Anda di halaman 1dari 26

Pengujian Tarik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan material yang memiliki kekuatan tinggi semakin bertambah


seiring dengan perkembangan dunia industri. Dalam berbagai penggunaan, logam
harus disesuaikan dengan sifat-sifatnya.

Salah satu sifat logam yang perlu diketahui adalah sifat kekuatan tarik. Untuk
mengetahui kekuatan tarik yang dimiliki oleh suatu logam, maka perlu diadakan
pengujian yang tepat.

Dengan mengetahui kekuatan tariknya, maka suatu logam dapat digunakan


sesuai dengan penggunaannya pada konstruksi mesin.

Dalam pengujian tarik kita mengenal beberapa titik yang dialami material
sampai material tersebut putus. Titik-titik ini menentukan batas-batas dari tegangan
yang diperoleh dari material tersebut. Batas – batas ini antara lain adalah batas
proporsional, batas yielding, batas tegangan ultimate dan batas dimana material mulai
putus. Batas-batas inilah yang akan digunakan untuk mengetahui sifat-sifat yang
dimiliki oleh suatu logam berdasarkan hasil pengujian tarik
Pengujian Tarik

1.2 Tujuan dan Manfaat Pengujian

1. Tujuan Pengujian
1. Praktikan dapat membuat grafik Tegangan-Regangan
2. Praktikan dapat menunjukkan daerah luluh, proporsional, ultimate, dan
break.
3. Dapat mengetahui Tegangan regangan teknis dan tegangan regangan
sebenarnya
4. Mengetahui prosedur pengujian
5. Mengetahui sifat-sifat bahan terhadap beban aksial
6. Mengetahui pengertian keuletan dan kekuatan

2. Manfaat Pengujian
1. Untuk mengetahui kekuatan tarik suatu bahan
2. Dapat mengklasifikasikan logam dengan mudah berdasarkan sifat-
sifatnya.
3. Mengetahui bahwa ssuatu material memiliki tegangan yang berbeda pada
setiap titik, sehingga dapat diramalkan posisi patahnya.
4. Dapat mengetahui hubungan antara tegangan dan regangan.
5. Melihat dengan jelas fenomena yang terjadi pada specimen logam yang
sedang ditarik, dimana terjadi peregangan dan reduksi penampang pada
saat terjadinya necking.

 Aplikasi

1. Suatu industri dapat membuat produk yang berkualitas dengan


mengetahui sifat-sifat bahan dari hasil pengujian tarik
2. Memudahkan suatu industri dalam pengolahan dan perancangan
suatu bahan sekaligus menekan biaya produksi.
3. Pemilihan bahan dapat dilakukan dengan mudah, sesuai data yang
telah diperoleh pada uji tarik.
Pengujian Tarik

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Dasar

Pengertian Tensile Test

Pengujian tarik adalah suatu pengukuran terhadap bahan untuk mengetahui


ketangguhan suatu bahan terhadap tegangan tertentu serta pertambahan panjang yang
dialami oleh bahan tersebut.

Tensile test dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan dari suatu bahan logan yang
diberi beban tarik, sehingga dalam proses uji tarik akan terjadi regangan akibat dari
tegangn yang terjadi pada bahan logam tersebut.

Pada proses pengujian kita dapat mengetahui tegangan yang diberikan dan berapa
panjang hasil regangan yang terjadi pada bahan, sehingga diketahui panjang sebelum
dan setelah pengujian. Selain itu, kita juga dapat mengetahui sifat-sifat logam dan
strukturnya.

Dalam setiap uji tarik, dengan beban tarik yang diberikan akan menghasilkan
regangan tertentu berdasarkan tegangan yang diberikan. Dari beban tarik yang
diberikan, selalu terjadi regangan sampai pada perpatahan. Tegangan yang
menentukan batas kemampuan suatu logam terhadap beban tarik, disebut tegangan
ultimate. Tegangan ini diperoleh dari grafik tegangan regangan yang diperoleh pada
pengolahan data pengujian.

