Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

Sesuai dengan pengkajian yang dilakukan tanggal 06 Januari 2008 di

ruang IV (Dewa Ruci), maka pada pembahasan ini akan dibahas

mengenai asuhan keperawatan pada Tn. N, umur 35 tahun, alamat Welahan

Jepara di rawat di RSJD Dr. Ammo Gondhohutomo Semarang.

Pembahasan ini meliputi tahapan proses dari pengkajian, diagnosa,

intervensi, implementasi dan evaluasi.

Harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap

diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal

mencapai keinginan.

Batasan karakteristiknya adalah mengkritik diri sendiri, perasaan tidak

mampu, rasa bersalah, perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri, pandangan

hidup yang pesimis ( Stuart, 2007 ). Data yang mendukung untuk masalah

Harga Diri Rendah adalah pandangan mata klien kosong, klien berbicara

lambat, nada rendah dan wajah menunduk, kontak mala sulit dipertahankan.

Data-data tersebut adalah data obyektif yang mana merupakan data dari

hasil observasi selama melakukan interaksi dengan klien dalam beberapa hari

ini. Sedangkan data subyektif yang kami peroleh antara lain : klien

mengatakan akhir-akhir ini jarang ikut kegiatan kelompok seperti pengajian

dan arisan, klien mengatakan lebih banyak diam dan malas bertemu atau
berbicara dengan orang lain. Klien mengatakan jarang bergaul. Data

Subyektif.

- Klien mengatakan merasa minder dengan saudara-saudaranya yang sudah

mempunyai pekerjaan yang mapan.

- Klien mengatakan belum mempunyai rumah sendiri

- Klien mengatakan kadang dagangannya / usaha yang dijalani sepi

- Klien mengatakan selalu memendam jika ada masalah

- Klien mengatakan ingin cepat pulang dan bekerja selayaknya agar

tetangga tidak menggunjingnya

Data Obyektif

- Klien tampak bingung dan gelisah

- Bicara klien lambat, nada rendah dan sering menunduk

- Ada kontak mata tetapi sulit dipertahankan

Dari data-data tersebut di atas baik subjektif maupun objektif sudah

memenuhi batasan karakteristik dari Townsend. Oleh karena itu data yang

berasal dari kasus kelompok saya ataupun dari empiris (teori) tidak ada

perbedaan yang mencolok.

Adapun data-data lain yang saya peroleh selama pengkajian yaitu sebagai

data subjektif: klien mengatakan.

- Klien mengatakan akhir-akhir ini jarang ikut kegiatan kelompok seperti

pengajian dan arisan.

- Klien mengatakan lebih banyak diam dan malas bertemu atau berbicara

dengan orang lain.


- Klien mengatakan jarang bergaul.

Data Obyektif:

- Pandangan mata klien kosong

- Klien berbicara lambat, nada rendah dan sering menunduk

Sedangkan diagnosa yang kedua yang muncul adalah peran diri tidak

efektif. Peran diri tidak efektif merupakan kekacauan dalam cara seseorang

menerima penampilan perannya ( Townsend, 1998 )

- Batasan etiologinya yang berhubungan dengan peran diri tidak efektif

adalah penyakit fisik disertai dengan gejala-gejala kecacatan, yang nyata

atau dirasakan, tidak terpenuhinya kebutuhan, dan disfungsi sistem

keluarga, sedangkan batasan karakteristiknya adalah perubahan dalam

ersepsi diri tentang peran, perubahan dalam kapasitas fisik, untuk

melanjutkan peran, penerimaan peran dependen, perubahan dalan pola

tanggung jawab, yang biasanya yang berhubungan dengan konflik dalam

disfungsi sistem keluarga (Townsend, 1998). Data yang mendukung untuk

masalah peran diri tidak efektif adalah Klien mengatakan belum

mempunyai pekerjaan tetap.

Menurut Stuart and Sundeen (1998) faktor predisposisi seperti faktor

tumbuh kembang (tugas perkembangan), faktor biologik (keturunan), faktor

sosial kultural (lingkungan sosial) serta komunikasi dalam keluarga sangat

berpengaruh pada seseorang yang sedang mengalami gangguan kejiwaan.

Sedangkan pada data pengkajian seperti tersebut di atas adalah

merupakan faktor sosial ekonomi merasa malu karena saudara-saudaranya


berhasil dan minder serta merasa belum dapat memenuhi kebutuhan dasar

manusia yaitu papan / rumah tempat tinggal.

Intervensi yang dilakukan merujuk pada pedoman yang dijelaskan oleh

(Keliat, 2007), yang mempunyai enam tujuan umum khusus. Secara ringkas,

yakni untuk mengatasi masalah di atas saya menyusun strategi operasional

sebagai perencanaan dalam mengatasi masalah harga diri rendah. Adapun

tujuannya adalah diharapkan agar nantinya klien dapat berhubungan sosial

dengan orang lain secara optimal melalui sifat optimisme yang ada pada

dirinya. Seperti mengajak klien membaca alquran, mencuci piring, sampai

dengan mengajak klien untuk membersihkan lingkungan. Untuk intervensi

masalah peran diri yang tidak efektif dilakukan dengan strategi penyampaian

reinforcement yang positif, tanpa menyinggung masalah peran klien.

