Anda di halaman 1dari 130

Analisis Laporan

Keuangan
Daerah
Disusun Oleh:
Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara


2007
Analisis Laporan Keuangan Daerah
Oleh Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK)
Departemen Keuangan Republik Indonesia
Bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA)

Desain sampul dan isi : Tim YPIA

Diterbitkan pertama kali oleh :


Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Jl. Bintaro Utama Sektor V
Bintaro Jaya Tangerang 15223
Indonesia
Telp : 021 7361654 - 56
Fax : 021 7361653

Cetakan Pertama : Desember 2007

Buku ini bisa di download bebas melalui Website :


www.stan-star.ac.id
Kata
Sambutan
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah pada tahun 2007 ini
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dipercaya oleh Asian Development
Bank (ADB) untuk melaksanakan salah satu kegiatan reformasi birokrasi yakni
penyusunan program pelatihan auditor internal non-gelar bagi Inspektorat di
daerah. Hal ini didasarkan pada tekad pemerintah untuk melakukan reformasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam kerangka good governance
mencakup reformasi audit pemerintahan daerah.

Dalam hubungan ini, pemerintah telah menetapkan proyek yang


disebut dengan State Audit Reform Sector Development Project (STAR-SDP).
Pelaksanaan STAR-SDP mendapat dukungan pendanaan yang berasal dari
Asian Development Bank (ADB) dan pemerintah Belanda.

Sejalan dengan tekad untuk menyukseskan penyelenggaraan otonomi


daerah, pemerintah juga menetapkan bahwa STAR-SDP mencakup proyek
peningkatan kuantitas dan kualitas auditor di lingkungan pemerintah daerah
melalui program pendidikan jangka pendek (non-gelar). Proyek pendidikan
non-gelar bagi auditor inspektorat daerah ini diserahkan kepada STAN –
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Departemen Keuangan
RI dan pelaksanaannya harus melibatkan konsultan independen serta didukung
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).

Modul ini merupakan bagian dari kegiatan STAR-SDP tersebut yang


dikhususkan bagi auditor inspektorat daerah. Semoga modul ini bermanfaat
bagi para auditor inspektorat daerah dan para instruktur pelatihan audit internal
sektor publik serta pihak lain yang tertarik untuk mendalami audit internal
sektor publik.

Selaku pimpinan STAN saya sangat bangga dengan kegiatan ini dan
peningkatan yang telah dicapai khususnya dalam hal pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM) aparatur negara, namun tidak cukup sampai di sini, kita
harus dapat mencapai kinerja yang lebih baik di masa mendatang.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Akhirnya pada kesempatan ini, atas nama Direktur Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
penuh dedikasi telah bekerja keras dalam pembuatan modul ini dan juga pihak
BAPPENAS serta Tim Teknis STAR-SDP STAN yang telah mendukung dengan
kemampuan profesionalisme sehingga proyek ini dapat berhasil dengan baik.
Semoga di tahun-tahun mendatang kita tetap meningkatkan kinerja.

Suyono Salamun, Ph.D

Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Daftar
Isi
Daftar Isi....................................................................................................... i
Daftar Istilah................................................................................................. iii

Bagian I LAPORAN KEUANGAN PEMDA

Bab 1 Pelaporan Keuangan....................................................................... 01


A. Pengantar ................................................................................... 01
B. Akuntabilitas dan Transparansi................................................... 03
C. Entitas Pelaporan dan Tanggung Jawab Pelaporan................... 05
D. Peran dan Tujuan Pelaporan Keuangan..................................... 07
E. Asumsi Dasar Pelaporan Keuangan........................................... 10
F. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan.................................. 11
G. Prinsip-prinsip Pelaporan Keuangan.......................................... 13
H. Pengguna Laporan Keuangan.................................................... 16
I. Rangkuman................................................................................. 17

Bab 2 Sekilas Pengelolaan Keuangan Daerah........................................ 19


A. Ruang Lingkup Keuangan Daerah.............................................. 19
B. Azas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah............................. 20
C. Perangkat Daerah dalam Pengelolaan Keuangan Daerah......... 21
D. Rangkuman................................................................................. 24

Bab 3 Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD..................... 25


A. Penyusunan Laporan Keuangan................................................. 25
B. Laporan Realisasi Anggaran....................................................... 29
C. Neraca......................................................................................... 38
D. Laporan Arus Kas........................................................................48
E. Catatan atas Laporan Keuangan................................................ 61
F. Rangkuman................................................................................. 64

Bagian II DASAR-DASAR ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

Bab 4 Konsep Analisis Laporan Keuangan............................................ 67


A. Pendahuluan............................................................................... 67

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik i


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

B. Pengertian Analisis Laporan Keuangan..................................... 68


C. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan....................... 70
D. Rangkuman................................................................................ 71

Bab 5 Analisis Laporan Keuangan Pemerintah...................................... 73


A. Kondisi Saat Ini........................................................................... 73
B. Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan Pemerintah.............. 74
C. Teknik Analisis Laporan Keuangan Pemerintah......................... 75
D. Rangkuman............................................................................... 76

Bagian III ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMDA

Bab 6 Analisis Hubungan......................................................................... 79


A. Pendahuluan.............................................................................. 79
B. Laporan Realisasi APBD............................................................ 80
C. Neraca........................................................................................ 83
D. Laporan Realisasi APBD dan Neraca........................................ 87
E. Laporan Arus Kas, Realisasi APBD, dan Neraca....................... 88
F. Rangkuman................................................................................ 93

Bab 7 Analisis Perbandingan.................................................................... 95


A. Keunggulan dan Kelemahan Perbandingan............................... 95
B. Jenis-jenis Perbandingan........................................................... 96
C. Perbandingan Pos APBD........................................................... 99
D. Perbandingan Pos Neraca......................................................... 106
E. Rangkuman................................................................................ 109

Bab 8 Analisis Kecenderungan................................................................ 111


A. Pengertian dan Sifat Analisis Kecenderungan........................... 111
B. Analisis Kecenderungan dengan Tahun Dasar.......................... 112
C. Analisis Kecenderungan Bergerak............................................. 113
D. Analisis Kecenderungan dengan Diagram Pencar..................... 114
E. Analisis Kecenderungan dengan Hubungan antar Variabel....... 116
F. Rangkuman................................................................................ 117

Daftar Pustaka............................................................................................ 119

ii Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Daftar
Istilah
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas
dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan
dengan peraturan daerah.

2. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)


adalah SKPD/unit kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip
efisiensi dan produktivitas.

3. Belanja Daerah
adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.

4. Bendahara Umum Daerah (BUD)


adalah PPKD yang bertindak dalam kapasitas sebagai bendahara umum
daerah.

5. Dana Cadangan
adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yang memerlukan
dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.

6. Defisit Anggaran Daerah


adalah selisih kurang antara pendapatan daerah dan belanja daerah.

7. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD)


adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan yang
digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh pengguna anggaran.

8. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD (DPPA-SKPD)


adalah dokumen yang memuat perubahan pendapatan, belanja dan
pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan perubahan
anggaran oleh pengguna anggaran.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik iii


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

9. Entitas akuntansi
adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh
karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan
keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan.

10. Entitas pelaporan


adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau Iebih entitas akuntansi
yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampai-
kan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

11. Kepala Daerah


adalah gubemur bagi daerah provinsi atau bupati bagi daerah kabupaten
atau walikota bagi daerah kota.

12. Keuangan Daerah


adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut.

13. Kinerja
adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai
sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas
yang terukur.

14. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)


adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah (Kepala SKPKD)
yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak
sebagai bendahara umum daerah.

15. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)


adalah pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada
SKPD.

16. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)


adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau
beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.

17. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah


adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.

iv Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

18. Pemerintahan Daerah


adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah
dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

19. Pemerintah Daerah


adalah gubernur, bupati, dan/atau walikota, dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

20. Pendapatan Daerah


adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih.

21. Pengelolaan Keuangan Daerah


adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan
keuangan daerah.

22. Pengguna Anggaran


adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.

23. Pembiayaan Daerah


adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

24. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)


adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana
pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana
pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD.

25. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)


adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama
satu periode anggaran.

26. Surplus Anggaran Daerah


adalah selisih lebih antara pendapatan daerah dan belanja daerah.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik v


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

27. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)


adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna
anggaran/pengguna barang.

28. Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)


adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna
anggaran/pengguna barang, yang juga melaksanakan pengelolaan
keuangan daerah.

29. Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)


adalah tim yang dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin
oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta
melaksanakan kebijakan kepala daerah dalam rangka penyusunan APBD
yang anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat
Iainnya sesuai dengan kebutuhan.

vi Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Bab 1
Pelaporan
Keuangan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
• Memperoleh pemahaman mengenai perlunya akuntabilitas dan
transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah.
• Memperoleh pemahaman mengenai tujuan, asumsi dasar, dan prinsip-
prinsip pelaporan keuangan daerah.
• Memperoleh pemahaman mengenai karakteristik kualitatif dan
kelompok pengguna laporan keuangan daerah.

A. Pengantar

Dalam kehidupan sehari-hari, masing-masing dari kita yang merupakan


unsur terkecil dalam kehidupan bertetangga dan bermasyarakat di lingkungan
Rukun Tetangga (RT) / Rukun Warga (RW), pasti secara rutin mengikuti (baik
secara langsung maupun tidak langsung) bagaimana proses yang dilakukan
oleh Ketua RT dan perangkatnya dalam merencanakan suatu kegiatan di
lingkungan RT.

Ambil contoh misalnya kegiatan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT)


Kemerdekaan RI. Maka, pertama kali Ketua RT akan membicarakannya
dengan perangkatnya (sekretaris, bendahara, dan ketua-ketua seksi) mengenai
apa dan bagaimana kira-kira bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan dan
berapa dana yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut,
termasuk berapa dana yang bisa dipakai dari kas RT dan berapa yang perlu
dimintakan sumbangan dari warganya. Kemudian, usulan yang masih ‘mentah’
tersebut akan ‘dimatangkan’ melalui pembahasan dalam rapat warga.
Selanjutnya, rencana kegiatan yang sudah disetujui dalam rapat warga tersebut
akan menjadi dasar bagi Ketua RT dalam menyelenggarakan kegiatan perayaan
HUT Kemerdekaan RI tersebut.

Dengan rangkaian kegiatan yang sudah terjadual rapi dan dengan


dukungan sejumlah dana yang sudah terkumpul sesuai dengan yang

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 01


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

direncanakan, maka di lingkungan RT tersebut dapat diselenggarakan seluruh


acara peringatan hari kemerdekaan RI. Mulai perlombaan anak-anak,
pertandingan olahraga bagi orang dewasa, sampai dengan puncak acara
yaitu malam pembagian hadiah yang dimeriahkan oleh berbagai pertunjukan
musik dan tari. Singkat cerita, segala kegiatan berjalan dengan tertib-aman-
lancar dan acara klimaksnya pun sukses!

Apakah sudah selesai ceritanya? Ya, betul, selesai tahap pelaksanaan


kegiatannya, namun tahap berikutnya harus dilakukan oleh Ketua RT, yaitu
pertanggungjawaban.

Setelah berlalu sepekan sejak puncak acara peringatan hari kemerdekaan


RI yang terhitung sukses itu, seluruh warga RT menerima laporan pertangung-
jawaban yang ditandatangani oleh Ketua Panitia dan Ketua RT sebagai berikut.

Laporan Pertanggungjawaban
Pelaksanaan Peringatan HUT Kemerdekaan RI Ke-X

Rp

A Penerimaan:
1. Iuran Warga* 900.000
2. Sumbangan dari RW 250.000
1.150.000
B Pengeluaran:
1. Pelaksanaan Lomba Anak-anak* 150.000
2. Pelaksanaan Pertandingan OlahRaga* 200.000
3. Pembelian Hadiah Lomba dan Pertandingan* 650.000
4. Penyelenggaraan Malam Puncak* 500.000
1.500.000
C Defisit (= A - B) (350.000)

D Ditutup dari Kas RT 350.000

* Masing-masing dilampiri dengan rinciannya

Pada umumnya, dalam membaca laporan pertanggungjawaban yang


disampaikan oleh Panitia Pelaksana dan Ketua RT tersebut, warga akan
melihat, atau tepatnya melakukan penilaian, atas keakuratan dari laporan
tersebut. Pertama kali, warga akan melihat kewajaran angka-angka global
dari jumlah penerimaan dan pengeluaran, kemudian lebih jauh mencocokkan,
atau tepatnya menganalisis dan memverifikasi, dengan data rincian masing-
masing.

02 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Dari pengantar di atas, dengan mengambil contoh dari lingkup organisasi


terkecil yang sangat dekat dengan keseharian kita, dapat kita ambil pelajaran
bahwa pengelola dana tidak saja melaksanakan kegiatan melalui realisasi
dana sesuai yang direncanakan, tetapi juga harus mempertanggungjawabkan
pelaksanaan kegiatan yang dilakukannya. Dari contoh kecil tersebut di atas
kita bisa melihat perlunya akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan
dana atau anggaran. Kemudian, terhadap laporan pertanggungjawaban yang
disampaikan oleh pengelola dana, maka warga sebagai pengguna laporan
tersebut perlu melakukan analisis atas ketepatan atau keakuratannya.

Sejalan dengan jiwa yang terkandung dalam cerita kecil di atas, maka
secara garis besar modul ini akan diawali dengan pembahasan mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan laporan apa saja yang harus disajikan dan disampaikan
oleh Pemerintah Daerah (sebagai wujud dari pertanggungjawaban atas realisasi
pengelolaan anggarannya), kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai
seluk-beluk analisis laporan keuangan Pemerintah Daerah.

B. Akuntabilitas dan Transparansi

Tuntutan yang semakin besar terhadap akuntabilitas publik menimbul-


kan implikasi bagi manajemen pemerintahan (sektor publik) untuk memberikan
informasi kepada publik. Salah satu informasi yang dibutuhkan oleh publik
adalah informasi mengenai pengelolaan keuangan negara/daerah dalam bentuk
laporan keuangan.

Akuntabilitas
Dari sudut pandang pengendalian tindakan pada pencapaian tujuan,
akuntabilitas mengandung arti kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan
segala tindak-tanduk dan kegiatan seseorang atau lembaga, terutama di bidang
administrasi keuangan, kepada pihak yang lebih tinggi atau atasannya (LAN
dan BPKP, 2000). Dalam konteks pemerintahan, akuntabilitas mempunyai arti
pertanggungjawaban, yang merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan
pemerintahan yang baik.

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa sejak berlakunya Undang-


Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka setiap pengelola
keuangan daerah harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan
keuangannya dalam bentuk Laporan Keuangan, yang setidak-tidaknya meliputi
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 03


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbenda-


haraan Negara menyebutkan bahwa Laporan Keuangan dimaksud harus
disusun berdasarkan proses akuntansi, yang wajib dilaksanakan oleh setiap
Pengguna Anggaran dan kuasa Pengguna Anggaran serta pengelola Bendahara
Umum Daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka setiap Pemerintah
Daerah perlu menyelenggarakan sistem akuntansi untuk lingkungan pemerintah
daerahnya yang pedomannya ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.

Transparansi
Dalam hubungannya dengan akuntabilitas keuangan, transparansi
mengandung arti penyajian laporan keuangan yang terbuka, terutama mengenai
informasi penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh pengelola
keuangan daerah.

