke Badan
Pengawas untuk dihapus;
• Diatas 2 tahun disisihkan 100% dan dikeluarkan dari pembukuan, tetapi
masih tercatat secara ekstra komptabel.
Penyisihan tersebut diatas dikecualikan bagi tagihan kepada selurh instansi
pemerintah. Dalam hal kejadian-kejadian khusus, misalnya ada
pembongkaran daerah pemukiman tertentu untuk tujuan pembangunan,
tagihan-tagihan tersebut sudah dapat diusulkan penghapusannya walaupun
belum memenuhi ketentuan diatas.
b. Piutang usaha yang berumur diatas 1 tahun s.d 2 tahun diklasifikasikan
sebagai piutang ragu-ragu;
c. Piutang usaha yang berumur lebih dari 2 tahun diklasifikasikan sebagai
piutang tak tertagih dan sudah dapat diusulkan kepada Badan Pengawas
untuk dihapus serta dibukukan secara ekstra komptabel dan tetap diusahakan
penagihannya.
d. Penerimaan tagihan piutang yang telah dihapuskan, dicatat sebagai
pendapatan lain-lain pada bulan berjalan.
e. Hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan penghapusan piutang tersebut
ditetapkan melalui keputusan Direksi dengan persetujuan Badan Pengawas.
5. Penilaian dan Pencatatan Persediaan
Persediaan dinilai berdasarkan harga perolehan akan tetapi jika diantara
persediaan bahan instalasi terdapat barang-barang yang rusak atau tidak dapat
digunakan lagi dinilai dengan taksiran harga jual yang layak atas barang
tersebut, selisih penilaian antara harga perolehan dan taksiran harga jualnya

11
dibukukan sebagai kerugian penurunan nilai persediaan dengan perkiraan lawan
penyisihan untuk penurunan nilai persediaan pos yang disebutkan terakhir ini
disajikan sebagai pengurang terhadap harga perolehan.
Pemakaian persediaan menggunakan metode masuk pertama keluar pertama atau
First In First Out (FIFO). Persediaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Persediaan bahan operasi berupa bahan kimia dicatat menggunakan
Perpetual Inventory Method;
b. Persediaan bahan operasi lainnya seperti bahan bakar, pelumas, suku cadang,
alat tulis kantor dan lain-lain dicatat dengan menggunakan Physical
Inventory Method;
c. Persediaan bahan instalasi berupa pipa, meter air dan aksesorisnya dicatat
dengan menggunakan Perpetual Inventory Method. Persediaan instalasi
didalam neraca dikelompokkan sebagai aktiva lain-lain.

6. Pengeluaran Barang Modal dan Biaya


Batasan pengeluaran biaya yang diklasifikasikan atau diperlakukan sebagai
pengeluaran barang modal adalah sebagai berikut :
a. Barang-barang modal tersebut tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
rangka kegiatan usaha normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun dengan batasan jumlah diatas Rp200.000,00 dengan
memperhatikan :
• Batasan minimal
• Ditetapkan dengan keputusan direksi
• Dapat ditinjau kembali
Namun demikian jika terdapat pembelian barang-barang tertentu yang harga
satuannya dibawah Rp200.000,00 akan tetapi barang-barang tersebut
lazimnya dibutuhkan dalam jumlah lebih dari 1 (satu) buah sehingga
melampaui nilai Rp200.000,00; maka transaksi pembelian tersebut
dibukukan sebagai pengeluaran barang modal. Selanjutnya pembelian-
pembelian dikemudian hari untuk menggantikan satuan-satuan yang rusak
dapat dibukukan sebagai pengeluaran biaya.
b. Pengeluaran untuk penggantian komponen-komponen mesin/instalasi
yang bersifat pemeliharaan rutin dan tidak menambah manfaat diperlakukan
sebagai biaya. Akan tetapi apabila perbaikan/penggantian komponen tersebut
memberi tambahan masa manfaat dari aktiva tetap tersebut dan nilainya
melebihi Rp200.000,00 dibukukan sebagai pengurang akumulasi
penyusutan.
c. Jika terdapat pengeluaran-pengeluaran untuk memindahkan instalasi dari
satu tempat ke tempat lain dengan maksud agar instalasi tersebut dapat
berfungsi sebagaimana mestinya maka biaya pemindahannya dibukukan
sebagai beban tahun berjalan.
Khusus pemindahan pipa-pipa distribusi yang harus dilakukan karena faktor-
faktor diluar kemampuan manajemen untuk mengendalikannya (misal
karena pelebaran jalan, dsb) maka nilai buku dari instalasi yang digantikan

12
harus dikeluarkan dari harga perolehannya. Demikian untuk pengeluaran-
pengeluaran renovasi, dianut perlakuan akuntasi yang sama.
7. Aktiva tetap
Aktiva tetap dicatat berdasarkan harga perolehan/harga belinya termasuk semua
biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan. Aktiva tetap
yang dibangun sendiri dicatat sebesar seluruh nilai bahan/peralatan yang
digunakan, biaya pekerjaan serta biaya-biaya umum lainnya yang terkait dengan
pembangunan aktiva tersebut.
Penyusutan aktiva tetap disesuaikan dengan Undang-undang Perpajakan No. 10
tahun 1994 dan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 82/KMK.04/1994.
Pengelompokan aktiva tetap PDAM untuk keperluan penyusutan ditentukan
berdasarkan kebijakan Direksi PDAM masing-masing dengan berpedoman pada
peraturan perpajakan yang berlaku. Aktiva tetap yang berujud bangunan
disusutkan berdasarkan prosentase tetap dari nilai perolehan, aktiva tetap lainnya
disusutkan dengan prosentase tetap dari nilai buku.
Menurut pasal 11 ayat (6) Undang-undang No.10 tahun 1994, harta yang
disusutkan dibagi menjadi kelompok-kelompok sebagai berikut:
JENIS AKTIVA % PENYUSUTAN
I. Bukan Bangunan Garis lurus Saldo menurun
o Kelompok 1 (masa manfaat < 4 tahun) 25% 50%
o Kelompok 2 (masa manfaat 4 s.d. 8 tahun) 12,5% 25%
o Kelompok 3 (masa manfaat 8 s.d. 16 tahun) 6,25% 12,5%
o Kelompok 4 (masa manfaat >16 tahun) 5% 10%
II. Bangunan
o Permanen 5%
o Tidak Permanen 10%

Aktiva tetap dalam penyelesaian harus dilaporkan terpisah dari aktiva tetap yang
beroperasi dan belum dapat disusutkan sampai aktiva tetap tersebut dinyatakan
beroperasi komersial.
Aktiva tetap berupa mesin, peralatan dan aktiva berwujud lainnya yang tidak
berfungsi (tidak produktif) yaitu rusak, tidak rusak namun tidak berfungsi, tidak
rusak namun belum berfungsi atau aktiva tetap yang tidak dapat lagi ditelusuri
fisiknya harus disajikan terpisah dalam kelompok aktiva lain-lain sebesar nilai
bukunya.

8. Pengadaan Aktiva Tetap selain dari pembelian tunai dan pekerjaan konstruksi
• Leasing
Aktiva tetap yang dibeli secara leasing harus dinyatakan dalam nilai
tunainya dengan judul aktiva tetap leasing dan dari sisi kewajiban
dinyatakan dengan judul utang leasing sebesar harga tunai aktiva dikurangi

13
dengan uang muka yang dibayar pada saat penandatanganan kontrak
perjanjian.

• Trade-In
Aktiva tetap yang dibeli dengan cara trade-in harus dinyatakan sebesar nilai
tunainya dikurangi dengan keuntungan atau ditambah dengan kerugian yang
timbul dalam transaksi tersebut.
• Hibah
Aktiva tetap yang diperoleh melalui hibah dan tidak mempunyai keterkaitan
apapun karenanya, harus dinilai sebesar harga taksiran atau nilai pasar
wajarnya dengan mengkredit modal hibah.

9. Pencatatan Hutang
Hutang harus dinyatakan dengan lengkap agar tergambar seluruh kewajiban
perusahaan yang terutang pada akhir tahun.

10. Akuntansi Hutang Jangka Panjang


Hutang jangka panjang dicatat berdasarkan realisasi penarikan dana ditambah
dengan bunga masa tenggang yang tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun mendatang. Bagian dari hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo
dalam waktu satu tahun mendatang setelah tanggal neraca termasuk yang telah
jatuh tempo tetapi belum dilunasi, harus dipisahkan dari kelompok hutang
jangka panjang dan disajikan sebagai kewajiban lancar kecuali jika :
• Bagian yang akan dan telah jatuh tempo termasuk akan menjadi hutang
jangka panjang dengan suatu perjanjian baru.
• Dibayar dengan menggunakan dana yang telah disisihkan dari aktiva lancar.

11. Uang muka sambungan baru


Penerimaan sebagai hasil pembayaran dimuka atas biaya sambungan baru dari
calon pelanggan dibukukan sebagai kelompok kewajiban lancar. Pada saat
penyambungan telah direalisasikan dan diterbitkan dokumen tagihan rekening
non air maka atas uang muka yang bersangkutan diakui sebagai pendapatan.

12. Hutang bunga pinjaman


Bunga dan biaya-biaya yang timbul yang berkaitan dengan pinjaman sesuai
dengan perjanjian pinjamannya (kewajiban komitmen, biaya administrasi,
berserta denda-dendanya) yang telah jatuh tempo pada saat tanggal penutupan
buku dan belum dilakukan pembayaran dibukukan sebagai hutang bunga dengan
mendebet biaya bunga (administrasi).

13. Penyajian Laba Rugi Tahun Berjalan


Laba tahun berjalan disajikan sebesar saldo laba yang ditahan yaitu laba bersih
setelah dikurangi dengan taksiran pajak atas laba kena pajak. Cadangan-

14
cadangan yang dibentuk dari pembagian laba harus disajikan dalam kelompok
cadangan atau kewajiban lain-lain tergantung dari kewajiban untuk
meralisasikannya.
14. Penilaian Ekuitas (modal)
Ekuitas PDAM Tirta Bukit Sulap Kota Lubuklinggau terdiri dari :
a. Modal yang terdiri dari :
1) Penyertaan modal Pemerintah Pusat
2) Penyertaan modal Pemerintah Kota Lubuklinggau
3) Modal hibah Pemerintah Kota Lubuklinggau
b. Saldo Laba (Rugi) tahun-tahun lalu
c. Saldo Laba (Rugi) tahun berjalan
Penilaian penyertaan modal berdasarkan:
a. Realisasi DASK dan bantuan dana lainnya atau berdasarkan harga perolehan
atas aktiva yang diserahkan ke PDAM sesuai Berita Acara Serah Terimanya.
b. Pengalihan penyertaan modal pemerintah pusat pada PDAM Tirta Bukit
Sulap Kota Lubuklinggau kepada pemerintah daerah setempat sesuai nilai
yang tertuang pada Berita Acara serah terima.
c. Penilaian penyertaan modal Pemerintah RI (pusat) berdasarkan realisasi
keuangan DIP PPSAB Sumatera Selatan DIP bantuan pusat lainnya yang
diserahkan kepada PDAM Tirta Bukit Sulap Kota Lubuklinggau sesuai
dengan nilai yang tercantum pada Berita Acara serah terima.

15. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca (Subsequent Event)


Peristiwa antara tanggal neraca dan tanggal penerbitan laporan yang telah
mendapat persetujuan formal, mengindikasikan kebutuhan untuk melakukan
penyesuaian terhadap aktiva dan kewajiban atau mewajibkan melakukan
pengungkapan, sebagai berikut:
• Penyesuaian aktiva dan kewajiban diperlukan yang memberikan informasi
tambahan untuk menentukan jumlah-jumlah yang berkaitan dengan kondisi
yang berlaku pada tanggal neraca.
• Peristiwa setelah tanggal neraca tidak berkaitan dengan kondisi yang berlaku
pada tanggal neraca tidak perlu dilakukan penyesuaian, hanya perlu
dilakukan pengungkapan.
Pengungkapan peristiwa setelah tanggal neraca dalam laporan keuangan harus
mencakup jenis peristiwa dan estimasi dampak keuangan atau pernyataan
mengenai estimasi semacam itu tidak dapat dibuat.

16. Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Koreksi Tahun Lalu


• Perubahan Kebijakan Akuntansi

15
Pengungkapan informasi yang perlu disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan akibat suatu perubahan kebijakan akuntansi yang mempunyai
pengaruh material terhadap periode sekarang, periode sebelumnya atau
periode berikutnya terdapat dalam pernyataan standar akuntansi keuangan
(PSAK) nomor 25 paragraf 49.
• Koreksi Tahun Lalu
Koreksi yang dilakukan terhadap laporan keuangan periode yang lalu
disajikan sebagai penyesuaian atas saldo awal laba tahun lalu atau cadangan
dana dalam hal sudah dilakukan pembagian laba, dengan memberikan
penjelasan yang secukupnya dalam laporan keuangan. Sehubungan dengan
hal tersebut maka dalam laporan keuangan komparatif angka-angka laporan
keuangan tahun lalu harus disajikan kembali (restated) dengan
memperhatikan pengaruh dari koreksi-koreksi dimaksud. Yang dapat
dibukukan sebagai koreksi tahun-tahun lalu adalah kesalahan-kesalahan
pembukuan, kesalahan dalam menerapkan kebijakan akuntansi (termasuk
accounting method dan accounting estimate), kekurangan pembayaran pajak,
yang dipandang memberi pengaruh material terhadap penyajian laporan
keuangan.

16
C. PENJELASAN POS-POS NERACA DAN LAPORAN LABA RUGI

31 Desember 2004 1 Januari 2004


(Rp.) (Rp.)

1. Kas dan Bank 147,134,434.34 50,267,833.34

Jumlah tersebut merupakan saldo uang di bank per 31 Desember 2004


dan 1 Januari 2004 dengan rincian :
- Kas Kecil - 2,000,000.00
- Giro Bank Sumsel Cab.Lubuklinggau 49,287,302.34 24,357,512.34
- Giro BNI.46 Cab.Lubuklinggau 26,020,240.00 19,103,392.00
- Simpeda Bank Sum Sel Cab.Lubuklinggau 71,826,892.00 4,806,929.00
Jumlah 147,134,434.34 50,267,833.34

2. Piutang langganan air ( net ) 445,823,737.95 477,516,046.00

Jumlah tersebut merupakan saldo piutang langganan dari penjualan air


per 31 Desember 2004 dan 1 Januari 2004, dengan rincian :
- Piutang lancar 473,791,227.00 440,129,386.00
- Piutang ragu-ragu 168,633,555.00 201,308,784.00
- Piutang tak tertagih 606,018,640.00 549,034,442.00
Jumlah piutang 1,248,443,422.00 1,190,472,612.00

Sedangkan berdasarkan umurnya piutang dapat dirinci sebagai berikut :

- Piutang di Kantor Pusat


Umur s.d. 3 bulan 297,170,294.00 -
Umur 3 s.d. 6 bulan 68,016,126.00 346,203,530.00
Umur 6 bulan s.d. 1 tahun 91,218,493.00 93,925,856.00
Umur di atas 1 tahun s.d. 2 tahun 162,457,495.00 201,308,784.00
Umur di atas 2 tahun keatas 591,617,775.00 549,034,442.00
Sub jumlah 1,210,480,183.00 1,190,472,612.00
- Piutang di Unit IKK
Umur s.d. 3 bulan 7,313,559.00 -
Umur 3 s.d. 6 bulan 4,622,920.00 -
Umur 6 bulan s.d. 1 tahun 5,449,835.00 -
Umur di atas 1 tahun s.d. 2 tahun 6,176,060.00 -
Umur di atas 2 tahun keatas 14,400,865.00 -

Sub jumlah 37,963,239.00 -


Jumlah piutang 1,248,443,422.00 1,190,472,612.00

Saldo penyisihan piutang per 31 Desember 2004 dan 1 Januari 2004


dapat dirinci sebagai berikut :
- Penyisihan piutang Kantor Pusat (779,474,980.55) (712,956,566.00)
- Penyisihan piutang Unit IKK (23,144,703.50) -
Jumlah penyisihan piutang (802,619,684.05) (712,956,566.00)

17
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
Saldo piutang langganan air didasari atas opname fisik rekening air dan piutang rekening air unit IKK Kabupaten Musi rawas
telah dikeluarkan dari daftar saldo piutang dikarenakan adanya pemisahan PDAM Kota dan Kabupaten sesuai dengan
SK.No.165/KPTS/X/2003, tanggal 20 Mei 2003.
Rincian piutang dan penyisihan lihat Lampiran I
3. Piutang langganan non air (net) 3,253,005.00 3,087,350.00

Jumlah tersebut merupakan saldo piutang langganan non air per 31


Desember 2004 dan 1 Januari 2004 sehubungan dengan biaya
sambungan baru kepada pelanggan, dengan rincian :

- Piutang di Kantor Pusat 105,361,536.00 100,714,386.00


- Piutang di Unit Ibukota Kecamatan ( IKK ) - -
Jumlah piutang rekening non air 105,361,536.00 100,714,386.00

Saldo penyisihan piutang non air per 31 Desember 2004 dan 1 Januari
2004 dapat dirinci sebagai berikut :

- Penyisihan piutang langganan non air di Kantor Pusat (102,108,531.00) (97,627,036.00)


- Penyisihan piutang langganan non air di Unit IKK - -

Jumlah penyisihan piutang langganan non air (102,108,531.00) (97,627,036.00)

Saldo piutang langganan non air Kantor Pusat per 31 Desember 2004 didasari opname fisik rekening.

4. Piutang pegawai 5,724,900.00 5,724,900.00

Jumlah tersebut merupakan saldo piutang kepada karyawan per 31


Desember 2004 dan 1 Januari 2004 dengan rincian sebagai berikut :

- Pinjaman Pegawai 600,000.00 600,000.00


- Piutang pegawai eks piutang rekening 5,124,900.00 5,124,900.00

Jumlah 5,724,900.00 5,724,900.00

Saldo piutang pegawai ex Piutang rekening air merupakan piutang langganan air/non air pegawai didasari surat pernyataan
pegawai.

5. Piutang Lain - lain 26,216,400.00 26,216,400.00

Jumlah tersebut merupakan saldo piutang antar PDAM dan piutang


lainya per 31 Desember 2004 dan 1 Januari 2004
Piutang antar PDAM
- PDAM Pagar Alam 3,334,700.00 3,334,700.00
- PDAM Muara Enim 1,944,700.00 1,944,700.00
- PDAM Belitung 18,437,000.00 18,437,000.00

Sub Jumlah 23,716,400.00 23,716,400.00

18
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)

Piutang Lain - lain


- Piutang ex Direksi PDAM ( th.2000 ) 2,500,000.00 2,500,000.00
Jumlah 26,216,400.00 26,216,400.00

6. Persediaan 118,965,360.00 279,940,438.00


Jumlah tersebut merupakan nilai persediaan yang terdiri atas :
- Persediaan alat Tulis dan Barang Cetakan 30,366,960.00 22,219,385.00
- Persediaan Pipa - 156,491,688.00
- Persediaan Accesoriss - 79,909,965.00
- Persediaan Bahan Kimia 88,134,000.00 19,061,500.00
- Persediaan Water Meter - 1,793,500.00
- Persediaan Bahan Bakar 464,400.00 464,400.00
Jumlah 118,965,360.00 279,940,438.00
Penurunan nilai persediaan pipa,accesoriss dan water meter dikarenakan reklasifikasi nilai tersebut ke perkiraan aktiva lain-
lain.