Setelah melakukan beberapa intervensi kemudian saya telah

melakukan tindakan implementasi selama beberapa hari. Dari ke enam tujuan

umum khusus yang telah direncanakan oleh saya sesuai dengan rujukan dalam

(Keliat, 2007), saya tidak dapat melakukan semuanya. Yang tidak dapat

dilakukan adalah intervensi ke enam yaitu klien dapat memanfaatkan sistem

pendukung yang ada.

Sebenarnya peran keluarga sangatlah penting sebagai dukungan moral,

karena saya tidak bertemu dengan keluarga yang menjenguk klien, saya tidak

melakukan intervensi yang ke enam tersebut. Sedangkan untuk home visit

( kunjungan rumah ), tidak saya lakukan, mengingat waktu yang tidak

memungkinkan dan jarak rumah yang relatif jauh yaitu jepara.


Dimana menurut Keliat (1999) mengatakan bahwa keluarga juga

merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan langsung pada

setiap keadaan sehat-sakit klien.

Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum

masalah teratasi. Akan tetapi untuk memotivasi klien supaya tetap melakukan

aktivitas tersebut di atas baik ketika di rumah sakit ataupun di rumah yaitu

dengan mengajak klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok yang

dilakukan di ruang IV. Adapun terapi aktivitas kelompok yang dilakukan

antara lain : Terapi interaksi sosial (sosialiasi), dan terapi aktivitas kelompok

yang terakhir yaitu terapi peningkatan daya ingat klien.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif.

Seseorang yang mempunyai harga diri rendah biasanya seseorang tersebut

akan merasa gagal mencapai keinginannya dan merupakan masalah bagi

banyak orang dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang

sampai berat.

Menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan diri klien agar dapat

memperbaiki hubungan sosial dengan orang lain serta lingkungannya

merupakan upaya luhur yang harus dilakukan pada klien dengan harga diri

rendah.

Menolong dan mendorong klien agar mampu bersikap positif terhadap

diri sendiri maupun orang lain harus dilakukan sebagai upaya peningkatan

rasa optimsme terhadap diri sendiri.

Untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan yang muncul

pada klien, perlu dukungan dan motivasi dari berbagai pihak, namun

sebenarnya yang paling utama adalah dukungan yang lahir dari keluarga.

Perawatan lebih lanjut oleh perawat ruangan maupun keluarga

dibutuhkan dalam menunjang proses pemulihan klien walaupun saat ini

kondisi klien tampak membaik.


B. Saran

1. Bagi Perawat, diperlukan pendekatan yang optimal pada klien dengan

masalah harga diri rendah untuk memberikan support kepada klien agar klien

mempunyai konsep diri yang lebih baik.

2. Bagi Institusi Rumah Sakit, Untuk menunjang keberhasilan perawatan

klien dengan harga diri rendah perlu ditingkatkan hubungan kerja sama antara

pihak Rumah Sakit dan keluarga dalam perawatan klien baik di rumah sakit

maupun sesudah klien pulang ke rumah.

3. Bagi Keluarga, diharapkan selalu memberi motivasi kepada klien

dengan harga diri rendah, dengan cara inilah rasa optimisme dan perasaan

positif terhadap diri sendiri akan muncul.

4. Bagi Institusi Pendidikan, agar senantiasa mengembangkan sayap

melalui cara aktual dalam menyelesaikan masalah klien dengan harga diri

rendah.
Lampiran:

Jadwal Kegiatan di RSJD ruang IV

Jam Kegiatan
05.00 1 . Bangun tidur & sholat subuh
2. Membaca Al Qur'an
06.30 Mandi
Olahraga
07.00 Sarapan pagi
08.00 TAK
09.00 Relaksasi
11.00 Cerita-cerita
Nonton TV
12.00 Makan Siang
Sholat dhuhur
14.00 Istirahat
15.30 Mandi
Sholat asar
16.00 TAK
17.00 Makan sore
18.00 Sholat maghrib
Mengaji
19.00 Sholat isya
21.00 Tidur malam
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2007, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa:

Yasmin Asih, Edisi 10, Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna, 1994, Gangguan Konsep Diri, Jakarta: EGC

----------------------, 1996, Hubungan Therapeutik Keperawatan, Jakarta: EGC

----------------------, 1996, Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Jiwa, Editor:

Silvana Evi Linda, Jakarta: EGC

Rawlins and Heacock, 1993, Clinical Manual Of Psychiatric Nursing , St Louis:

The CV Mosby Year Company

--------------------------, 1993, Mental Health Psychiatric Nursing, St Louis: The

CV Mosby Year Company

Stuart,Gail W, 2007, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Alih Bahasa: Ramona P.

Kapoh, Editor: Pamilih Eko Karyuni, Edisi 5, Jakarta: EGC

Stuart,Gail W, Sundeen SJ, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta :

EGC

Stuart, Gail W and Sundeen SJ, 1995 Principle and Practice of Psychiatric

Nursing, 5th ed, St Louis : The CV Mosby Year Book.

Stuart. Gail W and Laraia, 2001 Principle and Practice of Psychiatric Nursing, 7th

ed, St Louis: The CV Mosby Year Book

Townsend, M.C. (1998) Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri

untuk Pembuatan Rencana Keperawatan, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai