Anda di halaman 1dari 24

Mata Kuliah : Pemetaan Eksplorasi

TUGAS

PEMERIAN JENIS BATUAN

(BATUAN BEKU, BATUAN SEDIMEN, BATUAN METAMORF)

OLEH :

MELLY UJUTIURMA MALAU

D62108277

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

MAKASSAR

2010
1. Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari


pembekuan magma. Proses pembekuan tersebut merupakan
proses perubahan fase dari cair menjadi padat. Pembekuan
magma akan menghasilkan kristal-kristal mineral primer ataupun
gelas. Proses pembekuan magma akan sangat berpengaruh
terhadap tekstur dan struktur primer batuan sedangkan
komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma sel.

Deskripsi Batuan beku yaitu:

a. Warna

Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral


penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari warna
dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk
batuan yang mempunyai tekstur gelasan.
 Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan
beku asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik
misalnya kuarsa, potas feldspar, muskovit.
 Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitamnya
umumnya adalah batuan beku intermediet dimana jumlah
mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
 Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya
adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun
dominan adalah mineral-mineral mafik.
 Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya
monomineralik disebut batuan beku ultrabasa dengan
komposisi hampir seluruhnya mineral mafik.

b. Struktur Batuan

Struktur adalah penampakan hubungan antar bagian-


bagian batuan yang berbeda. Pengertian struktur pada batuan
beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau
singkapan di lapangan. Pada bekuan beku, struktur yang sering
ditemukan adalah :

 Masif : Bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-


lubang gas.
 Jointing : Bila batuan tampak mempunyai retakan-retakan.
Penampakan ini akan mudah diamati pada singkapan di
lapangan.
 Vesikuler : Dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas.
Struktur ini dibagi lagi menjadi tiga, yaitu :
1. Skoriaan, bila lubang-lubang gas tidak saling
berhubungan.
2. Pumisan, bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
3. Aliran, bila ada penampakan aliran dari kristal-kristal
maupun lubang-lubang gas.

 Amigdaloidal : Bila lubang-lubang gas telah terisi oleh


mineral-mineral sekunder.

c. Tekstur Batuan

Pengertian tekstur dalam batuan beku mengacu pada


penampakan butir-butir mineral di dalamnya, yang meliputi
tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas dan
hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan berkaitan erat
dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur
berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya.
Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, selama
dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi:

1. Tingkat Kristalisasi

Tingkat kristalisasi pada batuan beku tergantung dari


proses pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan berlangsung
lambat maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal
pada saat melewati perubahan dari fase cair ke fase padat
sehingga akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar. Bila
penurunan suhu relatif cepat maka kristal yang dihasilkan kecil-
kecil dan tidak sempurna. Apabila pembekuan magma terjadi
sangat cepat maka kristl tidak akan terbentuk karena tidak ada
energi yang cukup untuk pengintian dan pertumbuhan kristal
sehingga akan dihasilkan gelas.

Tingkat kristalisasi batuan beku dapat dibagi menjadi :


1. Holokristalin, jika mineral dalam batuan semua berbentuk
kristal.
2. Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal sedangkan
yang lain berbentuk mineral gelas.
3. Holohyalin, hampir seluruh mineral terdiri dari gelas.
Pengertian gelas disini adalah mineral yang tidak
mengkristal atau amorf.

2. Ukuran Kristal

Ukuran kristal merupakan sifat tekstural yang mudah dikenali.


Ukuran kristal dapat menunjukkan tingkat kristalisasi pada
batuan.

3. Granularitas

Dalam Batuan beku, granularitas menyangkut derajat kesamaan


ukuran butir dari kristal penyusun batuan.

Pada batuan beku non-fragmental, granularitasdapat dibagi


menjadi beberapa macam, yaitu :

a. Equigranular

Disebut equigranular apabila memiliki ukuran butir yang seragam.


Tekstur equigranular dibagi lagi menjadi:

1. Fanerik granular. Bila mineral kristal mineral dapat


dibedakan dengan mata telanjang dan berukuran seragam.
Contoh : granit, gabbro.
2. Afanitik. Apabila kristal mineral sangat halus sehingga tidak
dapat dibedakkan dengan mata telanjang. Contoh : basalt.
b. Inequigranular

Disebut inequigranular bila ukuran krisral pembentuknya tidak


seragam. Tekstur ini dibagi menjadi:

1. Faneroporfiritik. Bila kristal mineral yang besar (fenokris)


dikelilingi kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan
dapat dikenali dengan mata telanjang. Contoh : diorit porfir.
2. Porfiroafanitik. Bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang
afanitik. Contoh : andesit porfir.

c. Gelasan (glassy)

Batuan beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila


semuanya tersusun atas gelas.