7. Aktiva Tetap ( Net ) 4,412,350,745.38 559,747,047.49


Jumlah tesebut merupakan nilai buku Aktiva tetap per 31 Desember
2004 dan 1 Januari 2004 yang terdiri dari :
- Tanah Hak Atas Tanah 47,471,050.00 47,471,050.00
- Instalasi sumber air 242,794,721.00 242,794,721.00
- Instalasi Pompa 1,323,808,613.90 653,946,463.90
- Instalasi Pengolahan 3,809,691,631.45 1,325,973,031.45
- Instalasi Tranmisi/Distribusi 5,382,398,973.89 5,924,529,539.72
- Bangunan Gedung 499,467,255.60 350,369,255.60
- Peralatan dan Perlengkapan 236,727,600.00 205,713,075.00
- Kendaraan/Alat Pengangkutan 541,799,900.00 331,739,150.00
Jumlah 12,084,159,745.84 9,082,536,286.67

Akumulasi penyusutan aktiva tetap per 31 Desember 2004 dan 1 Januari


2004 terdiri dari:

- Tanah Hak Atas Tanah - -


- Instalasi sumber air (226,364,950.63) (215,496,360.50)
- Instalasi Pompa (543,648,815.63) (640,131,697.15)
- Instalasi Pengolahan (1,017,591,630.37) (1,314,544,031.45)
- Instalasi Tranmisi/Distribusi (5,172,728,862.52) (5,704,019,603.47)
- Bangunan (242,985,216.31) (189,470,412.24)
- Peralatan dan Perlengkapan (161,227,125.00) (150,459,859.37)
- Alat Angkutan (307,262,400.00) (308,667,275.00)
Jumlah (7,671,809,000.46) (8,522,789,239.18)
Kenaikan nilai aktiva tetap (net) disebabkan adanya penambahan penyertaan Pemerintah Kota Lubuklinggau dan Pemerintah
RI berupa instalasi pompa dan pengolahan, serta koreksi nilai akumulasi penyusutan aktiva tetap yang dicatat lebih tinggi
dari ketentuan dalam SK Menteri Keuangan No. 82/KMK.04/1994.

8. Aktiva Tetap Leasing (net) 41,873,687.50 -

19
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
Jumlah tersebut merupakan saldo aktiva tetap leasing per 31 Desember
2004 berupa mobil suzuki TS 150 sesuai perjanjian leasing
No.01/PJ/PDAM/MURA/2003 tanggal 23 September 2003.

- Kendaraan 96,146,500.00 -
- Akumulasi penyusutan (54,272,812.50) -
Jumlah 41,873,687.50 -

9. Aktiva Lain - lain 1,110,189,838.59 187,391,723.09


Jumlah tersebut merupakan saldo aktiva lain - lain per 31 Desember
2004 dan 1 Januari 2004 yang terdiri dari :

- Persediaan Bahan Instalasi 1,041,518,622.00 -


- Jaminan P.L.N 7,052,000.00 7,052,000.00
- Aktiva belum digunakan - 127,668,719.00
- Aktiva rusak dan hilang net 61,619,216.59 52,671,004.09
Jumlah 1,110,189,838.59 187,391,723.09

Jumlah persediaan bahan instalasi merupakan bantuan pemerintah kota lubuklinggau sesuai dengan berita acara penyerahan
No.1945/XI/DDL/2004, bill of quantity CV. Sriwijaya Prima dan bill of quantity CV. Jessica, dengan rincian sebagai
berikut:
- Pipa 374,957,307.00 -
- Accessories 314,188,815.00 -
- Water Meter 352,372,500.00 -
Jumlah 1,041,518,622.00 -

Jumlah aktiva tetap rusak berat dan hilang sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan Fisik No.09/BAP/PDAM/1998, tanggal
31/08/1998 dan SK Bupati No.17/SK/Perek/1998, tanggal 07/03/1998 serta laporan hasil inventarisasi aktiva tetap PDAM
Tirta Silampari Kabupaten Mura tanggal 12 Agustus 2004 yang terdiri dari :
- Instalasi Pengolahan 17,078,443.64 17,078,443.64
- Instalasi Pompa 43,030,099.80 34,156,887.30
- Peralatan dan Perlengkapan 98,906.25 23,906.25
- Perabot Kantor 1,210,595.03 1,210,595.03
- Nilai Komputer yang rusak 201,171.87 201,171.87
Jumlah 61,619,216.59 52,671,004.09

10. Hutang Pajak 13,500,000.00 13,500,000.00


Jumlah tersebut merupakan pajak yang masih harus dibayar per 31
Desember 2004 dan 1 Januari 2004 terdiri atas :
- Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) 13,500,000.00 13,500,000.00
- Pajak Penghasilan Psl.21 (PPh.21) - -
- Pajak Penghasilan PPh.23 ( PPh.23) - -
Jumlah 13,500,000.00 13,500,000.00

11. Biaya Yang Masih Harus dibayar 319,701,057.00 256,135,558.00


Jumlah tersebut merupakan jumlah biaya yang masih harus dibayar per
31 Desember 2004 dan 1 Januari 2004
- Rekening listrik 50,895,015.00 94,581,265.00
- Rekening telepon 318,621.00 766,345.00

20
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
- Pengadaan bahan kimia tawas - 22,500,000.00
- Dana pensiun bersama perpamsi 259,675,860.00 132,162,854.00
- Iuran jamsostek 8,811,561.00 6,125,094.00
Jumlah 319,701,057.00 256,135,558.00

Jumlah Dana pensiun bersama merupakan tunggakan kepada Perpamsi atas penyelenggaraan dana pensiun sampai dengan 31
Desember 2004 sesuai dengan Daftar Tunggakan Iuran dan Bunga Dana Pensiun

12. Hutang Pajak Air 3,489,100.00 36,382,500.00


Jumlah tersebut merupakan saldo hutang pajak air bawah tanah per 31
Desember 2004 dan 1 Januari 2004

13. Hutang kepada Direktorat Air bersih 33,600,000.00 33,600,000.00


Jumlah tersebut merupakan nilai pinjaman PVC dia.8" sejumlah 1.200
meter per 31 Desember 2004 dan 1 Januari 2004 kepada Direktorat Air
bersih Dirjen Cipta Karya Dep.Pekerjaan Umum sesuai Surat
No.029/SPP/DAR-PDAM/1993, tanggal 29/09/1993

14. Hutang pada PDAM OKU 5,249,750.00 5,249,750.00


Jumlah tersebut merupakan saldo hutang per 31 Desember 2004 dan 1
Januari 2004 kepada PDAM OKU yang timbul tahun 1982 sampai 1984
dengan rincian sebagai berikut :

- Pinjaman dana utk penyusunan neraca awal dan kekurangan gaji 2,000,000.00 2,000,000.00
- Pinjaman dana penyusunan neraca 1,500,000.00 1,500,000.00
- Pinjaman barang persediaan 4,149,750.00 4,149,750.00
- Pembayaran tanggal 5/10/1993 (2,400,000.00) (2,400,000.00)
Jumlah 5,249,750.00 5,249,750.00

15. Uang Muka Sambungan Baru - 33,348,000.00


Jumlah tersebut merupakan uang muka sambungan baru dari calon
pelanggan per 31 Desember 2004 dan 1 Januari 2004

16. Hutang Bunga Pinjaman 3,900,102,557.10 3,156,028,444.33


Jumlah tersebut merupakan saldo utang bunga pinjaman jangka panjang
kepada Dep.Keuangan Republik Indonesia per 31 Desember 2004 dan 1
Januari 2004 sesuai dengan perjanjian pinjaman No.RDA-
100/DP3/1992, tanggal 18 Desember 1992 dan RDA-244/DP3/1996,
tanggal 7 Maret 1996 dengan rincian:
Perjanjian pinjaman RDA-100/DP3/1992
- Biaya administrasi 2,177,374,385.93 1,811,405,473.30
- Denda biaya administrasi 1,254,554,923.67 900,120,743.19
- Denda angsuran pokok 314,829,826.50 219,252,193.07
- Kewajiban komitmen - -
- Denda kewajiban komitmen - -
Sub Jumlah 3,746,759,136.09 2,930,778,409.56

Perjanjian pinjaman RDA-244/DP3/1996


- Kewajiban komitmen 94,305,555.81 179,225,833.32

21
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
- Denda kewajiban komitmen 59,037,865.20 46,024,201.45

Sub Jumlah 153,343,421.01 225,250,034.77

Jumlah 3,900,102,557.10 3,156,028,444.33

22
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
17. Bagian Hutang Jangka Panjang yg akan jatuh tempo 1,813,680,970.20 1,571,856,840.70
Jumlah tersebut merupakan angsuran pokok hutang jangka panjang eks
pinjaman kepada Departemen Keuangan RI No.RDA-100/DP3/1992,
tanggal 18 Desember 1992 yang telah jatuh tempo serta akan jatuh
tempo dalam tahun 2004 dengan rincian :
- Jatuh tempo tahun 1988 120,912,064.75 120,912,064.75
- Jatuh tempo tahun 1999 241,824,129.45 241,824,129.45
- Jatuh tempo tahun 2000 241,824,129.50 241,824,129.50
- Jatuh tempo tahun 2001 241,824,129.50 241,824,129.50
- Jatuh tempo tahun 2002 241,824,129.50 241,824,129.50
- Jatuh tempo tahun 2003 241,824,129.50 241,824,129.50
- Jatuh tempo tahun 2004 241,824,128.50 241,824,128.50
- Jatuh tempo tahun 2005 241,824,129.50 0
Jumlah 1,813,680,970.20 1,571,856,840.70

18. Hutang pada Departemen Keuangan RI 1,209,120,648.44 1,450,944,777.94


Jumlah tersebut merupakan saldo utang kepada Dep.Keuangan RI
dengan rincian sebagai berikut :
a. Hutang awal
- Realisasi penarikan pinjaman 2,052,587,700.00 2,052,587,700.00
- Dikapitalisir sebagai hutang pokok 1,122,942,517.03 1,122,942,517.03
- Pembayaran bunga masa tenggang (31,816,533.64) (31,816,533.64)
Jumlah hutang awal 3,143,713,683.39 3,143,713,683.39

b. Hutang Jatuh Tempo


- Angsuran telah jatuh tempo s.d tahun 2002 (1,209,120,647.45) (1,209,120,647.45)
- Jatuh Tempo tahun 2003 (241,824,129.50) (241,824,129.50)
- Akan Jatuh Tempo 2004 (241,824,128.50) (241,824,128.50)
- Akan Jatuh Tempo 2005 (241,824,129.50) -
Jumlah hutang jatuh tempo (1,934,593,034.95) (1,692,768,905.45)
Jumlah 1,209,120,648.44 1,450,944,777.94

19. Jaminan Langganan 51,726,500.00 45,531,000.00


Jumlah tersebut merupakan saldo uang pelanggan air sebagai jaminan
meter air per 31 Desember 2004 dan 1 Januari 2004

20. Hutang Leasing 40,813,000.00 -


Jumlah tersebut merupakan saldo hutang atas perjanjian leasing
kendaraan sesuai surat perjanjian No.01/PJ/PDAM/MURA/2003,
tanggal 23 september 2003

21. Penyertaan Pemda Kabupaten Musi Rawas - 1,834,230,410.48


Pelepasan penyertaan modal pemda kabupaten musi rawas sebagai
akibat pemisahan PDAM kota dan kabupaten sesuai SK. Bupati No.
165.KPTS/X/2003, tanggal 20 Mei 2003

23
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
22. Penyertaan Pemerintah Kota Lubuklinggau 8,094,016,098.68 -
Jumlah tersebut merupakan saldo penyertaan modal pemerintah kota
lubuklinggau atas penyerahan PDAM Tirta Silampari Kabupaten Musi
Rawas kepada Kota Lubuklinggau berdasarkan SK. Bupati No.
165.KPTS/X/2003, tanggal 20 Mei 2003 serta laporan hasil
inventarisasi aktiva tetap PDAM tanggal 12 April 2004

23. Modal Hibah Pemerintah Kota Lubuklinggau 2,436,285,077.00 -


Jumlah tersebut merupakan saldo modal hibah pemerintah kota
lubuklinggau atas penyerahan persediaan bahan instalasi berupa pipa,
accessories dan water meter serta bantuan pembayaran rekening
pemakaian listrik, pajak air selama tahun 2004

24. Penyertaan Pemerintah RI 6,777,058,287.00 4,293,339,687.00


Jumlah tersebut merupakan saldo penyertaan modal pemerintah RI pada
PDAM per 31 Desember 2004 dan 1 Januari 2004, dengan rincian
sebagai berikut:
- Saldo awal 4,293,339,687.00 1,769,009,087.00
- Mutasi tahun berjalan 2,483,718,600.00 2,524,330,600.00
- Saldo akhir per 31 Desember 6,777,058,287.00 4,293,339,687.00
Kenaikan tersebut merupakan penambahan penyertaan Pemerintah RI berupa penyerahan Instalasi Pengolahan Air (IPA) dalam
rangka perluasan cakupan pelayanan PDAM

25. Laba (rugi) tahun lalu (16,684,756,035.82) (10,425,269,840.55)


Jumlah tersebut merupakan akumulasi saldo rugi tahun-tahun yang lalu
sampai dengan 31 Desember 2004 dan 1 Januari 2004
- Saldo laba (rugi) tahun lalu (10,425,269,840.55) (14,683,471,732.38)
- Koreksi saldo laba (rugi) tahun lalu (5,544,499,905.04) -
- Laba (rugi) tahun berjalan (714,986,290.23) (2,001,583,796.37)
- Saldo akhir per 31 Desember (16,684,756,035.82) (16,685,055,528.75)
Koreksi saldo laba (rugi) tahun lalu disebabkan kurang catat akumulasi kerugian sebagai akibat koreksi aktiva tetap dan
piutang yang diserahkan kepada PDAM Kabupaten Musi Rawas

26. Pendapatan Usaha 2,326,743,441.50


Jumlah tersebut merupakan pendapatan operasional tahun buku 2004
dan 1 Januari 2004, yang terdiri dari:
- Pendapatan air 2,218,471,291.50
- Pendapatan non air 108,272,150.00
Jumlah 2,326,743,441.50
Pendapatan air dapat dirinci sebagai berikut :
- Harga air 1,808,228,336.50
- Dana meter air 267,456,505.00
- Jasa administrasi 82,156,450.00
- Mobil tangki (setoran air) 60,630,000.00
Jumlah 2,218,471,291.50
Pendapatan non air dapat dirinci sebagai berikut:
- Sambungan instalasi/ sambungan baru 80,316,050.00
- Biaya administrasi/ denda 13,466,000.00
- Pergantian pipa persil 9,322,850.00
- Non air lainnya 5,167,250.00

24
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
Jumlah 108,272,150.00
Pendapatan non air lainnya merupakan pendapatan dari hasil sewa bak, balik nama dan pergantian biaya plat (tanda
langganan air bersih)

27. Biaya Langsung Usaha 1,650,618,752.95


Jumlah tersebut merupakan biaya langsung usaha selama tahun 2004
dan 1 Januari 2004, yang terdiri dari:
- Biaya sumber air 795,149,020.50
- Biaya instalasi pengolahan air 572,648,386.57
- Biaya instalasi transmisi/distrbusi 282,821,345.88
Jumlah 1,650,618,752.95
dengan rincian sebagai berikut:

Biaya sumber air


- Gaji pegawai instalasi sumber 38,038,137.00
- Retribusi air bawah tanah -
- Pemakaian bahan bakar 88,860,000.00
- Pemakaian Listrik PLN 541,834,035.00
- Pemakaian bahan pembantu -
- Rupa-rupa biaya Operasi -
- Biaya penyusutan sumber 102,132,848.50
- Pemeliharaan bangunan & penyempurnaan tanah -
- Pemeliharaan pengumpulan dan reservoir -
- Pemeliharaan danau -
- Pemeliharaan mata air dan saluran -
- Pemeliharaan sumur-sumur -
- Pemeliharaan pipa induk -
- Pemeliharaan alat pembangkit 4,314,000.00
- Pemeliharaa alat pompa 6,900,000.00
- Rupa-rupa pemeliharaan lainnya 13,070,000.00
Jumlah 795,149,020.50
Jumlah pemakaian bahan bakar merupakan pemakaian BBM solar atas penggunaan genzet pompa

Biaya instalasi pengolahan air


- Gaji pegawai pengolahaan 73,440,855.00
- Pemakaian bahan kimia 302,895,000.00
- Pemakaian bahan pembantu -
- Biaya bahan bakar -
- Biaya Listrik PLN -
- Rupa-rupa biaya pengolahaan lainnya 7,680,000.00
- Biaya penyusutan pengolahan 183,012,031.57
- Pemeliharaan bangunan 550,000.00
- Pemeliharaan instalasi pengolahan 2,672,000.00
- Pemeliharaan instalasi pengolahan lainnya 450,000.00
- Pemeliharaan instalasi pompa 1,948,500.00
Jumlah 572,648,386.57
Jumlah pemakaian bahan kimia merupakan pemakaian tawas dalam proses pengolahan air bersih pada IPA

Biaya instalasi transmisi/distribusi


- Gaji pegawai transmisi 142,653,921.00

25
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)
- Pemakaian bahan pelengkap -
- Bahan bakar -
- Biaya Listrik PLN -
- Biaya pemakaian pipa persil -
- Rupa-rupa biaya operasi 1,545,000.00
- Biaya penyusutan transmisi/distribusi 91,731,424.88
- Pemeliharaan bangunan -
- Pemeliharaan reservoir dan tangki -
- Pemeliharaan pipa trans/dist 14,036,100.00
- Pemeliharaan pipa dinas 11,931,650.00
- Pemeliharaan pompa -
- Pemeliharaan water meter 4,690,500.00
- Pemeliharaan hydrant -
- Pemeliharaan trans/dist lainnya 16,232,750.00
Jumlah 282,821,345.88

28. Biaya Administrasi dan Umum 2,408,045,019.39


Jumlah tersebut merupakan biaya administrasi/umum selama tahun
2004, yang terdiri dari:
- Biaya pegawai 940,217,048.00
- Biaya kantor 62,483,684.00
- Biaya hubungan langganan 49,709,852.00
- Biaya penelitian dan pengembangan 232,500.00
- Biaya keuangan 808,838,481.00
- Biaya pemeliharaan 129,027,610.00
- Biaya penyisihan piutang 195,201,142.05
- Biaya penyusutan dan amortisasi 106,294,812.09
- Biaya umum lainnya 116,039,890.25
Jumlah 2,408,045,019.39
Jumlah biaya pegawai terdiri dari :
Gaji dan honor pegawai 690,271,450.00
Tunjangan 12,083,500.00
Iuran Pensiun dan Astek,Askes 135,706,973.00
Lembur dan Uang makan 1,425,000.00
Incentive/kesejahteraan karyawan 25,900,491.00
Pembinaan karyawan 6,852,500.00
Bantuan dan sumbangan 8,258,510.00
Pendidikan dan latihan 3,917,500.00
Rupa-rupa biaya pegawai 55,801,124.00
940,217,048.00

Jumlah biaya keuangan terdiri dari :


Bunga pinjaman 353,415,889.25
Denda kewajiban komitmen 13,013,663.75
Biaya denda administrasi 349,953,181.83
Denda angsuran pokok dan bunga 92,455,746.18
808,838,481.00
Biaya umum lainnya merupakan biaya perjalanan dinas, jasa profesional, biaya pajak dan retribusi dan representasi direksi
selama tahun 2004

26
31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp.) (Rp.)