Sebagaimana kita ketahui, perkembangan paket peraturan perundang-


undangan di bidang keuangan negara menunjukkan adanya upaya dalam
meningkatkan keterbukaan informasi. Hal ini terlihat dari upaya dalam mengatasi
kelemahan-kelemahan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah
sebelumnya. Dari ketentuan peraturan perundang-undangan sebelumnya,
yang hanya mengharuskan penyampaian laporan pertanggungjawaban dalam
bentuk perhitungan anggaran, paling tidak terdapat beberapa kelemahan
berikut ini.

Pertama, laporan perhitungan anggaran hanya menginformasikan aliran


kas pada APBD sesuai dengan format anggaran yang disahkan oleh DPRD,
tanpa menyertakan informasi tentang posisi kekayaan dan kewajiban pemerintah.
Kedua, selain muatan informasinya terbatas, proses penyampaiannya kepada
legislatif sangat lambat. Ketiga, informasi keuangan yang disajikan dalam
perhitungan anggaran kurang dapat diandalkan karena sistem akuntansi yang
diselenggarakan belum didasarkan pada standar akuntansi dan tidak didukung
oleh perangkat data dan proses yang memadai.

Dengan demikian, bila kita bandingkan bentuk laporan pertanggung-


jawaban pengelolaan keuangan daerah yang berlaku saat ini dengan periode
sebelumnya, dapat kita lihat bahwa cakupan informasi dalam laporan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah menjadi lebih luas namun
penyampaiannya tidak terlambat. Dengan kata lain, sejak diberlakukannya
paket peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara, terdapat
upaya nyata dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi di lingkungan
pemerintah.

04 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 juga disebutkan bahwa


laporan keuangan pemerintah harus diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) sebelum disampaikan kepada pihak legislatif sesuai dengan kewenangan-
nya. Pemeriksaan BPK dimaksud adalah dalam rangka pemberian pendapat
(opini) sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Laporan Keuangan tersebut setelah diaudit oleh BPK perlu disesuaikan
berdasarkan temuan audit dan/atau koreksi lain yang diharuskan oleh Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP). Laporan Keuangan yang telah diaudit dan telah
diperbaiki itulah yang selanjutnya diusulkan oleh Pemerintah Daerah dalam
suatu rancangan peraturan daerah tentang Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah untuk dibahas dengan dan disetujui oleh DPRD.

Selain itu, menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pada


rancangan peraturan daerah tentang Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
disertakan atau dilampirkan informasi tambahan mengenai kinerja instansi
pemerintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai oleh Pengguna Anggaran
sehubungan dengan anggaran yang telah digunakan. Disebutkan bahwa
pengungkapan informasi tentang kinerja tersebut adalah relevan dengan
perubahan paradigma penganggaran pemerintah yang ditetapkan dengan
mengidentifikasikan secara jelas keluaran (outputs) dari setiap kegiatan dan
hasil (outcomes) dari setiap program. Dengan demikian, perlu disusun suatu
sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang terintegrasi dengan
sistem perencanaan strategis, sistem penganggaran, dan Sistem Akuntansi
Pemerintahan.

C. Entitas Pelaporan dan Tanggung Jawab Pelaporan

Unit pemerintahan Pengguna Anggaran yang berkewajiban


menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan disebut
sebagai Entitas Akuntansi. Bendahara Umum Daerah dan setiap Pengguna
Anggaran di lingkungan pemerintah daerah merupakan Entitas Akuntansi.

Entitas Pelaporan
Unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi
yang berkewajiban menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan disebut sebagai Entitas Pelaporan. Jadi, laporan keuangan
yang disajikan oleh Entitas Pelaporan merupakan gabungan dari laporan
keuangan beberapa Entitas Akuntansi.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 05


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Disebutkan bahwa dalam penetapan entitas pelaporan, perlu diper-


timbangkan syarat pengelolaan, pengendalian, dan penguasaan suatu entitas
pelaporan terhadap aset, yurisdiksi, tugas dan misi tertentu, dengan bentuk
pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas pelaporan
lainnya.

Berkaitan dengan entitas pelaporan tersebut, Halim (2007) menyebut-


kan bahwa pada ketentuan terdahulu terdapat dua pilihan bagi pemerintah
daerah dalam menentukan entitas pelaporan, yaitu sistem sentralisasi dan
desentralisasi pelaporan keuangan pemerintah daerah. Namun, saat ini
pemerintah daerah diwajibkan menggunakan sistem desentralisasi dalam
pelaporan keuangannya, sehingga baik satuan kerja maupun bagian keuangan
pemerintah daerah melaksanakan akuntansi. Satuan kerja melaksanakan
akuntansi terhadap transaksi ekonomi (dan menghasilkan laporan keuangan)
yang terjadi pada bagiannya, dan bagian keuangan akan menggabungkan
atau mengkonsolidasikan laporan keuangan semua satuan kerja (termasuk
bagian keuangan itu sendiri) untuk disusun menjadi laporan keuangan
pemerintah daerah secara keseluruhan.

Pernyataan Tanggung Jawab


Dalam rangka memperkuat akuntabilitas pengelolaan anggaran dan
perbendaharaan, setiap pejabat yang menyajikan Laporan Keuangan diharuskan
memberi pernyataan tanggung jawab atas Laporan Keuangan yang
bersangkutan, yang ditandatangani oleh gubernur/bupati/walikota/kepala
Satuan Kerja Perangkat Daerah. Gubernur/bupati/walikota/kepala Satuan
Kerja Perangkat Daerah harus secara jelas menyatakan bahwa Laporan
Keuangan telah disusun berdasarkan Sistem Pengendalian Intern yang
memadai dan informasi yang dimuat dalam Laporan Keuangan telah disajikan
sesuai dengan SAP.

Di bawah ini adalah contoh dari pernyataan tanggung jawab, yang


merupakan Lampiran VI-A Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
8 Tahun 2006.

06 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Pernyataan Tanggung Jawab

Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/Satuan


Kerja Perangkat Daerah ………………. Tahun Anggaran ……….. sebagaimana
terlampir adalah merupakan tanggung jawab kami.

Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian


intern yang memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan
anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.

.........................., ………........................
Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/
Bupati/Walikota/Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah ……....,

(............................................................)

Untuk meningkatkan keandalan Laporan Keuangan dan Kinerja, setiap


Entitas Pelaporan dan Akuntansi wajib menyelenggarakan Sistem Pengendalian
Intern sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Dalam
Sistem Pengendalian Intern ini harus diciptakan prosedur rekonsiliasi antara
data transaksi keuangan yang diakuntansikan oleh Pengguna Anggaran/kuasa
Pengguna Anggaran dengan data transaksi keuangan yang diakuntansikan
oleh Bendahara Umum Daerah.

Aparat Pengawas Intern Pemerintah pada pemerintah daerah melakukan


reviu atas Laporan Keuangan dan Kinerja dalam rangka meyakinkan keandalan
informasi yang disajikan sebelum disampaikan oleh gubernur/bupati/walikota
kepada pihak-pihak terkait.

D. Peran dan Tujuan Pelaporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan.


Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan
mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama
digunakan untuk membandingkan realisasi (pendapatan, belanja, transfer,
dan pembiayaan) dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 07


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan,


dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-
undangan.

Mahsun (2007) menyebutkan beberapa tujuan pelaporan keuangan


sektor publik, yaitu:
a) Kepatuhan dan pengelolaan
b) Memberikan jaminan kepada pengguna dan penguasa bahwa pengelolaan
sumber daya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan
yang berlaku.
c) Akuntabilitas dan pelaporan restropektif
d) Bentuk pertanggungjawaban kepada publik dan sebagai alat untuk memonitor
dan menilai efisiensi kinerja, yang memungkinkan pihak eksternal untuk
menilai efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya.
e) Perencanaan dan informasi otorisasi
f) Memberikan dasar perencanaan kebijakan dan aktivitas di masa yang akan
datang serta memberikan informasi pendukung mengenai otorisasi peng-
gunaan dana.
g) Kelangsungan organisasi.
h) Membantu para pengguna laporan untuk menentukan apakah suatu
organisasi atau unit kerja dapat melangsungkan usahanya.
i) Hubungan masyarakat.
j) Sebagai alat komunikasi dan media untuk menyatakan prestasi yang telah
dicapai oleh organisasi.
k) Sumber fakta dan gambaran.
l) Merupakan sumber informasi bagi berbagai kelompok kepentingan yang
ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.

Pelaporan keuangan tidak hanya meliputi komponen laporan keuangan,


tetapi juga meliputi laporan-laporan lain yang diperlukan. Public Sector Committee
IFAC (1996) menyebutkan tujuan pelaporan keuangan sektor publik secara
umum adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat dan memenuhi
kebutuhan pengguna. Lebih lanjut disebutkan bahwa tujuan pelaporan keuangan
sektor publik, khususnya pemerintah daerah sesuai dengan pembahasan kita,
adalah sebagai berikut :
a) Mengidentifikasi sumber daya yang didapat dan digunakan sesuai dengan
anggaran yang telah disetujui oleh DPRD.
b) Menyediakan informasi tentang sumber daya keuangan dan penggunaannya.
c) Menyediakan informasi tentang cara pemerintah daerah membiayai aktivitas
dan memenuhi kebutuhan kasnya.

08 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

d) Menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi


kemampuan manajemen dalam membiayai aktivitasnya dan memenuhi
kewajibannya.
e) Menyediakan informasi mengenai kondisi keuangan dan kinerja pemerintah
daerah, terutama yang berkaitan dengan efisiensi biaya operasi dan
pencapaian target.

Sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang


Standar Akuntansi Pemerintahan menyebutkan bahwa setiap entitas pelaporan
mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan
serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan, secara sistematis dan
terstruktur pada suatu periode pelaporan, untuk kepentingan:

(a) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

(b) Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan, sehingga memudahkan
fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

(c) Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah
dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan
ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

(d) Keseimbangan Antar generasi


Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan
pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran
yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan
akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

Pelaporan keuangan pemerintah menyajikan informasi yang bermanfaat


bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan,
baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 09


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

(a) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan


untuk membiayai seluruh pengeluaran.
(b) Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber
daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan
peraturan perundang-undangan.
(c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai.
(d) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
(e) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan
pajak dan pinjaman.
(f) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan


informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan, pembiayaan,
aset, kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas suatu entitas pelaporan. Lebih
lanjut mengenai laporan keuangan, yang merupakan bentuk pertanggungjawaban
pemerintah daerah, dibahas dalam bagian tersendiri.

E. Asumsi Dasar Pelaporan Keuangan

Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah


adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan
agar standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari :
(a) Asumsi kemandirian entitas;
(b) Asumsi kesinambungan entitas; dan
(c) Asumsi keterukuran dalam satuan uang.

Kemandirian Entitas
Asumsi kemandirian entitas, baik entitas pelaporan maupun akuntansi,
berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri dan
mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga tidak
terjadi kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan.
Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas
untuk menyusun anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab

10 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

penuh. Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber daya
di luar neraca untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas
kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud, utang-piutang
yang terjadi akibat putusan entitas, serta terlaksana tidaknya program yang
telah ditetapkan.

Kesinambungan Entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan
akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak
bermaksud melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.

Keterukuran dalam Satuan Uang


Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan
yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar
memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.

F. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif


yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif
yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas
yang dikehendaki:
(a) Relevan;
(b) Andal;
(c) Dapat dibandingkan; dan
(d) Dapat dipahami.

Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang
termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan
memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi
mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang
relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.

Informasi yang relevan adalah informasi yang memenuhi karakteristik berikut:


(a) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value)
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi
ekspektasi mereka di masa lalu.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 11


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

(b) Memiliki manfaat prediktif (predictive value)


Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan
datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
(c) Tepat waktu
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna
dalam pengambilan keputusan.
(d) Lengkap
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin,
yaitu mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir
informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan
jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,
serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut
secara potensial dapat menyesatkan.

Informasi yang andal memenuhi karakteristik sebagai berikut:


(a) Penyajian Jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.
(b) Dapat Diverifikasi
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila
pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya
tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
(c) Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.

Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna
jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau
laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.

Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal.


Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan

12 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara


eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan
kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan
kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang
diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.

Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami
oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan
memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi
entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari
informasi yang dimaksud.

G. Prinsip-prinsip Pelaporan Keuangan

Prinsip pelaporan keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang


dipahami dan ditaati oleh penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan
dalam melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan keuangan dalam
memahami laporan keuangan yang disajikan.

Berikut ini prinsip-prinsip yang digunakan dalam pelaporan keuangan pemerintah:


(a) Prinsip nilai historis;
(b) Prinsip realisasi;
(c) Prinsip substansi mengungguli bentuk formal;
(d) Prinsip periodisitas;
(e) Prinsip konsistensi;
(f) Prinsip pengungkapan lengkap; dan
(g) Prinsip penyajian wajar.

Nilai Historis
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar
atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset
tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan
setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di
masa yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah.

Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain


karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai
historis, dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 13


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Realisasi
Bagi pemerintah, pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan
melalui anggaran pemerintah selama suatu tahun fiskal akan digunakan untuk
membayar hutang dan belanja dalam periode tersebut.

Prinsip merpertandingkan biaya-pendapatan dalam akuntansi pemerintah


tidak mendapat penekanan sebagaimana dipraktekkan dalam akuntansi komersial.

Substansi Mengungguli Bentuk Formal


Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi
serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa
lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi
atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka
hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.

Periodisitas
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu
dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat di
ukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama
yang digunakan adalah tahunan. Namun, periode bulanan, triwulanan, dan
semesteran juga dianjurkan.

Konsistensi
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa
dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi
internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu
metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain.

Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa


metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik
dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Pengungkapan Lengkap
Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuh-
kan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan
dapat ditempatkan pada halaman depan laporan keuangan atau pada Catatan
atas Laporan Keuangan.

14 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Penyajian Wajar
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan diperlukan


ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidak-
pastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya
dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan.
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak
dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah.

Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenan-


kan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan
aset atau pendapatan yang terlampau rendah, atau sengaja mencatat kewajiban
atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak
netral dan tidak andal.

Basis Akuntansi
Selain prinsip-prinsip pelaporan keuangan tersebut di atas, terdapat
satu hal penting yang harus diperhatikan dalam pelaporan keuangan, yaitu
masalah penggunaan basis akuntansi.

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah


adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan
dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.

Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan


diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau
oleh entitas pelaporan, dan belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Entitas pelaporan
tidak menggunakan istilah laba. Penentuan sisa pembiayaan anggaran (baik
lebih atau kurang) untuk setiap periode tergantung pada selisih realisasi
penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan dan belanja bukan tunai seperti
bantuan pihak luar asing dalam bentuk barang dan jasa disajikan pada Laporan
Realisasi Anggaran.

Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas
dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 15


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa


memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

Entitas pelaporan yang menyajikan Laporan Kinerja Keuangan


menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan
menggunakan sepenuhnya basis akrual, baik dalam pengakuan pendapatan,
belanja, dan pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset, kewajiban, dan
ekuitas dana. Namun demikian, penyajian Laporan Realisasi Anggaran tetap
berdasarkan basis kas.