Hukum Hooke , Modulus Elastisitas dan Diagram Tegangan-Regangan

Hukum Hooke menyebutkan bahwa tegangan dan regangan masih berbanding


secara proporsional.

Hukum Hooke dinyatakan dalam harga modulus elastisitas yang akan dibahas
pada teori selanjutnya.

E=
σ
ε
(N mm )2

Dimana ,
P  Kg  ∆L
σ=  2 
ε=
A  mm  Lo
Pengujian Tarik

Modulus Elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan regangan dan


merupakan karakteristik dari suatu jenis logam tertentu. Makin besar gaya tarik
menarik antar molekul logam tertentu, maka makin besar pula harga modulus
elastisitasnya.

Setiap perpanjangan atau perpendekan suatu struktur kristal dalam suatu arah
tertentu, karena gaya searah, akan menghasilkan perubahan gaya dimensi dalam arah
tegak lurus dengan gaya tarik. Pada gambar berikut terlihat adanya kontraksi dalam
arah tegak lurus gaya tarik. Perbandingan negative antara regangan melintang ly dan
regangan tarik ez disebut bidang poison v = -ly/ez.

Bahan-bahan mekanik dapat mengalami beban tarik(tekan) dan beban geser


bekerja 2 gaya yang sejajar. (lih. Gbr.) Tegangan geser ζ adalah gaya Fs dibagi
dengan Lo batas buidang geser ζ = Fs/As.

Gaya geser menyebabkan adanya pergeseran sudut α regangan geser, γ


didefinisikan sebagai tangens sudut α tersebut dan sama dengan π (lihat gbr.).
Regangan geser elastis sebanding dengan tegangan geser : G = σ/γ , dimana G adalah
modulus geser. Modulus geser kekakuan atau modulus geser berbeda dengan modulus
elastisitas E. Namun untuk regangan kecil berlaku hubungan E = 2G (1+v).,

sehingga perpanjangan akan berbanding terbalik dengan luas penampang mula-


mula. Secara matematis diperoleh Hukum Hooke :

∆p.Lo Po .Lo
∆L = =
Ao ε.Do
∆L p 1
= .
Lo Do ε
ε =σo .ε

Dalam pengujian tarik, specimen yang digunanakna secara khusus bentuknya


menurut standar yang ditetapkan, pengujian ini dilakukan dengan kecepatan
pembebanan tidak samaatau kecepatan perpanjangan yang sangat rendah.
Pengujian Tarik

Apabila ditarik dengan sebuah beban P, maka specimen akan berubah panjang
menjadi (ΔL + Lo). Semakin besar beban maka specimen akan berubah panjangnya
menjadi (ΔL + Lo). Semakin besar beban P yang diberikan, maka semakin besar pula
perpanjangan yang terjadi dan dalam pengujian ini akan terbentuk diagram dari rata-
rata yang diperoleh untuk beberapa beban yang tidak sama.

Tegangan pada titik tersebut disebut titik proporsional yang tertinggi dimana
akhir berlakunya hokum Hooke. Apabila beban tarik dip[erbesar, sampai titik B,
kemudian beban tarik diperkecil dan diturunkan sampai titik nol, maka perpanjangan
specimen akan kembali ke titik semula (Lo) karena pada tekanan tersebut terjadi
regangan (ε) yaitu regangan plastis.

Tegangan Pada titik B disusul tegangan elastis yaitu tegangan tertinggi yang
belum memberikan regangan plastis, beban plastis tidak akan ditemukan, karena itu
besarnya ditentukan dengan σ ο yaitu tegangan yang diberikan 0,1 % σ 2, yaitu

Tegangan maksimum terjasdi bila jbeban telah mencapai titik o dinyatakan


σ ο yang merupakan tegangan tertinggi yang akan diberikan sebagai tekanan atau
reaksi terhadap beban. Regangan akan bertambah terus disertai dengan tegangan dan
akhirnya specimen akan patah di F. Tititk ini disebut Break point dan diberi batas σF.
Selama pembebanan berjalan dari nol sampai σo, panjang specimen berubah secara
seragam menjadi kecil, sedangkan panjang specimen akan bertambah. Di sebelah
kanan titik v akan terjadi pengecilan serempak. Pembesaran menjadi tidak seragam
lagi, pengecilan setempat itu disebut Necking.