29. Pendapatan / (Biaya) di Luar Usaha 29,865,430.00


Jumlah tersebut merupakan pendapatan dan (biaya) di luar usaha selama
tahun 2004 dan 1 Januari 2004, yang terdiri dari:
- Bunga deposito dan jasa giro 1,451,045.00
- Penerimaan denda keterlambatan -
- Penyambungan kembali -
- Pendapatan lain-lain 29,103,431.00
- Biaya administrasi bank (689,046.00)
Jumlah 29,865,430.00

27
30. Sejak tahun 1999, perusahaan selalu mengalami kerugian yang jumlahnya semakin
meningkat setiap tahunnya. Akumulasi kerugian sampai dengan tahun 2004 adalah sebesar
Rp18.386.810.936,66 atau 106,24% dari jumlah modal sebesar Rp17.307.359.462,68.
Perusahaan mempunyai kewajiban jangka panjang yang telah jatuh tempo dan hutang
bunga pinjaman atas kewajiban tersebut masing-masing sebesar Rp1.813.680.970,20 dan
Rp3.900.102.557,10. Untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan, manajemen telah
menyusun corporate plan, yang diantaranya adalah melakukan koordinasi dengan
Pemerintah Kabupaten Musi Rawas untuk menyelesaikan kewajiban tersebut. Selain itu,
Pemerintah Kota Lubuklinggau menganggarkan biaya pembangunan instalasi, perluasan
jaringan dan perbaikan pipa dalam APBD Kota Lubuklinggau

27
PDAM TIRTA BUKIT SULAP LUBUKLINGGAU
POSISI PIUTANG USAHA DAN PENYISIHAN
PER 31 DESEMBER 2004
Lampiran 1

UMUR PIUTANG
NO URAIAN SALDO
s.d. 3 bulan 3 s.d. 6 bulan 6 bulan s.d. 1 tahun 1 s.d. 2 tahun > 2 Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8
PIUTANG
I. KANTOR PUSAT 297,170,294 68,016,126 91,218,493 162,457,495 591,617,775 1,210,480,183
II. UNIT IKK 7,313,559 4,622,920 5,449,835 6,176,060 14,400,865 37,963,239
JUMLAH 304,483,853 72,639,046 96,668,328 168,633,555 606,018,640 1,248,443,422
TARIF PENYISIHAN 0% 30% 50% 75% 100%
I. KANTOR PUSAT - 20,404,838 45,609,247 121,843,121 591,617,775 779,474,981
II. UNIT IKK - 1,386,876 2,724,918 4,632,045 14,400,865 23,144,704
JUMLAH 21,791,714 48,334,164 126,475,166 606,018,640 802,619,684
NILAI BUKU - 50,847,332 48,334,164 42,158,389 - 445,823,738
BPK – RI
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
BPK RI

ATAS
LAPORAN HASIL KINERJA

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)


TIRTA BUKIT SULAP LUBUKLINGGAU

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal


31 Desember 2004

Nomor : 255.d/S /XIV.2/10/2005


Tanggal : 18 Oktober 2005
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Perwakilan II di Palembang
Jalan Demang Lebar Daun No. 2 Palembang 30137
Telp. (0711) 410549
Fax. (0711) 358948
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. i


BAB I SIMPULAN ………………………………………………... 1
BAB II URAIAN HASIL EVALUASI 4
A. Penyusunan dan Pelaksanaan Rencana Kerja Anggaran
Perusahaan ………………………………………………..... 4
B. Tingkat Keberhasilan Perusahaan 4
1. Aspek Keuangan ............................................................... 4
2. Aspek Operasional ............................................................ 6
3. Aspek Administrasi ........................................................... 8
C. Perkembangan Usaha PDAM ............................................... 9
D. Pemahaman Atas Struktur Pengendalian Intern ................... 14
E. Aspek Strategis ..................................................................... 14
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
PERWAKILAN II DI PALEMBANG

Jl. Demang Lebar Daun No. 2 Palembang-30137 Telepon (0711) 410549, 316513 Fax.(0711) 358948

Palembang, 18 Oktober 2005


Nomor : 255.d/XIV.2/10/2005
Lampiran : -
Perihal : Laporan Hasil Evaluasi Kinerja
PDAM Tirta Bukit Sulap
Lubuklinggau Tahun Buku 2004

Kepada Yth.
1. Ketua Badan Pengawas PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
2. Direktur Utama PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
di
LUBUKLINGGAU

BAB I SIMPULAN

A. Penyusunan dan Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan

PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau adalah Perusahaan baru yang merupakan hasil
dari pemisahan PDAM Tirta Silampari milik Kabupaten Musi Rawas. Pemisahan ini efektif
berlaku mulai 1 Januari 2004. Untuk Tahun Buku 2004, PDAM Tirta Bukit Sulap
Lubuklinggau belum membuat Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Dengan
tidak dibuatnya RKAP dan mengingat PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau adalah
Perusahaan baru yang berarti tidak ada data pembanding dari tahun sebelumnya, maka
tingkat pencapaian perusahaan (posisi keuangan dan hasil usaha/operasi) diukur dengan
menggunakan Sandar Perhitungan Nilai Kinerja PDAM sesuai Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 47 Tahun 1999.

1
B. Tingkat Keberhasilan Perusahaan

Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 tanggal 31 Mei 1999
tentang ” Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum” kinerja PDAM
Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau tahun buku 2004 ditinjau dari aspek Keuangan,
aspek Operasional dan aspek Administrasi diperoleh nilai 39,69 dan termasuk dalam
kategori Kurang dengan rincian sebagai berikut:

No. Aspek Nilai


1 Keuangan 16,50
2 Operasional 13,61
3 Administrasi 9,58
Jumlah 39,69

C. Perkembangan Usaha
Perkembangan usaha Perusahaan dari awal tahun 2004 sampai dengan tahun akhir
tahun 2004 adalah sebagai berikut:
1. Asset PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau mengalami kenaikan 296,97% dari
Rp1.589.891.737,67 menjadi Rp6.311.532.108,76. Kenaikan tersebut sebagian
besar karena adanya penambahan aktiva tetap berupa Instalasi Pengolahan Air.
2. Total ekuitas akhir tahun 2004 sebesar (Rp1.079.451.473,98) jika dibandingkan
tahun awal tahun 2004 sebesar (Rp5.012.686.033,30), mengalami kenaikan
sebesar 78,46%. Kenaikan tersebut terjadi karena adanya penambahan penyertaan
dari Pemerintah Kota Lubuklinggau berupa hibah dan penyertaan Pemerintah RI.
3. Rasio Likuiditas perusahaan menunjukkan hal yang positif. Hal ini dapat dilihat
dari perhitungan cash ratio, current ratio dan quick ratio, yaitu masing-masing
2,41%, 12,26%, dan 10,31% .
4. Ratio solvabilitas juga menunjukkan hal yang positif, yaitu 484,88%.
5. Ratio rentabilitas yang dihitung dengan ROI, ROA, dan RONW menunjukkan hal
yang negatif yaitu masing-masing sebesar (26.96%), (14,15%), dan (157,67%).

2
D. Pemahaman Atas Satuan Pengawas Intern
Pengkajian terhadap pelaksanaan tugas Satuan Pengawas Intern PDAM Tirta Bukit
Sulap Lubuklinggau menunjukkan bahwa Satuan Pengawasan Intern (SPI) PDAM
Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau belum dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Sehingga posisi Satuan Pengawasan Intern (SPI) yang sangat penting, belum
diberdayakan sebagaimana mestinya. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya
deskripsi kerja dan program kerja Satuan Pengawasan Intern (SPI) Tirta Bukit Sulap
Lubuklinggau.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


PERWAKILAN II DI PALEMBANG
KEPALA PERWAKILAN

DRS. SUTRISNO
NIP.240000922

3
BAB II. URAIAN HASIL EVALUASI

A. Penyusunan dan Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan

PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau adalah Perusahaan baru yang merupakan hasil
dari pemisahan PDAM Tirta Silampari milik Kabupaten Musi Rawas. Pemisahan ini efektif
berlaku mulai 1 Januari 2004. Untuk Tahun Buku 2004, PDAM Tirta Bukit Sulap
Lubuklinggau belum membuat Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Dengan
tidak dibuatnya RKAP dan mengingat PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau adalah
Perusahaan baru yang berarti tidak ada data pembanding dari tahun sebelumnya, maka
tingkat pencapaian perusahaan (posisi keuangan dan hasil usaha/operasi) diukur dengan
menggunakan Sandar Perhitungan Nilai Kinerja PDAM sesuai Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 47 Tahun 1999.

B. Tingkat Keberhasilan Perusahaan

Sesuai dengan keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 tanggal 31 Mei 1999 tentang ”
Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum” kinerja PDAM Tirta Bukit
Sulap Lubuklinggau tahun 2004 dihitung sebagai berikut:

1. Aspek Keuangan

a. Data Aspek Keuangan Perusahaan

No Uraian 31 Desember 2004 1 Januari 2004 % Kenaikan/


(Rp) Unaudited (Rp) Penurunan
1 2 3 4 5
A Piutang Usaha (net) 449.076.742,95 480.603.395,75 -6,55%
B Aktiva Lancar 747.117.837,29 842.752.967,09 -11,34%
C Aktiva Produktif 5.201.342.270,17 1.402.500.014,58 270,86%
D Total Aktiva 6.311.532.108,76 1.589.891.737,67 296,97%
E Kewajiban Lancar 6.089.323.434,30 5.106.101.993,03 19,25%
F Kewajiban Jangka Panjang 1.301.660.148,44 1.496.475.777,94 -13,01%
G Total Kewajiban 7.390.983.582,74 6.602.577.770,97 11,94%
H Ekuitas -1.079.451.473,98 -5.012.686.033,30 78,46%
I Penjualan Air 2.218.471.291,50 0 -
J Pendapatan Operasi 2.326.743.441,50 0 -
K Beban Operasi 4.058.663.772,34 0 -
L Laba Sebelum Pajak -1.702.054.900,84 0 -
M Penyusutan 483.171.117,04 0 -
N Angsuran Hutang Pokok+Bunga JT 0 0 -
O Laba Operasi Sebelum Penyusutan -1.218.883.783,80 0 -

4
P Penjualan per hari 6.078.003,54 0 -
Q Rekening tertagih 1.997.192.211,00 0 -
R Jumlah Penduduk yang terlayani 38.904 0 -
S Jumlah Penduduk (jiwa) 175.495 0 -
T Produksi Air (m3) 4.804.318 0 -
U Air Terjual (m3) 1.810.710 0 -
V Air yang hilang (m3) 2.911.945 0 -
W Jumlah Karyawan (Orang) 110 0 -
X Jumlah Pelanggan (SR) 6.915 0 -

b. Penilaian Kinerja Perusahaan

1) Aspek Keuangan

2004 Kriteria
No Indikator Rumus
Rasio Nilai Rasio Nilai
1 Rasio Laba Terhadap Aktiva Produktif >10% 5
(%) L/C(%) (32,72%) 1 >7%-10% 4
>3%-7% 3
>0%-3% 2
<0% 1
Nilai Bonus Peningkatan Rasio Laba >12% 5
Terhadap Aktiva Produktif (13,4%) 1 >9%-12% 4
>6%-9% 3
>3%-6% 2
<0%-3% 1
2 Rasio Laba Terhadap Penjualan (%) >20% 5
peningkatan Rasio LP terhadap tahun L/J(%) (73,15%) 1 >14%-20% 4
sebelumnya
>8%-14% 3
>0%-8% 2
<0% 1
Nilai Bonus Peningkatan Rasio Laba (0,383) 1 >12% 5
Terhadap Penjualan >9%-12 4
>6%-9% 3
>3%-6% 2
<0%-3% 1
3 Rasio AL Terhadap Utang Lancar (kali) B/E(X) 0,12 1 >1,75-2,00 5
>1,6- 4
1,75atau>2,
00-2,30
>1,25- 3
1,50atau>2,
3-2,70
>1,00- 2
1,25atau>2,
7-3,00
≤1,00atau> 1
3,00

5
4 Rasio Hutang Jangka Panjang Terhadap ≤0,50 5
Ekuitas (kali) F/H(X) -1,21 1 >0,50-0,70 4
>0,70-0,80 3
>0,80-1,00 2
>1,00 1
5 Rasio Aktiva Terhadap Total Hutang D/G(X) 0,85 2 >2,00 5
(kali) >1.70-2,00 4
>1,30-1,70 3
>1,00-1,30 2
≤1,00 1
6 Rasio Beban Operasi Terhadap K/J(X) 1,74 1 ≤0,50 5
Pendapatan Operasi (kali) >0,50-0,65 4
>0,65-0,85 3
>0,85-1,00 2
>1,00 1
7 Rasio Laba Operasi sebelum >2,00 5
penyusutan terhadap angsuran pokok O/N(X) - - >1,7-2,00 4
dan bunga jatuh tempo (kali)
>1,30-1,70 3
>1,00-1,30 2
≤1,00 1
8 Rasio Aktiva Produktif Terhadap <2,00 5
Penjualan (kali) C/I(X) 2,34 4 >2.00-4,00 4
>4,00-6,00 3
>6,00-8,00 2
>8,00 1
9 Jangka Waktu Penagihan (kali) A/P(X) 73,89 4 ≤60 5
>60-90 4
>90-150 3
>150-180 2
>180 1
10 Efektivitas Penagihan Q/I(%) 90,02% 5 >90% 5
>85%-90% 4
>80%-85% 3
>75%-80% 2
≤75% 1
Jumlah Nilai 22

2) Aspek Operasional

Kriteria
No Indikator Keterangan Nilai
Rasio Nilai
1 Cakupan Pelayanan ∑ Jlh Jiwa Terlayani x100% 2 >80% 5
∑ Penduduk
>60%-80% 4
>40%-60% 3
Tahun 2004 = ∑ 38.904 x100% = 22,3% >20%-40% 2
∑ 174.495
≤20% 1

6
2 Kualitas Air Memenuhi syarat air bersih 2 Memenuhi syarat 3
Distribusi air minum
Memenuhi syarat 2
air bersih
Tidak memenuhi 1
syarat
3 Kontinuitas Air Belum seluruh pelanggan dapat aliran 1 Seluruh pelanggan 2
Distribusi air dapat aliran air 24
jam
Belum seluruh 1
pelanggan dapat
aliran air
4 Produktivitas 3 >90% 4
Pemanfaatan Kapasitas Produksi x 100% >80%-90% 3
Instalasi Produksi Kapasitas Terpasang >70%-80% 2
≥70% 1
= 4.804.318,10 x 100%
5.645.376,00

= 85,10%

5 Tingkat Kehilangan Tahun 2004= ∑air yg tdk dpt di prtgjwb 1 ≤20% 4


Air (TKA) ∑distribusi air >20%-30% 3
= 2.832.686,80 >30%-40% 2
4.723.265,80 >40% 1
=59,97%

6 Peneraan meter air ∑Pelanggan yang mtr air di tera x 100% 1 >20%-25% 3
∑Pelanggan >10-20% 2
>0%-10% 1
207 = 2,99%
6915
7 Kecepatan Waktu yang dibutuhkan dari pembayaran 2 ≤6 hr kerja 2
Penyambungan baru s.d. penyambungan diperlukan lebih dari 6 >6 hr kerja 1
hari
8 Kemampuan ∑Pengaduan selesai ditangani x 100% 1 ≥80% 2
penanganan ∑Seluruh Pengaduan <80% 1
pengadaan rata-rata = 6 = 11,54%
per bulan 52
9 Kemudahan Tersedianya service point diluar kantor 2 Tersedia 2
Pelayanan pusat Tidak Tersedia 1
10 Rasio karyawan per ∑Pegawai x 1000 1 ≤6,00 5
1000 pelanggan ∑Pelanggan >6,00-7,00 4
>7,00-9,00 3
= 110 x 1000 >9,00-10,00 2
6915 ≥10,00 1
= 15,91
Jumlah Nilai 16

7
3) Aspek Administrasi

No Indikator Keterangan Nilai


1 Rencana Jangka Panjang (Corporate Perusahaan telah memiliki rencana jangka 2
Plan) panjang tetapi baru dipedomani sebagian
2 Rencana Organisasi dan Uraian Tugas Perusahaan telah memiliki rencana organisasi 3
3 Prosedur Operasi Standar Perusahaan belum memiliki Prosedur Operasi 1
Standar. Pekerjaan dilakukan berdasarkan
pengalaman
4 Gambar nyata laksana (As Built Perusahaan telah memiliki gambar nyata 3
Drawing) laksana untuk manajemen produksi dan
distribusi
5 Pedoman Penilaian Kerja Karyawan Perusahaan telah memiliki pedoman penilaian 3
kerja karyawan
6 Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan belum memiliki RKAP tahun 2004 1
Perusahaan (RKAP)
7 Tertib Laporan Internal Perusahaan telah menyampaikan laporan 2
internal yang meliputi laporan harian kas,
laporan keuangan tahunan dengan tidak tepat
waktu. Sedangkan laporan keuangan bulanan
perusahaan belum melakukannya.
8 Tertib Laporan Eksternal Perusahaan telah menyampaikan laporan 3
eksternal kepada Badan Pengawas berupa
laporan keuangan
9 Opini Auditor Independen Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2004 3
telah diaudit BPK Perwakilan II Palembang
dengan opini WDP
10 Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Untuk tindak lanjut hasil pemeriksaan tahun 2
Tahun Terakhir 2004, perusahaan telah memberikan jawaban
kepada BPK Perwakilan II Palembang, tetapi
baru sebagian ditindaklanjuti
Jumlah Nilai 23
Perhitungan nilai kinerja PDAM sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 tahun 1999
adalah sebagai berikut:

ASPEK PERHITUNGAN NILAI KINERJA


KEUANGAN = ∑nilai yang diperoleh x 45 16,50
60

= 22 x 45
60
OPERASIONAL = ∑nilai yang diperoleh x 40 13,61
47

= 16 x 40
47

8
ADMINISTRASI = ∑nilai yang diperoleh x 15 9,58
36

= 23x 15
36
Jumlah Kinerja 39,69

Jumlah nilai kinerja PDAM tahun 2004 adalah 39,69 = Kurang


Klasifikasi Umum
Angka penilaian dan klasifikasi umum pemantauan Kinerja Keuangan terhadap tingkat
kesehatan PDAM sebagai berikut:
JUMLAH NILAI TINGKAT KESEHATAN
>75 Baik Sekali
>60-75 Baik
>45-60 Cukup
>30-45 Kurang
<=30 Tidak Baik