H. Pengguna Laporan Keuangan

Kelompok pengguna laporan keuangan pemerintah meliputi: lembaga


pemerintah, investor dan kreditor, penyedia sumber daya, badan pengawas,
dan konstituen (Mardiasmo, 2007). Pengelompokan yang kurang lebih sama
dikemukakan oleh Bastian (2001) yaitu: legislatif dan manajemen pemerintah,
masyarakat, investor dan kreditor, institusi internasional, pengamat, dan aparat
pemerintah.

Untuk menyederhanakan dan menyamakan persepsi tentang kelompok


pengguna laporan keuangan ini, kita gunakan Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai acuan,
yang menyebutkan kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah,
namun tidak terbatas, yaitu:
(a) masyarakat;
(b) para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
(c) pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman; dan
(d) pemerintah.

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum


untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Dengan
demikian laporan keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi
kebutuhan spesifik dari masing-masing kelompok pengguna. Namun demikian,
berhubung pajak merupakan sumber utama pendapatan pemerintah, maka
ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan informasi para
pembayar pajak perlu mendapat perhatian.

16 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

I. Rangkuman

Sejalan dengan tuntutan yang semakin besar terhadap akuntabilitas


publik, maka manajemen pemerintahan daerah (sektor publik) harus mem-
berikan informasi kepada publik mengenai pengelolaan keuangan daerah,
yang diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan (sebagai
laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah) meliputi:
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan. Dalam rangka memperkuat akuntabilitas pengelolaan
anggaran dan perbendaharaan, setiap pejabat yang menyajikan Laporan
Keuangan diharuskan memberi pernyataan tanggung jawab atas Laporan
Keuangan yang bersangkutan.

Sebelum disampaikan kepada DPRD, laporan keuangan harus diaudit


oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Setelah disesuaikan berdasarkan
temuan audit dan/atau koreksi lain yang diharuskan oleh Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) dan dilampiri informasi mengenai kinerja instansi
pemerintah, kemudian diusulkan oleh Pemerintah Daerah untuk dibahas
dengan dan disetujui oleh DPRD. Selain legislatif, pengguna laporan keuangan
pemerintah daerah adalah masyarakat, lembaga pengawas, lembaga
pemeriksa, pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi,
dan pinjaman.

Asumsi dasar, karakteristik kualitatif, dan prinsip-prinsip dalam


pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah sebagai berikut:
• Asumsi dasar: kemandirian entitas, kesinambungan entitas, dan keterukuran
dalam satuan uang.
• Karakteristik kualitatif: relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat
dipahami.
• Prinsip-prinsip: nilai historis, realisasi, substansi mengungguli bentuk formal,
periodisitas, konsistensi, pengungkapan lengkap, dan penyajian wajar.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 17


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Halaman ini sengaja dikosongkan

18 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Bab 2
Sekilas Pengelolaan
Keuangan Daerah
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
• Memperoleh pemahaman mengenai ruang lingkup keuangan daerah.
• Memperoleh pemahaman mengenai azas umum pengelolaan keuangan
daerah.
• Memperoleh pemahaman mengenai hirarki perangkat daerah pada
pemerintahan daerah yang terkait dalam pengelolaan keuangan daerah.

A. Ruang Lingkup Keuangan Daerah

Sebelum membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan laporan


keuangan sebagai pertanggungjawaban pemerintah daerah atas pengelolaan
keuangan daerah, terlebih dahulu ada baiknya bila kita bahas sekilas tentang
pengelolaan keuangan daerah. Pada bab ini memang dimaksudkan hanya
mereviu sekilas (dengan rujukan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah), karena
pembahasan selengkapnya ada pada modul tersendiri dengan judul Pengantar
Keuangan Daerah.

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut dijelaskan bahwa


ruang lingkup keuangan daerah meliputi:
a. hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta
melakukan pinjaman;
b. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah
dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. penerimaan daerah;
d. pengeluaran daerah;
e. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah; dan
f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 19


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

B. Azas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah

Keuangan daerah dikelola dengan berdasarkan azas umum: tertib,


taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan,
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan,
dan manfaat untuk masyarakat.

Tertib
Secara tertib adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan
tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.

Taat Peraturan
Taat pada peraturan perundang-undangan adalah bahwa pengelolaan keuangan
daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Efektif
Efektif merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah
ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.

Efisien
Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan
tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran
tertentu.

Ekonomis
Ekonomis merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas
tertentu pada tingkat harga yang terendah.

Transparan
Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat
untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-Iuasnya tentang
keuangan daerah.

Bertanggung jawab
Bertanggung jawab merupakan perwujudan kewajiban seseorang untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan.

20 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Keadilan
Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya
dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan
yang obyektif.

Kepatutan
Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar
dan proporsional.

Manfaat
Manfaat untuk masyarakat adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat.

C. Perangkat Daerah dalam Pengelolaan Keuangan Daerah

Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah adalah kepala


daerah, yang oleh karenanya mempunyai wewenang untuk:
a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;
b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;
c. menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang;
d. menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran;
e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan
daerah;
f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan
piutang daerah;
g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik
daerah; dan
h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran.

Melalui keputusan kepala daerah, kepala daerah selaku pemegang


kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dapat melimpahkan sebagian atau
seluruh kekuasaannya kepada:
a. sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah;
b. kepala SKPKD selaku PPKD; dan
c. kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.
Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah,
berkaitan dengan peran dan fungsinya dalam membantu kepala daerah,
menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 21


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggung jawab kepada


kepala daerah dan mempunyai tugas koordinasi di bidang:
a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;
b. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah;
c. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;
d. penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD;
e. tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas
keuangan daerah; dan
f. penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.

Selain mempunyai tugas koordinasi sebagaimana tersebut di atas,


sekretaris daerah mempunyai tugas:
a. memimpin TAPD;
b. menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;
c. menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;
d. memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;
e. melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah

Kepala SKPKD selaku PPKD mempunyai tugas:


a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah;
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah;
d. melaksanakan fungsi BUD;
e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD; dan
f. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh
kepala daerah.

PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD mempunyai wewenang:


a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
b. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;
c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran
kas daerah;
e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;
f. menetapkan SPD;

22 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

g. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama


pemerintah daerah;
h. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
i. menyajikan informasi keuangan daerah; dan
j. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan
barang milik daerah.

PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada


kepala daerah melalui sekretaris daerah, dan selaku BUD dapat menunjuk
pejabat di Iingkungan satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku kuasa
BUD

Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang


mempunyai tugas:
a. menyusun RKA-SKPD;
b. menyusun DPA-SKPD;
c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran
belanja;
d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
e. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
f. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan;
h. menandatangani SPM;
i. mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang
dipimpinnya;
j. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung
jawab SKPD yang dipimpinnya;
k. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;
l. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
m. melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah; dan
n. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah
melalui sekretaris daerah.

Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan


tugas-tugasnya dapat melimpahkan sebagian kewenangannya (ditetapkan
oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD) kepada kepala unit kerja pada
SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 23


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Selain itu, pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dan kuasa


pengguna anggaran/kuasa pengguna barang menunjuk pejabat pada unit
kerja SKPD selaku PPTK (dalam pelaksanakan program dan kegiatan).
Sedangkan untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD,
kepala SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha
keuangan pada SKPD sebagai PPK-SKPD

D. Rangkuman

Sebagaimana yang dinyatakan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun


2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, ruang lingkup keuangan
daerah meliputi: (a) hak daerah untuk memungut pajak dan retribusi daerah,
(b) kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah
dan membayar tagihan pihak ketiga, (c) penerimaan dan pengeluaran daerah,
(d) kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain, termasuk
kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah, dan (e) kekayaan pihak
lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum,

Adapun azas umum pengelolaan keuangan daerah adalah: tertib, taat


pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan,
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan,
dan manfaat untuk masyarakat.

Hirarki perangkat daerah pada pemerintahan daerah yang terkait


dengan pengelolaan keuangan daerah adalah:
• Kepala daerah – pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah;
• Sekretaris daerah – koordinator pengelolaan keuangan daerah
• Kepala SKPKD – pengguna anggaran/barang, yang juga melaksanakan
pengelolaan keuangan daerah.
• Kepala SKPD – pengguna anggaran/barang daerah.

24 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Bab 3
Laporan
Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBD
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
• Memperoleh pemahaman mengenai bentuk laporan pertanggung-
jawaban pemerintah daerah atas pengelolaan keuangan daerah.
• Memperoleh pemahaman mengenai proses penyusunan laporan
pertanggungjawaban pemerintah daerah.
• Memperoleh pemahaman mengenai proses persetujuan laporan
keuangan daerah oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

A. Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai


posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi
mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan
suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat
dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.

Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk


menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk
menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercaya-
kan kepadanya, dengan:
a). menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban,
dan ekuitas dana pemerintah;
b). menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;
c). menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber
daya ekonomi;
d). menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 25


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

e). menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai


aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;
f). menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
g). menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan
entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.

Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan


prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi
besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi yang berkelanjutan,
sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan
ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi
bagi pengguna mengenai:
a). indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan
anggaran dan
b). indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan
ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.

Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan menyediakan


informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal:
a. aset;
b. kewajiban;
c. ekuitas dana;
d. pendapatan;
e. belanja;
f. transfer;
g. pembiayaan; dan
h. arus kas.

Laporan Keuangan SKPD


Kepala SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) selaku Pengguna
Anggaran menyusun Laporan Keuangan sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD pada Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan.
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh SKPD selaku pengguna anggaran
adalah:
a. Laporan Realisasi Anggaran,
b. Neraca, dan
c. Catatan atas Laporan Keuangan.

26 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Laporan keuangan tersebut harus disampaikan oleh Kepala SKPD


kepada gubernur/ bupati/walikota melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD) selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Selain laporan keuangan, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku


Pengguna Anggaran harus menyusun Laporan Kinerja dan menyampaikannya
kepada gubernur/bupati/walikota, dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Laporan Keuangan PPKD


Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah
menyusun Laporan Keuangan sebagai pertanggungjawaban pengelolaan
perbendaharaan daerah. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh PPKD selaku
Bendahara Umum Daerah adalah:
a. Laporan Realisasi Anggaran,
b. Neraca,
c. Laporan Arus Kas, dan
d. Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan keuangan tersebut oleh PPKD disampaikan kepada gubernur/


bupati/walikota selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran
berakhir.

Laporan Keuangan Pemda


Berdasarkan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah serta
laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah tersebut,
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun Laporan Keuangan pemerintah
daerah yang terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran,
b. Neraca,
c. Laporan Arus Kas, dan
d. Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan Keuangan tersebut oleh PPKD disampaikan kepada gubernur/


bupati/walikota untuk memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
Selanjutnya, laporan keuangan pemerintah daerah ini disampaikan oleh
gubernur/bupati/walikota kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selambat-
lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 27


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan, gubernur/


bupati/walikota memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap
Laporan Keuangan serta koreksi lain berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Selanjutnya, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun rancangan


peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, yang harus
disampaikan oleh gubernur/bupati/walikota kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.

Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, Pemerintah


Daerah tidak hanya diwajibkan untuk menyusun dan menyajikan Laporan
Keuangan, tetapi juga harus membuat Laporan Kinerja, yang berisi ringkasan
tentang keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-
masing program sebagaimana ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan APBD.

Laporan Kinerja dihasilkan dari suatu sistem akuntabilitas kinerja


instansi pemerintah (yang dikembangkan secara terintegrasi dengan sistem
perencanaan, sistem penganggaran, sistem perbendaharaan, dan Sistem
Akuntansi Pemerintahan) yang diselenggarakan oleh masing-masing Entitas
Pelaporan dan/atau Entitas Akuntansi.

Selain laporan kinerja, Pemerintah Daerah (gubernur/ bupati/ walikota


selaku wakil pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan pemerintah
daerah yang dipisahkan) juga harus menyusun ikhtisar laporan keuangan
Perusahaan Daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Perusahaan Daerah diwajibkan


menyampaikan:
a. laporan keuangan Perusahaan Daerah yang belum diaudit kepada Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah selambat-lambatnya 2 1/2 (dua setengah)
bulan setelah tahun APBD berakhir; dan
b. laporan keuangan Perusahaan Daerah yang telah diaudit kepada Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah selambat-lambatnya 5 1/2 (lima setengah)
bulan setelah tahun APBD berakhir.

Jadi, laporan keuangan pemerintah daerah beserta rancangan


Peraturan daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD, dilampiri
dengan ikhtisar laporan realisasi kinerja dan ikhtisar laporan keuangan
Perusahaan Daerah. Rancangan peraturan daerah yang telah disetujui bersama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, untuk tingkat pemerintah provinsi

28 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri, dan untuk tingkat pemerintah


kabupaten/kota disampaikan kepada gubernur.

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana kegiatan


Dana Dekonsentrasi menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan
Keuangan dan Kinerja sebagaimana berlaku bagi kuasa Pengguna Anggaran
pada tingkat pemerintah pusat. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
menyampaikan Laporan Keuangan dan Kinerja atas pelaksanaan kegiatan
Dana Dekonsentrasi kepada gubernur. Selanjutnya, gubernur menyiapkan
Laporan Keuangan dan Kinerja gabungan berdasarkan laporan yang diterima
dari Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana kegiatan Dana
Dekonsentrasi, dan menyampaikannya kepada Menteri/Pimpinan Lembaga
terkait serta kepada Presiden melalui Menteri Keuangan.

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana kegiatan


Tugas Pembantuan menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan
Keuangan dan Kinerja sebagaimana berlaku bagi kuasa Pengguna Anggaran
pada tingkat pemerintah pusat. Laporan Keuangan dan Kinerja atas pelaksanaan
kegiatan Tugas Pembantuan disampaikan kepada gubernur/bupati/walikota
dan Menteri/Pimpinan Lembaga terkait. Kemudian, gubernur/bupati/walikota
menyiapkan Laporan Keuangan dan Kinerja gabungan berdasarkan laporan
yang diterima dari Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana
kegiatan Tugas Pembantuan dan menyampaikannya kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga terkait serta kepada Presiden melalui Menteri Keuangan.

Laporan Keuangan dan Kinerja atas pelaksanaan kegiatan Dana


Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan dilaporkan secara terintegrasi dalam Laporan
Keuangan Kementerian Negara/Lembaga Pengguna Anggaran yang bersangkutan,
dan dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

B. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan


pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah,
yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam
satu periode pelaporan.

