Anda di halaman 1dari 16

Jurnat Fisiko Indonesia. No: 23. vol. ViI. Edisi April 2004 iSSN: 1410-2994, hal.

II - 26

PENGGUNAAN POTENSIOMETER SEBAGAI TRANSDUSER UNTUK MENENTUKAN MUAI PANJANG BATANG LOGAM

Irwan, Bambang Murdaka Eka Jati dan Bambang Purwadi Lab. Fisika Dasar, FMIPA UGM, Yogyakarta

INTISARI

Telah berhasil dibangun purwarupa perangkat pengukur koefisien muai panjang batang logam berbasis transduser panjang elektromekanis potensiometris. Transduser itu dibangun dari sensor potensiometer putar berelemen plastik konduktif, catu tegangan DC ajeg, multimeter digital, rangkaian roda gigi, dan rangkaian tuas. Kemampuan mengukur perubahan panjang batang logam uji sebesar Lddalam mm) pada suhu T (0C) sebagai LT = - (0,31 ± 0,01) + (0,0118 ± 0,0002) T, pada kisaran (51,50 ± 0,18) -c ~ T ~ (67,00 ± 0,18) °c dan (0,299 ± 0,006) mm ~ Lr ~ (0,480 ± 0,008) mm diperoleh dengan linearitas 99,86 % dan ketakpastian (tJ.Lr) = 0,02 x LT. Transduser panjang elektromekanis potensiometris telah berhasil digunakan untuk mengukur koefisien muai panjang batang logam uji Alumunium dengan hasil a = (2,36 ± 0,04) x 10-5/ °c pada kisaran suhu (51,50 ± 0,]8) °c S T"5: (67,00 ± 0,18) °C.

Kata-kata kunci: transduser, potensiometer, koeflsien muai panjang

AN APPLICATION OF POTENSIOMETER AS TRANSDUSER FOR DETERMINING THE LINEAR EXPANSION COEFFICIENT OF METAL ROD

ABSTRACT

A prototype of the linear expansion coefficient measurement apparatus has been constructed base on electromechanical potensiometric length transduser. The electromechanical potensiometric length transduser has been built from a plastic conductive rotary potensiorneter sensor, a constant DC power supply, a digital multimeter, gears train, and levers train. An ability for measuring the change of length of metal rod for LT (in mm) at T (0C) temperature as LT = - (0,31 ± 0,0 I) + (0,0118 ± 0,0002) T, in the range of (51 ,50 ± 0,18) °c "5: T ~ (67,00 ± 0,18) °c and (0,299 ± 0,006) mm ~ LT ~ (0,480 ± 0,008) mm is achived with the linearity of 99,86 % and the error (tJ.LT) = 0,02 x LT. The electromechanical potensiometric length transduser has been succesful for measuring the linear expansion coefficient of Alumunium rod with the value of a = (2,36 ± 0,04) x 10-5/ °c within the temperature range (51,50 ± 0, 18) "C ~ T~ (67.00 ± 0,18) -c.

Key words: transduser, potensiometer, linear expansion coefficient

12 Irwan, Bambang Murdaka E.J. don B. Purwadi I Penggunaan Potensiometer .

I. PENDAHULUAN

Pengukuran koefisien muai panjang logam (a), di Laboratorium Fisika Dasar FMIPA, UGM masih dikerjakan dengan peralatan dan metoda pengukuran seeara manual. Koefisien muai panjang batang logam dihitung berlandaskan pada mekanisme simpangan tuas-ujung eennin. Perubahan panjang batang logam uji (L1L), selama pemanasan logam, terjadi di salah satu ujung tuas sementara ujung batang lainnya dikekang tetap. Nilai skala simpangan tuas dibaea melalui teropong pada cennin di ujung lain dari tuas. Metode percobaan secara mekanis manual berketelitian rendah dan tidak praktis.