C. Perkembangan Usaha PDAM


1. Perkembangan Posisi Keuangan
Perkembangan posisi keuangan (Neraca) per 31 Desember 2004 dibandingkan
dengan 1 Januari 2004 adalah sebagai berikut:
URAIAN 31 Desember 2004 (Rp) 1 Januari 2004 Pertumbuhan (%)
Unaudited (Rp)
AKTIVA
- Aktiva Lancar 747.117.837,29 842.752.967,09 -11,34%
- Aktiva Tetap 4.412.350.745,83 559.747.047,49 688,27%
- Aktiva Tetap Leasing 41.873.687,50 0,00 -
- Aktiva Lain-Lain 1.110.189.838,59 187.391.723,09 492,44%
TOTAL AKTIVA 6.311.532.108,76 1.589.891.737,67 296,97%
PASISIVA
- Kewajiban Lancar 6.089.323.434,30 5.106.101.993,03 19,25%
- Hutang Jk Panjang 1.301.660.148,44 1.496.475.777,94 -13,01%
- Ekuitas (1.079.451.473,98) (5.012.686.033,30) 78,46%
TOTAL PASSIVA 6.311.532.108,76 1.589.891.737,67 296,97%

2. Perbandingan Ekuitas
Perbandingan ekuitas antara awal dengan akhir tahun 2004 adalah sebagai
berikut:

9
URAIAN 31 Desember 2004 1 Januari 2004
(Rp) Unaudited (Rp)
1. Pemda Mura 0,00 1.834.230.410,48
2. Pemda Kota Lubuklinggau 8.094.016.098,68 0,00
3. Hibah Pemkot Lubuklinggau 2.436.285.077,00 0,00
4. Penyertaan RI 6.777.058.287,00 4.293.339.687,00
5. Laba (Rugi) Tahun Lalu (16.684.756.032,82) (10.425.269.840,55)
6. Laba (Rugi) Tahun Berjalan (1.702.054.900,84) (714.986.290,23)
JUMLAH (1.079.451.473,98) (5.012.686.033,30)

Total Ekuitas pada akhir tahun 2004 sebesar (Rp1.079,45) juta, jika
dibandingkan dengan Total Ekuitas awal tahun 2004 sebesar (5.012,69) juta,
berarti terdapat kenaikan sebesar Rp3.933,23 juta. Hal tersebut disebabkan
antara lain karena dalam tahun 2004, terdapat penyerahan asset PDAM Kota
Lubuklinggau yang sebelumnya dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Mura senilai
Rp8.094,02 juta, hibah Pemerintah Kota Lubuklinggau sebesar Rp2.483,72 juta
dan tambahan penyertaan pemerintah RI sebesar Rp2.483,72 juta (Rp6.777,058
juta – Rp4.293,34 juta).

3. Rasio Keuangan
Rasio keuangan perusahaan Tahun 2004 adalah sebagai berikut:
No Uraian Formula Perhitungan Nilai
A LIKUIDITAS
1 Cash Ratio Kas + Bank 147.134.434
6.089.323.434,30 2,41%
Hutang Lancar

2 Current Ratio Aktiva Lancar 747.117.837,29


12,26%
Hutang Lancar 6.089.323.434,30

3 Quick Ratio Aktiva Lancar -Persediaan 628.152.477,29 10,31%


Hutang Lancar 6.089.323.434,30

B SOLVABILITAS

1 Ratio total aktiva terhadap kewajiban Total Aktiva 6.311.532.108,76 484,88%


Total Hutang JP 1.301.660.148,44
jangka panjang

C RENTABILITAS
Laba setelah Pajak (1.702.054.900,84) -26,96%
1 Rate of Return on Investment (ROI) Total Aktiva 6.311.532.108,76

2 Rate of Return on Assets (ROA) Laba sbl Bunga+Pajak (893.216.419,84) -14,15%


Total Aktiva 6..311.532.108,76

3 Rate of Return on Net Worth (RONW) Laba bersih setelah pajak (1.702.054.900,84) 157,67%
(1.079.451.473,98)
Jumlah modal sendiri

10
4. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats)
digunakan sebagai kerangka untuk membantu perusahaan dalam
mengembangkan perusahaan secara keseluruhan, atau sebagai dasar untuk
penentuan strategi-strategi atas produk/jasanya. Strenghts dan Weaknesses
merupakan kondisi-kondisi internal yang dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Sedangkan Opportunities dan Threats merupakan kondisi-kondisi eksternal
yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.

a. Kondisi Internal PDAM


Kondisi internal merupakan kondisi-kondisi yang terdapat didalam
perusahaan meliputi kompetensi yang dimiliki perusahaan yang
membedakannya atau memberikan keunggulan dari pesaingnya meliputi
keuangan, manajemen, staff dalam setiap lini perusahaan, organisasi,
reputasi dan sejarah perusahaan.

Kekuatan
Terdapat beberapa kekuatan yang dimiliki oleh PDAM Tirta Bukit Sulap:
- PDAM memiliki sumber daya air yang memadai, baik dari dalam Kota
Lubuklinggau maupun dari Kabupaten disekitar Kota Lubuklinggau.
- PDAM Tirta Bukit Sulap merupakan perusahaan daerah Kota
Lubuklinggau yang membawa nama daerah, serta dibentuk
berdasarkan PERDA.

Kelemahan
- Bidang Pemasaran/Pelayanan
o Cakupan pelayanan kurang memadai, yaitu 38.904 jiwa dari jumlah
penduduk Kota Lubuklinggau sebanyak 174.495 atau 22,30%.
o Kontinuitas pemasokan air belum mencapai 24 jam per hari.

11
- Bidang Produksi dan Distribusi
o Tingkat kehilangan air dalam proses distribusi yang tinggi, mencapai
59,97%.

- Manajemen
o Kurangnya kerjasama antara manajemen, hal ini terlihat dengan
banyaknya masalah-masalah yang terdapat dalam PDAM yang
belum jelas mengenai arah penyelesaiannya, seperti masalah
kebocoran air, penggunaan air secara illegal, masalah keuangan.

- Organisasi dan Sumber Daya Manusia


o Jumlah Sumber Daya Manusia yang tinggi yaitu sebanyak 110
orang, dan masuk kategori tidak efisien.
o Keinginan bekerja karyawan kurang, hal ini dilihat dengan tuntutan
karyawan untuk melakukan pekerjaan berdasarkan insentif.
o Rata-rata gaji yang rendah, ditunjukkan dengan banyaknya keluhan-
keluhan dari pegawai. Sehingga cenderung membuka peluang untuk
berlaku curang dan malas.
o Penentuan insentif yang terlalu besar kepada beberapa pegawai atau
bagian, sebagai contoh bagian penagihan mendapatkan insentif
hingga 20% dari jumlah piutang yang dapat ditagih tanpa
memperhatikan umur piutang, sehingga menimbulkan kecemburuan
dari pegawai atau bagian lainnya.
o Kurangnya Sumber Daya Manusia yang mampu dalam bidang
akuntansi dan keuangan yang sangat rentan. Saat ini, perusahaan
hanya memiliki 1(satu) orang yang benar-benar mengurus kegiatan
akuntansi dan keuangan, yang tidak sebanding dengan kegiatan
perusahaan yang cukup besar. Selain itu, hal ini juga menunjukkan
lemahnya Pengendalian Intern perusahaan dimana pengambilan dan
pencatatan, serta penggunaan uang dilakukan oleh satu pihak.

12
- Bidang Keuangan
o Kurang baiknya struktur keuangan perusahaan diperlihatkan dari
rasio-rasio keuangan perusahaan yang kurang baik.

Dari data tersebut diatas disimpulkan bahwa kondisi internal PDAM Bukit
Sulap Kota Lubuklinggau termasuk dalam kategori Kurang.

b. Kondisi Ekternal
Kondisi eksternal merupakan kondisi yang terjadi diluar kemampuan
PDAM Kota Lubuklinggau. Pengaruh eksternal berhubungan dengan
perkembangan PDAM, Visi, Misi dan Strategi yang ditetapkan untuk
mencapai tujuan, yaitu:
Visi : Terdepan dalam mutu, utama dalam pelayanan
Misi : - Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk
- Meningkatkan peran serta dalam pembangunan.
Strategi : Meningkatkan dan memberdayakan Sumber Daya Manusia
Meningkatkan kuantitas, kualitas, produktifitas serta pelayanan.
Peluang
- Pangsa pasar yang masih besar, cakupan pelanggan PDAM Tirta Bukit
Sulap masih 22,3%.
- Berkembangnya kawasan pemukiman di Kota Lubuklinggau, sehingga
meningkatkan kebutuhan akan Sambungan Air baru.
- Semakin meningkatnya pertumbuhan sarana dan prasarana di Kota
Lubuklinggau.
- Masih banyak masyarakat menggunakan DAS untuk kebutuhan Air
Minum.

13
Ancaman
- Harga BBM yang sangat tinggi, sehingga mengakibatkan perusahaan
harus mengeluarkan biaya produksi dalam bentuk BBM dalam nilai
yang lebih besar.
- Semakin tingginya inflasi, khususnya akibat kenaikan BBM yang
mengakibatkan semakin menurunnya daya beli masyarakat.
- Munculnya pesaing-pesaing, khususnya teknologi Air Siap Minum
(AMDK).

D. Pemahaman Atas Struktural Pengendalian Intern


- Satuan Pengawas Intern belum berjalan sebagaimana mestinya, hal ini
ditunjukkan dengan tidak adanya rencana kerja dan deskripsi kerja yang jelas,
sehingga mengakibatkan Bagian ini cenderung hanya sebagai simbol.
- Tidak adanya pemisahan yang jelas antara pihak yang memiliki otorisasi
dalam mengambil, menggunakan uang dan pihak yang mencatat penggunaan
uang. Hal ini ditunjukkan dengan dilakukannya fungsi-fungsi tersebut oleh
satu orang saja yaitu Kepala Bagian Keuangan.
- Kurangnya pengendalian atas produksi air, hal ini ditunjukkan dengan
peningkatan produksi hingga 997.356m3 dan tidak diimbangi dengan
penambahan jumlah pelanggan aktif yang hanya sebanyak 44 pelanggan.
- Kurangnya pengendalian atas water meter yang diperbaiki dan diganti, hal ini
ditunjukkan dengan tidak jelasnya administrasi atas water meter tersebut,
sehingga memungkinkan pemanfaatan water meter tersebut untuk sambungan
ilegal.

E. Aspek Strategis
1. Memberdayakan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
Dalam rangka meningkatkan Sumber Daya Manusia PDAM Tirta Bukit Sulap
Kota Lubuklinggau melakukan pembuatan sistem jenjang karir, rencana umum
diklat intern untuk pegawai, kerjasama pelatihan teknik dan administrasi

14
PERPAMSI, penyesuaian dan penyempurnaan sistem penggajian, dan
penyusunan program mutasi jabatan.
2. Meningkatkan Kualitas, Kuantitas, Produktivitas Pelayanan
Sebagai penyedia air bersih di Kota Lubuklinggau, dalam meningkatkan
pelayanannya baik dari segi kualitas, kuantitas, dan produktifitas. PDAM Tirta
Bukit Sulap berencana melakukan beberapa hal antara lain:
a. Melakukan Survei Kepuasan Pelanggan/Konsumen.
b. Melakukan penyempurnaan modul-modul pemasaran dan pelayanan.
c. Melakukan studi terhadap pemekaran cabang.
d. Melakukan studi potensial pasar untuk produk AMDK.
e. Giralisasi pembayaran rekening air.
f. Pelaksanaan modul-modul pemasaran.

15
BPK – RI
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
BPK RI

ATAS
KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
DAN
PENGENDALIAN INTERN

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)


TIRTA BUKIT SULAP LUBUKLINGGAU

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal


31 Desember 2004

Nomor : 255.b/S/XIV.2/10/2005
255.c/S/XIV.2/10/2005
Tanggal : 18 Oktober 2005
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Perwakilan II di Palembang
Jalan Demang Lebar Daun No. 2 Palembang 30137
Telp. (0711) 410549
Fax. (0711) 358948
DAFTAR ISI

I. LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN ATAS KEPATUHAN TERHADAP


PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. Laporan Auditor Independen 1

B. Lampiran A
1. Pembayaran Tunggakan Hutang Berikut Bunga dan Denda Sebesar 3
Rp6.923.000.425,86 Kepada Departemen Keuangan RI Berlarut-Larut Tidak
Terselesaikan

2. Tingkat Kehilangan Air dalam Proses Distribusi Melebihi Batas Toleransi 8


sebesar Rp1.810.152.252,35 dan Perhitungan Pemakaian Air Tidak Akurat
sebanyak 1.072 Pelanggan
3. Saldo Piutang yang Berumur Lebih Dua Tahun Sebesar Rp606.018.640,00 12
Belum Dihapusbukukan
4. Aktiva Tetap Tanah dan Kendaraan Senilai Rp469.622.000,00 Belum Didukung 14
Bukti Sertifikat Kepemilikan
5. PPh Pasal 21 atas Gaji Dan Penghasilan Lain Karyawan PDAM Tidak Dipungut 16
sebesar Rp8.561.211,00

6. Struktur dan Bentuk Organisasi PDAM Tidak Sesuai Ketentuan dan 18


Menimbulkan Inefisiensi Sebesar Rp524.365.297,55

II. LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN ATAS KEPATUHAN TERHADAP


PENGENDALIAN INTERN
A. Laporan Auditor Independen 21

B. Lampiran B
1. Terdapat Rekening Piutang Yang Tidak Jelas Keberadaannya Sebesar
Rp91.199.670,00 23
2. Pengelolaan Tunggakan Pelanggan Tidak Efektif Dan Denda Atas Keterlambatan
Pembayaran Rekening Air Tidak Dipungut Minimal Sebesar Rp34.786.500,00 26
3. Pengelompokan aktiva tetap berdasarkan umur ekonomis belum dibuat 32
ketetapannya.
4 Pengelolaan Dana Pensiun Karyawan PDAM Tidak Terjamin Dan Menunggak 36
Sebesar Rp259.675.860,00
5 Pembayaran Insentif Penagihan Langganan Melebihi Ketentuan Sebesar 39
Rp7.973.435,26
6. Pemutusan Sambungan Air Atas Pelanggan Yang Menunggak Belum 42
Dilaksanakan Sesuai Ketentuan
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
PERWAKILAN II DI PALEMBANG
Jalan Demang Lebar Daun No. 2 Palembang 30137 Telp. (0711)410549, Faks: (0711)358948

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN


Nomor : 255.b/XIV.2/10/2005

Kepada Yth.
1. Direktur Utama PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
2. Ketua Badan Pengawas PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
di
LUBUKLINGGAU

Kami telah mengaudit neraca PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau tanggal 31 Desember 2004,
serta laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir
pada tanggal tersebut, dan telah menerbitkan kami tertanggal 18 Oktober 2005.

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dan Standar Audit Pemerintahan yang diterbitkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material.

Kepatuhan perusahaan terhadap hukum, peraturan, kontrak, dan bantuan yang berlaku bagi PDAM
Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau merupakan tanggung jawab manajemen. Sebagai bagian dari
pemerolehan keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material,
kami melakukan pengujian terhadap kepatuhan PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau terhadap
pasal-pasal tertentu hukum, peraturan, kontrak, dan persyaratan bantuan. Namun, tujuan audit kami
atas laporan keuangan adalah tidak untuk menyatakan pendapat atas keseluruhan kepatuhan terhadap
pasal-pasal tersebut. Oleh karena itu, kami tidak menyatakan suatu pendapat seperti itu.

Hasil pengujian kami menunjukkan bahwa, berkaitan dengan unsur yang kami uji, PDAM Tirta
Bukit Sulap Lubuklinggau mematuhi, dalam semua hal yang material, pasal-pasal yang kami sebut
dalam paragraf di atas. Berkaitan dengan unsur yang tidak kami uji, tidak ada satu pun yang kami
ketahui yang menyebabkan kami percaya bahwa PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau tidak
mematuhi, dalam semua hal yang material, pasal-pasal tersebut.

Kami juga mencatat masalah-masalah tertentu berkaitan dengan kepatuhan PDAM Tirta Bukit Sulap
Lubuklinggau terhadap pasal-pasal tertentu hukum, peraturan, kontrak, dan persyaratan bantuan
disertai saran perbaikannya yang kami kemukakan pada lampiran A.

1
Laporan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagi Badan Pengawas, manajemen dan
Pemerintah Kota Lubuklinggau. Namun apabila laporan ini merupakan catatan publik distribusinya
tidak dibatasi.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


PERWAKILAN II DI PALEMBANG

RONALD SINAGA, SE, MIM, AK.