Dengan demikian, Laporan Realisasi Anggaran harus menyajikan


informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan. Pengertian
dari masing-masing unsur tersebut adalah sebagai berikut :

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 29


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Pendapatan
(a) Pendapatan (basis kas) adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Negara/
Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang ber-
sangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali
oleh pemerintah.
(b) Pendapatan (basis akrual) adalah hak pemerintah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
(c) Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan
dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana
bagi hasil.
(d) Unsur Pendapatan Daerah terdiri dari:
• Pendapatan Asli Daerah:
- Pajak Daerah,
- Retribusi Daerah,
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan,
- Lain-lain PAD yang Sah.
• Pendapatan Transfer/Dana Perimbangan:
- Dana Bagi Hasil,
- Dana Alokasi Umum, dan
- Dana Alokasi Khusus.
• Lain-lain Pendapatan yang Sah:
- Dana Darurat,
- Hibah

Belanja
(a) Belanja (basis kas) adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar
dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
(b) Belanja (basis akrual) adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
(c) Unsur Belanja Daerah terdiri dari:
• Belanja Operasi:
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang
- Bunga
- Subsidi
- Hibah
- Bantuan Sosial

30 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

• Belanja Modal:
- Belanja Tanah
- Belanja Peralatan dan Mesin
- Belanja Gedung dan Bangunan
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
- Belanja Aset Tetap Lainnya
- Belanja Aset Lainnya
• Belanja Tak Terduga

Pembiayaan
(a) Pembiayaan (basis kas) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya,
yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk
menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
(b) Unsur Pembiayaan Daerah terdiri dari:
• Penerimaan Pembiayaan:
- Penggunaan SiLPA
- Pencairan Dana Cadangan
- Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
- Penerimaan Pinjaman
- Penerimaan Pembayaran Piutang
• Pengeluaran Pembiayaan:
- Pembentukan Dana Cadangan
- Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
- Pembayaran Pokok Pinjaman
- Pemberian Pinjaman

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 31


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI


Sumber: Lampiran I-A.4 PP Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI


UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
20X1 20X0
No. Uraian
Anggaran Realisasi (%) Realisasi

1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx xx xxx
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx
8
9 PENDAPATAN TRANSFER
10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx
14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx
15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxxx xxxx xx xxxx
16
17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT – LAINNYA
18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx
19 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx
20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx
21 Total Pendapatan Transfer (15 + 20) xxxx xxxx xx xxxx
22
23 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
24 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx
25 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx
26 Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
27 Jumlah Pendapatan Lain-lain yang Sah (24 s/d 26) xxx xxx xx xxx
28 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 21 + 27) xxxx xxxx xx xxxx
29 BELANJA
30 BELANJA OPERASI
31 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
32 Belanja Barang xxx xxx xx xxx
33 Bunga xxx xxx xx xxx

32 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI


Sumber: Lampiran I-A.4 PP Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI


UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
20X1 20X0
No. Uraian
Anggaran Realisasi (%) Realisasi

34 Subsidi xxx xxx xx xxx


35 Hibah xxx xxx xx xxx
36 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
37 Jumlah Belanja Operasi (31 s/d 36) xxxx xxxx xx xxxx
38
39 BELANJA MODAL
40 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
41 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
42 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
43 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
44 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx
45 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx
46 Jumlah Belanja Modal (40 s/d 45) xxxx xxxx xx xxxx
47
48 BELANJA TAK TERDUGA
49 Belanja Tak Terduga xxxx xxxx xx xxxx
50 Jumlah Belanja Tak Terduga (49 s/d 49) xxxx xxxx xx xxxx
51 Jumlah Belanja (37 + 46 + 50) xxxx xxxx xx xxxx

52
53 TRANSFER
54 TRANSFER/BAGI HASIL PENDAPATAN KE KABUPATEN/KOTA
55 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
56 Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
57 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
58 Jumlah Transfer Bagi Hasil Pendapatan ke Kab./Kota (55 s/d 57) xxxx xxxx xx xxxx
59 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (51 + 58) xxxx xxxx xx xxxx
60 SURPLUS/DEFISIT (28 - 59) xxx xxx xx xxx
61
62 PEMBIAYAAN
63
64 PENERIMAAN PEMBIAYAAN

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 33


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI


Sumber: Lampiran I-A.4 PP Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI


UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
20X1 20X0
No. Uraian
Anggaran Realisasi (%) Realisasi

65 Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx


66 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
67 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
68 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
69 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
70 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
71 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx
72 Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx xx xxx
73 Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx xx xxx
74 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
75 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
76 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
77 Jumlah Penerimaan (65 s/d 76) xxxx xxxx xx xxxx
78
79 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
80 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
81 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xx xxx
82 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
83 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
84 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
85 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx
86 Pembayaran Pokok Pinjaman DN – Obligasi xxx xxx xx xxx
87 Pembayaran Pokok Pinjaman DN – Lainnya xxx xxx xx xxx
88 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
89 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
90 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
91 Jumlah Pengeluaran (80 s/d 90) xxx xxx xx xxx
92 PEMBIAYAAN NETO (77 - 91) xxxx xxxx xx xxxx
93
94 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (60-92) xxxx xxxx xx xxxx

34 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA


Sumber: Lampiran I-A.5 PP Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA


UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
20X1 20X0
No. Uraian
Anggaran Realisasi (%) Realisasi

1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx xx xxx
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx
8
9 PENDAPATAN TRANSFER
10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx
14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx
15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxxx xxxx xx xxxx
16
17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT – LAINNYA
18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx
19 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx
20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx
21
22 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xx xxx
25 Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxxx xxxx xx xxxx
26 Total Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) xxxx xxxx xx xxxx
27
28 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
29 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx
30 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx
31 Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (29 s/d 31) xxx xxx xx xxx
33 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxx xxxx xx xxxx
34
35 BELANJA

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 35


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA


Sumber: Lampiran I-A.5 PP Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA


UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
20X1 20X0
No. Uraian
Anggaran Realisasi (%) Realisasi

36 BELANJA OPERASI
37 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
38 Belanja Barang xxx xxx xx xxx
39 Bunga xxx xxx xx xxx
40 Subsidi xxx xxx xx xxx
41 Hibah xxx xxx xx xxx
42 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
43 Jumlah Belanja Operasi (37 s/d 42) xxxx xxxx xx xxxx
44
45 BELANJA MODAL
46 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
47 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
48 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
49 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
50 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx
51 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx
52 Jumlah Belanja Modal (46 s/d 51) xxxx xxxx xx xxxx
53
54 BELANJA TAK TERDUGA
55 Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx
56 Jumlah Belanja Tak Terduga (55 s/d 55) xxxx xxxx xx xxxx
57 Jumlah Belanja (43 + 52 + 56) xxxx xxxx xx xxxx
58
59 TRANSFER
60 TRANSFER/BAGI HASIL KE DESA
61 Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
62 Bagi Hasil Retribusi xxx xxx xx xxx
63 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
64 Jumlah Transfer Bagi Hasil ke Desa (61 s/d 63) xxxx xxxx xx xxxx
65 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (57+ 64) xxxx xxxx xx xxxx
66 SURPLUS/DEFISIT (33 - 65) xxxx xxxx xx xxxx
67
68 PEMBIAYAAN
69

36 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA


Sumber: Lampiran I-A.5 PP Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA


UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
20X1 20X0
No. Uraian
Anggaran Realisasi (%) Realisasi

70 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
71 Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx
72 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
73 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
74 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
75 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
76 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
77 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx
78 Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx xx xxx
79 Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx xx xxx
80 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
81 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
82 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
83 Jumlah Penerimaan (71 s/d 82) xxxx xxxx xx xxxx
84
85 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
86 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
87 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xx xxx
88 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
89 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
90 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
91 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx
92 Pembayaran Pokok Pinjaman DN – Obligasi xxx xxx xx xxx
93 Pembayaran Pokok Pinjaman DN – Lainnya xxx xxx xx xxx
94 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
95 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
96 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
97 Jumlah Pengeluaran (86 s/d 97) xxx xxx xx xxx
98 PEMBIAYAAN NETO (83 - 97) xxxx xxxx xx xxxx
99
100 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (66-98) xxxx xxxx xx xxx x

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 37


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

C. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan pada


tanggal tertentu, dengan menyajikan informasi mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas dana. Pengertian dari masing-masing unsur Neraca sebagai berikut:

1. Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber daya yang dipelihara
karena alasan sejarah dan budaya.

Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi
aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak
langsung, bagi kegiatan operasional pemerintah, berupa aliran pendapatan
atau penghematan belanja bagi pemerintah.

a. Aset Lancar
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera
untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam
waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset yang tidak
dapat dimasukkan dalam kriteria tersebut diklasifikasikan sebagai
aset non-lancar. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi
jangka pendek, piutang, dan persediaan.

b. Aset Non-Lancar
Aset non-lancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan aset
tak berwujud yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung
untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum.
Aset non-lancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset
tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.

(1). Investasi Jangka Panjang


Investasi jangka panjang merupakan investasi yang diadakan
dengan maksud untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat
sosial dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Investasi
jangka panjang meliputi investasi non-permanen dan permanen.

38 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Investasi non-permanen antara lain investasi dalam Surat Utang


Negara, penyertaan modal dalam proyek pembangunan, dan
investasi non-permanen lainnya. Investasi permanen antara lain
penyertaan modal pemerintah dan investasi permanen lainnya.

(2). Aset Tetap


Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan
konstruksi dalam pengerjaan.

(3). Aset Lainnya


Aset non-lancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya.
Termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud dan aset
kerja sama (kemitraan).

2. Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah.

Karakterisitik esensial kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai


kewajiban masa kini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan
pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang.

Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau


tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan,
kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber pembiayaan
pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintah lain,
atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi karena
perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah atau dengan
pemberi jasa lainnya.

Setiap kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi


dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundang undangan. Kewajiban
dikelompokkan kedalam kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang. Kewajiban jangka pendek merupakan kelompok kewajiban yang
diselesaikan dalam waktu kurang dari dua belas bulan setelah tanggal
pelaporan. Kewajiban jangka panjang adalah kelompok kewajiban yang
penyelesaiannya dilakukan setelah 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
pelaporan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 39


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

3. Ekuitas Dana
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih
antara aset dan kewajiban pemerintah.

Ekuitas Dana dapat dikelompokkan sebagai berikut:


(a) Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dengan kewajiban
jangka pendek.
(b) Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang
tertanam dalam aset non-lancar selain dana cadangan, dikurangi
dengan kewajiban jangka panjang.
(c) Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang
dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai
peraturan perundang-undangan.

40 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA


Sumber: Lampiran I-A.5 PP Nomor 8 Tahun 2006

NERACA PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA


PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

1 ASET
2
3 ASET LANCAR
4 Kas di Kas Daerah xxx xxx
5 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
6 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
7 Investasi Jangka Pendek xxx xxx
8 Piutang Pajak xxx xxx
9 Piutang Retribusi xxx xxx
10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx
3 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
14 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
15 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
16 Piutang Lainnya xxx xxx
17 Persediaan xxx xxx
18 Jumlah Aset Lancar (4 s/d 17) xxx xxx
19
20 INVESTASI JANGKA PANJANG
21 Investasi Non-permanen xxx xxx
22 Pinjaman Kepada Perusahaan Negara xxx xxx
23 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
24 Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
25 Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx
26 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx
27 Investasi Non-permanen Lainnya xxx xxx
28 Jumlah Investasi Non-permanen (22 s/d 27) xxx xxx
29 Investasi Permanen
30 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx
31 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx
32 Jumlah Investasi Permanen (30 s/d 31) xxx xxx
33 Jumlah Investasi Jangka Panjang (28 + 32) xxx xxx
34
35 ASET TETAP

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 41


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT NERACA PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA


Sumber: Lampiran I-B.4 PP Nomor 8 Tahun 2006

NERACA PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA


PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

36 Tanah xxx xxx


37 Peralatan dan Mesin xxx xxx
38 Gedung dan Bangunan xxx xxx
39 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx
40 Aset Tetap Lainnya xxx xxx
41 Konstruksi dalam Pengerjaan xxx xxx
42 Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)
43 Jumlah Aset Tetap (36 s/d 42) xxx xxx
44
45 DANA CADANGAN
46 Dana Cadangan xxx xxx
47 Jumlah Dana Cadangan (46) xxx xxx
48
49 ASET LAINNYA
50 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
51 Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx
52 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
53 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx
54 Aset Tak Berwujud xx xx
55 Aset Lain-lain xxx xxx
56 Jumlah Aset Lainnya (50 s/d 55) xxx xxx
57
58 JUMLAH ASET (18+33+43+47+56) xxxx xxxx
59
60 KEWAJIBAN
61
62 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
63 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) xxx xxx
64 Utang Bunga xxx xxx
65 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx
66 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
67 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx
68 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx
69 Bagian Lancar Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx
70 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx

42 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT NERACA PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA


Sumber: Lampiran I-B.4 PP Nomor 8 Tahun 2006

NERACA PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA


PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

71 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx


72 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (63 s/d 71) xxx xxx
73
74 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
75 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx
76 Utang Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
77 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx
78 Utang Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx
79 Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx
80 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx
81 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (78 s/d 80) xxx xxx
82 JUMLAH KEWAJIBAN (72+81) xxx xxx
83
84 EKUITAS DANA
85
86 EKUITAS DANA LANCAR
87 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) xxx xxx
88 Pendapatan yang Ditangguhkan xxx xxx
89 Cadangan Piutang xxx xxx
90 Cadangan Persediaan xxx xxx
91 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek xxx xxx
92 Jumlah Ekuitas Dana Lancar (87 s/d 91) xxx xxx
93
94 EKUITAS DANA INVESTASI
95 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang xxx xxx
96 Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx
97 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx xxx
98 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang xxx xxx
99 Jumlah Ekuitas Dana Investasi (95 s/d 98) xxx xxx
100
101 EKUITAS DANA CADANGAN
102 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan xxx xxx
103 Jumlah Ekuitas Dana Cadangan (102) xxx xxx
104 JUMLAH EKUITAS DANA (92+99+103) xxx xxx
105
106 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (82+104) xxx xxx

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 43


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT NERACA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH


Sumber: Lampiran I-B.5 PP Nomor 8 Tahun 2006

NERACA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH


PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

1 ASET
2
3 ASET LANCAR
4 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
5 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
6 Piutang xxx xxx
7 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
8 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
9 Persediaan xxx xxx
10 Jumlah Aset Lancar (4 s/d 9) xxx xxx
11
12 ASET TETAP xxx xxx
13 Tanah xxx xxx
14 Peralatan dan Mesin xxx xxx
15 Gedung dan Bangunan xxx xxx
16 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx
17 Aset Tetap Lainnya xxx xxx
18 Konstruksi Dalam Pengerjaan xxx xxx
19 Jumlah Aset Tetap (13 s/d 18) xxx xxx
20
21 ASET LAINNYA
22 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
23 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
24 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx
25 Aset Tak Berwujud xxx xxx
26 Aset Lain-Lain xxx xxx
27 Jumlah Aset Lainnya (22 s/d 26) xxx xxx
28
29 JUMLAH ASET (10+19+27) xxxx xxxx
30
31 KEWAJIBAN
32
33 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK xxx xxx

44 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT NERACA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH


Sumber: Lampiran I-B.5 PP Nomor 8 Tahun 2006

NERACA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH


PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

34 Uang Muka dari Bendahara Umum Daerah xxx xxx


35 Pendapatan yang Ditangguhkan xxx xxx
36 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (34 s/d 35) xxx xxx
37 JUMLAH KEWAJIBAN (36) xxx xxx
38
39 EKUITAS DANA
40
41 EKUITAS DANA LANCAR
42 Cadangan Piutang xxx xxx
43 Cadangan Persediaan xxx xxx
44 Jumlah Ekuitas Dana Lancar (42 s/d 43) xxx xxx
45
46 EKUITAS DANA INVESTASI
47 Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx
48 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx xxx
49 Jumlah Ekuitas Dana Investasi (47 s/d 48) xxx xxx
50 JUMLAH EKUITAS DANA (44+49) xxx xxx
51
52 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (37 + 50) xxxx xxxx

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 45


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT NERACA BENDAHARA UMUM DAERAH


Sumber: Lampiran I-B.6 PP Nomor 8 Tahun 2006

NERACA BENDAHARA UMUM DAERAH


PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

1 ASET
2
3 ASET LANCAR
4 Kas di Kas Daerah xxx xxx
5 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
6 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
7 Piutang Pajak xxx xxx
8 Piutang Retribusi xxx xxx
9 Investasi Jangka Pendek xxx xxx
10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx
13 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx
15 Jumlah Aset Lancar (4 s/d 14) xxx xxx
16
17 INVESTASI JANGKA PANJANG
18 Investasi Non-permanen
19 Pinjaman Kepada Perusahaan Negara xxx xxx
20 Pinjaman Kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
21 Pinjaman Kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
22 Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx
23 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx
24 Investasi Non-permanen Lainnya xxx xxx
25 Jumlah Investasi Non-permanen (19 s/d 24) xxx xxx
26 Investasi Permanen
27 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx
28 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx
29 Jumlah Investasi Permanen (27 s/d 28) xxx xxx
30 Jumlah Investasi Jangka Panjang (25 + 29) xxx xxx
31
32 DANA CADANGAN
33 Dana Cadangan xxx

46 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT NERACA BENDAHARA UMUM DAERAH


Sumber: Lampiran I-B.6 PP Nomor 8 Tahun 2006

NERACA BENDAHARA UMUM DAERAH


PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

34 Jumlah Dana Cadangan (33) xxx xxx


35
36 ASET LAINNYA
37 Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx
38 Aset Lain-lain xxx xxx
39 Jumlah Aset Lainnya (37 s/d 38) xxx xxx
40
41 JUMLAH ASET (15+30+34+39) xxxx xxxx
42
43 KEWAJIBAN
44
45 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
46 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
47 Utang Bunga xxx xxx
48 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx xxx
49 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx
50 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (46 s/d 49) xxx xxx
51
52 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
53 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx
54 Utang Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx
55 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx
56 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (53 s/d 55) xxx xxx
57
58 JUMLAH KEWAJIBAN (50+56) xxx xxx
59
60 EKUITAS DANA
61
62 EKUITAS DANA LANCAR xxx xxx
63 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) xxx xxx
64 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jk. Pendek xxx xxx
65 Jumlah Ekuitas Dana Lancar (63 s/d 64) xxx xxx
66

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 47


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT NERACA BENDAHARA UMUM DAERAH


Sumber: Lampiran I-B.6 PP Nomor 8 Tahun 2006

NERACA BENDAHARA UMUM DAERAH


PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

67 EKUITAS DANA INVESTASI


68 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang xxx xxx
69 Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx
70 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx xxx
71 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jk. Panjang xxx xxx
72 Jumlah Ekuitas Dana Investasi (68 s/d 71) xxx xxx
73
74 EKUITAS DANA CADANGAN
75 Diinvestasikan dalam Dana Cadangan xxx xxx
76 Jumlah Ekuitas Dana Cadangan (75) xxx xxx
77
78 JUMLAH EKUITAS DANA (65+72+76) xxx xxx
79
80 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (58+78) xxxx xxxx

D. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan


aktivitas operasional, investasi aset non-keuangan, pembiayaan, dan transaksi
non-anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran,
dan saldo akhir kas pemerintah daerah selama periode tertentu.

Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan
dan pengeluaran kas, yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut:
(a) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum
Daerah.
(b) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum
Daerah.

48 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI


Lampiran I-C.3 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI


Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi


2 Arus Masuk Kas
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx
6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx
7 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx
8 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx
9 Dana Alokasi Umum xxx xxx
10 Dana Alokasi Khusus xxx xxx
11 Dana Otonomi Khusus xxx xxx
12 Dana Penyesuaian xxx xxx
13 Pendapatan Hibah xxx xxx
14 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx
15 Pendapatan Lainnya xxx xxx
16 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 15) xxx xxx
17 Arus Keluar Kas
18 Belanja Pegawai xxx xxx
19 Belanja Barang xxx xxx
20 Bunga xxx xxx
21 Subsidi xxx xxx
22 Hibah xxx xxx
23 Bantuan Sosial xxx xxx
24 Belanja Tak Terduga xxx xxx
25 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota xxx xxx
26 Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota xxx xxx
27 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota xxx xxx
28 Jumlah Arus Keluar Kas (18 s/d 27) xxx xxx
29 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (16 - 28) xxx xxx
30 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan
31 Arus Masuk Kas
32 Pendapatan Penjualan atas Tanah xxx xxx
33 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin xxx xxx

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 49


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI


Lampiran I-C.3 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI


Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

34 Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan xxx xxx


35 Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx
36 Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya xxx xxx
37 Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya xxx xxx
38 Jumlah Arus Masuk Kas (32 s/d 37) xxx xxx
39 Arus Keluar Kas
40 Belanja Tanah xxx xxx
41 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx
42 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx
43 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx
44 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx
45 Belanja Aset Lainnya xxx xxx
46 Jumlah Arus Keluar Kas (40 s/d 45) xxx xxx
47 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan (38 - 46) xxx xxx
48 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan
49 Arus Masuk Kas
50 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx
51 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx
52 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx
53 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
54 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx
55 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx
56 Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx
57 Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx
58 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
59 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
60 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
61 Jumlah Arus Masuk Kas (50 s/d 60) xxx xxx
62 Arus Keluar Kas
63 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx
64 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx
65 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Pemerintah Pusat xxx xxx
66 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

50 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI


Lampiran I-C.3 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI


Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

67 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx


68 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx
69 Pembayaran Pokok Pinjaman DN – Obligasi xxx xxx
70 Pembayaran Pokok Pinjaman DN – Lainnya xxx xxx
71 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
72 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
73 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
74 Jumlah Arus Keluar Kas (63 s/d 73) xxx xxx
75 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (61 - 74) xxx xxx
76 Arus Kas dari Aktivitas Non-anggaran
77 Arus Masuk Kas
78 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
79 Jumlah Arus Masuk Kas (78) xxx xxx
80 Arus Keluar Kas
81 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
82 Jumlah Arus Keluar Kas (81) xxx xxx
83 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran (79 - 82) xxx xxx
84 Kenaikan/Penurunan Kas xxx xxx
85 Saldo Awal Kas di BUD xxx xxx
86 Saldo Akhir Kas di BUD (84+85) xxx xxx
87 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
88 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
89 Saldo Akhir Kas (86+87+88) xxx xxx

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 51


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA


Lampiran I-C.4 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA


Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi


2 Arus Masuk Kas
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx
6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx
7 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx
8 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx
9 Dana Alokasi Umum xxx xxx
10 Dana Alokasi Khusus xxx xxx
11 Dana Otonomi Khusus xxx xxx
12 Dana Penyesuaian xxx xxx
13 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx
14 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx
15 Pendapatan Hibah xxx xxx
16 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx
17 Pendapatan Lainnya xxx xxx
18 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 17) xxx xxx
19 Arus Keluar Kas
20 Belanja Pegawai xxx xxx
21 Belanja Barang xxx xxx
22 Bunga xxx xxx
23 Subsidi xxx xxx
24 Hibah xxx xxx
25 Bantuan Sosial xxx xxx
26 Belanja Tak Terduga xxx xxx
27 Bagi Hasil Pajak xxx xxx
28 Bagi Hasil Retribusi xxx xxx
29 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya xxx xxx
30 Jumlah Arus Keluar Kas (20 s/d 29) xxx xxx
31 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (18 - 30) xxx xxx
32 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan
33 Arus Masuk Kas

52 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA


Lampiran I-C.4 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA


Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

34 Pendapatan Penjualan atas Tanah xxx xxx


35 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin xxx xxx
36 Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan xxx xxx
37 Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx
38 Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap xxx xxx
39 Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya xxx xxx
40 Jumlah Arus Masuk Kas (34 s/d 39) xxx xxx
41 Arus Keluar Kas
42 Belanja Tanah xxx xxx
43 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx
44 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx
45 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx
46 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx
47 Belanja Aset Lainnya xxx xxx
48 Jumlah Arus Keluar Kas (42 s/d 47) xxx xxx
49 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan (40-48) xxx xxx
50 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan
51 Arus Masuk Kas
52 Pencairan Dana Cadangan
53 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx
54 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx
55 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
56 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx
57 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx
58 Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx
59 Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx
60 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
61 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
62 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
63 Jumlah Arus Masuk Kas (52 s/d 62) xxx xxx
64 Arus Keluar Kas
65 Pembentukan Dana Cadangan
66 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 53


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA


Lampiran I-C.4 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA


Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

67 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx


68 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
69 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx
70 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx
71 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx
72 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx
73 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
74 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
75 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
76 Jumlah Arus Keluar Kas (65 s/d 75) xxx xxx
77 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (63 - 76) xxx xxx
78 Arus Kas dari Aktivitas Non-anggaran
79 Arus Masuk Kas
80 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
81 Jumlah Arus Masuk Kas (80) xxx xxx
82 Arus Keluar Kas
83 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
84 Jumlah Arus Keluar Kas (83) xxx xxx
85 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non-anggaran (81 - 84) xxx xxx
86 Kenaikan/Penurunan Kas
87 Saldo Awal Kas di BUD xxx xxx
88 Saldo Akhir Kas di BUD (86+87) xxx xxx
89 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
90 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
91 Saldo Akhir Kas (88+89+90) xxx xxx

54 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI


Sumber: Lampiran I-C.5 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN ARUS KAS BENDAHARA UMUM DAERAH PROVINSI


Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi


2 Arus Masuk Kas
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx
6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx
7 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx
8 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx
9 Dana Alokasi Umum xxx xxx
10 Dana Alokasi Khusus xxx xxx
11 Dana Otonomi Khusus xxx xxx
12 Dana Penyesuaian xxx xxx
13 Pendapatan Hibah xxx xxx
14 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx
15 Pendapatan Lainnya xxx xxx
16 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 15) xxx xxx
17 Arus Keluar Kas
18 Belanja Pegawai xxx xxx
19 Belanja Barang xxx xxx
20 Bunga xxx xxx
21 Subsidi xxx xxx
22 Hibah xxx xxx
23 Bantuan Sosial xxx xxx
24 Belanja Tak Terduga xxx xxx
25 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota xxx xxx
26 Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota xxx xxx
27 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota xxx xxx
28 Jumlah Arus Keluar Kas (18 s/d 27) xxx xxx
29 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (16 - 28) xxx xxx
30 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan
31 Arus Masuk Kas
32 Pendapatan Penjualan atas Tanah xxx xxx
33 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin xxx xxx

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 55


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI


Sumber: Lampiran I-C.5 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN ARUS KAS BENDAHARA UMUM DAERAH PROVINSI


Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

34 Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan xxx xxx


35 Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx
36 Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap Lainnya xxx xxx
37 Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya xxx xxx
38 Jumlah Arus Masuk Kas (32 s/d 37) xxx xxx
39 Arus Keluar Kas
40 Belanja Tanah xxx xxx
41 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx
42 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx
43 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx
44 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx
45 Belanja Aset Lainnya xxx xxx
46 Jumlah Arus Keluar Kas (40 s/d 45) xxx xxx
47 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan (38 - 46) xxx xxx
48 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan
49 Arus Masuk Kas
50 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx
51 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx
52 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx
53 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
54 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx
55 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx
56 Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx
57 Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx
58 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
59 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
60 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
61 Jumlah Arus Masuk Kas (50 s/d 60) xxx xxx
62 Arus Keluar Kas
63 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx
64 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx
65 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Pemerintah Pusat xxx xxx
66 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx

56 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI


Sumber: Lampiran I-C.5 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN ARUS KAS BENDAHARA UMUM DAERAH PROVINSI


Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

67 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx


68 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx
69 Pembayaran Pokok Pinjaman DN - Obligasi xxx xxx
70 Pembayaran Pokok Pinjaman DN – Lainnya xxx xxx
71 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
72 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
73 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
74 Jumlah Arus Keluar Kas (63 s/d 73) xxx xxx
75 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (61 - 74) xxx xxx
76 Arus Kas dari Aktivitas Non-anggaran
77 Arus Masuk Kas
78 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
79 Jumlah Arus Masuk Kas (78) xxx xxx
80 Arus Keluar Kas
81 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
82 Jumlah Arus Keluar Kas (81) xxx xxx
83 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non-anggaran (79 - 82) xxx xxx
84 Kenaikan/Penurunan Kas
85 Saldo Awal Kas di BUD xxx xxx
86 Saldo Akhir Kas di BUD (84+85) xxx xxx
87 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
88 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
89 Saldo Akhir Kas (86+87+88) xxx xxx

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 57


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA


Sumber: Lampiran I-C.6 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN ARUS KAS BENDAHARA UMUM DAERAH KABUPATEN/KOTA


Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi


2 Arus Masuk Kas
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx
6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx
7 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx
8 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx
9 Dana Alokasi Umum xxx xxx
10 Dana Alokasi Khusus xxx xxx
11 Dana Otonomi Khusus xxx xxx
12 Dana Penyesuaian xxx xxx
13 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx
14 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx
15 Pendapatan Hibah xxx xxx
16 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx
17 Pendapatan Lainnya xxx xxx
18 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 17) xxx xxx
19 Arus Keluar Kas
20 Belanja Pegawai xxx xxx
21 Belanja Barang xxx xxx
22 Bunga xxx xxx
23 Subsidi xxx xxx
24 Hibah xxx xxx
25 Bantuan Sosial xxx xxx
26 Belanja Tak Terduga xxx xxx
27 Bagi Hasil Pajak xxx xxx
28 Bagi Hasil Retribusi xxx xxx
29 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya xxx xxx
30 Jumlah Arus Keluar Kas (20 s/d 29) xxx xxx
31 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (18 - 30) xxx xxx
32 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan
33 Arus Masuk Kas

58 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA


Sumber: Lampiran I-C.6 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN ARUS KAS BENDAHARA UMUM DAERAH KABUPATEN/KOTA


Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

34 Pendapatan Penjualan atas Tanah xxx xxx


35 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin xxx xxx
36 Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan xxx xxx
37 Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx
38 Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap xxx xxx
39 Pendapatan dari Penjualan Aset Lainnya xxx xxx
40 Jumlah Arus Masuk Kas (34 s/d 39) xxx xxx
41 Arus Keluar Kas
42 Belanja Tanah xxx xxx
43 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx
44 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx
45 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx
46 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx
47 Belanja Aset Lainnya xxx xxx
48 Jumlah Arus Keluar Kas (42 s/d 47) xxx xxx
49 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan (40 - 48) xxx xxx
50 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan
51 Arus Masuk Kas
52 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx
53 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx
54 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx
55 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
56 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx
57 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx
58 Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx
59 Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx
60 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
61 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
62 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
63 Jumlah Arus Masuk Kas (52 s/d 62) xxx xxx
64 Arus Keluar Kas
65 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx
66 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 59


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA


Sumber: Lampiran I-C.6 Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2006

LAPORAN ARUS KAS BENDAHARA UMUM DAERAH KABUPATEN/KOTA


Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)

No. Uraian 20X1 20X0

67 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx


68 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
69 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx
70 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx
71 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx
72 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx
73 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
74 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
75 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
76 Jumlah Arus Keluar Kas (65 s/d 75) xxx xxx
77 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (63 - 76) xxx xxx
78 Arus Kas dari Aktivitas Non-anggaran
79 Arus Masuk Kas
80 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
81 Jumlah Arus Masuk Kas (80) xxx xxx
82 Arus Keluar Kas
83 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
84 Jumlah Arus Keluar Kas (83) xxx xxx
85 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non-anggaran (81 - 84) xxx xxx
86 Kenaikan/Penurunan Kas
87 Saldo Awal Kas di BUD xxx xxx
88 Saldo Akhir Kas di BUD (86+87) xxx xxx
89 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
90 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx

60 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

E. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian


dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan
Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang
kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi
lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar.

Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal sebagai


berikut:
(a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,
pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala
dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
(b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
(c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-
transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
(d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan pada lembar muka (on the face) laporan
keuangan;
(e) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja
dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas; dan
(f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Lampiran I-D menjelaskan


bahwa sistematika Catatan atas Laporan Keuangan terdiri dari: Kebijakan
fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-Undang APBN/
Perda APBD, ikhtisar pencapaian kinerja keuangan, kebijakan akuntansi, dan
penjelasan atas perkiraan Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan
Arus Kas.

Dari beberapa hal yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan, adalah yang terakhir yang perlu kita bahas karena hal tersebut
relevan dengan pokok bahasan dalam modul ini. Pengungkapan atas komponen
laporan keuangan adalah sebagai berikut.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 61


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Laporan Realisasi Anggaran


1. Pendapatan
- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas selisih
lebih/kurang antara realisasi dengan anggaran pendapatan.
- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas selisih
antara pendapatan periode ini dengan pendapatan periode yang lalu.
- Penjelasan atas masing-masing jenis pendapatan.

2. Belanja
- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas selisih
lebih/kurang antara realisasi dengan anggaran belanja.
- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas selisih
antara belanja periode ini dengan belanja periode yang lalu.
- Penjelasan atas masing-masing jenis belanja.

3. Transfer
- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas selisih
lebih/kurang antara realisasi dengan anggaran transfer.
- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas selisih
antara transfer periode ini dengan transfer periode yang lalu.
- Penjelasan atas masing-masing jenis transfer.

4. Pembiayaan
- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas selisih
lebih/kurang antara realisasi dengan anggaran pembiayaan.
- Penjelasan (dengan menyebut nilai nominal dan prosentase) atas selisih
antara pembiayaan periode ini dengan pembiayaan periode yang lalu.
- Penjelasan atas masing-masing jenis pembiayaan.

Neraca
1. Aset Lancar
Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos aset lancar,
seperti Kas di Bendahara Pengeluaran, Kas di Bendahara Penerimaan,
dan Piutang.

2. Investasi Jangka Panjang


Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos investasi jangka
panjang, seperti Penyertaan Modal Pemerintah, Investasi dalam Obligasi,
dan Pinjaman kepada Perusahaan Daerah.

62 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

3. Aset Tetap
Untuk seluruh perkiraan yang ada dalam kelompok aset tetap, diungkapkan
dasar pembukuannya. Diungkapkan pula (apabila ada) perbedaan pencatatan
perolehan aset tetap yang terjadi antara unit keuangan dengan unit yang
mengelola/mencatat aset tetap. Daftar aset tetap juga disertakan sebagai
lampiran laporan keuangan.

4. Aset Lainnya
Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos aset lainnya,
seperti Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan Ganti Rugi, dan Kemitraan
dengan Pihak Ketiga.

5. Kewajiban Jangka Pendek


Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos Kewajiban Jangka
Pendek, seperti Uang Muka dari Kas Umum Negara (KUN), Pendapatan
yang Ditangguhkan, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, dan Utang
Bunga.

6. Kewajiban Jangka Panjang


Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos Kewajiban Jangka
Panjang, seperti Utang Dalam Negeri Obligasi, Utang Dalam Negeri Sektor
Perbankan, dan Utang Luar Negeri.

7. Ekuitas Dana Lancar


Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos Ekuitas Dana
Lancar, seperti Cadangan Piutang dan Cadangan Persediaan.

8. Ekuitas Dana Investasi


Menjelaskan perkiraan-perkiraan yang terdapat pada pos Ekuitas Dana
Investasi, seperti Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang dan
Diinvestasikan dalam Aset Tetap.

Laporan Arus Kas


1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Menjelaskan arus masuk kas dan arus keluar kas dari aktivitas operasi,
seperti Pendapatan Pajak dan Belanja Pegawai.

2. Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non-keuangan


Menjelaskan arus masuk kas dan arus keluar kas dari aktivitas investasi
aset non-keuangan, seperti Pendapatan Penjualan Aset dan Belanja Aset.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 63


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

3. Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan


Menjelaskan arus masuk kas dan arus keluar kas dari aktivitas pembiayaan,
seperti Penerimaan Pinjaman dan Pembayaran Pokok Pinjaman.

4. Arus Kas dari Aktivitas Non-anggaran


Menjelaskan arus masuk kas dan arus keluar kas dari aktivitas non-anggaran,
seperti Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga dan Pengeluaran Perhitungan
Fihak Ketiga.

Adapun pengungkapan-pengungkapan lain yang perlu diungkapkan


dalam Catatan atas Laporan keuangan adalah hal-hal yang mempengaruhi
laporan keuangan, antara lain:
a. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan.
b. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen
baru
c. Kontijensi, yaitu suatu kondisi atau situasi yang belum memiliki kepastian
pada tanggal neraca. Misalnya, jika ada tuntutan hukum yang substansial
dan hasil akhirnya bisa diperkirakan. Kontijensi ini harus diungkapkan dalam
catatan atas neraca.
d. Komitmen, yaitu bentuk perjanjian dengan pihak ketiga yang harus di
ungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
e. Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan.
f. Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan
yang harus ditanggulangi pemerintah
g. Kejadian penting setelah tanggal neraca (subsequent event) yang berpengaruh
secara signifikan terhadap perkiraan yang disajikan dalam neraca.

F. Rangkuman

Proses penyusunan laporan pemerintahan daerah sebagai berikut:


• Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pengguna Anggaran
menyusun Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan
Keuangan, disampaikan kepada kepala daerah melalui Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPKD).
• Kepala SKPD juga menyusun Laporan Kinerja dan menyampaikannya
kepada kepala daerah dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara.
• PPKD selaku Bendahara Umum Daerah (BUD) menyusun Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan,
disampaikan kepada kepala daerah.

64 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

• Berdasarkan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah serta


laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah tersebut,
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun Laporan Keuangan
pemerintah daerah yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
• PPKD menyampaikan Laporan Keuangan Pemda kepada kepala daerah
untuk memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Selanjutnya,
kepala daerah menyampaikannya kepada Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah terdiri dari:


• Laporan Realisasi Anggaran, menyajikan informasi mengenai pendapatan,
belanja, transfer, dan pembiayaan.
• Neraca, menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan pada
tanggal tertentu, dengan menyajikan informasi mengenai aset, kewajiban,
dan ekuitas dana.
• Laporan Arus Kas, menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas
operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan transaksi non-
anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran,
dan saldo akhir kas pemerintah daerah selama periode tertentu.
• Catatan atas Laporan Keuangan, yang meliputi: Kebijakan fiskal/keuangan,
ekonomi makro, pencapaian target Undang-Undang APBN/Perda APBD,
ikhtisar pencapaian kinerja keuangan, kebijakan akuntansi, dan penjelasan
atas perkiraan Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 65


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Halaman ini sengaja dikosongkan

66 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Bab 4
Konsep Analisis
Laporan Keuangan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
• Memperoleh pemahaman mengenai perbedaan analisis laporan
keuangan sektor bisnis dan sektor pemerintahan.
• Memperoleh pemahaman mengenai teknik-teknik yang digunakan
dalam analisis laporan keuangan pemerintah daerah.

A. Pendahuluan

Dalam literatur akuntansi, keuangan, dan pemeriksaan akuntan, kalau


kita coba bandingkan antara buku-buku yang mengulas tentang sektor publik
dan sektor bisnis, terlihat bahwa literatur untuk sektor publik relatif lebih sedikit.
Lebih jauh lagi, kalau kita coba untuk mencari lliteratur mengenai analisis
laporan keuangan sektor publik, maka akan sangat sulit kita memperolehnya
atau bahkan tidak akan mendapatkannya, karena memang sampai saat ini
belum ada.

Tentang analisis laporan keuangan, memang telah lama banyak


dilakukan oleh pengguna laporan keuangan, tetapi terbatas pada sektor bisnis.
Manajemen perusahaan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, seperti
investor, kreditor, analis keuangan, telah banyak menerapkan metode-metode
analisis laporan keuangan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan
yang telah dicapai dan untuk memprediksikan prospek perusahaan di masa
yang akan datang. Jadi, pelaku bisnis dan pihak-pihak terkait lainnya telah
banyak memanfaatkan hasil analisis laporan keuangan sebagai dasar bagi
pengambilan keputusan ekonomis yang mereka buat.

Di sisi lain, analisis laporan keuangan di sektor pemerintahan hampir


tidak pernah dilakukan. Kalaupun dilakukan perhitungan-perhitungan melalui
pembandingan beberapa pos laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 67


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

daerah, itu pun dengan perhitungan sederhana dengan penggunaan yang


terbatas. Misalnya, bila kita ingin mengetahui kinerja pencapaian pendapatan
daerah, kita bandingkan antara realisasi pendapatan asli daerah dengan target/
anggarannya, atau menghitung perbandingan antara realisasi pendapatan pajak
daerah dengan total realisasi pendapatan asli daerah. Untuk menilai pelaksanaan
belanja modal misalnya, kita dapat membandingkan realisasi belanja modal
dengan pagunya, atau membandingkan realisasi belanja modal dengan realisasi
total belanja.

Seiring dengan makin majunya penerapan prinsip akuntabilitas dan


transparansi, yang ditandai dengan perkembangan peraturan perundang-
undangan dalam bidang keuangan negara/daerah, maka dengan sendirinya
terjadi perubahan kebutuhan atas teknik analisis laporan keuangan pemerintah
daerah.

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara, maka setiap pengelola keuangan daerah harus menyampai-
kan laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangannya tidak saja dalam
bentuk Laporan Realisasi Anggaran, tetapi juga meliputi Neraca, Laporan Arus
Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan Daerah. Dengan bertambahnya
komponen laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tersebut, seyogya-
nya terdapat pula perkembangan teknik analisis laporan keuangan pemerintah
daerah, agar pengguna laporan keuangan memiliki dasar yang memadai dalam
mengevaluasi kondisi dan kinerja keuangan pemerintah daerah, yang pada
akhirnya hasil analisis laporan keuangan tersebut dapat digunakan sebagai
dasar dalam perumusan kebijakan anggaran daerah di masa mendatang.

B. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Secara singkat analisis laporan keuangan dapat diartikan sebagai


upaya untuk mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan
suatu entitas tertentu. Untuk itu, seseorang yang melakukan analisis atas
laporan keuangan perlu menguraikan pos-pos laporan tersebut menjadi unit
informasi yang lebih rinci dan melihat hubungan antara satu dengan yang
lainnya guna mengetahui kondisi keuangan entitas tersebut untuk dijadikan
dasar dalam pengambilan keputusan.

Analisis laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan metode


dan teknik analisis tertentu dalam melihat ukuran dan hubungan unsur laporan
keuangan. Hasil dari analisis tersebut diharapkan dapat meminimalkan bahkan

68 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

menghilangkan penilaian yang bersifat dugaan semata, ketidakpastian,


pertimbangan pribadi dan lain sebagainya. Bahkan melalui analisis laporan
keuangan juga kemungkinan dapat diketahui adanya kesalahan proses
akuntansi. Dengan demikian akan menambah keyakinan pengguna laporan
atas data atau informasi yang tersedia sehingga pengambilan keputusannya
menjadi lebih akurat.

Beberapa karakteristik dari analisis laporan keuangan dapat diringkas


seperti di bawah ini.

• Fokus pada laporan keuangan utama


Sesuai pembahasan dalam modul ini, maka fokusnya adalah pada Laporan
Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
• Memuat analisis hubungan
Dalam hal ini, analisis laporan keuangan menguraikan hubungan pos-pos
dalam satu laporan keuangan, hubungan pos-pos antar laporan keuangan,
serta perbandingan dan kecenderungan pos-pos tersebut.
• Memuat implikasi dan prediksi
Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak
kejadian atau transaksi masa lalu sekaligus untuk meramalkan prospek
keuangan di masa mendatang.
• Dipengaruhi oleh kemampuan analis
Bila terdapat beberapa analis atas satu informasi yang sama, kemungkinan
masing-masing analis dapat memberikan hasil analisis yang berbeda,
tergantung pada kemampuan atau ketajaman masing-masing analis.

Seperti yang disebutkan pada poin fokus analisis laporan keuangan


di atas, maka kita akan menggunakan laporan keuangan pemerintah daerah
sebagai bahan utama dalam melakukan analisis. Dengan demikian, akurasi
hasil analisis laporan keuangannya sangat tergantung pada akurasi dan
validitas angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah
daerah tersebut. Oleh karena itu, hasil analisis laporan keuangan akan lebih
baik bila laporan keuangannya dihasilkan dari sistem akuntansi pemerintah
daerah yang sudah berjalan dengan baik, dan laporan keuangan tersebut
telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 69


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

C. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan

Telah kita bahas di bab sebelumnya, bahwa informasi yang disajikan


dalam laporan keuangan adalah untuk tujuan umum, yang berarti bahwa
laporan tersebut disajikan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi semua
kelompok pengguna laporan keuangan. Oleh sebab itu, jika pengguna laporan
keuangan menginginkan informasi tambahan dari laporan keuangan yang
tersedia, maka perlu melakukan analisis atas laporan keuangan tersebut.
Dalam laporan keuangan pemerintah daerah misalnya, tidak ada informasi
yang menyebutkan derajat kemampuan pemda dalam membayar kembali
pinjaman yang diterimanya. Bila kita ingin menilai seberapa besar tingkat
kemampuan pemda membayar kewajibannya, maka kita perlu melakukan
analisis atas pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan pemda tersebut.

Secara umum telah kita peroleh pemahaman bahwa tujuan analisis


laporan keuangan adalah untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan dari
suatu entitas. Adapun tujuan dari analisis laporan keuangan pemerintah daerah
adalah untuk hal-hal berikut ini.

• Meyakini ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.


• Mengetahui kondisi keuangan pemerintah daerah serta perubahan-perubahan-
nya
• Mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajibannya.
• Mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan dana
untuk kegiatannya.
• Mengevaluasi kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan program-
programnya.
• Mengetahui potensi pemerintah daerah dalam menghasilkan sumber daya.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat kita formulasikan beberapa


manfaat yang dapat kita peroleh dari kegiatan analisis laporan keuangan,
antara lain sebagai berikut:

• Dapat menyediakan tambahan penjelasan atas data dan informasi yang


memang sudah tersedia pada laporan keuangan.
• Dapat memberikan informasi yang tidak secara eksplisit disajikan di dalam
laporan keuangan
• Dapat mengetahui terdapatnya kesalahan dan hal-hal yang bersifat tidak
konsisten yang terkandung dalam laporan keuangan.
• Dapat mengetahui sifat-sifat dari hubungan baik antar-pos maupun antar

70 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

laporan, yang dapat digunakan untuk prediksi, rating, dan lain sebagainya.
• Dapat menilai perkembangan dan pencapaian yang diperoleh oleh suatu
entitas serta membuat proyeksi keuangan di masa mendatang.
• Dapat mengevaluasi kondisi keuangan entitas masa lalu, saat ini, dan
perkiraan di masa yang akan datang.
• Dapat mengetahui komposisi struktur keuangan entitas, sehingga dapat
memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu entitas.