Setelah specimen patah, akan terjadi pergeseran luas atau reduksi penampang
yaitu dari

Ao − Ax
×100 %
Ao

Dimana :

A = Reduksi Luas Penampang


Ao = Luas mula-mula
Ax = Luas pada keadaan x
Pengujian Tarik

Diagram tegangan regangan diperoleh pada pengujian tensile dan pertambahan


panjang sedara konstan dari batang uji. Tegangan yang memeberikan nilai 0,12 %
biasanya disebut tegangan yield. Tegangan maksimal apabila telah mencapai titik U,
dinyatakan dengan σu ,yang merupakan tegangan tertinggi yang dapat diberikan
sebagai reaksi terhadap beban. Pada waktu pembebanan berlangsung sampai pada
terjadi abrasi, energi yang dinyatakan dengan persamaan :

U = σ ×ε

Persamaan ini merupakan usaha yang dilakukan untuk mematahkan specimen


persatuan volume yang mengalami tegangan. Usaha ini pula merupakan keuletan dar
material tersebut. Tegangan yang sesungguhnya terjadi setelah σ1 adalah bukan σ
sehingga :

P
σs = ( Kg / mm 2 )
A1
dimana A1 = luasan sesaat.

Hubungan antara A dan σs dapat diuraikan sbb :

P Ao
σs = =
Ao A1

Berikut ini adalah diagram teganga-regangan beserta penjelasannya.


Tegangan 

Kg 

 mm 2 

U
σU

σB
B
σY y

P
σP

εP εY εU εU Re gangan
Keterangan :
Pengujian Tarik

• E : Titik elastisitas yaitu kondisi bahan sedemikian sehingga apabila beban


dihilangkan, maka panjang specimen akan kembali ke posisi semula.

• P : Titik Proporsional, yaitu daerah dimana berlakunya Hukum Hooke.

• Y : Titik Yield, yaitu titik dimana mulur mulai terjadi deformasi plastis,
perpanjangan dan pengecilan luas penampang.

• U : Titik ultimate, merupakan titik dimana terjadi tegangan maksimum yang


terjadi pada bahan yang ditarik. Dapat pula disebut tegangan tarik
maksimum yang dapat diterima oleh bahan, yang merupakan awal terjadinya
necking.

• B : Titik Break, dimana bahan telah putus apabila terus dibebani.

Pada pergeseran yang lebih tinggi, terjadi pergeseran tetap dari atom-atom
dalam suatu bahan disamping reganga elastis. Regangan tahap ini tak mampu
balik. Pada saat regangan semacam ini diperlukan pada proses pengerjaan bahan.
Pada pemakaian pendek, kita selalu menghindarkan terjadinya deformasi plastis
sehingga perhitungan desain dilandaskan pada tegangan di daerah elastis
(proporsional.

Sifat-Sifat Mekanik Bahan

Deformasi terjadi bila bahan mengalami gaya. Regangan (strain) adalah besar
deformasi per satuan panjang. Tegangan (stress) merupakan gaya per satuan luas.
Selama deformasi, bahan menyerap energi sebagai akibat adanya gaya yang
bekerja sepanjang jarak deformasi. Kekuatan (Strenght) adalah besar gaya yang
diperlukan untuk mematahkan atau merusak suatu bahan. Keuletan (butility)
dikaitkan dengan besar regangan permanent sebelum perpatahan. Sedangkan
Ketangguhan (roughness) dikaitkan dengan energi yang diserap bahan sampai
terjadi perpatahan. Selain itu, dijumppai pula berbagai cara untuk mendefinisikan
keuletan dan kekuatan.