Register Negara No. D-16211

18 Oktober 2005

2
LAMPIRAN A

1. Pembayaran Tunggakan Hutang Berikut Bunga dan Denda Sebesar


Rp6.923.000.425,86 Kepada Departemen Keuangan RI Berlarut-Larut Tidak
Terselesaikan

Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang No. 7 tahun 2001 tentang Pembentukan
Kota Lubuk Linggau yang terpisah dari Kabupaten Musi Rawas, pada tanggal 23 Mei 2003
Bupati Musi Rawas mengeluarkan SK No. 165/KPTS/X/2003 tentang Penghapusan Barang
Yang Diserahkan Kepada Pemerintah Kota Lubuk Linggau yaitu bahwa yang dihapus dan
diserahkan antara lain adalah PDAM Kabupaten Musi Rawas (PDAM Tirta Silampari).
Penyerahan secara resmi dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2003 sesuai dengan Berita
Acara Penyerahan yang ditandatangani antara lain oleh Wakil Bupati Musi Rawas yang
mewakili Pemerintah Kabupaten Musi Rawas dan Walikota Lubuk Linggau yang mewakili
Pemerintah Kota Lubuk Linggau.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa sebelum terjadinya penyerahan
tersebut, PDAM Tirta Silampari masih mempunyai hutang kepada Departemen Keuangan RI
dengan hutang pokok awal per 27 September 1993 sebesar Rp2.052.587.700,00 ditambah
hutang bunga dan denda sampai dengan tanggal 31 Desember 2003 sebesar
Rp4.061.574.244,85 sehingga total hutang (pokok dan bunga) per 31 Desember 2003 telah
membengkak menjadi sebesar Rp6.114.161.944,85. Saldo hutang tersebut bahkan bertambah
lagi di tahun 2004 karena ketidakmampuan PDAM membayar biaya administrasi (bunga)
dan denda yang timbul di tahun 2004 sebesar Rp808.838.481,01 sehingga jumlah total yang
terhutang adalah sebesar Rp6.923.000.425,86 (Rp6.114.161.944,85 + Rp808.838.481,01).
Dengan demikian jumlah hutang telah bertambah sebesar Rp4.870.412.725,86
(Rp6.923.000.425,86 - Rp2.052.587.700,00) yang diakibatkan oleh ketidakmampuan PDAM
membayar biaya administrasi (bunga) dan denda keterlambatan pembayaran cicilan dan
bunga.
Hutang tersebut berasal dari dua (2) perjanjian pinjaman jangka panjang dalam
rangka peningkatan fasilitas produksi PDAM Tirta Silampari dengan jumlah yang terhutang
per 31 Desember 2003 (yaitu saat penyerahan PDAM Tirta Silampari dari Kabupaten Musi

3
Rawas ke Kota Lubuk Linggau berlaku efektif) sebesar Rp6.114.161.944,85 (hutang sebesar
Rp5.973.735.937,58 berasal dari Perjanjian Pinjaman Nomor RDA-100/DP3/1992 + hutang
sebesar Rp140.426.007,27 berasal dari Perjanjian Pinjaman Nomor RDA-244/DP3/1996)
dengan rincian perhitungan sebagai berikut:
a. Perjanjian Pinjaman Nomor RDA-100/DP3/1992 tgl 18 Desember 1992 dengan plafond
sebesar Rp2.064.000.000,00, jangka waktu selama 18 tahun, dengan realisasi penarikan
sebesar Rp2.052.587.700,00. Pinjaman tersebut dimaksudkan untuk membiayai proyek
rehabilitasi dan pengembangan sistem penyediaan air bersih di Kota Lubuk Linggau.
Proyek dimaksud telah direalisasikan dengan melaksanakan pembangunan Instalasi
Pengolahan Air (IPA) beserta pemasangan pipa dan kelengkapan lainnya pada tahun
2003.
Dari jumlah yang ditarik tersebut, PDAM Tirta Silampari baru satu kali melakukan
pembayaran yaitu sebesar Rp500.000.000,00 pada tanggal 18 Desember 2000 yang
dipergunakan untuk membayar Cicilan Hutang Pokok sebesar Rp120.912.064,75, Hutang
Biaya Administrasi Rp346.594.433,60 dan Hutang Denda Biaya Administrasi
Rp12.539.652,31 dan Denda Angsuran Hutang Pokok sebesar Rp19.953.849,35. Dengan
demikian sampai dengan tanggal 31 Desember 2003 saldo Hutang Pokok dan Hutang
Bunga (Biaya Administrasi dan Biaya Denda) adalah sebesar Rp5.973.735.937,58
dengan rincian sebagai berikut:
Saldo Hutang Atas Pinjaman Nomor RDA-100/DP3/1992 per 31/12/ 2003
- Hutang Pokok Awal Rp 2.052.587.700,00
- Bunga Tak Terbayar Dikapitalisasi 1.091.125.983,39
- Pembayaran Cicilan Hutang Pokok (120.912.064,75)
I Jumlah Hutang Pokok 3.022.801.618,64
- Biaya Administrasi (Bunga) Terhutang 1.823.958.496,68
- Denda Biaya Administrasi Terhutang 904.601.741,84
- Denda Angsuran Hutang Pokok Terhutang 222.374.080,42
II Jumlah Bunga dan Denda Terhutang 2.950.934.318,94
Jumlah Total Terhutang (I + II) 5.973.735.937,58

b. Perjanjian Pinjaman Nomor RDA-244/DP3/1996 tgl 7 Maret 1996 dengan plafond


sebesar Rp3.700.000.000,00, jangka waktu selama 18 tahun. Pinjaman ke II ini

4
direncanakan untuk membiayai pembangunan IPA Tahap ke II dalam rangka
meningkatkan pelayanan air bersih di Kota Lubuk Linggau. Tidak ada realisasi
(penarikan) atas pinjaman ini karena pihak Departemen Keuangan Republik Indonesia
menolak pencairan pinjaman tersebut mengingat PDAM Tirta Silampari belum melunasi
pinjaman I sesuai dengan kesepakatan. Atas perjanjian pinjaman ini, PDAM Tirta
Silampari mempunyai saldo Biaya Komitmen Terhutang dan Denda Biaya Komitmen
Terhutang sebesar Rp140.426.007,27 dengan rincian sebagai berikut:
Saldo Hutang Atas Pinjaman Nomor RDA-244/DP3/1996 per 31/12/ 2003
- Biaya Komitmen Terhutang Rp 77.433.333,33
- Denda Biaya Komitmen Terhutang 69.313.090,61
- Pembayaran Biaya Komitmen dan Denda Biaya Komitmen Terhutang (6.320.416,67)
Jumlah Hutang 140.426.007,27

Selama tahun 2004 biaya administrasi (bunga), denda atas biaya administrasi
terhutang, denda atas angsuran hutang pokok terhutang dan denda atas biaya komitmen
terhutang yang timbul atas pinjaman-pinjaman tersebut di atas adalah sebesar
Rp808.838.481,01 dengan rincian sebagai berikut:
I Pinjaman Nomor RDA-100/DP3/1992
- Biaya Administrasi Rp 353.415.889,25
- Denda Biaya Administrasi 349.953.181,83
- Denda Angsuran Hutang Pokok 92.455.746,18
Jumlah Biaya dan Denda (I) 795.824.817,26
II Pinjaman Nomor RDA-244/DP3/1996
- Denda Biaya Komitmen 13.013.663,75
Jumlah Denda (II) 13.013.663,75
Jumlah Total (I + II) 808.838.481,01

Dengan demikian, saldo jumlah terhutang atas perjanjian-perjanjian pinjaman


tersebut per tgl 31 Desember 2004 adalah sebesar Rp6.923.000.425,86 yaitu saldo hutang per
tgl 31 Desember 2003 sebesar Rp6.114.161.944,85 ditambah biaya - biaya yang timbul di
tahun 2004 sebesar Rp808.838.481,01.

5
Hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Perjanjian Pinjaman Nomor RDA-100/DP3/1992 dan RDA-244/DP3/1996 yang
mengharuskan pembayaran hutang pokok, biaya bunga, biaya komitmen dan denda atas
keterlambatan pembayaran dilakukan setiap enam bulan sekali.
b. Perjanjian pinjaman Nomor RDA-100/DP3/1992 pasal 9 yang menyatakan bahwa dalam
hal pihak kedua (PDAM) melakukan tunggakan pembayaran kembali pokok pinjaman,
biaya administrasi dan biaya komitmen, untuk periode 6 (enam) bulan setelah terjadinya
pelanggaran tersebut, Pihak Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Musi Rawas
mengambil alih tanggungjawab pembayaran-pembayaran yang tertunggak tersebut
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tingkat II Musi Rawas.

Keadaan tersebut mengakibatkan:


a. Inefisiensi keuangan yang sangat tinggi bagi PDAM karena harus menanggung beban
denda yang tinggi yaitu sebesar 18% per tahun atas Biaya Administrasi (Bunga)
Terhutang dan atas Angsuran Hutang Pokok Terhutang.
b. Jumlah total hutang (pokok + bunga/denda) per 31 Desember 2004 sebesar
Rp6.923.000.425,86, di masa yang akan datang akan semakin besar yang pada akhirnya
akan semakin mempersulit pelunasannya.

Kondisi ini disebabkan:


a. Direksi PDAM tidak cermat memperhitungkan kemampuan perusahaan untuk
mengembalikan pinjaman dan bunganya.
b. Pemerintah Kabupaten Musi Rawas sebagai pemilik lama PDAM (efektif sampai dengan
31 Desember 2003) tidak konsisten dan lalai tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana
disyaratkan dalam kontrak perjanjian pinjaman.
c. Pemerintah Kota Lubuk Linggau sebagai pemilik baru PDAM (efektif mulai 31
Desember 2003) tidak mengambil inisiatif untuk berkoordinasi dengan Pemerintah
Kabupaten Musi Rawas selaku pemilik lama PDAM untuk bersama-sama segera
menyelesaikan permasalahan tersebut.

PDAM Kota Lubuklinggau menjelaskan hutang tersebut merupakan hutang PDAM


Kabupaten Musi Rawas yang dijamin oleh Pemerintah Kabupaten Musi Rawas sehingga
akan diupayakan untuk melakukan koordinasi antara Pemerintah Kabupaten Musi Rawas,

6
Pemerintah Kota Lubuklinggau dan Departemen Keuangan untuk restrukturisasi
penyelesaian hutang dimaksud.

BPK RI merekomendasikan agar Walikota Lubuklinggau berkoordinasi dengan


Bupati Musi Rawas, untuk secara bersama-sama mencari jalan keluar menyelesaikan hutang
PDAM.

7
2. Tingkat Kehilangan Air dalam Proses Distribusi Melebihi Batas Toleransi sebesar
Rp1.810.152.252,35 dan Perhitungan Pemakaian Air Tidak Akurat sebanyak 1.072
Pelanggan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan unit usaha yang memberikan
jasa dan menyelenggarakan kemanfaatan umum dengan mengolah air baku untuk
menyediakan air bersih sesuai standar kesehatan yang berlaku.
Berdasarkan Laporan Kondisi Aktual PDAM Kota Lubuklinggau tahun 2004
diketahui:
No Uraian Jumlah
1 Air yang diproduksi (m3) 4,808,318.10
2 Air yang didistribusikan (m3) 4,723,265.80
3 Air yang hilang dalam proses produksi (m3) 85,052.30
4 Air yang dipertanggungjawabkan (m3)* 1,890,579.00
5 Air yang hilang dalam proses distribusi (m3) 2,832,686.80
6 Rata-rata harga jual air per m3 (Rp) 958.75
*)Terdiri dari pemakaian air dalam Daftar Rincian yang Ditagih dan Mobil Tanki

Dari data di atas dapat diperoleh tingkat kebocoran air sebagai berikut :
a) Kehilangan Air dalam Proses Produksi
4.808.318,10 - 4.723.265,80 x 100% = 1,77%
4.808.318,10
b) Kehilangan Air dalam proses Distribusi
4.723.265,80 - 1.890.579,00 x 100% = 59,97%
4.723.265,80

Data diatas menunjukkan bahwa tingkat kehilangan air dalam proses produksi masih
dibawah batas toleransi 5%. Sedangkan tingkat kehilangan air dalam proses distribusi telah
melebihi batas toleransi yang ditetapkan sebesar 20%.
Jika air yang hilang dinilai berdasarkan rata-rata harga jual per m3 maka PDAM
kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan akibat kehilangan air tersebut adalah
sebagai berikut :

8
Air bocor dalam proses distribusi 2,832,686.80
Toleransi 20% x 4.723.265,80 m3 944,653.16
Jumlah kebocoran air diluar toleransi 1,888,033.64
Jumlah kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan selama tahun 2004 adalah sebagai
berikut:
1.888.033,64 m3 x Rp958,75 Rp 1,810,152,252.35

Tingkat kebocoran air dalam proses distribusi dihitung berdasarkan jumlah air (m3)
yang didistribusikan dibandingkan dengan jumlah pemakaian air (m3) oleh pelanggan sesuai
dengan Daftar Rincian yang Ditagih (DRD). Pemeriksaan lebih lanjut atas DRD per 31
Desember 2004 diketahui sebanyak 1.114 rekening pemakaian air (m3) selama bulan
Nopember 2004 dihitung dengan posisi awal water meter adalah nol. Kondisi demikian
dimungkinkan apabila water meter dalam kondisi baru dengan adanya pemasangan baru,
penyambungan kembali ataupun pergantian water meter pelanggan pada bulan Nopember
tersebut.
Menurut keterangan dari petugas pencetak rekening diketahui bahwa data pemakaian
air pelanggan diperoleh dari Kartu Perhitungan Rekening (KPR) yang dibuat oleh petugas
pembaca water meter. Pemeriksaan atas Daftar Stand Meter Langganan (DSML) yang dibuat
pembaca water meter diperoleh data yang menunjukkan bahwa beberapa water meter tidak
berfungsi sehingga pembaca meter menghitung pemakaian air secara taksiran.
Berdasarkan Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang-barang yang Diminta dan
Daftar Mutasi Jumlah Sambungan Pelanggan dari Bagian Umum dan Langganan
menunjukkan pengeluaran water meter dan jumlah sambungan baru selama Nopember 2004
adalah sebanyak 42 buah dengan rincian 21 sambungan baru, 1 penyambungan kembali dan
20 pergantian water meter. Selanjutnya berdasarkan data kondisi water meter dari Bagian
Umum dan Langganan diketahui jumlah water meter rusak per 31 Desember 2004 adalah
sebanyak 476 buah.
Dengan demikian perhitungan pemakaian air tidak dihitung berdasarkan prosedur
semestinya sebanyak 1.072 rekening dengan rincian sebagai berikut:
(dalam jlh. rekening)
STAND WATER METER BARU PERHITUNGAN TIDAK SESUAI PROSEDUR
AWAL WM 0 SAMB. BARU SAMB. KEMBALI PERGANTIAN TOTAL WM RUSAK TIDAK DIBACA TOTAL
1114 21 1 20 42 476 596 1072
Ket.: WM = Water Meter

9
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dari pemakaian air 6.915 pelanggan,
sebanyak 1.072 atau 15,50% dihitung berdasarkan taksiran yang tingkat keakuratannya tidak
bisa diandalkan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam:


a. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 Tanggal 31 Mei 1999 tentang
Pedoman Penilaian Kinerja PDAM yang menyatakan bahwa toleransi kebocoran air
dalam distribusi sebesar 20%,
b. Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah No.8 Tahun 2000 tanggal 10 Agustus 2000
tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Bagian V
Prosedur, 1.1. Prosedur Pembacaan Meter Air Pelanggan:
1) Poin 1 menyebutkan bahwa pembacaan dan pencatatan meter air pada setiap daerah
atau wilayah pelanggan harus dilakukan tiap-tiap bulan dengan jadual yang teratur,
2) Poin 3 menyebutkan pembaca meter berkewajiban menerima pengaduan pelanggan
dan menginformasikan/melaporkan kejadian-kejadian atas kondisi instalasi saluran air
minum pelanggan.

Hal tersebut mengakibatkan PDAM Kota Lubuklinggau kehilangan kesempatan


untuk memperoleh pendapatan air selama tahun 2004 sebesar Rp1.810.152.252,35, dan
pendapatan usaha dari penjualan air belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya.

Keadaan ini terjadi karena :


a. Kurangnya pengendalian atas kebocoran air dalam proses distribusi oleh Bagian
Transmisi dan Distribusi,
b. Petugas pembaca meter tidak menjalankan tugas sebagaimana mestinya,
c. Pengendalian dan atau pengawasan Direksi PDAM Kota Lubuklinggau masih lemah.

PDAM Kota Lubuklinggau menjelaskan untuk terus meneliti dan memperbaiki


penyebab kehilangan air tersebut, antara lain dengan mengganti water meter yang rusak dan
pelatihan-pelatihan staf. Terhadap pembaca meter di pelanggan yang tidak melaksanakan
tugasnya dengan baik telah dilakukan tindakan dengan memutasikan pegawai tersebut ke
tempat lain.

10
BPK RI merekomendasikan agar Walikota Lubuklinggau:
a. Menegur dan memperingatkan secara tertulis kepada Badan Pengawas dan Direksi untuk
bekerja secara profesional dan cermat sesuai dengan prinsip-prinsip perusahaan yang
baik serta lebih meningkatkan pengurusan dan pengendalian dalam proses distribusi air
bersih serta mengambil langkah-langkah antara lain mengganti Badan Pengawas dan
Direksi dengan tenaga (SDM) yang lebih profesional, jika tingkat kebocoran terus
meningkat secara signifikan.
b. Memerintahkan secara tertulis Direksi PDAM supaya menegur Kepala Bagian Transmisi
dan Distribusi agar bekerja lebih cermat dalam meminimalisasi kebocoran air.
c. Memerintahkan secara tertulis Direksi PDAM supaya menegur petugas pembaca meter
yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik dan memutasikan pegawai tersebut ke
tempat lain, jika kesalahan masih terjadi.

11
3. Saldo Piutang yang Berumur Lebih Dua Tahun sebesar Rp606.018.640,00 Belum
Dihapusbukukan

Neraca PDAM Kota Lubuklinggau per 31 Desember 2004 menyajikan perkiraan,


piutang sebesar Rp1.248.443.422,00, dengan rincian sebagai berikut:
Piutang Lancar:
0 s.d. 3 bulan Rp 304.483.853,00
3 s.d. 6 bulan Rp 72.639.046,00
6 s.d. 12 bulan Rp 96.668.328,00
Jumlah Piutang Lancar Rp 473.791.227,00
Piutang Ragu-Ragu
12 s.d. 24 bulan Rp 168.633.555,00
Diatas 24 bulan Rp 606.018.640,00
Jumlah Piutang Ragu-Ragu Rp 774.652.195,00
Total Piutang Rp1.248.443.422,00
Penyisihan Piutang (Rp 802.619.684,05)
Piutang Neto Rp 445.823.737,95

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa piutang yang berumur diatas 2 tahun
dan harus dihapusbukukan adalah sebesar Rp606.018.640,00. Atas piutang yang harus
dihapusbukukan tersebut, Direksi PDAM telah mengusulkan penghapusan piutang kepada
Badan Pengawas sesuai surat Direksi pada tanggal 14 Mei 2005.

Sesuai Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah No.8 Tahun 2000, tanggal 10
Agustus 2000 tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),
mengenai Bagian I Kebijakan Akuntansi Poin 4 tentang Penilaian Piutang seharusnya
Piutang yang berumur diatas 2(dua) tahun diklasifikasikan sebagai piutang tak tertagih dan
sudah dapat diusulkan kepada Badan Pengawas untuk dihapus serta dikeluarkan.

Keadaan tersebut mengakibatkan saldo piutang ragu-ragu sebesar Rp606.018.640,00


akan terus membebani pekerjaan administrasi.

12
Kondisi tersebut disebabkan Direksi PDAM tidak mengusulkan penghapusan piutang
kepada Badan Pengawas sebagaimana diatur dalam SK Menteri Otonomi Daerah No 8
Tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi PDAM.

PDAM Kota Lubuklinggau menjelaskan saldo piutang tersebut telah diusulkan


kepada Ketua Badan Pengawas PDAM melalui surat No.:690/85/PDAM/V/2005 tanggal 14
Mei 2005 perihal permohonan pemindahbukuan piutang rekening, namun belum
ditindaklanjuti oleh Badan Pengawas.

BPK RI merekomendasikan agar:


a. Direksi mengirim kembali surat kepada Ketua Badan Pengawas PDAM, berkaitan
dengan penghapusan rekening piutang tersebut.
b. Ketua Badan Pengawas PDAM Tirta Bukit Sulap Kota Lubuklinggau memproses
penghapusan piutang sesuai ketentuan yang diatur dalam SK Menteri Otonomi Daerah
No.8 Tahun 2000.

