PENDAHULUAN
Rasio jenis kelamin pada keadaan ini bervariasi, namun hampir sama
secara bermakna. Spondilosis lumbalis ini sendiri muncul sebagai fenomena
penuaan yang tidak spesifik. Kebanyakan penelitian menyatakan bahwa
tidak ada hubungan antara spondilosis dengan gaya hidup, berat badan,
tinggi badan, massa tubuh, aktivitas fisik, merokok dan konsumsi alkohol,
atau riwayat reproduksi.2
ANATOMI
PENGERTIAN
ETIOLOGI
Tidak ada yang tahu persis apa yang menyebabkan pada seseorang terjadi
proses degenerasi pada sendi tersebut sedangkan orang lain tidak. Tapi ada
beberapa faktor resiko yang dapat memperberat atau mencetuskan penyakit
ini. Faktor usia dan jenis kelamin salah satunya, semakin tua semakin
banyak penderita spondylosis. Dari temuan radiografik (Holt, 1966)
kejadiannya 13% pada pria usia 30-an, dan 100% pada pria usia 70-an.
Sedangkan pada wanita umur 40-an 5% dan umur 70-an 96%. Faktor lain
yang turut meningkatkan kejadian spondylosis adalah faktor trauma, ’wear
and tear’ alias pengausan, dan genetik. Perlu diingat bahwa tulang
punggung adalah penahan berat, jadi tentunya berhubungan dengan
pekerjaan dan obesitas. Misalnya orang yang mempunyai pekerjaan sering
mengangkat beban berat maka kecenderungan terkena spondylosis lebih
tinggi, dan orang yang gemuk dengan sendirinya juga memberi beban lebih
pada sendi di ruas tulang punggung sehingga meningkatkan kemungkinan
terkena spondylosis. Merokok juga dilaporkan merupakan faktor resiko
penyakit ini.
Variasi anatomis facet joint dalam hal orientasi, bentuk, atau asimetrisitas
membuat degenerasi lebih mudah terjadi yang berkembang menjadi
penekanan akar saraf. Degenerasi lebih sering menyebabkan gejala
penekanan akar saraf pada canalis spinalis yang sempit, dibandingkan
dengan yang lebar bahkan spondilosis atau spondiloartrosis yang berat tidak
memberikan tanda-tanda klinis. Bentuk trefoil dari canalis spinalis adalah
variasi anatomis dari canalis spinalis, yang disebabkan oleh orientasi dari
lamina dan facet joint. Paling sering ditemukan setinggi L3 sampai L5.
Kondisi ini dianggap sebagai faktor predisposisi berkembangnya stenosis
recessus lateralis melalui perubahan degeneratif dari facet joint.
Facet joint yang asimetris dapat mempercepat degenerasi discus, facet joint
dengan orentasi ke frontal memungkinkan ruang yang lebih lebar untuk
membengkok ke lateral dan oleh karena itu juga mempunyai akibat negatif
terhadap integritas discus. Pada saat yang sama, juga terdapat ruang yang
lebih sempit di recessus lateralis. Orientasi sendi ke sagital memungkinkan
mudahnya pergeseran ke sagital dari vertebra-yaitu berkembangnya
spondilolistesis degeneratif. Faktor yang didapat yaitu termasuk semua
perubahan degeneratif yang berkembang menjadi penekanan akar saraf
baik osseus maupun non-osseus.
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
X-ray, CT scan, dan MRI digunakan hanya pada keadaan dengan komplikasi.
Pemeriksaan densitas tulang (misalnya dual-energy absorptiometry scan
[DEXA]) memastikan tidak ada osteofit yang terdapat di daerah yang
digunakan untuk pengukuran densitas untuk pemeriksaan tulang belakang.
Osteofit menghasilkan gambaran massa tulang yang bertambah, sehingga
membuat hasil uji densitas tulang tidak valid dan menutupi adanya
osteoporosis.
Foto X-ray polos dengan arah anteroposterior, lateral dan oblique
berguna untuk menunjukkan lumbalisasi atau sakralisasi, menentukan
bentuk foramina intervertebralis dan facet joint, menunjukkan spondilosis,
spondiloarthrosis, retrolistesis, spondilolisis, dan spondilolistesis. Stenosis
spinalis centralis atau stenosis recessus lateralis tidak dapat ditentukan
dengan metode ini.
PENGOBATAN
Pengobatan konservatif
Pengobatan ini terdiri dari analgesik dan memakai korset lumbal yang
mana dengan mengurangi lordosis lumbalis dapat memperbaiki gejala dan
meningkatkan jarak saat berjalan. Pada beberapa kelompok pasien,
perbaikan yang mereka rasakan cukup memuaskan dan jarak saat berjalan
cukup untuk kegiatan sehari-hari.
Percobaan dalam 3 bulan direkomendasikan sebagai bentuk pengobatan
awal kecuali terdapat defisit motorik atau defisit neurologis yang progresif.
Terapi konservatif untuk stenosis spinalis lumbalis dengan gejala-gejala
permanen jarang sekali berhasil untuk waktu yang lama, berbeda dengan
terapi konservatif untuk herniasi diskus.
TERAPI PEMBEDAHAN
• Operasi dekompresi
• Kombinasi dekompresi dan stabilisasi dari segmen gerak yang tidak
stabil
• Operasi stabilisasi segmen gerak yang tidak stabil
Prosedur dekompresi adalah: dekompresi kanalis spinalis, dekompresi
kanalis spinalis dengan dekompresi recessus lateralis dan foramen
intervertebralis, dekompresi selektif dari akar saraf.
http://malindofm.com/tag/spondilosis
Anonim. Anatomy of the Vertebral Column with Typical Cervical and Lumbar
Vertebrae - Medical Illustration_files. 2004. In :
http://www.w3.org/TR/html4/loose.dtd.