Antara fenokris dan massa dasar terdapat perbedaan ukuran butir


yang menyolok.

 Fenokris : Mineral yang ukuran butirnya jauh lebih besar


dari mineral lainnya.Biasanya merupakan mineral sulung,
dengan bentuk subhedral hingga euhedral.
 Massa dasar : Mineral-mineral kecil yang berada di sekitar
fenokris.

d. Bentuk Kristal

Untuk kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat


dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberi
gambaran mengenai proses kristalisasi mineral pembentuk
batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi:
a). Euhedral : Apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi
oeh bidang yang jelas.

b). Subhedral : Apabila bentuk kristal tidak sempurna dan


hanya sebagian saja yang dibatasi bidan kristal.

c). Anhedral : Apabila bidang batas tidak jelas.

e. Komposisi Mineral

Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan


menjadi empat, yaitu :

 Kelompok Granit – Rhyolit

Berasal dari magma yang bersifat asam, tersusun oleh mineral


kuarsa, ortoklas, plagioklas Na, terkadang terdapat hornblende,
biotit, muskovit dalam jumlah kecil.

 Kelompok Diorit – Andesit

Berasal dari magma yang bersifat intermediet, terusun oleh


mineral plagiokklas, hornblende, piroksen, dan kuarsa biotit,
ortoklas dalam jumlah kecil.

 Kelompok Gabbro – Basalt

Tersusun dari magma basa dan terdiri dari mineral-mineral olivin,


plagioklas Ca, piroksen dan hornblende.

 Kelompok Ultra Basa

Terutama tersusun oleh olivin, dan piroksen. Minera lain yang


mungkin adalah plagioklas Ca dalam jumlah sangat kecil.
2. Batuan Sedimen

a. Proses Pembentukkan Batuan Sedimen


Batuan sedimen terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada
sebelumnya oleh kekuatan-kekuatan yaitu pelapukan, gaya-gaya
air, pengikisan-pengikisan angina angina serta proses litifikasi,
diagnesis, dan transportasi, maka batuan ini terendapkan di
tempat-tempat yang relatif lebih rendah letaknya, misalnya: di
laut, samudera, ataupun danau-danau. Mula-mula sediment
merupakan batuan-batuan lunak,akan tetapi karean proses
diagnosi sehingga batuan-batuan lunak tadi akan menjadi keras.
Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan
pada sediment selama terpendamkan dan terlitifikasikan,
sedangkan litifikasi adalah proses perubahan material sediment
menjadi batuan sediment yang kompak. Proses diagnesis ini dapat
merupakan kompaksi yaitu pemadatan karena tekanan lapisan di
atas atau proses sedimentasi yaitu perekatan bahan-bahan lepas
tadi menjadi batuan keras oleh larutan-larutan kimia misalnya
larutan kapur atau silisium. Sebagian batuan sedimen terbentuk
di dalam samudera. Bebrapa zat ini mengendap secara langsung
oleh reaksi-reaksi kimia misalnya garam (CaSO4.nH2O). adapula
yang diendapkan dengan pertolongan jasad-jasad, baik tumbuhan
maupun hewan.
Batuan endapan yang langsung dibentuk secara kimia ataupun
organik mempunyai satu sifat yang sama yaitu pembentukkan
dari larutan-larutan. Disamping sedimen-sedimen di atas, adapula
sejenis batuan sejenis batuan endapan yang sebagian besar
mengandung bahan-bahan tidak larut, misalnya endapan puing
pada lereng pegunungan-pegunungan sebagai hasil penghancuran
batuan-batuan yang diserang oleh pelapukan, penyinaran
matahari, ataupun kikisan angin. Batuan yang demikian disebut
eluvium dan alluvium jika dihanyutkan oleh air, sifat utama dari
batuan sedimen adalah berlapis-lapisdan pada awalnya
diendapkan secara mendatar. Lapisan-lapisan ini tebalnya
berbeda-beda dari beberapa centimeter sampai beberapa meter. Di
dekat muara sungai endapan-endapan itu pada umunya tebal,
sedang semakin maju ke arah laut endapan-endapan ini akan
menjadi tipis(membaji) dan akhirnya hilang. Di dekat pantai,
endapan-endapan itu biasanya merupakan butir-butir besar
sedangkan ke arah laut kita temukan butir yang lebih halus
lagi.ternyata lapisan-lapisan dalam sedimen itu disebabkan oleh
beda butir batuan yang diendapkan. Biasanya di dekat pantai
akan ditemukan batupasir, lebih ke arah laut batupasir ini
berganti dengan batulempung, dan lebih dalam lagi terjadi
pembentukkan batugamping(Katili dan Marks).