13
4. Aktiva Tetap Tanah dan Kendaraan Senilai Rp469.622.000,00 Belum Didukung Bukti
Sertifikat Kepemilikan

Dalam Neraca PDAM Kota Lubuklinggau per 31 Desember 2004 tercantum Aktiva
Tetap Tanah dan Kendaraan masing-masing senilai Rp44.471.050,00 dan Rp652.807.650,00.
Berdasarkan pemeriksaan atas bukti-bukti kepemilikan aktiva tetap diketahui bahwa
dari total Aktiva Tetap Tanah dan Kendaraan tersebut terdapat Aktiva Tetap Tanah senilai
Rp6.912.000,00 atau 15,54% dan Kendaraan senilai Rp462.710.000,00 atau 70,89% yang
belum didukung dengan bukti kepemilikan berupa sertifikat hak milik dengan rincian sebagai
berikut:
a. Aktiva Tetap Tanah
No Nama Gedung Perolehan Luas (m2) Nilai (Rp)
1 Tanah BPTC Desa Air Apor 1980 78m2 406.750,00
2 Tanah Spring I dan II 1980 28.728m2 930.000,00
3 Tanah Blow Desa Watas 1982 957m2 1.630.500,00
4 Tanah CO2 Taba Padang 1981 673m2 2.444.750,00
5 Tanah BPTB Taba Padang 1988 25m2 100.000,00
6 Tanah Desa Apur 1985 274m2 1.080.000,00
7 Tanah Desa Apur 1986 320m2 320.000,00
Total 6.912.000,00

b. Aktiva Tetap Kendaraan


No Uraian Perolehan Nilai
1 Motor Honda BG6233/7290AZ 1980 1.180.000,00
2 Mobil Chevrolet BG9507/9503 1983 5.946.000,00
3 Motor GL100 BG505/5672HD 1983 1.300.000,00
4 Motor BG5225HZ/5961HD 1990 2.250.000,00
5 Mobil Tangki BG4488 1991 38.940.000,00
6 Mobil Tangki BG4820AZ 1996 54.934.000,00
7 Mobil Tangki 1993 42.680.000,00
8 Mobil Tangki 1993 42.680.000,00
9 Isuzu Panther 2004 104.750.000,00
10 Mobil Minibus Kuda 2004 134.750.000,00

14
11 Motor Honda Win, 2 unit 2004 25.500.000,00
12 Motor BG4019 2004 7.800.000,00
Total 462.710.000,00

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 153
Tahun 2004 tanggal 6 Mei 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah yang
Dipisahkan Pasal 33 Ayat (1) yang menyatakan bahwa pengamanan barang daerah dalam
pemanfaatannya terhindar dari penyerobotan, pengambilalihan atau klaim dari pihak lain
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. administratif yaitu meliputi dokumen kepemilikan,
b. pemagaran dan pemasangan tanda kepemilikan barang,
c. tindakan hukum.
Keadaan ini mengakibatkan kepemilikan atas tanah dan kendaraan yang tidak
bersertifikat sebesar Rp469.622.000,00 tidak terjamin dan mengundang klaim dari pihak-
pihak yang tidak bertanggungjawab.

Kondisi ini disebabkan:


a. Kepala Bagian Umum sebagai pengelola tanah dan kendaraan PDAM kurang aktif
mengusahakan pensertifikatan kepemilikan tanah dan kendaraan sebagai bukti
kepemilikan yang sah bagi perusahaan,
b. Kurangnya pengawasan Direktur Umum terhadap Kepala Bagian Umum dalam
melaksanakan tugasnya untuk melengkapi bukti kepemilikan atas tanah dan kendaraan.

PDAM Kota Lubuklinggau menjelaskan bahwa aktiva tetap tersebut merupakan


penyerahan dari BPAM ke PDAM Kabupaten Musi Rawas kemudian diserahkan ke PDAM
Kota Lubuklinggau sehingga tidak disertai dengan penyerahan sertifikat dan surat-surat
secara resmi. Hal ini akan ditidaklanjuti dengan melakukan penelusuran dan pembuatan
sertifikatnya. Mengenai aktiva tetap kendaraan yang sebagian besar merupakan bantuan
pemerintah pusat akan diupayakan untuk melengkapi surat-suratnya.

BPK RI merekomendasikan Walikota Lubuklinggau untuk memerintahkan Direktur


Umum melengkapi bukti-bukti kepemilikan aktiva tetap.

15
5. PPh Pasal 21 atas Gaji Dan Penghasilan Lain Karyawan PDAM Tidak Dipungut
sebesar Rp8.561.211,00

Untuk meningkatkan motivasi karyawan dalam menagih tunggakan rekening air,


Direksi PDAM Kota Lubuklinggau mengeluarkan SK No. 33/SK/UM/2003 Tentang
Pembentukan Satuan Tugas Penagihan dan Penertiban Pelanggan PDAM yang menyatakan
antara lain bahwa PDAM memberikan insentif kepada karyawan yang berhasil menagih
tunggakan rekening air. Besarnya insentif tersebut adalah 7% dari jumlah yang berhasil
ditagih yang dibagikan kepada Penanggungjawab Penagihan (Direktur Utama, Direktur
Umum dan Direktur Tehnik) sebesar 28,57%, Pengurus Penagihan (Ketua, Bendahara,
Pengelola Rekening dan Kas Penagihan) sebesar 28,57% dan Tim Penagih sebesar 42,86%.
Jumlah insentif yang diterima karyawan di tahun 2004 adalah sebesar Rp39.164.980,00.
Hasil pemeriksaan mengungkapkan bahwa atas pembayaran insentif tersebut belum dipotong
PPh final 15% sebesar Rp5.874.747,00 (Rp39.164.980,00 x 15%).
Hasil pemeriksaan selanjutnya mengungkapkan bahwa atas pembayaran gaji dan
tunjangan direksi yang jumlah setiap bulannya melebihi batas maksimum penghasilan yang
PPhnya ditanggung Pemerintah yaitu sebesar Rp1.000.000,00 sebulan belum dipungut PPh
sebesar Rp2.686.464,00. Dengan demikian jumlah PPh yang belum dipungut dan disetor
untuk Tahun Buku 2004 adalah sebesar Rp8.561.211,00 (Rp5.874.747,00 +
Rp2.686.464,00).

Hal tersebut tidak sesuai dengan:


a. Pasal 15 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : Kep-545/PJ./2000 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21
sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan orang pribadi, menyebutkan bahwa:
Tarif sebesar 15% (lima belas persen) dan bersifat final diterapkan atas penghasilan bruto
berupa honorarium dan imbalan lain dengan nama apapun yang diterima oleh Pejabat
Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI/Polri yang sumber dananya berasal dari
Keuangan Negara/Daerah, kecuali yang dibayarkan kepada Pegawai Negeri Sipil
TNI/Polri berpangkat Pembantu Letnan Satu ke bawah atau Ajun Inspektur Tingkat I ke
bawah.

16
b. Keputusan Presiden RI No. 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan APBN, Pasal 14 butir
(2) yang menyatakan bahwa setiap Instansi Pemerintah, BUMN/BUMD, bendaharawan
dan badan-badan lain yang melakukan pembayaran atas beban APBN/APBD/Anggaran
BUMN/BUMD ditetapkan sebagai wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh), dan pajak
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 486/KMK.03/2003 Tentang PPh
Yang Ditanggung Oleh Pemerintah Dari Pekerjaan pasal 1 ayat (2) yang menyatakan
bahwa PPh yang terutang atas gaji, upah, serta imbalan lainnya dari pekerjaan yang
diterima oleh Pekerja sampai dengan Rp1.000.000,00 sebulan ditanggung oleh
Pemerintah.

Hal tersebut mengakibatkan penerimaan negara atas pungutan PPh Pasal 21 kurang
diterima sebesar Rp8.561.211,00.

Hal tersebut terjadi karena Bagian Keuangan PDAM Kota Lubuklinggau lalai tidak
melaksanakan pemungutan dan penyetoran PPh Pasal 21 sesuai ketentuan yang berlaku.

PDAM Kota Lubuklinggau menjelaskan pajak terhutang atas gaji/tunjangan dan


insentif akan ditagih kepada pegawai yang bersangkutan dan disetor ke Kas Negara dan
untuk tahun-tahun selanjutnya PPh Pasal 21 atas penghasilan karyawan akan dikenakan
sesuai dengan peraturan perpajakan.

BPK RI merekomendasikan agar Direktur Utama menegur secara tertulis dan


memerintahkan kepada Kepala Bagian Keuangan untuk memungut dan menyetor pajak
terutang sebesar Rp8.561.211,00 sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

17
6. Struktur dan Bentuk Organisasi PDAM Tidak Sesuai Ketentuan dan Menimbulkan
Inefisiensi Sebesar Rp524.365.297,55

PDAM merupakan unsur pelaksana tugas pemerintah daerah di bidang pelayanan air
bersih dan selain sebagai perusahaan yang memiliki misi menyediakan pelayanan air minum
kepada masyarakat juga sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk itu
harus dikelola secara baik atas dasar prinsip-prinsip ekonomi perusahaan.
PDAM Kota Lubuklinggau dibentuk dengan Peraturan Daerah Kota Lubuklinggau
No.:05 tahun 2004, tanggal 17 Juni 2004, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Peraturan daerah (perda) dimaksud mengatur
kedudukan, tugas pokok dan fungsi serta struktur organisasi PDAM.
PDAM dibentuk dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan pelayanan air bersih
kepada masyarakat Kota Lubuklinggau. Berdasarkan Laporan Kondisi Aktual PDAM Kota
Lubuklinggau Tahun 2004 diketahui bahwa sampai dengan bulan Desember 2004, jumlah
pelanggan PDAM adalah berjumlah 6.915.
Berdasarkan penggolongan PDAM sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
Otonomi Daerah No.: 8 Tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi PDAM, PDAM Kota
Lubuklinggau digolongkan Tipe A dengan kategori jumlah pelanggan sampai dengan 10.000
sambungan pelanggan.
Pengelolaan PDAM berupa kegiatan pengawasan dan manajemen dilakukan oleh
pengurus yang terdiri dari Direksi dan badan Pengawas. Berdasarkan pasal 3 ayat (2) perda
diatas menyebutkan PDAM dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dibantu dua orang
Direktur yaitu Direktur Umum dan Direktur Teknik.
Direktur Umum membawahi dua bagian yang masing-masing bagian tersebut
membawahi tiga dan dua sub bagian. Sedangkan Direktur Teknik membawahi dua bagian
dan masing-masing bagian membawahi tiga sub bagian.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah No.: 8 Tahun 2000
menyebutkan antara lain penetapan bentuk organisasi PDAM dengan golongan Tipe A terdiri
dari satu Direktur dan dua Kepala Bagian (Bagian Administrasi dan Keuangan dan Bagian
Teknik) serta masing-masing dapat memiliki maksimal lima Sub Bagian.

18
Berdasarkan Daftar Pegawai dan Laporan Kondisi Aktual PDAM tahun 2004
diketahui jumlah pegawai adalah 110 dengan rincian sebagai berikut:
URAIAN JUMLAH
Bagian Umum 14
Bagian Keuangan 23
Bagian Hubungan Langganan 14
Bagian Transmisi / Distribusi 8
Bagian Perlengkapan 4
Bagian Perencanaan 7
Bagian Produksi 22
Bagian Penagihan 7
UPK 11
TOTAL 110
Apabila dihitung rasio karyawan per 1000 pelanggan, maka diperoleh rasio 15,91, dengan
perhitungan sebagai berikut:

Jumlah Karyawan 110


X 1,000 = X 1,000 = 15.91
Jumlah Pelanggan 6,915
Berdasarkan Surat Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah
No.:690/1554/PUOD, tanggal 1 Juni 1999 perihal Pelaksanaan Kepmendagri No.47 Tahun
1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja PDAM, jumlah rasio karyawan per 1.000
pelanggan dikategorikan baik apabila rasio <=8. Apabila diperhitungkan menurut ketentuan
dimaksud, maka jumlah karyawan ideal PDAM Kota Lubuklinggau adalah 55 orang.
Berdasarkan rekapitulasi Tunjangan Direksi dan Gaji dan Tunjangan Karyawan
selama tahun 2004 diketahui jumlah gaji dan tunjangan yang dibayarkan oleh perusahaan
adalah masing-masing sebesar Rp69.182.049,00 dan Rp956.487.863,00. Apabila
diperhitungkan rata-rata gaji dan tunjangan untuk direksi dan karyawan selama setahun,
maka perusahaan menanggung beban tunjangan direksi sebesar Rp23.060.683,00 per orang
dan gaji dan tunjangan karyawan sebesar Rp8.965.344,21 per orang.
Dengan demikian, apabila bentuk organisasi PDAM sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dimaksud maka PDAM akan dapat menghemat biaya sebesar Rp524.365.297,55,
dengan perhitungan sebagai berikut:

19
BENTUK ORG. DAN BENTUK ORG. DAN BEBAN GAJI & TUNJANGAN
BIAYA YANG DAPAT DIHEMAT
KARYAWAN KARYAWAN YANG IDEAL PER ORANG
JLH. DIREKSI JLH. KARY. JLH. DIREKSI JLH. KARY. DIREKSI KARY. DIREKSI KARY.
3 110 1 55 23,060,683.00 8,695,344.21 46,121,366.00 478,243,931.55

Hal tersebut tidak sesuai dengan:


a. Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah No.8 Tahun 2000 tanggal 10 Agustus 2000
tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM):
1) Pasal 4, ayat (5) menyebutkan bahwa bentuk organisasi yang dibangun harus
memperhatikan kesinambungan organisasi dan kesederhanaan serta efisien dari segi
biaya,
2) Pasal 6, ayat (1) a yang antara lain menyebutkan bahwa bentuk organisasi PDAM
Tipe A terdiri dari 1 (satu) Direktur dan 2 (dua) Kepala Bagian yang membidangi
Administrasi dan Keuangan dan Bagian Teknik. Masing-masing bagian dapat
memiliki maksimal 5 (lima) Sub Bagian/seksi,
b. Surat Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah No.:690/1554/PUOD,
tanggal 1 Juni 1999 perihal Pelaksanaan Kepmendagri No.47 Tahun 1999 tentang
Pedoman Penilaian Kinerja PDAM yang antara lain menyebutkan jumlah idela rasio
karyawan per 1.000 pelanggan adalah <=8.

Hal tersebut mengakibatkan pemborosan keuangan perusahaan yang tidak tepat guna
sebesar Rp524.365.297,55.
Hal tersebut terjadi karena Pemerintah Kota Lubuklinggau sebagai pemilik PDAM
tidak memahami ketentuan dimaksud.

PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau menjelaskan kelebihan pegawai diatas


jumlah yang disyaratkan oleh ketentuan-ketentuan merupakan akumulasi dari kebijakan-
kebijakan Direksi sebelumnya. Proses perampingan struktur dan jumlah pegawai akan
diupayakan untuk menjadi perhatian dan akan dilaporkan kepada Pemerintah Kota
Lubuklinggau untuk dicarikan alternatif penyelesaiannya.

BPK RI merekomendasikan agar Walikota Kota Lubuklinggau merubah Struktur


Organisasi dan mengurangi jumlah pegawai sesuai ketentuan yang berlaku.

20
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
PERWAKILAN II DI PALEMBANG
Jalan Demang Lebar Daun No. 2 Palembang 30137 Telp. (0711)410549, Faks: (0711)358948

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

Nomor : 255.c/S//XIV.2/10/2005

Kepada Yth.
1. Direktur Utama PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
2. Ketua Badan Pengawas PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau
di
LUBUKLINGGAU

Kami telah mengaudit laporan keuangan PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau tanggal 31
Desember 2004, dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, dan telah menerbitkan laporan
kami tertanggal 18 Oktober 2005.

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dan Standar Audit Pemerintahan yang diterbitkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Standar tersebut mengharuskan kami untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material.

Dalam perencanaan dan pelaksanaan audit kami atas laporan keuangan PDAM Tirta Bukit Sulap
Lubuklinggau untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2004, kami mempertimbangkan
pengendalian intern entitas tersebut untuk menentukan prosedur audit yang kami laksanakan untuk
menyatakan pendapat kami atas laporan keuangan dan tidak dimaksudkan untuk memberikan
keyakinan atas pengendalian intern tersebut.

Manajemen PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau bertanggung jawab untuk menyusun dan
memelihara suatu pengendalian intern. Dalam memenuhi tanggung jawabnya tersebut, diperlukan
estimasi dan pertimbangan dari pihak manajemen tentang taksiran manfaat dan biaya yang berkaitan
dengan pengendalian intern. Tujuan suatu pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan
memadai, bukan keyakinan absolut, kepada manajemen bahwa aktiva terjamin keamanannya dari
kerugian sebagai akibat pemakaian atau pengeluaran yang tidak diotorisasi dan bahwa transaksi
dilaksanakan dengan otorisasi manajemen dan dicatat semestinya untuk memungkinkan penyusunan
laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Karena adanya
keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian intern, kekeliruan atau ketidakberesan dapat saja
terjadi dan tidak terdeteksi. Begitu juga, proyeksi setiap evaluasi atas pengendalian intern ke periode
yang akan datang mengandung risiko bahwa suatu prosedur menjadi tidak memadai lagi karena
perubahan kondisi yang terjadi atau efektifitas desain dan operasi pengendalian intern tersebut telah
berkurang.

21
Untuk tujuan laporan ini, kami menggolongkan pengendalian intern signifikan ke dalam kelompok
berikut ini:
a. Direktorat Teknik
b. Bagian Umum/Personalia
c. Bagian Pelayanan Pelanggan
d. Bagian Administrasi Keuangan
Untuk semua golongan pengendalian intern tersebut di atas, kami memperoleh pemahaman tentang
desain pengendalian intern yang relevan dan apakah pengendalian intern tersebut dioperasikan, serta
kami menentukan risiko pengendalian.

Pertimbangan kami atas pengendalian intern tidak perlu mengungkapkan semua masalah dalam
pengendalian intern yang mungkin merupakan kondisi yang dapat dilaporkan, oleh karena itu, tidak
perlu mengungkapkan semua kondisi yang dapat dilaporkan yang mungkin juga dianggap sebagai
kelemahan material sebagaimana didefinisikan diatas. Namun, kami yakin bahwa tidak ada satupun
kondisi yang dapat dilaporkan di atas merupakan kelemahan material.

Kami juga menemukan masalah-masalah tertentu tentang pengendalian intern dan operasinya disertai
saran perbaikannya yang telah kami kemukakan dalam lampiran B.

Laporan ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagi badan pengawas, manajemen dan
Pemerintah Kota Lubuklinggau. Namun apabila laporan ini merupakan catatan publik distribusinya
tidak dibatasi.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


PERWAKILAN II DI PALEMBANG

RONALD SINAGA, SE, MIM, Ak.


Register Negara No. D-16211

18 Oktober 2005

22
LAMPIRAN B

1. Terdapat Rekening Piutang Yang Tidak Jelas Keberadaannya Sebesar


Rp91.199.670,00

Laporan Keuangan PDAM Kota Lubuklinggau per 31 Desember 2004 (unaudited)


mencatat saldo perkiraan Piutang sebesar sebesar Rp1.351.919.065,00 dengan rincian
sebagai berikut:
Kode Rek Uraian Nilai(Rp)

11,02,00 Piutang di Kantor Pusat 1.288.909.017,00


11,01,00 Piutang di unit Ibukota Kecamatan (IKK) 63.010.048,00
11,01,01 Jumlah Piutang Rekening Air 1.351.919.065,00
11,01,02 Penyisihan Piutang (802.598.834,30)
Jumlah Piutang Neto Rp549.320.230,70

Berdasarkan hasil opname atas rekening-rekening yang masih menunggak per 31


Desember 2004 diketahui bahwa nilai piutang sebelum penyisihan yang masih menjadi hak
perusahaan adalah sebesar Rp1.248.443.422,00 sehingga terdapat selisih lebih angka piutang
yang tercantum dalam laporan keuangan dengan jumlah fisik rekening tertunggak sebesar
Rp103.475.643,00, dengan rincian sebagai berikut:
Kode Rek Uraian Fisik rekening Laporan Keuangan Selisih(Rp)

11,02,00 Piutang di Kantor Pusat 1.210.480.183,00 1.288.909.017,00 (78.428.834,00)

11,01,00 Piutang di unit Ibukota 37.963.239,00 63.010.048,00 (25.046.809,00)

11,01,01 Jumlah piutang 1.248.443.422,00 1.351.919.065,00 (103.475.643,00)

Berdasarkan hasil pemeriksaan lebih lanjut atas Berita Acara Perubahan Rekening
Air diketahui pengurangan nilai tunggakan atas rekening yang harus ditagih kepada
pelanggan sebesar Rp12.275.973,00 karena adanya klaim pelanggan atas ketidaksesuaian
jumlah air yang dipakai dengan rekening yang harus dibayar dan dispensasi tunggakan.
Dengan demikian piutang yang menjadi hak perusahaan adalah sebesar Rp1.339.643.092,00
dengan rincian sebagai berikut:

23
URAIAN DES'04
Penjualan Air 2.158.638.664,00
Piutang Des'03 (setelah pisah dg mura) 1.190.472.612,00
Saldo Piutang 3.349.111.276,00
Kas Diterima Dr Penjualan Air 1.997.192.211,00
Saldo Piutang Akhir 1.351.919.065,00
(Berdasarkan Neraca)
Dispensasi pembayaran tunggakan 12.275.973,00
piutang
Saldo piutang setelah dispensasi 1.339.643.092,00
piutang

Kondisi tersebut diatas menunjukkan bahwa masih terdapat selisih piutang antara
Laporan Keuangan dan Hasil Opname Rekening Air per 31 Desember 2004 sebesar
Rp91.199.670,00 (Rp1.339.643.092,00 – 1.248.443.422,00) yang tidak jelas keberadaannya.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:


a. Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah No.8 Tahun 2000 tanggal 10 Agustus 2000
tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM): Bagian I
Kebijakan Akuntansi poin 4 Penilaian Piutang menyebutkan bahwa piutang harus
disajikan dalam laporan keuangan dengan nilai tunai yang dapat direalisasi,
b. UU No 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan negara Pasal 34
(1) Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk mengelola pendapatan, belanja, dan
kekayaan negara/daerah wajib mengusahakan agar setiap piutang negara/daerah
diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu.
(2) Piutang negara/daerah yang tidak dapat diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu,
diselesaikan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hal tersebut mengakibatkan saldo Piutang yang tercantum dalam Laporan Keuangan
tidak mencerminkan angka yang semestinya.

Hal tersebut terjadi karena:


a. Pengendalian atas penjualan, piutang, penagihan piutang, penerimaan kas dan kas yang
disetor ke bank, serta pencatatan atas piutang yang menjadi hak perusahaan tidak berjalan
sebagaimana mestinya.

24
b. Direktur Umum sebagai pimpinan tertinggi dalam kegiatan administrasi dan keuangan,
kurang melakukan pengendalian atas kegiatan pembacaan water meter, pemasukan data
tagihan, penghapusan tunggakan piutang.

PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau menjelaskan bahwa piutang yang terjadi di
tahun-tahun sebelum pemisahan dari Kabupaten Musi Rawas akan diupayakan untuk
menelusuri kembali. Apabila tidak diketemukan maka diusulkan penghapusan piutang
kepada Badan Pengawas.

BPK-RI merekomendasikan agar Direktur Utama:


a. Memerintahkan Direktur Umum untuk lebih meningkatkan pengendalian atas penjualan,
antara lain:
(1) Melakukan rekonsiliasi (pencocokan) secara rutin tiap bulan antara laporan hasil
penjualan yang belum ditagih (piutang) dengan data fisik rekening air.
(2) Pemeriksaan fisik terhadap pelanggan-pelanggan yang menunggak selama minimal
6 (enam) bulan berturut-turut untuk memastikan kebenaran data pelanggan, kepada
pelanggan-pelanggan tersebut.
b. Memberikan teguran tertulis kepada pembaca water meter dan pencatat rekening tagihan
yang tidak cermat dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.

25
2. Pengelolaan Tunggakan Pelanggan Tidak Efektif dan Denda Atas Keterlambatan
Pembayaran Rekening Air Tidak Dipungut Minimal Sebesar Rp34.786.500,00

PDAM Kota Lubuklinggau merupakan badan usaha milik pemerintah daerah yang
berfungsi melayani kebutuhan hajat hidup orang banyak dan sekaligus menggali dana
masyarakat melalui perolehan keuntungan usahanya dengan memberikan pemenuhan
kebutuhan pelayanan air bersih.
Berdasarkan Laporan Kondisi Aktual PDAM Kota Lubuklinggau Tahun 2004 yang
dibuat oleh Bagian Perencanaan diketahui sampai dengan bulan Desember 2004, jumlah
pelanggan PDAM adalah berjumlah 6.915, tersebar di Kota Lubuklinggau.
Kondisi keuangan PDAM sampai dengan 31 Desember 2004 menunjukkan
akumulasi kerugian yang cukup besar yaitu Rp11.473.349.325,00 (unaudited). Selain itu
perusahaan juga dihadapkan pada masalah hutang yang besarnya, tingkat kebocoran
distribusi air yang tinggi, dan juga tingkat perputaran piutang yang rendah.
Berdasarkan Laporan Keuangan PDAM Kota Lubuklinggau per 31 Desember 2004
diketahui saldo Piutang Air sebesar Rp1.248.443.422,00 dengan rincian sebagai berikut:

Piutang Lancar:
0 s.d. 3 bulan Rp 304.483.853,00
3 s.d. 6 bulan Rp 72.639.046,00
6 s.d. 12 bulan Rp 96.668.328,00
Jumlah Piutang Lancar Rp 473.791.227,00

Piutang Ragu-Ragu
12 s.d. 24 bulan Rp 168.633.555,00
Diatas 24 bulan Rp 606.018.640,00
Jumlah Piutang Ragu-Ragu Rp 774.652.195,00

Total Piutang Rp1.248.443.422,00

Dalam tahun 2004, pihak manajemen PDAM telah melakukan upaya penagihan
piutang (tunggakan) dengan pembentukan satuan tugas (satgas) penagihan dan penertiban
langganan sesuai dengan SK Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Musi Rawas No.:

26
33/SK/UM/2003, tanggal 6 September 2003. Satgas tersebut dimaksudkan untuk
melaksanakan tugas penagihan tunggakan pelanggan baik rekening air maupun non air ke
rumah-rumah pelanggan. Dalam pelaksanaan tugasnya, satgas diberikan uang insentif yang
akan diperhitungkan berdasarkan prosentase dari jumlah total akhir tagihan.
Berdasarkan Laporan Bulanan dari Satgas Penagihan, Laporan Penagihan Penagih
(LPP) dan Laporan Tagihan Tunggakan Rekening Air diketahui selama tahun 2004, jumlah
tunggakan yang dapat direalisasikan adalah sebesar Rp577.180.742,86.
Pemeriksaan lanjutan atas LPP menunjukkan bahwa denda keterlambatan
pembayaran rekening air tidak dikenakan secara tetap. Dari jumlah rekening air yang
terealisir, ternyata denda yang dapat direalisasikan hanya sebesar Rp13.466.000,00.
Berdasarkan perhitungan dari setiap rekening tunggakan yang dapat direalisasikan
selama tahun 2004, maka PDAM akan menerima pendapatan atas denda keterlambatan
minimal sebesar Rp48.252.500,00 dengan rincian sebagai berikut:
a. Denda yang timbul dalam periode di bawah bulan Juli 2004, tarif denda yang dikenakan
adalah Rp2.500,00 sesuai SK Bupati KDH Tk. II Musi rawas No.: 528/SKPTS/Perek,
tanggal 10 September 1992.
TUNGGAKAN/ JUMLAH REKENING TARIF
NO NILAI
TAHUN TUNGGAKAN/LEMBAR DENDA
1 1985 10 2,500.00 25,000.00
2 1986 14 2,500.00 35,000.00
3 1987 12 2,500.00 30,000.00
4 1988 1 2,500.00 2,500.00
5 1989 2 2,500.00 5,000.00
6 1990 24 2,500.00 60,000.00
7 1991 1 2,500.00 2,500.00
8 1992 0 2,500.00 0.00
9 1993 9 2,500.00 22,500.00
10 1994 41 2,500.00 102,500.00
11 1995 46 2,500.00 115,000.00
12 1996 37 2,500.00 92,500.00
Subtotal 197 492,500.00

27
TUNGGAKAN/ JUMLAH REKENING TARIF
NO NILAI
TAHUN TUNGGAKAN/LEMBAR DENDA
13 1997 40 2,500.00 100,000.00
14 1998 36 2,500.00 90,000.00
15 1999 86 2,500.00 215,000.00
16 2000 238 2,500.00 595,000.00
17 2001 366 2,500.00 915,000.00
18 2002 720 2,500.00 1,800,000.00
19 2003 3,580 2,500.00 8,950,000.00
20 2004 3,346 2,500.00 8,365,000.00
TOTAL 8,609 21,522,500.00
b. Denda yang timbul dalam periode setelah bulan Juli 2004, tarif denda yang dikenakan
adalah sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Lubuk Linggau No.
103/KPTS/PDAM/2004, tanggal 12 Juli 2004.
URAIAN JUMLAH REKENING TARIF
NO NILAI
KETERLAMBATAN TUNGGAKAN/LEMBAR DENDA
1 1 - 7 hari 10,692 2,500.00 26,730,000.00
2 8 hari - 1 bulan 0 5,000.00 0.00
3 1 - 2 bulan 0 7,500.00 0.00
4 2 - 3 bulan 0 10,000.00 0.00
TOTAL 10,692 26,730,000.00

Dengan demikian PDAM kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan atas


denda keterlambatan pembayaran rekening air minimal sebesar Rp34.786.500,00
(Rp48.252.500,00 - Rp13.466.000,00). Menurut keterangan dari Satgas Penagihan, kondisi
ini dikarenakan beberapa pelanggan penunggak tidak mau membayar denda. Selain itu,
walaupun umur tunggakan telah mencapai lebih dari 3 bulan, PDAM tidak menerapkan
sanksi pemutusan sambungan.
Pemeriksaan lanjutan atas LPP tahun 2004 menunjukkan bahwa penerimaan
tunggakan lebih cenderung pada piutang lancar dengan kategori berumur dibawah satu tahun,
dengan rincian sebagai berikut:

28
PERIODE JUMLAH REKENING TUNGGAKAN TEREALISIR
PENAGIHAN UMUR < 1 TAHUN UMUR 1 S.D. 2 TAHUN UMUR > 2 TAHUN
JANUARI 0 176 56
PEBRUARI 1,047 16 38
MARET 900 57 101
APRIL 895 37 53
MEI 1,020 38 10
JUNI 1,332 98 108
JULI 1,078 73 184
AGUSTUS 1,639 26 80
SEPTEMBER 2,365 39 86
OKTOBER 1,940 70 116
NOPEMBER 2,828 11 14
DESEMBER 2,574 79 117
TOTAL 17,618 720 963

Selain itu, berdasarkan LPP tahun 2004 diketahui jumlah tunggakan yang dapat
direalisasikan oleh satgas sebesar Rp577.180.742,86 termasuk didalamnya rekening bulan
berjalan yang tidak dapat dikategorikan sebagai tunggakan sebesar Rp113.906.218,00 atau
19,73% dari nilai realisasi tunggakan yang dilaporkan.
Kecenderungan ini terjadi karena satgas lebih mengutamakan untuk merealiasikan
piutang yang masih lancar dengan pertimbangan uang insentif yang diperoleh akan lebih
besar sejalan dengan besarnya jumlah tagihan.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tunggakan-tunggakan yang
berumur lama relatif tidak berkurang yang menunjukkan bahwa PDAM tidak melaksanakan
sanksi penertiban terhadap pelanggan.

Hal tersebut tidak sesuai dengan :


a. SK Bupati KDH Tk. II Musi rawas No.: 528/SKPTS/Perek, tanggal 10 September 1992
yang antara lain menyebutkan bahwa tindakan administrasi berupa denda diberikan
kepada pelanggan yang tidak membayar rekening air tepat waktu dengan besaran
Rp2.500,00 untuk satu kali pembayaran dalam bulan yang bersangkutan.
b. SK Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Musi Rawas No.: 33/SK/UM/2003, tanggal 6
September 2003 tentang Pembentukan Satuan Tugas Penagihan dan Penertiban
Pelanggan PDAM Musi Rawas yang antara lain menyatakan satgas diberikan tugas dan
wewenang untuk melaksanakan penutupan/pemutusan sambungan rumah bagi pelanggan

29
yang menunggak dan tidak melunasi tunggakan baik air maupun non air sesuai dengan
ketentuan yang berlaku,
c. Surat Keputusan Walikota Lubuk Linggau No. 103/KPTS/PDAM/2004, tanggal 12 Juli
2004 tentang Penetapan Tarif Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota
Lubuk Linggau, yang antara lain menyebutkan bahwa tindakan administrasi berupa
denda dapat dilakukan PDAM apabila pelanggan tidak membayar rekening air tepat
waktu dengan besaran sebagai berikut:
1) Terlambat 1 s.d. 7 hari : Rp 2.500,00,
2) Terlambat 8 hari s.d. 1 bulan : Rp 5.000,00,
3) Terlambat 1 s.d. 2 bulan : Rp 7.500,00,
4) Terlambat 2 s.d. 3 bulan ke atas : Rp 10.500,00.

Hal ini mengakibatkan:


a. Perputaran piutang/tunggakan yang berumur lama rendah,
b. PDAM kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan atas denda selama tahun 2004
minimal sebesar Rp34.786.500,00.

Hal ini disebabkan :


a. Direksi dalam menetapkan kebijakan pemberian insentif tidak mendasari pada tunggakan
yang berumur lama,
b. Satgas dalam melakukan penagihan tidak mengenakan denda sesuai ketentuan.

PDAM Tirta Bukit Sulap menjelaskan bahwa tunggakan tersebut merupakan


tunggakan-tunggakan bulan/tahun sebelumnya dimana kondisi pada saat itu pengaliran air ke
pelanggan terhambat (kualitas, kuantitas, dan kontinuitas) yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan sehingga pelanggan tidak menerima air tetapi secara administrasi
tidak ada pemutusan sementara, mengakibatkan pelanggan banyak yang tidak mau
membayar karena tidak pernah menerima air. Terhadap hal ini pelanggan pernah meminta
keringanan denda ataupun pemutihan. Untuk tagihan dimasa datang diupayakan denda
keterlambatan akan dikenakan terhadap pelanggan yang menunggak.

30
BPK-RI merekomendasikan agar Direktur Utama:
a. Membuat ketentuan besaran insentif sesuai dengan kelompok umur piutang yaitu
semakin lama umur piutang maka insentifnya semakin besar dan begitu juga sebaliknya.
Di samping tetap memperhitungkan jumlah piutang yang berhasil ditagih.
b. Memberikan teguran tertulis kepada satgas yang tidak melaksanakan penagihan sesuai
dengan ketentuan.

31
3. Pengelompokan Aktiva Tetap Berdasarkan Umur Ekonomis Belum Dibuat
Ketetapannya

Ciri utama dari Aktiva Tetap adalah dapat digunakan untuk menghasilkan pendapatan
lebih dari satu periode akuntansi dan memiliki umur ekonomis. Untuk memadukan antara
jumlah pendapatan dan biaya yang dikeluarkan (matching cost against revenues), biaya
operasi dari aktiva tetap (selain tanah) harus dialokasikan pada umur ekonomis dari aktiva
tersebut. Untuk itu diperlukan adanya pengelompokan aktiva berdasarkan umur ekonomis
dalam rangka penyusutan aktiva tersebut.
Dalam pelaksanaannya Direksi PDAM belum pernah mengeluarkan penetapan
pengelompokan barang berdasarkan masa manfaat aktiva berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan keputusan menteri keuangan yang berlaku.
Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa selama ini perusahaan tidak
konsisten dalam menerapkan umur ekonomis terhadap Aktiva Tetap yang terdapat di Kantor
Pusat sebagaimana yang diatur dalam perudang-undangan dan Keputusan Menteri Keuangan
yang berlaku, sehingga kesalahan perhitungan dan penyajian angka-angka penyusutan dan
akumulasi penyusutan.
Kesalahan perhitungan dan penyajian angka-angka dalam beban penyusutan, harus
dilakukan koreksi-koreksi, dengan rincian sebagai berikut
BEBAN PENY. 2004 Koreksi BEBAN PENY. 2004
URAIAN
Unaudited (Rp) (Rp) Audited (Rp)
Kantor pusat
Tanah - - -
Bangunan 31.791.660,28 (1.760.589,31) 33.552.249,59
Instalasi sumber 2.780.590,13 - 2.780.590,13
Instalasi pengolahan 310.464.825,00 133.167.293,43 177.297.531,57
Instalasi tranmisi 73.825.237,38 - 73.825.237,38
Perabot kantor 9.378.153,13 19.903,13 9.358.250,00
Peralatan & perlengkapan 7.343.900,00 - 7.343.900,00
Instalasi pompa 160.502.266,75 69.238.008,38 91.264.258,38
Kendaraan 79.140.250,00 28.171.937,50 50.968.312,50
Jumlah kantor pusat 675.226.882,66 228.836.553,12 446.390.329,54
Unit perlayan kecil
Tanah - - -
Bangunan 5.072.100,00 - 5.072.100,00
Instalasi sumber 8.088.000,00 - 8.088.000,00
Instalasi pengolahan 5.714.500,00 - 5.714.500,00
Instalasi tranmisi 17.906.187,50 - 17.906.187,50

32
Perabot kantor
Peralatan & perlengkapan
Instalasi pompa
Kendaraan
Jumlah unit pelayan kecil 36.780.787,50 - 36.780.787,50
Jumlah seluruh 712.007.670,16 228.836.553,12 483.171.117,04