Berikut ini adalah table yang mencantumkan beberapa sifat mekanik dari
bahan, beserta dengan definisi, besaran dan satuannya :
Pengujian Tarik

Mulur

Mulur merupakan proses peregangan yang lambat. Laju mulur berkisar dari
beberapa persen pada tegangan atau suhu tinggi sampai kurang dari 10-4% /jam.
Nilai tersebut kecil tetapi harus diingat betapa pentingnya hal ini sewaktu
mendesain pembangkit tenaga uap atau reactor nuklir yang dipakai selama
bertahun-tahun pada suhu yang tinggi. Mulur juga penting pada turbin gas dan
alat-alat yang harus beroperasi pada tegangan dengan suhu tinggi tanpa
penyusutan pennampang sehingga tegangan tetap. Karena bilangan poison v
berbeda antara 0,25 dan 0,5 nilai G mendekati 35 % dari E.
Modulus Elastic selanjutnya adalah modulus curah , k. Modulus ini adalah
kebalikan dari modulus kompabilitas B dan sama dengan ph tekanan hidrostatik,
per satuan kompresi volum, Δv/v :

phv 1
k= =
∆v B

Antara modulus curah dan modulus elastisitas terdapat hubungan :

E
k=
3(1 − 2v )
Pengujian Tarik

Modulus elastisitas turun dengan naiknya suhu. Hal ini dapat dilihat pada gambar
berikut untuk 4 jenis logam yang sering dijumpai :

Dari gambar berikut terlihat bahwa pemuaian termal menyebabkan


turunnya harga dF/dA, dan demikian modulus elastisitasnya turun juga.
Diskontinuitas dalam kurva untuk besi pada gambar sebelumnya ditimbulakn oleh
o
adanya perubahan dari struktur butir kps ke struktur kpr pada 9,2 C. Wajar
bahwa polimorf kps dengan tumpukan yang lebih padat memerlukan gaya yang
lebih besar untuk struktur kps. Perlu disebut bahwa logam dengan titik cair yang
lebih tinggi memiliki modulus elastisitas yang lebih tinggi.

Laju mulur bertahap-tahap berlangsung sampai logam putus.

Pada gambar di bawah terlihat hubungan sebagai berikut :

1. Laju mulur berimbang bertambah dengan meningkatnya suhu dan tegangan


Pengujian Tarik

2. Peregangan putus juga bertambah dengan meningkatnya variable-variabel


tertentu.
3. Waktu patah yang disebabkan oleh tegangan berkurang bila suhu dan gaya
meningkat.
Pengujian Tarik

Fatik

Fatik dapat diartikan sebagai keluluhan yaitu merupakan skor logam yang
timbul akibat pembebanan yang besar sehingga mengalami perubahan pada sifat
logamnya.

Kekuatan tarik dapat dijadikan sebagai pedoman dasar untuk konstruksi yang
mengalami perubahan pada sifat logamnya. Kekuatan tarik dapat dijadikan
pedoman dasar untuk konstruksi yang mengalami beban tarik listrik. Jumlah
static/siklus yang dipikul oleh logam akan turun dengan naiknya variable yang
mempengaruhi daya tahan fatik.

1. Penyelesaian permukaan
Retak fatik kerap kali berawal dari permukaan komponen bekas permesinan
atau ketidakpastian lain harus dihilangkan dan usaha ini berpengaruh sekali
terhadap fatik. Perlakuan permukaan akan meningkatkan umur fatik.

2. Frekuensi siklus tegangan


Pengaruh terhadap umur fatik hamper tidak ada walaupun penurunan
frekwensi biasanya menurunkan umur fatik.

3. Temperatur
Kekuatan fatik yang paling tinggi pada temperature rendah dan berkurang
secara bertahap.

4. Tegangan rata-rata
Kondisi fatik dimana tegangan rata-rata tidak besar dari tegangan luluh.

Mekanisme Terjadinya Necking

Necking adalah penyempitan luas permukaan specimen pada saat ditarik


atau pada saat perpanjangan. Pembentukan penyempitan setempat pada benda
uji mtarik menimbulkan keadaan tegangan tiga sumbu pada daerah
penyempitan setempat sebenarnya merupakan takik yang halus.

Takik yang dikenai beban tarikan menghasilkan beban transversal yang


radial yang menyebabkan kenaikan nilai tegangan membujur yang diperlukan
untuk menghasilkan daerah plastis. Oleh karena itu, tegangan terjadi rata-rata
Pengujian Tarik

pada daerah penyempitan setempat yang diperoleh dari luas penampang benda
uji.

Mekanisme terjadinya necking adalah mula-mula salah satu ujung


specimen ditarik sampai mencapai titik proporsionalnya, yaitu daerah diman
hokum Hooke masih berlaku, sehingga specimen masih kembali ke panjang
semula, lalu beban tarik diperbesar sampai mencapai batas elastisitasnya.
Specimen dikembalikan lagi ke titik nol dan panjangnyapun masih dapat
kembali ke panjang mula-mula. Ukuran perubahan dimensi harus
dipertahankan pada temperature konstan. Bagaimanapun kecilnya, karena
kenaikan temperature, sebesar10oC cukup untuk melipatgandakan laju
pemutusan sebagian besar logam.
Namun beban tarik diperbesar lagi sampai melewati batas elastisitasnya,
maka specimen tidak dapat kembali ke titik semula, beban tarik diperbesar
sampai titik yield poin, yakni daerah transisi antara elastis dan plastis.
Specimen kembali ditarik hingga akhirnya mencapai titik U yakni tegangan
tarik maksimumnya. Pada saat inilah terjadi necking. Di saat melakukan
penarikan, necking mulai terbentuk seiring dengan pertambahan panjang,
karena itu pada necking terjadilah reduksi penampang dari Ao menjadi Ax
pada akhirnya tegangan menurun, regangan bertambah, dan specimen patah.
Necking menyebabkan kurva tegangan regangan secara umum tidak dapat
naik lagi.

Necking

Jenis-jenis Pembebanan

1) Beban terpusat
Pada pembebanan ini titik kerja gaya pada batang dapat dianggap berupa
satu titik, karena luas kontaknya yang sangat kecil.

2) Beban Terbagi Rata


Pengujian Tarik

Pada pembebanan ini besarnya beban dinyatakan dalam Kg/m2

3) Beban bervariasi Uniform


Pada pembebanan yang bervariasi secara seragam sepanjang batang, jenis
pembebanan dan besarnya beban yang diberikan pada batang menentukan
langsung besarnya defleksi yang terjadi.

DISLOKASI

Dislokasi merupakan cacat yang terdapat pada struktur butir material,


dimana posisi dari ikatan atom mengalami perubahan susunan yang akan
mengakibatkan penurunan kekuatan dari bahan itu sendiri. Adapun dislokasi
terdiri dari beberapa macam, yaitu :

a) Dislokasi titik, diman kekosongan terjadipada titik tertentu, hal ini terjadi
karena :
• Ada atom yang hilang dalam kristal
• Hasil penumpukan yang salah dalam kristalisasi
• Akibat energi termal yang meningkat, sehingga atom melompat
meninggalkan tempatnya.

b) Dislokasi garis, merupakan sisipan satu baris atom tambahan dalam


struktur kristal. Disekitar suatu dislokasi garis terdapat daerah yang
mengalami tekanan dan tegangan, sehingga terdapat energi tambahan
sepanjang dislokasi tersebut.

c) Dislokasi ulir, menyerupai spiral dengan garis cacat sepanjang sumbu ulir.
Atom-atom disekitarnya mengalami gaya geser.

d) Dislokasi butir, terjadi karena adanya gaya tekan dan tegangan yang
akhirnya gaya-gaya ini dapat diuraikan menjadi tegangan geser. Hal ini
disebabkan bidang atom bergeser terhadap bidang atom didekatnya yang
disebut slip.
Pengujian Tarik

3.4. Data dan Pengolahan Data

A. Data

Lo = 190 mm Δ Lp = 1 mm
Wo = 19 mm Py = 20.000 N = 2030,82 Kg
To = 2 mm Δ Ly = 4 mm
Lf = 37 mm Pu = 22.000 N = 2244,89 Kg
W1 = 16 mm Δ Lu = 10 mm
T1 = 1,25 mm Pb = 18.000 N = 1836,73 Kg
Pp = 4000 N Δ Lb = 19 mm