b. Deskripsi Batuan Sedimen


1. Warna
Secara umum warna pada batuan sedimen akan dipengaruhi oleh
beberapa factor, yaitu :
a. Warna mineral pembentukkan batuan sedimen
Contoh jika mineral pembentukkan batuan sedimen
didominasi oleh kwarsa maka batuan akan berwarna putih.
b. Warna massa dasar/matrik atau warna semen.
c. Warna material yang menyelubungi (coating material).
Contoh batupasir kwarsa yang diselubungi oleh glaukonit
akan berwarna hijau.
d. Derajat kehalusan butir penyusunnya.
Pada batuan dengan komposisi yang sama jika makin halus
ukuran butir maka warnanya cenderung akan lebih gelap.
e. Warna batuan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
pengendapan, jika kondisi lingkungannya reduksi maka
warna batuan menjadi lebih gelap dibandingkan pada
lingkungan oksidasi. Batuan sedimen yang banyak
kandungan material organic (organic matter) mempunyai
warna yang lebih gelap.

2. Tekstur
Tekstur batuan sediment adalah segala kenampakan yang
menyangkut butir sedimen sepertiukuran butir, bentuk butir dan
orientasi. Tewkstur batuan sedimen mempunyai arti penting
karena mencerminkan proses yang telah dialamin batuan tersebut
terutama proses transportasi dan pengendapannya, tekstur juga
dapat digunakan untuk menginterpetasi lingkungan pengendapan
batuan sediment. Secara umum batuan sedimen dibedakan
menjadi dua, yaitu tekstur klastik dan non klastik.
a. Tekstur klastik
Unsur dari tekstur klastik fragmen, massa dasar (matrik) dan
semen.
 Fragmen : Batuan yang ukurannya lebih besar daripada
pasir.
 Matrik : Butiran yang berukuran lebih kecil daripada
fragmen dan diendapkan bersama-sama dengan fragmen.
 Semen : Material halus yang menjadi pengikat, semen
diendapkan setelah fragmen dan matrik. Semen umumnya
berupa silica, kalsit, sulfat atau oksida besi.
Besar butir kristal dibedakan menjadi : >5 mm = kasar
1-5 mm = sedang <1 mm = halus
Jika kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan
disebut mikrokristalin.
b. Tekstur nonklastik
Tekstur yan terjadi merupakan hasil pengendapan melalui
reaksi kimia. Tekstur kristalin berkembang akibat agregat
kristal – kristal yang saling mengunci. Kristal – kristalnya
dapat kecil menengah atau besar –besar bahkan campuran
berbagai ukuran sebagai halnya batuan beku porfiritik.
Kristal – kristalnya memperlihatkan bentuk – bentuk
tertentu misalnya berdimensi sama, berserat atau scaly. Dan
tidak mudah untuk membedakan mana yang terbentuk oleh
reaksi kimia organik dan mana yang di endapkan melalui
reaksi akibat organisme.

3. Ukuran Butir
Besar butir dipengaruhi oleh :
1. Jenis Pelapukan
2. Jenis Transportasi
3. Waktu/jarak transport
4. Resistensi
4. Bentuk Butir
a. Tingkat kebundaran butir (roundness)
Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir,
ukuran butir, jenis proses transportasi dan jarak transport
(Boggs,1987. Butiran dari mineral yang resisten seperti kwarsa
dan zircon akan berbentuk kurang bundar dibandingkan butiran
dari mineral kurang resisten seperti feldspar dan pyroxene.
Butiran berukuran lebih besar daripada yang berukuran pasir.
Jarak transport akan mempengaruhi tingkat kebundaran butir
dari jenis butir yang sama, makin jauh jarak transport butiran
akan makin bundar. Pembagian kebundaran :
 Well rounded (membundar baik)
Semua permukaan konveks, hamper equidimensional, sferoidal
 Rounded (membundar)
Pada umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-ujung
dan tepi butiran bundar.
 Subrounded (membundar tanggung)
Permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung yang
membundar.
 Subangular (menyudut tanggung)
Permukaan pada umumnya datar dengan ujung-ujung
tajam.
 Angular (menyudut)
Permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam.