D. Rangkuman

Analisis laporan keuangan merupakan upaya untuk mengidentifikasi


ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan pemerintah daerah, dengan
menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih
rinci dan melihat hubungan antar pos untuk mengetahui kondisi keuangan,
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Hasil dari analisis laporan keuangan diharapkan dapat meminimalkan


bahkan menghilangkan penilaian yang bersifat dugaan semata, ketidakpastian,
pertimbangan pribadi, dan kesalahan proses akuntansi.

Karakteristik dari analisis laporan keuangan adalah: (a) fokus pada


laporan keuangan utama, (b) memuat analisis hubungan, (c) mengandung
implikasi dan prediksi, dan (d) hasilnya tergantung pada kemampuan analisnya.

Secara umum, tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk menilai


kondisi dan kinerja keuangan; sedangkan tujuan analisis laporan keuangan
daerah adalah untuk: (a) mengetahui kondisi keuangan pemerintah daerah
serta perubahan-perubahannya, (b) meyakini ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, (c) mengetahui kemampuan pemerintah
daerah dalam memenuhi kewajibannya, (d) mengetahui kemampuan pemerintah
daerah dalam menyediakan dana untuk kegiatannya, (e) mengevaluasi kinerja
pemerintah daerah dalam melaksanakan program-programnya, dan (f)
mengetahui potensi pemerintah daerah dalam menghasilkan sumber daya.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 71


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Halaman ini sengaja dikosongkan

72 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Bab 5
Analisis Laporan
Keuangan Pemerintah
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
• Memperoleh pemahaman mengenai perbedaan analisis laporan
keuangan sektor bisnis dan sektor pemerintahan.
• Memperoleh pemahaman mengenai teknik-teknik yang digunakan
dalam analisis laporan keuangan pemerintah daerah.

A. Kondisi Saat Ini

Landasan teori untuk analisis laporan keuangan pada sektor bisnis


sudah lama menjadi pokok bahasan dalam literatur akuntansi dan keuangan.
Dapat dikatakan bahwa penggunaan teknik-teknik analisis laporan keuangan
di sektor bisnis memang sudah memiliki pijakan teori yang sudah mapan
dengan nama dan kaidah pengukuran yang standar.

Sedangkan pada sektor publik, khususnya pada lingkungan pemerintah


daerah, adalah sebaliknya. Penggunaannya masih sangat terbatas, dengan
fokus pada laporan realisasi anggaran, karena memang belum didukung
dengan pembahasan teori analisis laporan keuangan pemerintah yang
memadai. Oleh karena itu, belum ada nama dan kaidah pengukuran yang
seragam.

Mengenai terbatasnya penggunaan teknik analisis laporan keuangan


pada pemerintah daerah, khususnya analisis perbandingan atau rasio, bila
dibandingkan dengan sektor bisnis, Widodo (2007) mengemukakan
penyebabnya adalah:

• Keterbatasan penyajian laporan keuangan pada lembaga pemerintah


daerah yang sifat dan cakupannya berbeda dengan penyajian laporan
keuangan oleh lembaga perusahaan yang bersifat komersial.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 73


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

• Selama ini penyusunan APBD sebagian masih dilakukan berdasarkan


pertimbangan incremental budget (seharusnya disusun berdasarkan
pendekatan kinerja sebagaimana tersebut dalam pasal 20 Peraturan
Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000), yaitu besarnya masing-masing
komponen pendapatan dan belanja dihitung dengan meningkatkan persentase
tertentu (biasanya berdasarkan tingkat inflasi). Karena disusun dengan
pendekatan secara incremental, maka sering kali mengabaikan rasio keuangan
dalam APBD, seperti adanya prinsip “yang penting pendapatan naik meskipun
untuk menaikkannya itu diperlukan biaya yang tidak efisien”.

• Penilaian keberhasilan APBD sebagai penilaian pertanggungjawaban


pengelolaan keuangan daerah lebih ditekankan pada pencapaian target,
sehingga kurang memperhatikan bagaimana perubahan yang terjadi pada
komposisi ataupun struktur APBDnya.

B. Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan Pemerintah

Sudah kita bahas pada bab sebelumnya, bahwa akurasi hasil analisis
laporan keuangan sangat tergantung pada akurasi dan validitas angka-angka
yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah tersebut. Selain
itu, pada analisis laporan keuangan itu sendiri terdapat keterbatasan yang
inheren, antara lain sebagai berikut.

1. Sifat laporan keuangan adalah historis.


Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai transaksi dan kejadian
pada masa lalu. Oleh karena itu, laporan keuangan tidak dapat dianggap
sebagai laporan mengenai keadaan saat ini. Akuntansi bukan merupakan
satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan
ekonomis.

2. Informasi dalam laporan keuangan adalah bertujuan umum


Informasi dalam laporan keuangan tidak dirancang untuk memenuhi
kebutuhan informasi secara khusus bagi setiap kelompok pengguna laporan
keuangan. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah
teknis, dan pengguna laporan diasumsikan memahami bahasa teknis
akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. Oleh karena itu, dibutuhkan
pemahaman dasar terhadap akuntansi dan laporan keuangan yang disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan.

74 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

3. Penggunaan taksiran dalam laporan keuangan


Di dalam penyusunan laporan keuangan tidak dapat dihindari adanya
penggunaan estimasi akuntansi, yang cenderung bersifat subyektif. Misalnya,
estimasi atas kemungkinan tidak tertagihnya piutang, estimasi masa manfaat
atau umur ekonomis aset tetap, dan lain sebagainya.

4. Hakikat laporan keuangan adalah informasi kuantitatif


Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, terutama berupa informasi
kuantitatif yang bersifat keuangan. Oleh sebab itu, hasil analisis laporan
keuangan dengan sendirinya juga bersifat kuantitatif. Sedangkan informasi
yang dibutuhkan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja
pemerintah bukan hanya informasi kuantitatif, tetapi juga informasi kualitatif.
Contoh informasi kualitatif yang relevan dengan analisis laporan keuangan
adalah opini auditor independen mengenai laporan keuangan pemerintah
daerah, alasan-alasan tidak tercapainya target pajak daerah, alasan-alasan
meningkatnya jumlah defisit dari yang dianggarkan.

5. Laporan keuangan lebih menggambarkan kinerja keuangan


Laporan keuangan yang menjadi obyek analisis adalah laporan keuangan
yang lebih menggambarkan kinerja keuangan. Meskipun APBD disusun
dengan pendekatan kinerja, akan tetapi kinerja pelaksanaan program dan
kegiatan tidak dapat dilihat dalam laporan realisasi anggaran, melainkan
dalam laporan kinerja instansi pemerintah. Dengan demikian, analisis
laporan keuangan dapat dikatakan lebih cenderung pada analisis kinerja
keuangan. Namun demikian, analisis dapat dikembangkan sampai kepada
analisis kinerja program/kegiatan dengan mengumpulkan data-data
mengenai rencana dan realisasi program/kegiatan berikut target dan
capaian kinerjanya.

C. Teknik Analisis Laporan Keuangan Pemerintah

Pada sub bab terakhir ini, yang sekaligus merupakan sub topik terakhir
dari bagian kedua (Dasar-dasar Analisis Laporan Keuangan), akan dikemuka-
kan teknik-teknik yang akan digunakan dalam pembahasan Analisis Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah pada bagian ketiga, yang merupakan bagian
terakhir dari modul ini.

Teknik-teknik yang akan digunakan adalah sebagai berikut.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 75


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

1. Analisis hubungan pos-pos laporan keuangan


Teknik analisis hubungan dilakukan dengan menguji hubungan logis antar
pos, baik dalam satu laporan keuangan maupun antar laporan. Tujuan
analisis ini adalah untuk menguji kebenaran angka-angka laporan keuangan
yang disajikan. Misalnya, adanya belanja modal di laporan realisasi APBD,
semestinya berkorelasi langsung dengan kenaikan aset tetap. Untuk itu,
harus dilakukan analisis apakah kedua pos tersebut terbukti berhubungan.
Pembahasan selengkapnya terdapat di bab 6.

2. Analisis perbandingan pos-pos laporan keuangan


Teknik analisis perbandingan dilakukan dengan membandingkan satu atau
beberapa pos dengan satu atau beberapa pos lainnya dalam satu periode.
Analisis ini dapat juga digunakan untuk membandingkan satu pos yang
sama dalam laporan keuangan dua periode yang berurutan. Tujuan analisis
ini antara lain untuk menilai kondisi atau kinerja keuangan pemerintah
daerah. Misalnya, rasio realisasi pajak daerah, diperoleh dari perhitungan
atau perbandingan antara realisasi pajak daerah dengan anggarannya
atau target pajak daerah. Bila hasil perbandingannya menunjukkan angka
lebih besar dari 1, berarti mengindikasikan tingkat capaian yang baik.
Semakin besar angka rasionya, maka semakin baik pula kinerja dari
pencapaian pajak daerah tersebut. Selengkapnya mengenai teknik analisis
perbandingan ini, dibahas dalam bab 7.

3. Analisis kecenderungan pos-pos laporan keuangan


Teknik analisis kecenderungan dilakukan dengan membandingkan pos yang
sama untuk periode lebih dari dua tahun, sehingga diperoleh gambaran
mengenai kecenderungan dari suatu pos dalam laporan keuangan pemerintah
daerah. Analisis kecenderungan ini umumnya digunakan dalam membuat
prediksi keuangan. Misalnya prediksi pencapaian pajak daerah pada tahun
yang akan datang, diperkirakan berdasarkan data atau informasi ke-
cenderungan pencapaian pajak daerah beberapa periode yang lalu sampai
saat dilakukannya analisis kecenderungan. Teknik analisis kecenderungan
ini akan dibahas di bab 8, yaitu bab terakhir dalam modul ini.

D. Rangkuman

Akurasi hasil analisis laporan keuangan sangat tergantung pada


akurasi dan validitas laporan keuangan pemerintah daerah. Lebih jauh, analisis
laporan keuangan itu sendiri mengandung keterbatasan inheren, antara lain,
adalah:

76 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

• Sifat laporan keuangan adalah historis.


• Informasi dalam laporan keuangan adalah bertujuan umum.
• Penggunaan taksiran dalam laporan keuangan.
• Hakikat laporan keuangan adalah informasi kuantitatif.
• Laporan keuangan lebih menggambarkan kinerja keuangan.

Teknik-teknik yang digunakan dalam analisis laporan keuangan


Pemerintah Daerah adalah:
• Analisis hubungan pos-pos laporan keuangan.
• Analisis perbandingan pos-pos laporan keuangan.
• Analisis kecenderungan pos-pos laporan keuangan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 77


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Halaman ini sengaja dikosongkan

78 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Bab 6
Analisis
Hubungan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
• Memperoleh pemahaman mengenai hubungan antar pos pada Laporan
Realisasi APBD.
• Memperoleh pemahaman mengenai hubungan antar pos pada Neraca.
• Memperoleh pemahaman mengenai hubungan antar pos laporan
keuangan pada Realisasi APBD dan Neraca.
• Memperoleh pemahaman mengenai hubungan antar pos laporan
keuangan pada Arus Kas, Realisasi APBD dan Neraca.

A. Pendahuluan

Pengguna laporan keuangan harus memahami bahwa pos-pos di


dalam suatu laporan keuangan dapat mempunyai kaitan atau hubungan satu
dengan lainnya. Contoh sederhana, jumlah ekuitas dana lancar, di dalam
neraca, harus sama dengan aset lancar dikurangi kewajiban jangka pendek.
Demikian halnya, beberapa pos antar laporan keuangan dapat mempunyai
kaitan satu dengan lainnya, misalnya jumlah akhir kas di dalam laporan arus
kas harus sama dengan jumlah akhir kas di dalam neraca. Contoh lain, jumlah
arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan di dalam laporan arus kas, harus
sama dengan jumlah pengeluaran pembiayaan di dalam laporan realisasi
anggaran.

Berikut adalah pembahasan mengenai hubungan pos-pos laporan keuangan


pemerintah daerah, yang meliputi:
• Laporan Realisasi APBD,
• Neraca,
• Laporan Realisasi APBD dan Neraca,
• Laporan Arus Kas, Laporan Realisasi APBD dan Neraca.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 79


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

B. Laporan Realisasi APBD

Pada saat penyusunan APBD harus diperhatikan rencana pembiayaan


untuk mengalokasikan (menutup) surplus/defisit. Untuk membahas beberapa
hubungan antar pos di dalam laporan realisasi APBD, perhatikan kembali
format laporan realisasi APBD pada bab 3, yang secara ringkas dapat dilihat
sebagai berikut:

Laporan Realisasi APBD Pemerintah Daerah “Y”


Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 200X

PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah xxx
Dana Penimbangan xxx
Lain-Lain Pendapatan yang Sah xxx
Total Pendapatan : (1) xxx

BELANJA
Belanja Operasi xxx
Belanja Modal xxx
Belanja Tak Terduga xxx
Total Belanja : (2) xxx
Surplus (Defisit) : (3) = (1) – (2) xxx

PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan : (4) xxx
Pengeluaran Pembiayaan : (5) xxx
Pembiayaan Neto : (6) = (4) – (5) xxx

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) : (7) = (3) + (6) xxx

Hubungan antar pos laporan realisasi APBD adalah sebagai berikut:

1) Bila anggaran direncanakan defisit (negatif), maka jumlah pembiayaan


neto harus positif dengan jumlah minimal sama dengan jumlah defisit
tersebut. Jumlah pembiayaan neto positif berarti jumlah penerimaan
pembiayaan lebih besar dari pada jumlah pengeluaran pembiayaan.

80 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Defisit < Pembiayaan neto positif

Kondisi yang salah :


Defisit > Pembiayaan neto positif

Ilustrasi:

(dalam jutaan rupiah)

Pendapatan 60.710
Belanja 69.800
Defisit (9.090)
Pembiayaan:
Penerimaan Pembiayaan* 9.590
Pengeluaran Pembiayaan (500)
Pembiayaan Neto 9.090

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran -

* Pembiayaan neto minimal harus sama dengan jumlah defisit yaitu Rp


9.090. Bila direncanakan ada pengeluaran pembiayaan misalnya sebesar
Rp 500, maka jumlah penerimaan pembiayaan minimal sebesar Rp
9.590 atau dengan rumus:

Penerimaan Pembiayaan > Defisit + Pengeluaran Pembiayaan

2) Pembiayaan neto yang jumlahnya negatif hanya diijinkan bila anggaran


direncanakan surplus, dan jumlah surplusnya minimal sama dengan jumlah
pembiayaan neto yang negatif tersebut. Jumlah pembiayaan neto negatif
berarti jumlah penerimaan pembiayaan lebih kecil dari jumlah pengeluaran
pembiayaan.

Kondisi yang benar :


Surplus > Pembiayaan neto negatif

Kondisi yang salah :


Surplus < Pembiayaan neto negatif

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 81


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Ilustrasi:

(dalam jutaan rupiah)

Pendapatan 60.710
Belanja 59.800
Surpus 910
Pembiayaan:
Penerimaan Pembiayaan 3.000
Pengeluaran Pembiayaan (3.500)
Pembiayaan Neto (500)
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 410

3) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) akan muncul dalam beberapa


kondisi berikut:

(a) Bila jumlah pembiayaan neto positif lebih besar daripada jumlah defisit,
maka selisihnya menjadi SiLPA.