B. Pengolahan Data

1. Perhitungan Tegangan Teknik dan Regangan Teknik (Rekayasa)

a) Batas Proposional
 Tegangan Teknik (Sp)

Px
Sp =
Ao

908 ,16
Sp = = 32,223 Kg
19 × 2 mm 2

 Regangan Teknik (eP)

∆Lp
ep =
Lo

1
ep = = 0,033 mm
60

 Reduksi Penampang (Qp)

Ao − Ap
Qp = ×100 %
Ao

Qp =
{
(19 × 2) − (19 × 2) × ( 60) ( 62) } × 100%
(19 × 2)

Qp = 24 ,051 %
Pengujian Tarik

b) Batas Yielding

 Tegangan Teknik (Su)

Py
Sy =
Ao

2040 ,816
Sy = = 53,71 Kg
19 × 2 mm 2

 Regangan Teknik (eu)

∆Ly
ey =
Lo

4
ey = = 0,067 mm
60

 Reduksi Penampang (Qu)

Ao − Ap
Qy = × 100%
Ao

Qy =
{
(19 × 2) − (19 × 2) × ( 60) ( 64) } × 100%
(19 × 2)

Qy = 6,25 %

c) Batas Ultimate

 Tegangan Teknik (Su)

Pu
Sp =
Ao

2244 ,89
Su = = 59,076 Kg
19 × 2 mm 2

 Regangan Teknik (eu)

∆Lu
eu =
Lo

10
eu = = 0,0,283 mm
60
Pengujian Tarik

 Reduksi Penampang (Qu)

Ao − Au
Qu = × 100%
Ao

Qu =
{
(19 × 2) − (19 × 2) × ( 60) ( 77) } × 100%
(19 × 2)

Qu = 22 ,078 %

d) Batas Break

 Tegangan Teknik (Sb)

Pb
Sb =
Ao

1830 ,73
Sb = = 48,335 Kg
19 × 2 mm 2

 Regangan Teknik (eb)

∆Lb
eb =
Lo

19
eb = = 0,317 mm
60

 Reduksi Penampang (Qb)

Ao − Ap
Qb = × 100%
Ao

Qb =
{
(19 × 2) − (19 × 2) × ( 60) ( 79) } × 100%
(19 × 2)

Qb = 24 ,051 %

e) Modulus Elastisitas

Sp
E=
ep
Pengujian Tarik

32 ,223 Kg
E= = 976 ,455
0,033 mm 2

f) Modulus Kelentingan

1
U 12 = So .Lo
2

1 53 ,71
U 12 = 53 ,71 ×
2 976 ,455

U 12 = 1,48

2. Perhitungan Tegangan Regangan Sebenarnya (Sejati)


a) Batas Proposional
 Tegangan Sebenarnya (σp)

P
σp = ( ep +1)
Ao

σp = Sp ( ep +1)

σp = 32 ,223 ( 0,033 +1)

σp = 33,298 Kg
mm 2

 Regangan Sebenarnya (εp)

εp = Ln ( ep +1)

εp = Ln ( 0,033 +1)

εp = 0,0328

b) Batas Yielding
 Tegangan Sebenarnya (σy)

P
σy = ( ey + 1)
Ao
Pengujian Tarik

σy = Sy ( ey +1)

σy = 53 ,076 ( 0,067 +1)

σp = 57,286 Kg
mm 2

 Regangan Sebenarnya (εy)

εy = Ln ( ey +1)

εp = Ln ( 0,067 +1)

εp = 0,0045

c) Batas Ultimate
 Tegangan Sebenarnya (σu)

P
σu = ( eu + 1)
Ao
σu = Su ( eu +1)

σp = 59 ,076 ( 0,283 +1)

σp = 75,81 Kg
mm 2

 Regangan Sebenarnya (εu)

εu = Ln ( eu +1)

εu = Ln ( 0,283 +1)