b. Sortasi (Pemilahan)
Pemilahan adalah keseragaman dariukuran besar butir penyusun
batuan sediment, artinya bila semakin seragam ukurannya dan
besar butirnya maka, pemilahan semakin baik.
Pemilahan yaitu kesergaman butir didalam batuan sedimen
klastik.bebrapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan
batuan, yaitu :
 Sortasi baik : bila besar butir merata atau sama besar
 Sortasi buruk : bila besar butir tidak merata, terdapat
matrik dan fragmen.
c. Kemas (Fabric)
Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu:
 Kemas terbuka : bila butiran tidak saling bersentuhan
(mengambang dalam matrik).
 Kemas tertutup : butiran saling bersentuhan satu sama lain

d. Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan
normal batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses
pengendapan dan energi pembentuknya. Pembentukkannya dapat
terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah proses
pengendapan.
Pada batuan sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu :
 Syngenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan
sedimen, disebut juga sebagai struktur primer.
 Epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk
seperti kekar, sesar, dan lipatan.
Macam-macam struktur primer adalah sebagai berikut :
Struktur Karena proses fisik
1. Struktur eksternal
Terlihat pada kenampakan morfologi dan bentuk batuan sedimen
secara keseluruhan di lapangan. Contoh : lembaran (sheet), lensa,
membaji (wedge), prisma tabular.
2. Struktur internal
Struktur ini terlihat pada bagian dalam batuan sedimen, macam
struktur internal :
a) Perlapisan dan Laminasi
Disebut dengan perlapisan jika tebalnya lebih dari 1 cm dan
disebut laminasi jika kurang dari 1 cm.perlapisan dan laminasi
batuan sedimen terbentuk karena adanya perubahan kondisi
fisik,kimia, dan biologi. Misalnya terjadi perubahan energi arus
sehingga terjadi perubahan ukuran butir yang diendapkan.
Macam-macam perlapisan dan laminasi :
• Perlapisan/laminasi sejajar (normal)
Dimana lapisan/laminasi batuan tersusun secara horizontal dan
saling sejajar satu dengan yang lainnya.
• Perlapisan/laminasi silang siur (Cross bedding/lamination)
Perlapisan/batuan saling potong memotong satu dengan yang
lainnya.
• Graded bedding
Struktur graded bedding merupakan struktur yang khas sekali
dimana butiran makin ke atas makin halus. Graded bedding
sangat penting sekali artinya dalam penelitian untuk menentukan
yang mana atas (up) dan yang bawah (bottom) dimana yang halus
merupakan bagian atasnya sedangkan bagian yang kasar adalah
bawahnya. Graded bedding yang disebabkan oleh arus
turbid,dimana fraksi halus didapatkan di bagian atas juga tersebar
di seluruh batuan tersebut. Secara genesa graded bedding oleh
arus turbid juga terjadi oleh selain oleh kerja suspensi juga
disebabkan oleh pengaruh arus turbulensi.
b) Masif
Struktur karena kompak, consolidated, menyatu
1. Kenampakan pada permukaan lapisan
• Ripple mark
Bentuk permukaan yang bergelombang karena adanya arus
• Flute cast
Bentuk gerusan pada permukaan lapisan akibat aktivitas
arus
• Mud cracks
Bentuk retakan pada lapisan Lumpur (mud), biasanya
berbentuk polygonal.
• Rain marks
2. Kenampakan pada permukaan sedimen akibat tetesan air
hujan.

Struktur yang terjadi karena deformasi


- Load cast
Lekukan pada permukaan lapisan akibat gaya tekan dari beban di
atasnya.
- Convolute structure
Liukan pada batuan sedimen akibat proses deformasi.
- Sandstone dike and sill
Karena deformasi pasir dapat terinjeksi pada lapisan sediment
diatasnya.

Struktur Karena proses biologi


 Jejak (tracks and trail)
Track : jejak berupa tsapak organisme
Trail : jejak berupa seretan bagian tubuh organisme
 Galian (burrow)
Adalah lubang atau bahan galian hasil aktivitas organisme
1. Cetakan (cast and mold)
Mold : cetakan bagian tubuh organisme
Cast : cetakan dari mold

Struktur batuan sedimen juga dapat digunakan


untukmenentukan bagian atas suatu batuan sedimen. Penentuan
bagian atas dari batuan sedimen sangat penting artinya dalam
menentukan urutan batuan sediment tersebut.

e. Komposisi
Batuan sediment berdasarkan komposisinya dapat dibedakan
menjadi beberapa kelompok, yaitu :
1. Batuan sediment detritus/klastik
Dapat dibedakan menjadi :
 Detritus halus : batulempung, batulanau.
 Detritus sedang : batupasir (greywock, feldspathic)
 Detritus kasar : breksi dan konglomerat.