Eksperimentasi dapat dilakukan secara lebih efisien bila alat eksperimen dilengkapi dengan sistem elektronis. Pengukuran koefisien muai panjang batang logam (a) yang diJengkapi dengan sistem elektronis bennakna adanya alihan sinyal mekanik menjadi sinyal listrik. Purwarupa transduser panjang elektromekanis bersensor potensiometer dibangun untuk diterapkan pad a eksperimen koefisien muai panjang logam. Perangkat ukur ini berbahan murah dan mudah peroleh, berteknologi pembuatan terjangkau, mudah digunakan, lebih peka, serta lebih teliti. Selanjutnya, untuk jenis masukan peubah panjang, misalnya perubahan panjang batang logam uji (L1L) akibat ekspansi termal, ragam tranduser modulator mekanik berupa transduser peka peubah panjang resistifmenjadi pilihan yang murah dan teliti (Usher, 1985).

II. DASAR TEORI

Benda memuai ketika dipanaskan dan menyusut bila didinginkan. Besar pemuaian atau pengkerutan berbeda bergantung pad a kisaran suhu tinjauan, dan jenis materi (Kane dan Stemheim, 1997). Pemuaian itu berprosentase keeil dibanding dimensi bendanya. Namun gaya yang diberikan oleh pemuaian terlalu besar, sehingga tidak bisa dilawan dan bisanya hanya dihindari. Ini menyebabkan efek pemuaian benda menempati peran penting dan selalu diperhitungkan keberadaannya.

Irwan; Bambang Murdaka E.J. dan B. Purwadi / Penggunaan Potensiometer.: ... ... 13

Pada eksperimen pengukuran koefisien muai panjang (a) dari batang logam sepanjang L yang mernuai sepanjang (AL) disebabkan oleh kenaikan suhu benda (.11). Hubungan itu dinyatakan oleh kaitan

ill =a/l.T L

(I)

Pada eksperimen itu L1T, dan L1L diukur secara langsung (Purwadi,dkk.., 1996). Konstanta kesebandingan linear antara (IlL / L) terhadap flT disebut koefisien muai linear a (Harris, 1980).

Nilai a dari setiap jenis batang logam uji terukur dengan teliti bila dilakukan pengukuran suhu (.11) dan perubahan panjang (L1L) dengan teliti. Pengukuran L1T dilakukan secara teliti bila kondisi uap air di dalarn tungku uap air yang digunakan untuk memanaskan batang logam uji dalam keadaanjenuh, sehingga suhu terbaca olehkedua termometer, pada masing-masing ujung batang logam, dan senilai. Pengukuran t1L teliti bila sensor L1L memiliki kepekaan tinggi, dan L1L terbaca melalui tampilan numeris digital.

Ketelitian hasiJ pengukuran koefisien muai linear a dapat ditingkatkan melalui penggunaan tarnpilan digital numeris tujuh segmen karena kedwiartian akibat penafsiran pembacaan instrumen tampilan secara signifikan dapat dihilangkan. Hal itu berbeda dengan pada instrumen tampilan analog, misalnya meter berpenunjukjarum (Tocci, 1988).

m, METODE EKSPERIMEN

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah perubahan panjang batang logam dan suhunya. Alat yang digunakan berupa transduser panjang elektromekanis potensiometris, multimeter digital, termometer batang, batang logam uji Alumunium. Multimeter digital digunakan untuk mengukur nilai tahanan potensiometer. Tahanan potensiometer berubah sebab potensiorneter berputar yang disebabkan oleh pemuaian batang logam uji. Tennometer batang

14 lrwan; Bambang Murdaka E.J. dan B. Purwadi / Penggunaan Potensiometer .

digunakan sebagai alat ukur suhu batang logam uji. Pengukuran terjadi ketika batang itu berkesetimbangan termal dengan uap air yang berada di dalam silinder berpenutup isolator.

Adapun tahapan aktivitas yang telah dikerjakan, dinyatakan dalam uraian berikut ini, Dilakukan kajian pustaka dan percobaan pengukuran koefisien muai linear a batang dengan metode tuas - cermin - teropong. Dibuat transduser panjang elektonnekanis potensiometris untuk eksperimen koefisen muai panjang batang logam, Oiamati unjuk kerja unit rnekanis, elektronis dan pendukung dari transduser panjang elektormekanis potensiometris. Diukur parameter-parameter perwatakan transduser panjang elektromekanis potensiometris. Pemanfaatan transduser panjang elektromekanis potensiornetris untuk mengukur koefisien muai panjang batang logam uji Alumunium.