εy = 0,2495

d) Batas Break
 Tegangan Sebenarnya (σu)

P
σb = ( eb + 1)
Ao
σb = Sb ( eb +1)

σp = 48 ,335 ( 0,317 +1)


Pengujian Tarik

σp = 63,64 Kg
mm 2

 Regangan Sebenarnya (εu)

εb = Ln ( eb +1)

ε u = L n( 0,3 1 7+ 1)
εy = 0,2751

e) Tegangan Sejati Maksimum


 Ao 
σb = Su ( e εu ) εu = Ln  
 Au 

 19 x 2 
εu = Ln  
16 x1.25 
σb = 48 ,335 (0,3ε 0, 642 )
εu = 0,642

σb = 22,314 Kg
mm2

3. Koefisien Anisoptropis Plastis (Anisotropi Normal)

− ln Wo 
( )
R 0o = 
W1 
ln To 
 T1 


( )
R0 =
ln 19
o 10
( )
ln 2 
 1,25


( )
R 0 o = 0,306

4. Ketangguhan Suatu Bahan ( Kemampuan Menyerap energi Pada Daerah


Plastis).
L f − Lo
ef =
U T ≈ Su × ef 10
67 − 60
ef =
10
e f = 0,117
Pengujian Tarik

atau

So + Su
UT ≈ ×e f
2

U T ≈ 48 ,335 × 0,117 = 5,66

5. Deformasi Elastis

σ = E ×ε
∆L
ε=
σ = 976 ,455 ×0,3 Lo

19
σ = 292 ,9364 ε= =0,3
60

6. Deformasi Plastis

σ = K ×ε n

σ = 123 × ε 5, 29
BAB IV
HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Hasil Pengujian

Analisa Kondisi σ dan ε Spesimen dari Awal Hingga Titik Yielding

Seperti yang telah dijelaskan pada teori dasar, σ merupakan tegangan yaitu beban
aksial yang diberikan kepada suatu material untuk satu asatuan luas penampangnya,
sedangkan ε merupakan regangan yang dialami oleh struktur material yang dikenai
beban tersebut.
Titik yielding merupakan titik dimana awal terjadinya peristiwa mulur (creep),
dimana laju regangan bergerak lambat akibat adanya fluktuasi tegangan.
Dari grafik tegangan regangan, dapat dilihat bahwa tegangan dan regangan
berbanding lurus, namun tidak seterusnya mengalami perbandingan yang proporsional
hingga ke titik yielding.
Pada awalnya tegangan dan regangan berbanding proporsional, dimana hokum
Hooke masih berlaku, yang ditunjukkan dengan harga Modulus Elastisitas, sbb :

E=σ/ ε
Pengujian Tarik

Hal ini menunjukkan bahwa tegangan dan regangan masih bertambah secara
proporsional, karena material masih memiliki sifat elastisitas. Jadi hingga batas ini,
material masih berdeformasi plastis.
Namun setelah melewati batas tersebut, pertambahan kedua variable ini mulai
menunjukkan harga yang tidak sebanding, dimana laju regangan berlangsung lebih
cepat ,sedangkan tegangan bertambah seperti biasanya. Hl ini disebabkan oleh karena
material sudah mulai melewati batas elastisnya dan akhirnya mengalami deformasi
plastis. Deformasi plastis ini diakibatkan karena adanya dislokasi yang besar, sehingga
lebih mempermudah jalnnya laju regangan, walaupun tegangannya tidak bertambah
dengan cepat.
Ketika mencapai titik yielding, maka material akan berusaha untuk memberikan
reaksi perlawanan terhadap tegangan yang diberikan sehingga tegangan mengalami
fluktuasi nilai dan laju regangan melambat. Peristiwa ini dinamakan peristiwa mulur
(creep). Pada kondisi ini kenaikan nilai tegangan dan regangan semakin tidak
porporsional.
Jadi dapat disimpulakan bahwa kondisi tegangan dan regangan hingga titik yielding
tidak seterusnya berbanding lurus secara proporsional, namun halini terjadi pada batas
tertentu saja dimana hokum Hooke masih berlaku, dan seterusnya nilai regangan akan
melaju dengan lebih cepat sedangkan tegangan tidak menunjukkan kenaikan dengan nilai
yang signifikan pula. Hal ini disebabkan karena kondisi material setelah melalui batas
proporsional akan semakin melemah akibat adanya dislokasi yang semakin hebat pada
material tersebut, sehingga mengakibatkan peregangan yang semakin mudah dari
material tersebut.
Pengujian Tarik