Tidak adanya keputusan Direksi yang mengatur atas pengelompokan aktiva tetap
yang ada di PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau juga mengakibatkan nilai akumulasi
penyusutan yang tercantum dalam laporan keuangan tahun buku 2003 tidak sesuai dengan
seharusnya, dengan rincian sebagai berikut:
URAIAN Ak Peny per 2003 Koreksi Ak Peny per 2003
Unaudited (Rp) (Rp) Audited (Rp)
Kantor pusat
Tanah - - -
Bangunan 174.254.112,24 (14.890.454,48) 189.144.566,72
Instalasi sumber 166.968.360,50 166.968.360,50
Instalasi pengolahan 1.280.257.031,45 479.964.432,65 800.292.598,80
Instalasi tranmisi 5.596.582.478,47 5.596.582.478,47
Perabot kantor 109.907.259,38 (6.705.090,63) 116.612.350,00
Peralatan & perlengkapan 40.552.600,00 40.552.600,00
Instalasi pompa 640.131.697,15 176.377.502,39 463.754.194,76
Kendaraan 308.667.275,00 (29.773.375,00) 338.440.650,00
Jumlah kantor pusat 8.317.320.814,19 604.973.014,94 7.712.347.799,25
Unit perlayan kecil
Tanah - - -
Bangunan 15.216.300,00 - 15.216.300,00
Instalasi sumber 48.528.000,00 - 48.528.000,00
Instalasi pengolahan 34.287.000,00 - 34.287.000,00
Instalasi tranmisi 107.437.125,00 - 107.437.125,00
Perabot kantor - - -
Peralatan & perlengkapan - - -
Instalasi pompa - - -
Kendaraan - - -
Jumlah unit pelayan kecil 205.468.425,00 - 205.468.425,00
Jumlah seluruh 8.522.789.239,19 604.973.014,94 7.917.816.224,25

Hal tersebut tidak sesuai dengan:


a. Undang-Undang Perpajakan Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 11 dinyatakan bahwa harta
yang dapat disusutkan dibagi menjadi kelompok-kelompok sebagai berikut:
I. Bukan Bangunan

33
a. Kelompok 1:
Harta yang dapat disusutkan dan tidak termasuk Golongan Bangunan, yang
mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 4 (empat) tahun.
b. Kelompok 2:
Harta yang dapat disusutkan dan tidak termasuk Golongan Bangunan, yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 4 (empat) tahun dan tidak lebih dari 16
(enam belas) tahun
c. Kelompok 3:
Harta yang dapat disusutkan dan yang tidak termasuk Golongan Bangunan, yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 8 (delapan) tahun dan tidak lebih dari 16
(enam belas) tahun
d. Kelompok 4:
Harta yang dapat disusutkan dan yang tidak termasuk Golongan Bangunan, yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 16 (enam belas) tahun.
II. Bangunan
a. Permanen:
Bangunan dan harta tak bergerak lainnya, termasuk tambahan, perbaikan atau
perubahan yang dilakukan, yang mempunyai masa manfaat 20 (dua puluh) tahun.
b. Tidak Permanen:
Bangunan dan harta tak gerak lainnya, termasuk tambahan, perbaikan atau
perubahan yang dilakukan, mempunyai masa manfaat 10 (sepuluh) tahun.
Untuk keperluan tarif penyusutan harta dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Kelompok Tarif Penyusutan Berdasarkan Metode
Harta Berwujud Garis Lurus Saldo Menurun
I. Bukan Bangunan
a. Kelompok 1 25% 50%
b. Kelompok 2 12,5% 25%
c. Kelompok 3 6,25% 12,5%
d. Kelompok 4 5% 10%
II. Bangunan
a. Permanen 5%
b. Tidak Permanen 10%

34
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 82/KMK.04/1995 tanggal 7 Februari menjelaskan
mengenai jenis barang-barang dalam pengelompokkan harta berdasarkan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 11

Hal tersebut mengakibatkan Penyusutan yang dilakukan tidak konsisten yaitu untuk
jenis barang yang sama namun perkiraan umur ekonomisnya tidak sama sehingga tarif
penyusutannya juga berbeda. Dengan demikian prinsip penandingan biaya dengan
pendapatan (matching cost againts revenue) tidak tercapai.

Hal tersebut terjadi karena:


a. Bagian Keuangan kurang memahami pedoman akuntansi dimaksud.
b. Direksi kurang memahami pentingnya penentuan umur ekonomis suatu aktiva, yang
dibuktikan belum adanya ketetapan yang dibuat direksi dalam hal penentuan umur
ekonomis atas aktiva yang dimiliki oleh PDAM.

PDAM Tirta Bukit Sulap akan membuat ketentuan-ketentuan yang mengatur umur
ekonomis aktiva sesuai dengan pengelompokan dan ketentuan yang berlaku. Akan
diupayakan mengirim personil bagian keuangan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan bidang
akuntansi.

BPK-RI merekomendasikan agar Direksi segera membuat ketentuan tentang


penentuan umur ekonomis atas aktiva yang dimiliki PDAM Tirta Bukit Sulap.

35
4. Pengelolaan Dana Pensiun Karyawan PDAM Tidak Terjamin dan Menunggak Sebesar
Rp259.675.860,00

PDAM Tirta Bukit Sulap Lubuklinggau menyelenggarakan program pensiun manfaat


pasti untuk seluruh karyawan tetap yang memenuhi syarat kepesertaan. Sumber
pendanaannya berasal dari kontribusi perusahaan dan karyawan masing-masing sebesar 15%
dan 5% dari gaji pokok karyawan. Pengelolaan dana tersebut dilakukan oleh Dana Pensiun
Bersama Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (DAPENMA PERPAMSI).
Dengan program tersebut diharapkan kontribusi peserta dapat terakumulasi dan dikelola
secara bijak dan aman agar kesejahteraan pensiunan karyawan terjamin.
Setiap bulannya, penyetoran iuran pensiun kontribusi karyawan dilakukan oleh Sub
Bagian Umum dan Personalia setelah menerima potongan gaji peserta program dari Juru
Bayar Gaji. Pemeriksaan atas bukti transfer iuran tersebut diketahui selama tahun 2004,
PDAM melakukan penyetoran iuran kontribusi karyawan tahun 2004 sebesar
Rp22.512.264,00.
Pemeriksaan atas Daftar Potongan Gaji Karyawan PDAM diketahui jumlah iuran
dana pensiun kontribusi karyawan selama tahun 2004 adalah sebesar Rp33.825.263,00
sehingga kewajiban yang belum disetor adalah sebesar Rp11.312.999,00 (Rp33.825.263,00 –
Rp22.512.264,00).
Menurut keterangan dari Juru Bayar Gaji beberapa karyawan berpenghasilan minus
sehingga penyetoran menjadi terlambat menunggu pelunasan atas iuran dana pensiun
tersebut di bulan-bulan berikutnya. Selain itu Juru Bayar Gaji lebih mendahulukan
pemotongan untuk pelunasan hutang karyawan pada bank.
Sementara untuk iuran pensiun kontribusi perusahaan dikelola oleh Bagian Keuangan
dan selanjutnya apabila keuangan perusahaan memungkinkan, iuran tersebut disetor ke
Rekening DAPENMA PERPAMSI. Menurut keterangan dari Bagian Keuangan diketahui
sejak tahun 2002, PDAM tidak pernah mengangsur iuran dana pensiun kontribusi
perusahaan.
Berdasarkan Laporan Keuangan perusahaan per 31 Desember 2004 menunjukkan
total tunggakan iuran dan bunga atas tunggakan dana pensiun adalah sebesar
Rp259.675.860,00. Tunggakan tersebut termasuk dana pensiun kontribusi karyawan sebesar

36
Rp11.312.999,00 yang belum disetor. Kondisi ini menunjukkan ketidakseriusan perusahaan
dalam mengelola pensiun karyawannya.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:


a. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.: 2 tahun 1995 tentang Perubahan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No.: 690 – 1572 tahun 1985 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Badan
Pengawas, Direksi dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum :
1) Pasal 108, yang menyebutkan bahwa pensiun pegawai dan pensiun janda/duda
diberikan sebagai jaminan hari tua dan sebagai penghargaan atas jasa-jasa pegawai
selama bertahun-tahun bekerja dalam Perusahaan Daerah Air Minum,
2) Pasal 134, yang menyebutkan sumber dana pensiun dapat dihimpun antara lain dari
iuran pensiun,
b. Seharusnya kewajiban penyetoran iuran dana pensiun dilakukan tepat waktu.

Hal ini mengakibatkan akumulasi tunggakan iuran dan bunga setiap tahun semakin
bertambah dan membebani keuangan PDAM serta kesejahteraan pensiunan karyawan tidak
terjamin.

Hal ini disebabkan:


a. Direksi PDAM kurang memperhatikan kondisi karyawan dalam memperoleh pinjaman-
pinjaman sehingga berpenghasilan minus,
b. Direksi PDAM lalai tidak segera melunasi tunggakan dan bunga tunggakan iuran dana
pensiun kontribusi perusahaan.

PDAM Tirta Bukit Sulap menjelaskan bahwa tunggakan dana pensiun karyawan
tersebut wajar besar karena merupakan akumulasi tunggakan dari tahun-tahun sebelumnya
dimana kondisi keuangan perusahaan saat itu sangat kritis, sehingga untuk menanggulangi
biaya operasional tahun 2004 terutama biaya listrik PLN dan lain-lainnya, dibantu oleh
Pemerintah Kota Lubuklinggau. Untuk masa yang akan datang diupayakan mengangsur
tunggakan tersebut sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan sedangkan untuk dana
angsuran yang bersumber dari karyawan sendiri saat ini berjalan lancar sedangkan mengenai
besaran jumlah tunggakan akan dikonfirmasikan lagi dengan pihak Dapenma PAMSI
Jakarta.

37
BPK-RI merekomendasikan agar Direktur Utama:
a. Membuat aturan-aturan yang membatasi jumlah pinjaman karyawan kepada bank maupun
pihak lain, khususnya yang pembayaran angsurannya melalui perusahaan.
b. Memerintahkan Direktur Umum memenuhi kewajiban perusahaan atas dana pensiun yang
terutang dan menyetorkan ke pengelola sesuai ketentuan yang berlaku.

38
5. Pembayaran Insentif Penagihan Langganan Melebihi Ketentuan Sebesar
Rp7.973.435,26

Salah satu upaya manajemen PDAM dalam melakukan penagihan piutang


(tunggakan) adalah dengan pembentukan satuan tugas (satgas) penagihan dan penertiban
langganan sesuai dengan SK Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Musi Rawas No.:
33/SK/UM/2003, tanggal 6 September 2003. Dalam pelaksanaan tugasnya, satgas diberikan
uang insentif yang akan diperhitungkan berdasarkan prosentase dari jumlah total akhir
tagihan.
Pembagian uang insentif tersebut dilakukan sesuai ketentuan sebagai berikut:
a. Penanggung Jawab : 2% dari jumlah seluruh tagihan,
b. Ketua, Bendahara, Kas Penagihan,
Pengelola Rekening : 2% dari jumlah seluruh tagihan,
c. Petugas Penagihan : 3% dari jumlah seluruh tagihan.
Laporan Keuangan PDAM per 31 Desember 2004 mencatat saldo biaya penagihan
rekening air adalah sebesar Rp42.594.652,00. Saldo tersebut merupakan uang insentif yang
diberikan kepada satgas untuk tahun 2004, dengan rincian sebagai berikut:
PROSENTASE
2% 2% 3% TOTAL
KETERANGAN
Penanggung Jawab 12,169,900.57 12,169,900.57
Ket., Bend., Kas Penag., Pengel. Rek. 12,169,900.57 12,169,900.57
Petugas Penagih 18,254,850.86 18,254,850.86
TOTAL 12,169,900.57 12,169,900.57 18,254,850.86 42,594,652.00

Berdasarkan Laporan Bulanan dari Satgas Penagihan, Laporan Penagihan Penagih


(LPP) dan Laporan Tagihan Tunggakan Rekening Air diketahui bahwa jumlah yang
diperhitungkan sebagai insentif satgas tersebut termasuk didalamnya tagihan rekening-
rekening bulan berjalan (dibawah tanggal 20) yang belum bisa dikategorikan sebagai
tunggakan, dengan rincian sebagai berikut:

39
TOTAL TAGIHAN
REKENING PEMAKAIAN AIR WAKTU PENAGIHAN
DIBAWAH TGL 20
Nopember/03 Desember/03 3,645,865.00
Desember/03 Januari/04 7,151,305.00
Januari/04 Pebruari/04 10,808,580.00
Pebruari/04 Maret/04 8,777,420.00
Maret/04 April/04 10,097,975.00
April/04 Mei/04 9,859,765.00
Mei/04 Juni/04 9,626,685.00
Juni/04 Juli/04 5,820,505.00
Juli/04 Agustus/04 4,197,180.00
Agustus/04 September/04 8,273,350.00
September/04 Oktober/04 5,662,894.00
Oktober/04 Nopember/04 4,632,881.00
Nopember/04 Desember/04 25,351,813.00
TOTAL 113,906,218.00

Dengan demikian kelebihan pembayaran uang insentif selama tahun 2004 adalah
sebesar Rp7.973.435,26 (7% x Rp113.906.218,00) dengan rincian sebagai berikut:
NO KETERANGAN JUMLAH KELEBIHAN
1 Penanggung Jawab 2,278,124.36
2 Ketua, Bendahara, Kas 2,278,124.36
Penagihan, Pengelola Rekening
3 Petugas Penagih 3,417,186.54
TOTAL 7,973,435.26

Hal tersebut tidak sesuai dengan :


a. SK Direksi Perusahaan Daerah Air Minum Musi Rawas No.: 33/SK/UM/2003, tanggal 6
September 2003 tentang Pembentukan Satuan Tugas Penagihan dan Penerbitan
Pelanggan PDAM Musi Rawas yang antara lain menyatakan pembayaran uang insentif
dapat dilakukan setelah selesainya rekapitulasi hasil penagihan tunggakan rekening air.
Artinya insentif yang ditagihkan didasari oleh jumlah hasil penagihan tunggakan,
b. Pengumuman Direksi No.:690/140/PDAM/VIII/2004, tanggal 28 Agustus 2004 tentang
Penyesuaian Tarif yang antara lain menyebutkan keterlambatan membayar rekening
ditentukan dari tanggal 20 s.d. akhir bulan berjalan.

40
Hal tersebut mengakibatkan perusahaan dirugikan sebesar Rp7.973.435,26.

Hal tersebut terjadi karena:


a. Satuan Tugas Penagihan dan Penertiban Langganan tidak cermat memperhitungkan
Laporan Tagihan Tunggakan Rekening Air dengan memasukkan rekening-rekening yang
tidak bisa dikategorikan sebagai tunggakan,
b. Kepala Bagian Keuangan tidak cermat dalam mengesahkan tagihan pembayaran
dimaksud.

PDAM Tirta Bukit Sulap menjelaskan bahwa insentif penagihan langganan dibayar
berdasarkan laporan penerimaan dari tim penagihan. Selanjutnya akan diberikan peringatan
kepada tim penagihan dan bagian keuangan dalam pembuatan laporan hasil penagihan untuk
disesuaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan atas kelebihan pembayaran insentif
tersebut akan diupayakan untuk ditagih dan disetorkan ke kas PDAM.

BPK-RI merekomendasikan agar Direktur Utama:


a. Memberikan teguran tertulis kepala bagian keuangan atas kelalaiannya dalam
memverifikasi pembayaran insentif sesuai ketentuan.
b. Memerintahkan kepada satuan tugas penagihan dan penertiban langganan untuk
menyetor kelebihan insentif sebesar Rp7.973.435,26 ke perusahaan atau Kepala Bagian
Keuangan melakukan pemotongan gaji atas kelebihan pembayaran insentif tersebut.

41
6. Pemutusan Sambungan Air Atas Pelanggan Yang Menunggak Belum Dilaksanakan
Sesuai Ketentuan

Neraca PDAM Kota Lubuklinggau per 31 Desember 2004 menyajikan perkiraan


Piutang sebesar Rp1.248.443,422,00. Perkiraan piutang tersebut dapat dirinci sebagai
berikut:
Piutang Lancar:
0 s.d. 3 bulan Rp 304.483.853,00
3 s.d. 6 bulan Rp 72.639.046,00
6 s.d. 12 bulan Rp 96.668.328,00
Jumlah Piutang Lancar Rp 473.791.227,00
Piutang Ragu-Ragu
12 s.d. 24 bulan Rp 168.633.555,00
Diatas 24 bulan Rp 606.018.640,00
Jumlah Piutang Ragu-Ragu Rp 774.652.195,00
Total Piutang Rp1.248.443.422,00
Penyisihan Piutang (Rp 802.619.684,05)
Piutang Neto Rp 445.823.737,95
Dari hasil opname atas rekening yang telah diputus diketahui bahwa selama tahun
2004 PDAM telah melakukan pemutusan penyambungan air terhadap 1142 pelanggan yang
telah menunggak antara 3 bulan hingga lebih dari 2 tahun. Dari hasil pemeriksaan diketahui
pula terdapat langganan yang telah menunggak lebih dari 3(tiga) bulan dan bahkan
menunggak lebih dari 2(dua) tahun masih belum diputus sambungan airnya, dengan rincian
sebagai berikut:

42
PELANGGAN MENUNGGAK PER WILAYAH DAN BLOK TOTAL
UMUR PIUTANG
1.1 1.2 2.1 2.2 3.1 3.2
Umur s.d. 3 bulan 195 272 235 92 15 24 833
Umur 3 s.d. 6 bulan 37 46 39 21 7 5 155
Umur 6 bulan s.d. 1 tahun 21 35 28 28 8 8 128
Umur di atas 1 tahun s.d. 2 tahun 23 34 48 17 15 7 144
Umur di atas 2 tahun keatas 28 80 96 102 133 65 504
Total Pelanggan Menunggak 1.764
Total Pelanggan Aktif 6.484
Pelanggan Menunggak Lebih dari 3 bulan(%) 52,78%
Pelanggan Menunggak Dari Total Pelanggan Aktif(%) 39,17%

Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Walikota Lubuk Linggau Nomor
103/KPTS/PDAM/2004 Lampiran 1 Tanggal 12 Juli 2004 tentang Penetapan Tarif Air
Minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Lubuk Linggau, Sub Judul Sanksi
Poin 1 Sanksi keterlambatan membayar Rekening Air pada waktu yang ditetapkan yang
menyebutkan bahwa bagi pelanggan yang menunggak diatas 3(tiga) bulan dilakukan
pemutusan sambungan, untuk penyambungan kembali dikenakan biaya pasang baru beserta
seluruh tunggakan beserta denda harus dilunasi.

Hal ini mengakibatkan nilai Piutang Tak Tertagih PDAM terus meningkat.

Hal ini disebabkan Direksi tidak konsisten dalam menerapkan Keputusan Walikota
Lubuk Linggau tersebut.

PDAM Tirta Bukit Sulap menjelaskan bahwa pemutusan sambungan air atas
pelanggan belum dilaksanakan sesuai ketentuan mengingat pertambangan baru belum
sebanding sehingga akan semakin berkurang pelanggan yang ada karena kondisi air tanah
dalam Kota Lubuklinggau saat ini masih cukup baik. Pelanggan yang menunggak tetap akan
diupayakan untuk ditagih.

BPK-RI merekomendasikan agar Direktur Utama menerapkan Keputusan Walikota


No.103/KPTS/PDAM/2004 secara konsisten.

43

Anda mungkin juga menyukai