IV. BASIL DAN PEMBAHASAN

Bagan cara kerja transduser panjang elektromekanis potensiometris (Gambar 1), dan desain alat tersebut (Gam bar 2). Selanjutnya diperlihatkan juga potret dari prototipe alat buatan sendiri itu (Gambar 3 a,b). Pada alat itu terdapat 2 buah tennometer batang di dekat ujung batang logam uji. Termometer itu digunakan untuk mengukur suhu batang uji. Suhu terbaca di termometer adalah suhu batang logam, karena terjadi ketika uap air di dalam tungku pada keadaaan jenuh. Karet isolator digunakan, disamping untuk isolator juga sebagai dudukan tennometer dan batang Iogam uji.

Di dalam tungku ekspansi, terjadi perubahan panjang batang logam uji (LlL). Selama ekspansi terrnal, LlL diteruskan ke mekanisme rangkaian tuas, sementara ujung lainnya dan batang logam uji diklem dengan sekrup penahan. Rangkaian tuas dibuat, selain bertujuan untuk memperkuat sinyal masukan (AL), juga untuk mengubah perubahan panjang translasional batang menjadi rotasional (Gambar 2).

\

. ,

. /'

.'

; 10 •

. 'I

f. !

., .. \

~ ,

Irwan, Bambang Murdaka E.J. dan B. Purwadi I Penggunaan Potensiometer.: ... ... 15

flIlED~ ::::;...-""'~_4

-~~.

- ----

Gambar 1 Bagan eara kerja transduser panjang elektromekanis potensiometris untuk mengukur koefisien muai panjang logam .

I

I

• .

5 2 i

...

'!S JI

(

Gambar 2 Bagan desain alat ukur koefisien inuai panjang batang logam.

Adapun eara kerja transduser panjang pada potensiometer, beserta lam banglambang parameter yang terlibat, ditampilkan oleh Gambar 4. Diperlihatkan

16 Irwan, Bambang Murdaka EJ. dan B. Purwadi I Penggunaan Potensiometer .

sebuah lengan tuas l, ditekan oleh pernuaian batang logam uji. Perbedaan panjang antara lengan I, dan 12 membuat simpangan Jengan p pada ujung lengan 12 semakin besar. Lengan ls yang ditekan oleh ujung lengan p menyebabkan terputamya roda gigi a. Adapun 1engan LJ seporos dengan roda gigi a. SinyaJ oleh simpangan batang (&) dikuatkan oleh rangkaian roda gigi

lb. c, dan d. Penyapu sensor potensiometer dibuat seporos dengan as roda gigi . d, atau putaran roda gigi d sarna dengan poros penyapu sensor. Rangkai pengukur peka peubah panjang potensiometris kemudian digunakan untuk mengalihragamkan sinyal mekanis (.&,) menjadi sinyal elektris berwujud beda tegangan keluaran (Eo). MuJtimeter digital digunakan untuk mengukur Eo.

(a)

(b)

Gambar 3 (a) Sebuah prototipe alat ukur koefisien muai panjang logam yang menggunakan potensiometer sebagai pengukur pemuaian batang logam. Gambar 3 (b) Penampilan gerigi untuk pelipatan nilai pertambahan panjang logam karena pemuaian.

Potensiometer gerak putar berbahan resistif plastik konduktif (Garnbar 4) dijadikan pilihan sensor untuk transduser elektromekanis peka peubah panjang pada kebanyakan terapan dimana ketelitian menjadi fokus (KuO, 1987; Daily

/

/

Irwan, Bambang Murdalca EJ. dan B. Purwadi / Penggunaan Potensiometer ..... , ... '7

! .

dkk, 1984). Panjang logam uji yang indera transduser panjang elektromekanis potensiometris diberikan oleh

(2)

1

17 = J - ---------;::------;

l+-L - [:. -(:J]

Rp

(3)

Perilaku nonlinearitas alamiah (,,) potensiometer pembagi tegangan secara signifikan dapat dihilangkan dengan mengatur perbandingan antara impedansi sensor potensiometer dengan impedansi masukan meter digital pengukur tegangan (Daily dkk, 1984).