4.2 Analisa grafik

“σ s Vs ε e”

σs Vs ε e
80
70
60
50

σ,s 40
30
20
10
0
0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35
ε ,e
s Vs e T Vs E

Dari grafik di atas dapat dilihat perbandingan antara tegangan-regangan teknik


dengan tegangan regangan sebenarya (“σ s Vs ε e”).
Tegangan-regangan teknik merupakanharga yang diperoleh berdasarkan hasil
pengujian tarik yang dilakukan pada specimen logam. Harga ini dipengaruhi oleh factor-
Pengujian Tarik

faktor pada saat itu juga, misalnya temperature sekitar dan usia dari material tersebut,
dimana :

S= P/A dan e = L/∆ L

Nilai tegangan regangan teknik tentu saja menunjukkan ketangguhan specimen


pada saat itu juga.
Sedangkan untuk tegangan regangan sejati, merupakan suatu harga yang sengaja
dioleh sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan kondisi specimen yang siap
digunakan kelak pada konstruksi mesin, dimana :

σ = s ( e + 1 ) dan ε = Ln ( e + 1 )

Nilai di atas sengaja diperhitungkan untuk mennjaga specimen tersebut dari


kemungkinan terburuk yang akan dialami oleh material kelak di lapangan sebagai
komponen mesin, dimana kondisi yang dialaminya akan berbeda, misalnya saja
temperature dan usianya yang terus bertambah.
Dari sebab itulah dapat terlihat bahwa nilai yang ditunjukkan oelh tegangan
regangan sejati lebih besar daripada nilai tegangan regangan teknik, dimana dapat kita
lihat bahwa tegangan ultimate yang diperolehnya lebih tinggi daripada tegangan ultimate
pada tegangan regangan teknik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam perancangannya
kelak diperlukan ketangguhan yang sama seperti pada tegangn regangan sejati agar
menghindari kemungkinan buruk yang dapat dialami oleh material dari specimen.
Pengujian Tarik

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1) Diagram Tegangan-Regangan merupakan diagram yang menunjukkan


perbandingan antara kenaikan tegangan dan regangan yang dialami oleh
specimen yang telah diuji tarik.
2) Daerah luluh merupakan daerah dimana creep terjadi, daerah proporsional
merupakan daerah dimana hokum Hooke masih berlaku, titik Ultimate
merupakan titik yang menunjukkan tegangan maksimum , dan titik break
merupakan titik dimana material telah patah.
3) Tegangan regangan teknik merupakan tegangan regangan ideal sedangkan
tegangan regangan sejati merupakan nilai actual dari tegangan regangan.
4) Apabila suatu material dikenai beban aksial, maka sifat sifat yang akan
dipengaruhinya, yaitu keuletan, kekuatan, elastisitas, ketangguhan, dsb.
5) Keuletan merupakan sifat yang dimiliki oleh suatu material dimana
menunjukkan kemampuannya dalam menahan perpatahan, sedangkan
kekuatan merupakan kemampuan suatu material dalam menahan tegangan
yang diberikan.
Pengujian Tarik

5.2 SARAN

1) Praktikum dan proses asistensi telah berjalan dengan baik, harap


dipertahankan.

DAFTAR PUSTAKA

Pengetahuan Bahan Teknik, Prof. Ir. Tata Surdia MS. Met., E dan
Prof. Dr. Shiroku Saito. Pradya Pratama.
Ilmu Teknologi Bahan, Lawrence H. Van Vlack, dan Sriati Djaprie
Erlangga, Jakarta.
Pengujian Tarik

Anda mungkin juga menyukai