Komposisi batuan ini pada umumnya adalah kwarsa, feldspar,


mika,mineral lempung,dsb.

2. Batuan sedimen evaporit


Batuan sedimen ini terbentuk dari proses evaporasi. Contoh
batuannya adalah gips, anhydrite, batu garam.

3. Batuan sedimen batubara


Batuan ini terbentuk dari material organic yang berasal dari
tumbuhan. Untuk batubara dibedakan berdasarkan kandungan
unsure karbon,oksigen, air dan tingkat perkembangannya.
Contohnya lignit, bituminous coal, anthracite.

4. Batuan sedimen silica


Batuan sedimen silica ini terbentukoleh proses organic dan
kimiawi. Contohnya adalah rijang (chert), radiolarian dan tanah
diatomae.

5. Batuan sedimen karbonat


Batuan ini terbentuk baik oleh proses mekanis, kimiawi, organic.
Contoh batuan karbonat adalah framestone, boundstone,
packstone, wackstone dan sebagainya.

3. Batuan Metamorf

Pengertian Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk


dari batuan aslinya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat
pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan (P) yang tinggi.
Batuan metamorfosa disebut juga dengan batuan malihan atau
ubahan, demikian pula dengan prosesnya., proses malihan. Proses
metamorfisme atau malihan merupakan perubahan himpunan
mineral dan tekstur batuan, namun dibedakan denag proses
diagenesa dan proses pelapukan yang juga merupakan proses
dimana terjadi perubahan. Proses metamorfosa berlangsung
akibat perubahan suhu dan tekanan yang tinggi, diatas 200C dan
300 Mpa (mega pascal), dan dalam keadaan padat. Sedangkan
proses diagenesa berlangsung pada suhu dibawah 200C dan
proses pelapukan pada suhu dan tekanan normal, jauh
dibawahnya, dalam lingkungan atmosfir.

Proses metamorfisme

Pada Proses metamorfisme, meliputi:

 Proses perubahan fisik yang menyangkut struktur dan


tekstur oleh tenaga kristaloblastik (tenaga dari sedimen-
sedimen kimia untuk menyusun susunan sendiri).
 Proses-proses perubahan susunan mineralogi, sedangkan
susunan kimianya tetap (isokimia) tidak ada perubahan
komposisi kimiawi, tapi hanya perubahan ikatan kimia.

Tahap-tahap proses metamorfisme:

 Rekristalisasi

Proses ini dibentukoleh tenaga kristaloblastik, di sini terjadi


penyusunan kembali kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia
yang sudah ada sebelumnya.

 Reorientasi

Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, di sini


pengorientasian kembali dari susunan kristak-kristal, dan ini
akan berpengaruh pada tekstur dan struktur yang ada.
Pembentukan mineral-mineral baru

Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali elemen-elemen


kimiawi yang sebelumnya sudah ada.

 Dalam metamorfosa yang berubah adalah : tekstur dan


asosiasi mineral, yang tetap adalah komposisi kimia dan
fase padat (tanpa melalui fase cair).
 Teksturnya selalu mereflesikan sejarah pembentukannya.
 Ditinjau dari perubahan P & T, dikenal :
 Progresive metamorfosa : perubahan dari P & T rendah
ke P & T tinggi.
 Retrogresive metamorfosa : perubahan dari P & T
tinggi ke P & T rendah.

Kondisi yang mengontrol metamorfosa/mempengaruhi


rekristalisasi dan tekstur.

1) Tekanan :

- Tekanan Hidrostatik

- Tekanan searah (stress)

Di sini dikenal 2 kelompok mineral yaitu :

a. Stress mineral : yaitu mineral-mineral yang tahan terhadap


tekanan. Contoh : staurolit, kinit

b. Anti stress mineral : yaitu mineral-mineral yang jarang dijumpai


pada batuan yang mengalami stress. Contoh : olivin, andalusit

2) Temperatur
Pada umumnya perubahan temperatur jauh lebih efektif daripada
perubahan tekanan dalam hal pengaruhnya bagi perubahan
mineralogi.

Katalisator : berfungsi mempercepat reaksi, terutama pada


metamorfose bertemperatur rendah.