." pl..mc koNIuktif pad_ ._ po~. JIQt,.

Gambar 4 Bagan cara kerja sensor pemuaian batang logam, dan lam bang besaran fisika yang menyertainya.

Rancangan pabrikasi elemen plastik konduktifpada ujung-ujung tetap di dalam sensor potensiometer yang tidak seragam membuat adanya daerah tidak linear pada ujung awal dan akhir lengkung tanggap sensor potensiometer (Gambar 5). Diperlihatkan pula oleh Gambar 5, bahwa daerah kerja linear sensor potensiometer R, menjadi lebih sempit jika digunakan antarmuka konventor impedansi jenis LM 324 antara sensor Potensiometer dengan Multimeter Digital.

18 Irwan, Bambang Murdaka E.J. dan B. Purwadi I Penggunaan Potensiometer .

,.- .....
q ..
..
a
..
... ..
.
..
U ..
..
.. ..
~'" ..
..
I. ..
lu ..
..
..
,~ ..
..
..
..
..
.
U ..
..
" . G
..
I.f
U ..•.
v u " 1.1 U U ,.. .... ... .." .. U
............... , .......
--- Gambar 5 Lengkung tanggap transduser potensiometer R4.

Pada kisaran sudut (48,00±0, 1St::; Op::; (246,00±0, 18t atau (O,838±0,003) ::; Op(rad) ::; (4,294±0,003), tanpa antar-muka konventor impedansi LM 324 transduser potensiometer bekerja dengan linearitas antara masukan dan keluaran sebesar 99,97%. Dibanding-kan (48,00 ± 0,18)° ::; Bp ::; (198,00 ± 0,18)° atau (0,838 ± 0,003) ::; {}p (rad) ::; (3.456 ± 0,003) jika dengan konventor impedansi. Spesifikasi tegangan masukan OpAmp jenis LM324 membatasi daerah kerja sensor potensiometer. Daerah kerja linear yang sempit yaitu : (48,00 ± 0,18)0::; Bp ::; (198,00 ± 0,18)0 atau (0,838 ± 0,003) ::; {}p (rad) ::; (3.456

± 0,003) membuat konventor impedansi LM 324 tidak dipakai dalam pembuatan alat ukur yang dibangun.

Linearitas grafik tanggap transduser potensiometer R4 tanpa konventor

I

impedarisi pada daerah lineamya ditentukan oleh perbandingan antara

impedansi sensor dengan impedansi masukan Multimeter digital sebagai meter pengukur tegangan keluaran. P~da transduser jPeka peubah panjang yang telah berhasil dibangun, nilai perbandingan ini adalah 1,159 kQ dibanding 2.000 ill. Secara teoritis, ralat linearitas maksimum ISensor potensiometer pada daerah

lineamya sebesar i

lrwon; Bambang Murdaka E.J. dan B. Purwadi I Penggunaan Potensiometer ... ... ... 19

1 1

q=: = =0014%

J + 4 RM 1 +6.902,5 '

Rp

Dari hasil pengukuran diperoleh ralat linearitas maksimum sensor potensiometer pada daerah linearnya sebesar

q* = 100 % - 99,97 % = 0,030 %

(5)

selisih antara perhitungan ralat linearitas teoritis dengan pengukuran dapat dipahami sebagai sumbangan dari perilaku pengukur.

Pada daerah kerja linearnya, transduser potensiometer ~ bekerja menurut persamaan tanggapan Vo. Vee = {(O,378 ± 0,010) + (1,213 ± 0,005) 8p} rad, artinya untuk: masukan mekanis berupa putaran poros penyapu sebesar Bp = (1,000 ± 0,003) rad, tansduser potensiometer R, memberikan keluaran berupa tegangan Iistrik searah sebesar Vo = (1,591 ± 0,006) volt. Tentu saja, persamaan tanggapan ini berlakujika dipakai rangkai pengukur tegangan yang dibuat. Rangkai pengukur perubahan panjang dengan potensiometer sebagai sensor pengukur.dL dibangun dari sensor potensiometer putar bertahanan Rp;; (1.159 ± 6) Q • catu tegangan de ajeg E; = (4,97 ± 0,02) V, dan Multimeter digital berimpedansi masukan RM = (2.000 ± 12) Q .

.,.._ ..... - ..
~ ...
"
~ •

~ a
~
u
i ~ •
'.
~
..
I u ::

u •
:
1.11 ...................... -
I:
= . ._.....w-- .. -
.,
I:
... .~ ... ~. 'u ..,. UI ... ~ - w
.u _-IW·ww" ... Gambar 6 Lengkung histerisis rangkaian roda gigi

20 Irwan, Bambang Murdaka £.1. dan B. Purwadil.: Penggunaan Potensiometer .

Balikan dan daerah diam berperan penting dalam hubungan mekanis semisal rangkai roda gigi. Osilasi yang tidak diinginkan, ketidakstabilan sistem, dan

.j

keausan elemen-elemen mekanis adalah sumbangan yang umum diberikan oleh

balikan. Lengkung histerisis rangkaian roda gigi disajikan pada Gambar 6. Terlihat bahwa rangkaian roda gigi memberikan lengkung tanggap yang bergeser ketika roda gigi diputar s~arah jarum jam dibandingkan ketika berbalik berlawanan arah jarum jam.

r. , i

Lengkung histerisis ini terjadi karena ketika gigi pada roda gigi keluaran dijalankan oleh gigi pada roda gigi masukan, Kedua bagian berjalan bersama sampai bagian masukan berbalik arab. kemudian bagian keluaran tetap diam sampai balikan, pada sisi lainnya ditempuh bagian masukan.

Rangkaian roda gigi yang telah berhasil dibangun, bekerja dengan penguatan mekanis (Gambar 7) sebesar Oa{rad) = (0,23 ± 0,01) + (12,04 ± 0,09)80' dengan linearitas 99,95% dalam kisaran (0,1848 ± 0,0085) ::; Oa(rad)::; (3,418 ± 0.020). Faktor penguatan oleh mekanisme rangkaian roda gigi ditentukan oleh nisbah ukuran jejari roda-roda gigi itu. Peralatarr perbengkelan yang manual membatasi nisbahankeseluruhan rangkaian roda-roda gigi sebesar sekitar 1:12, untuk tetap mempertimbangkan stabilitas putaran, kelembaman, dan dimensi

\.~ ..

roda gigi.

------II1II.

J.' U U U u z.o

1 '"'" S u

. ''-

=t ... i ...

t' ,.1.1 ,"" ...

~u

_ tlJIO_

Garnbar 7 Penguatan mekanis oleh rangkaian roda gigi

Irwan, Bambang Murdaka E.J dan B. Purwadi / Penggunaan Potensiometer.c c.,., 21

Linearitas antara masukan dan keluaran pada rangkaian roda gigi yang tidak mencapai 100% adalah akibat perilaku non-linearitas alamiah pada hubungan mekanis yang dinamakan daerah diam dan zona mati, dan sumbangan nonIinearitas dari transduser potensiometer yang dipakai untuk menera penguatan mekanis rangkaian roda gigi. Linearitas tanggapan rangkaian roda gigi r = 99,95% adalah pencapaian ketepatan rancang bangun yang sangat baik mengingat pengerjaan rangkaian roda-roda gigi oleh teknisi pada Unit Bengkel Mekanis Jurusan Fisika masih dikerjakan dengan mesin-mesin manual.