Ada 2 hal yang dapat mempercepat reaksi yaitu :

(a) Adanya larutan-larutan kimia yang berjalan antar ruang


butiran.
(b) Deformasi batuan, dimana batuan pecah-pecah menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga memudahkan kontak antar
larutan nimia dengan fragüen-fragmen.

Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali


berbeda dengan batuan asalnya, baik tekstur maupun komposisi
mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan atau temperatur
akan mengubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui, dan
juga hubungan antar butiran / kristalnya. Proses metamorfisme
tidak mengubah komposisi kimia batuan. Oleh karena itu
disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan
metamorf ini jika tergantung pada jenis batuan asalnya.

Deskripsi Batuan

Warna

Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral


penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna
dapat diketahui jenis magma pembentuknya.
Tekstur Batuan

Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir


mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi,
ukuran butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar
butir (fabric). Jika warna batuan berhubungan erat dengan
komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur berhubungan
dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur
merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum,dan sesudah
kristalisasi. Secara umum, tekstur metamorf terbagi atas tekstur
dan tekstur larutan sisa.

Tekstur metamorf yaitu :

 Lepidoblastik, apabila terdiri dari mineral – mineral yang


tabular.

 Nematoblastik, apabila terdiri dari mineral – mineral yang


prismatic.

 Porfiroblastik, apabila mempunyai tekstur porfiroblastik

 Granoblastik, apabila terdiri dari mineral – mineral yang


equedimensional (granular) dengan batas – batas yang sutured.
Mineral – mineralnya mempunyai bentuk anhedral.

 Granuloblastik, apabila terdiri dari mineral – mineral yang


equedimensional (granular) dengan batas – batas yang unsutured.
Mineral – mineralnya mempunyai bentuk anhedral.

 Relic, apabila tteksturnya berasal dari batuan terdahulu.


 Hornfelsik, seperti granoblastik memperlihatkan tekstur mosaic
tetapi tidak menunjukkan orientasi.

 Homeoblastik, apabila batuan terdiri dari atas satu tekstur saja.

 Heteroblastik, apabila batuan terdiri atas lebih dari satu tekstur.

 Granoblastik polygonal

Struktur Batuan

Secara umum struktur batuan metamorf terdiri atas :

1. Foliasi

Struktur paralel yang ditimbulkan oleh mineral – mineral pipih


sebagai akibat dari proses metamorphosis. Dapat diperlihatkan
boleh mineral – mineral prismatic yang menunjukkan orientasi –
orientasi tertentu. Dihasilkan oleh proses metamorfisme regional,
kataklastik.

2. Non-Foliasi

Struktur yang dibentuk oleh mineral yang equidimensional yang


terdiri dari butiran butiran granular. Dihasilkan oleh proses
metamorfisme kontak.

Struktur – struktur yang biasa dikenal pada batuan metamorf


adalah :
a) Slaty cleavage : merupakan struktur foliasi planar yang
dijumpai sebagai bibang – bidang belah pada batu sabak.

b) Granulose / hornfelsik : struktur yang tidak menunjukkan


cleavage, merupakan bmozaik yang terdiri dari mineral yang
equidimensional, hasil dari metamorphosis thermal
c) Filitik : terlihat rekristalisasi yang lebih kasar dari slaty
cleavage, sudah mulai terjadi pemisahan mineral granular
(segregasi) tetapi belum sempurna, lebih kilap daripada batu
sabak.

d) Schistose : struktur akibat perulangan mineral pipih dengan


mineral equigranular, mineralnya pipih orientasi tidak terputus –
putus.

e) Gneistose : struktur akibat perulangan mineral pipih dengan


mineral equigranular, orientasi mineral pipih terputus – putus oleh
mineral granular.

f) Milonitik : berbutir halus, menunjukkan gerusan – gerusan


akibat granulation yang kuat.

g) Filonitik : gejala dan kenampakan mirip milonitik, tetapi sudah


terjadi rekristalisasi dan menunjukkan kilap silky.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, arief.2010.Laporan deskripsi batuan beku, batuan


sedimen, batuan metamorf.Program studi Teknik Geologi
ITB.Bandung.

http://ariefgeo.blogspot.com/2010/11/deskripsi-batuan-
beku.html

http://ariefgeo.blogspot.com/2010/11/deskripsi-batuan-
sedimen.html

http://ariefgeo.blogspot.com/2010/11/deskripsi-batuan-
metamorf.html

Anda mungkin juga menyukai