Rangkaian roda-roda gigi yang terbuat dari lempengan kuningan berketebalan (5,00 ± 0,25) mm mampu bereaksi dengan sangat baik rnengikuti ekspansi tennal batang logam uji. Pemilihan bahan lempengan kuningan dan bukan plastik tebal tentu saja akan rnenambah berat rangkaian roda-roda gigi, tetapi stress tennal yang besar (secara teoritis sebesar 1,61 N/mm untuk setiap perubahan suhu sebesar 1°C untuk Alumuniurn, dengan a pada 20°C) dengan mudah menggerakkan rangkaian roda-roda gigi yang telah dibangun. Lempeng kuningan juga mernberikan keuntungan rancang bangun karena tidak mudah berkarat, tahan terhadap panas uap air, dan lebih mudah dibersihkan dibandingkan bahan plastik.

Rangkaian tuas memberikan penguatan mekanis sebesar LJ (mm) = (26,0 ± 1,3) Lr untuk pengukuran perubahan panjang. Besar torka yang diperlukan untuk rnemutar mekanisme rangkaian roda gigi menentukan ukuran panjang lengan tuas lJ. Faktor penguatan sinyal yang layak dari mekanisme tuas diperoleh dengan membuat sekecil mungkin panjang lengan 1/ = (9,0000 ± 0,0025) mm, dan berkebalikan dengan lengan 12p = (346,157 ± 0,005) mm.

Bentuk lengan ls disesuaikan dengan geometris logam uji yang berbentuk batang, untuk perolehan kemudahan datam bereksperimen. Ekspansi termal linear (satu arah ruang) menentukan bentuk geometris logarn uji, yaitu batang panjang. Pada kisaran suhu yang sarna, batang logam yang lebih panjang akan

22 Irwan, Bambang Murdaka E.J. dan B. Purwadi! Penggunaan Potensiometer .

memberikan perubahan panjang lebih nyata. Batang logam uji Alurnunium yang dipakai berukuran panjang LTk :=:: (500,00 ± 0,25) mm.

Pengukuran a dari batang logam dikerjakan setelah parameter-parameter perwatakkan perangkat ukur koefisien muai linear a selesai diukur. Tegangan keluaran transduser (Eo) dibaca pada Multimeter digital. Perhitungan panjang batang logam uji Alumunium (LT) dari tegangan keluaran transduser potensiometer (Eo) dikerjakan dengan lembar pengolah angka Microsoft Excel. Perangkat lunak Microsoft Excel dipakai untuk merajah data LT dan T yang berpadanan dalam grafik LT vs. T. Grafik ekspansivitas batang logam uji Alumunium yang diukur dengan Transduser Elektromekanis Potensiometris ditampilkan dalam Gambar 8.

Penggunaan pemanas air (tanpa tambahan alat pendingin) membatasi kisaran suhu ekspansi Transduser Elektromekanis Potensiometris pada (35,00 ± 0, lS)OC s T:s (90,0 ± O,lS)bC. Juga terbaca dari grafik ekspansivitas batang logam uji Alumunium (Gambar 8) bahwa Transduser Elektromekanis Potensiometris bereaksi secara linear mengikuti perubaban panjang batang logam uji pada kisaran suhu (51,50 ± 0, 18)OC S T S (67,00 ± O,lS)OC.

~r--------------------------------~'-"-------------------------~

Q.G

Q.C

... - 0.'"

0." Q..Q

1~ =»"" "'4,.

JlUf J lUI

.(:

<U' a.JoI a.» ...,:

UI Q,)O

~~--~--~~~~----------~~--_.--~--_.--~

I., ·o.all.r'~1 .. - ....... 'It

Gambar 8 Ekspansivitas Batang Logam Uji, dari Aluminium

lrwan, Bambang Murdaka E.J. dan B. Purwadi I Penggunaan Potensiometer.: ... ... 23

Lembar pengolah angka dibuat dengan Perangkat lunak Microsoft Excel untuk menghitung garis lurus tercocok dari rajahan data Lr lawan T dengan rnetode kuadrat terkecil. Hasil olah angka ekspansivitas batang logam uji Alumunium memberikan persamaan tanggapan Lr(dalam mm} = - (0,31 ± 0,01) + (0,0118 ± O,0002)T pada kisaran (51,50 ± 0,18) ::;]fC} ::; (67,00 ± 0,18) dan (0,299 ± 0,006) mm ::; LT ::; (0,480 ± 0,008) mm, dengan linearitas 99,86% dan ketakpastian &LT= 0,02 x LT.

Koefisien a sarna dengan nisbah antara koefisien regresi grafik LT lawan T panjang Ln. Dari hasil pengukuran diperoleh koefisien muai linear batang logam uji Alumunium yang dipakai a;; (2,36::1: 0,04) x lO-s/oC. Nilai hasil pengukuran a batang logam uji Alumuniurn tidak dapat dibandingkan dengan standar nilai a Batang logam Alumunium mumi, sebab batang logam uji berupa aluminium komersial.

Nilai a bergantung pada materi penyusun bahan dan pada suhu tinjauan. Hubungan a terhadap suhu ditunjukkan oleh Tabel 1. Nilai a juga berbeda berdasar pada bagaimana a didefinisikan (James dkk, 2001). Nilai a rerata dianggap akurat digunakan untuk mengambarkan proses ekspansi tennal bahkan ketika perubahan suhu mencapai 100 K atau lebih (Kane dan Stemheim, 1997). Kesahihan pendekatan ini menjadi asumsi dasar dalam eksperimentasi fisika dasar tentang pengukuran a linear. Pada bahan kristalin tertentu, a dapat berbeda untuk masing-masing arah ruang (Zeman sky dan Dittman, 1981); suatu hal yang di luar cakupan penelitian yang dikeIjakan.

Tabel 1 Koefisien Aluminium Mumi Fungsi Suhu

Suhu \C) a (IO-5fC)
-23 2,21
20 2,30
77 2,41
527 3,35 24 Irwan, Bambang Murdaka E1 dan S. Purwadi! Penggunaan Potensiometer .

f

Dibandingkan dengan nilai a untuk logam Alumunium pada Tabel 1. nilai a hasil pengukuran dapat diterima mengingat kisaran nilai a batang logam Alumunium hasil pengukuran berada di dalam kawasan nilai a pada Tabel 1. Walaupun aluminium yang diukur koefisien muai panjang adalah aluminium

. produk kornersial, yang bersifat tidak mumi.

Dibandingkan dengan metode tuas-cennin-teropong yang saat ini dipakai pada Laboratorium Fisika Dasar, metode pengukuran a batang logam Alumunium yang dikembangkan peneliti memberikan keuntungan karena telah diperolehnya keluaran hasil pengukuran berupa tegangan listrik sehingga membuka kemungkinan pengembangan antar-rnuka antara alat ukur dengan perangkat komputer pribadi.

Transduser elektromekanis potensiometris yang telah berhasil dibangun juga dapat difungsikan untuk mengukur perubahan panjang yang terjadi pada kisaran (0,299 ± 0,006) mm S LT S (0,480 ± 0,008) mm dengan linearitas 99,86% dan ~ LT = 0,02% X LT. Keuntungan lainnya adalah komputasi perhitungan regresi linear untuk persamaan garis lurusy = (a ± da) + ( b ± db) , x metode kuadrat terkecil yang dikembangkan penulis dalam penetitian ini dapat langsung diterapkan pada sejumlah percobaan fisika dasar.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Transduser panjang elektromekanis potensiometris telah berhasil dirancang dan dibuat yang dinyatakan dalam bentuk foto (Gambar 3). Hasil rancangan dan pembuatan itu berspesifikasi berikut ini.

Tabel 2 Spesifikasi Transduser Panjang Elektromekanis Potensiometris

No Parameter Lambang Nilai ukur
1 (a) Resistansi Rp (1.159±6) ohm
(b) Persamaan tanggapan Vo (DC) (0,378 ± 0,010)+(1,213 ±
O,OO5)6p
(c) Linearitas masukan dan 99,97% Irwan. Bambang MurdaJca E.J. dan B. Purwadi / Penggunaon Potensiometer.: ... ... 25

keluaran Up (0,838 ± 0,03) sd.
(d) Kisaran linearitas (4,294 ± 0,003) rad
2 Catu tegangan DC ajeg Ei (4,97 ± 0,02) volt
3 Impedansi masukan RM (2.000 ± 12) ohm
multi meter digital
4 (a) Penguatan mekanis ad (0,23 ± 0,01 )+(12,04± 0,
rangkaian roda gigi 09)ad
(b) Linearitas 99,95%
(c) Kisaran Iinearitas ad (0,1848 ± 0,0085) sd.
(3,418 ± 0,020) rad
5 Rangkaian tuas berpenguatan
mekanis LJ (26,0 ± 1,3)LT 2. Telah berhasil diperoleh purwarupa perangkat pengukur koefisien muai panjang batang logam berbasis transduser panjang elektromekanis potensiometris. Kemampuan mengukur perubahan panjang batang logam uji sebesar LT (mm) = - (0,31 ± 0,01) + (0,0118 ± 0,0002) T, pada kisaran (51,50 ± 0,18) °c s T'S: (67,00 ± 0,18) °c dan (0,299 ± 0,006) mm ~ LT 'S: (0,480 ± 0,008) mm diperoleh dengan linearitas 99,86 % dan ketakpastian lilT = 0,02 x LT.

3. Transduser panjang elektromekanis potensiometris teIah berhasil digunakan untuk mengukur koefisien muai panjang batang logam uji Alumunium dengan hasil a = (2,36 ± 0,04) x 10-5/ °c pada kisaran suhu (51,50 ± 0, ] 8) °c 'S: T'S: (67,00 ± 0,18) °C.

Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan dan disempurnakan, melalui 3 saran berikut ini. '

I. Pengukuran suhu e~spansi dengan transduser suhu meningkatkan ketelitian pengukuran koefisien muai linear batang logam uji.

2. Penggunaan pemanas elektris dengan suhu dapatatur meningkatkan ketelitian perlakuan suhu batang logam uji.

26 Irwan, Bambang Murdaka EJ. dan B. Purwadi I Penggunaan Potensiometer ...... '"

3. Studi perancangan antar-muka antara transduser panjang elektromekanis potensiornetris dengan komputer pribadi adalah pengembangan yang dapat dikerjakan selanjutnya.

UeAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis ucapkan terimakasih kepada:

I. Bapak Jamhari (Teknisi Bengkel FMIPA UGM), yang telah membimbing pembuatan sistem mekanis.

2. Teknisi Laboratorium Fisika Dasar, yang telah membantu dalam mengkarakterisasi transduser panjang buatan sendiri.

DAFfAR PUSTAKA

Daily. J.W., Riley, W.F., Kenneth, G., 1984: Instrumentation for Engineering Measurements, John Wiley & Sons, New York

Harris, N.C., 1980: Experiments in Applied Physics,. 3rd edition, Me Graw Hill, New York

lames, J.D., Spittle, J.A., Brown. S.O.K, Evans, K.W .• 2001: A Review-of Measurement Techniques for the Thermal Expansion Coefficient of Metals and Alloys at Elevated Temperatures, Meas. Sci. Techno!., 12, RI-R15

Kane, 1.W., Sternheirn, M.M., 1997: General Physics, 2Dd edition, John Wiley & Sons, New York

KuQ, B.C., 1987: Automatic Control System, 2nd edition, Prentice-Hall, New Jersey

Purwadi, B., Sunarta, Wagini, Jati, B.M.E., Sulistya, E.~ Partini, J., 1996:

Panduan Praktikum Fisika Dasar, Laboratorium Fisika Dasar UGM., Yogyakarta

Tocci, R.I., 1988: Digital Systems." Principles and Application. edisi ke 4, Prentice-Hall. New Jersey

Usher, M.J., 1985: Sensors and Transducers, Me Millan, London

Zemansky, M. W., Dittman, R -H., 1981: Heat and Thermodynamics, 6th edition, Me Graw Hill, New York

Anda mungkin juga menyukai