SiLPA = Defisit + Pembiayaan neto positif

Syarat: Pembiayaan neto positif > Defisit

Ilustrasi:

(dalam jutaan rupiah)

Pendapatan 60.710
Belanja 69.800
Defisit (9.090)
Pembiayaan:
Penerimaan Pembiayaan 10.590
Pengeluaran Pembiayaan (500)
Pembiayaan Neto 10.090
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 1.000

(b) Bila terjadi surplus dan pembiayaan neto positif.

SiLPA = Surplus + Pembiayaan neto positif

82 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Ilustrasi:

(dalam jutaan rupiah)

Pendapatan 60.710
Belanja 59.800
Surplus 910
Pembiayaan:
Penerimaan Pembiayaan 10.590
Pengeluaran (500)
Pembiayaan Neto 10.090
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 11.000

(c) Bila terjadi pembiayaan neto negatif tetapi surplusnya lebih besar.

SiLPA = Surplus + Pembiayaan neto negatif

Syarat: Surplus > Pembiayaan neto negatif

Ilustrasi:

(dalam jutaan rupiah)

Pendapatan 60.710
Belanja 59.800
Surplus 910
Pembiayaan:
Penerimaan Pembiayaan 3.000
Pengeluaran Pembiayaan (3.500)
Pembiayaan Neto (500)
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 410

C. Neraca

Sebagaimana yang telah dibahas pada bab 3, neraca memberikan


informasi mengenai posisi keuangan, yaitu posisi aset, kewajiban dan ekuitas
dana pada tanggal tertentu. Informasi keuangan di dalam neraca dapat
memberikan manfaat, antara lain, sebagai berikut:

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 83


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

• Meningkatkan akuntabilitas untuk para manajer (kepala daerah dan para


pejabat pemda) ketika mereka menjadi bertanggung jawab tidak hanya
pada kas masuk dan kas keluar, tetapi juga pada aset dan utang yang
mereka kelola;
• Meningkatkan transparansi dari aktivitas pemerintah. Pemerintah umumnya
mempunyai jumlah aset yang signifikan dan utang, pengungkapan atas
informasi ini merupakan suatu elemen dasar dari transparansi fiskal dan
akuntabilitas.
• Memfasilitasi penilaian posisi keuangan dengan menunjukkan semua
sumber daya dan kewajiban.
• Memberikan informasi yang lebih luas yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan.

Bila tidak ada informasi mengenai posisi aset, kewajiban dan ekuitas
dana seperti yang dilaporkan dalam neraca, maka akan mengakibatkan, antara
lain, hal-hal sebagai berikut:

• Pengaruh dari transaksi keuangan pada pemerintah daerah dalam suatu


periode tidak tercermin secara penuh, misalnya tidak ada pelaporan mengenai
piutang pajak, saldo aktiva persediaan, aktiva dalam konstruksi, kewajiban
saat ini untuk menyerahkan (membayar) sejumlah uang atau barang di masa
yang akan datang.
• Akuntabilitas terbatas pada penerimaan dan pengeluaran kas dan mengabai-
kan transparansi dan akuntabilitas untuk pengelolaan aset dan utang;
• Tidak memfasilitasi penilaian posisi keuangan, karena tidak menunjukkan
semua sumber daya dan kewajiban.
• Informasi yang dibutuhkan tidak memadai untuk pengambilan keputusan
yang lebih baik.

Untuk menguraikan beberapa hubungan antar pos di dalam neraca,


perhatikan kembali format neraca pada bab 3, yang secara ringkas terlihat
seperti di bawah ini.

84 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

NERACA
Pemerintah Daerah “Y”
Per 31 Desember 200X

ASET KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek xxx
Aset Lancar xxx Kewajiban Jangka Panjang xxx
Investasi Jangka Panjang xxx Total Kewajiban xxx

Aset Tetap xxx EKUITAS DANA


Dana Cadangan xxx Ekuitas Dana Lancar xxx
Aset Lainnya xxx Ekuitas Dana Investasi xxx
Ekuitas Dana Cadangan xxx
Total Ekuitas Dana xxx
Total Aset xxx Total Kewajiban dan Ekuitas Dana xxx

Hubungan antar pos-pos di dalam neraca adalah sebagai berikut:

1). Total aset harus sama dengan total kewajiban dan ekuitas dana. Bila tidak,
dapat dipastikan masih ada kesalahan dalam penyusunan neraca tersebut.

Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana

2) Ekuitas dana menunjukkan jumlah aset bersih pemerintah daerah. Oleh


karena itu, total ekuitas dana harus sama dengan selisih antara total aset
dengan kewajiban.

Ekuitas Dana = Aset – Kewajiban

3). Jumlah Ekuitas Dana Lancar harus sama dengan jumlah aset lancar di-
kurangi kewajiban jangka pendek.

Ekuitas Dana Lancar = Aset Lancar – Kewajiban Jangka Pendek

4). Jumlah SiLPA di dalam ekuitas dana lancar adalah jumlah total kas dikurangi
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (potongan taspen, askes, PPh dan PPn).

SiLPA = Total Kas – Utang PFK

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 85


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

5). Jumlah Ekuitas Dana Investasi diperoleh dengan persamaan berikut:

Ekuitas Dana Investasi = Investasi Jangka Panjang + Aset Tetap


+ Aset Lainnya – Kewajiban Jangka Panjang

6) Jumlah ekuitas dana cadangan menunjukkan jumlah aset berupa dana


cadangan. Oleh karena itu, jumlah ekuitas dana cadangan sama dengan
jumlah dana cadangan.

Ekuitas Dana Cadangan = Dana Cadangan

Ilustrasi: Data aset dan kewajiban Pemda ‘P’ untuk menyusun Neraca
per 31 Desember 200X adalah sebagai berikut:

(dalam jutaan rupiah)

ASET
Aset Lancar Rp 2.130
Investasi Jangka Panjang Rp 2.450
Aset Tetap Rp 8.620
Dana Cadangan Rp 560
Aset Lainnya Rp 75
Total Aset Rp13.835
KEWAJIBAN
Kewajiban Jangka Pendek Rp 500
Kewajiban Jangka Panjang Rp 2.500
Total Kewajiban Rp 3.000

Berdasarkan data di atas komponen ekuitas dana dapat dihitung sbb.:


1) Total Ekuitas Dana = Total Aset - Total Kewajiban
Total Ekuitas Dana = Rp 13.835 - Rp 3.000
Total Ekuitas Dana = Rp 10.835
2) Ekuitas Dana Lancar = Aset Lancar - Kewajiban Jangka Pendek
Ekuitas Dana Lancar = Rp 2.130 – Rp 500
Ekuitas Dana Lancar = Rp 1.630
3) Ekuitas Dana Investasi = (Investasi Jangka Panjang + Aset Tetap + Aset
Lainnya) – Kewajiban Jangka Panjang
Ekuitas Dana Investasi = (Rp 2.450 + Rp 8.620 + Rp 75) – Rp 2.500
Ekuitas Dana Investasi = Rp 8.645
4) Ekuitas Dana Cadangan = Dana Cadangan
Ekuitas Dana Cadangan = Rp 560

86 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Setelah komponen ekuitas dana ditentukan, neraca dapat disusun sebagai


berikut:

NERACA
Pemerintah Daerah “P”
Per 31 Desember 200X

ASET Rp KEWAJIBAN Rp

Aset Lancar 2.130 Kewajiban Jangka Pendek 500


Kewajiban Jangka Panjang 2.500
Investasi Jangka Panjang 2.450 Total Kewajiban 3.000
Aset Tetap 8.620 EKUITAS DANA
Dana Cadangan 560 Ekuitas Dana Lancar 1.630
Aset Lainnya 75 Ekuitas Dana Investasi 8.645
Ekuitas Dana Cadangan 560
Total Ekuitas Dana 10.835

Total ASET 13.835 Total Kewajiban dan Ekuitas Dana 13.835

D. Laporan Realisasi APBD dan Neraca

Untuk mengetahui hubungan antara laporan realisasi APBD dan


neraca, dapat dilakukan analisis sebagai berikut :

1) Bila ada belanja modal dalam laporan realisasi APBD, maka jumlah aset
tetap di dalam neraca harus bertambah dengan jumlah yang sama.

2) Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penerimaan pinjaman dalam


laporan realisasai APBD, maka jumlah kewajiban (utang) di dalam neraca
harus bertambah dengan jumlah yang sama. Demikian sebaliknya, jika
terjadi pengeluaran pembiayaan berupa pembayaran pinjaman, jumlah
kewajiban di dalam neraca harus berkurang dengan jumlah yang sama.

3) Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penggunaan dana cadangan


dalam laporan realisasi APBD, maka jumlah dana cadangan (aset) di dalam
neraca harus berkurang dengan jumlah yang sama. Demikian sebaliknya,
jika terjadi pengeluaran pembiayaan berupa pembentukan dana cadangan,
jumlah dana cadangan (aset) di dalam neraca harus bertambah dengan
jumlah yang sama.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 87


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

4) Bila ada penerimaan pembiayaan berupa penjualan investasi perusahaan


daerah dalam laporan realisasi APBD, maka jumlah investasi jangka
panjang (aset) di dalam neraca harus berkurang dengan jumlah yang sama.
Demikian sebaliknya, jika terjadi pengeluaran pembiayaan berupa penyertaan
modal dalam perusahaan daerah, jumlah investasi jangka panjang (aset)
di dalam neraca harus bertambah dengan jumlah yang sama.

5) SiLPA pada kelompok ekuitas dana lancar di neraca harus sama dengan
jumlah SiLPA (akhir tahun) di laporan realisasi APBD. SiLPA di neraca
diperoleh dengan perhitungan: jumlah total kas dikurangi kewajiban pada
PFK (potongan taspen, askes, dan PPh dan PPn yang belum disetor).

E. Laporan Arus Kas, Realisasi APBD, dan Neraca

Untuk mengetahui hubungan Laporan Arus Kas dengan beberapa


pos laporan keuangan lainnya, perhatikan kembali format Laporan Arus Kas
pada bab 3, yang bentuk ringkasnya seperti di bawah ini.

LAPORAN ARUS KAS


Pemerintah Daerah “Y”
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 200X

Arus Kas Dari Aktivitas Operasi xxx


Arus Kas Dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan xxx
Arus Kas Dari Aktivitas Pembiayaan xxx
Arus Kas Dari Aktivitas Non Anggaran xxx
Kenaikan/Penurunan Kas xxx
Saldo Kas Pada Awal Tahun xxx
Saldo Kas Pada Akhir Tahun xxx

Hubungan berikut perlu diperhatikan dalam menilai kebenaran angka-


angka dalam laporan arus kas, antara lain:

1) Saldo kas pada akhir tahun dalam Laporan Arus Kas harus sama dengan
jumlah kas pada akhir tahun di Neraca (per 31 Desember 200X).

2) Apakah jumlah arus kas masuk dari aktivitas operasi sudah benar?. Untuk
mengujinya dapat dibandingkan dengan jumlah pendapatan daerah dalam
laporan realisasi anggaran dengan rumus sebagai berikut :

88 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Arus kas masuk dari aktivitas operasi = jumlah pendapatan daerah


– penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan

Perhatikan:
(a) Arus kas masuk dari aktivitas operasi yang berasal dari Lain-lain PAD
tidak termasuk pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak
dipisahkan. Alasannya, penjualan aset tersebut dalam laporan arus kas
dilaporkan dalam arus kas masuk dari aktivitas investasi aset non
keuangan.
(b) Laporan arus kas hanya melaporkan transaksi kas baik pendapatan,
belanja maupun pembiayaan. Sebagai contoh, pendapatan berupa
hibah dalam bentuk barang tidak akan dilaporkan dalam laporan arus
kas, tetapi dalam laporan realisasi APBD hibah tersebut tentu akan
dilaporkan, meski dalam bentuk barang.

3) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas operasi sama dengan jumlah total
belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran tetapi tidak termasuk belanja
modal.

4) Jumlah arus kas masuk dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama
dengan jumlah pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
yang dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran sebagai kelompok
Lain-lain PAD (perhatikan penjelasan pada angka 2 huruf (a) di atas)

5) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama
dengan jumlah belanja modal di laporan realisasi anggaran.

6) Jumlah arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan tidak akan sama dengan
jumlah penerimaan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran, sebab
SiLPA tahun anggaran sebelumnya tidak dianggap sebagai komponen
arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan.

7) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan
jumlah pengeluaran pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 89


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Laporan Realisasi APBD


Pemerintah Daerah “Q”
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2005

PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
(termasuk penjualan aset daerah yang dipisahkan
sebesar Rp 10) 10.450
Dana Perimbangan 50.000
Lain-Lain Pendapatan yang Sah 260
Total Pendapatan : (1) 60.710

BELANJA
Belanja Operasi 40.200
Belanja Modal 24.100
Belanja Tak Terduga 5.500
Total Belanja : (2) 69.800
Surplus (Defisit) : (3) = (1) – (2) (9.090)

PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan : (4)
(termasuk SiLPA tahun sebelumnya Rp 15.200) 21.400
Pengeluaran Pembiayaan (5) (5.200)
Pembiayaan neto : (6) = (4) – (5) 16.200
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA): (7) = (3) + (6) 7.110

Data lainnya mengenai posisi utang PFK dan kas:

• Data mengenai jumlah potongan PFK (Taspen, Askes, dan PPh 21) adalah
sebagai berikut:

Utang PFK per 31 Desember 2004 (PFK yang belum


disetor sampai akhir tahun) Rp 55
Potongan PFK selama tahun 2005 Rp 4.800
Jumlah PFK yang harus disetor Rp 4.855
Jumlah yang telah disetor selama tahun 2005 Rp 4.820
Utang PFK per 31 Desember 2005 (PFK yang belum
disetor sampai akhir tahun) Rp 35

90 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

• Data saldo kas dalam neraca adalah sbb.:

Saldo kas dalam Neraca per 31 Desember 2004 Rp 15.255


Saldo kas dalam Neraca per 31 Desember 2005 Rp 7.145

Berdasarkan data-data di atas laporan arus kas dapat disusun dengan


melakukan analisis sbb.:

1) Arus kas masuk dari aktivitas operasi =


Total Pendapatan – Penjualan Aset Daerah yang Dipisahkan
Arus kas masuk dari aktivitas operasi =
Rp 60.710 – Rp 10 = Rp 60.700

2) Arus kas keluar dari aktivitas operasi =


Total Belanja – Belanja Modal = Arus kas keluar dari aktivitas operasi =
Rp 69.800 – Rp 24.100 = Rp 45.700

3) Arus kas masuk berasal dari aktivitas investasi non-keuangan =


Lain-lain PAD yang berasal dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan.
Arus kas masuk dari aktivitas investasi non-keuangan = Rp 10

4) Arus kas keluar dari aktivitas investasi non-keuangan = belanja modal.


Arus kas keluar dari aktivitas investasi non-keuangan = Rp 24.100

5) Arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan =


Jumlah penerimaan pembiayaan – SiLPA tahun sebelumnya
Arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan = Rp 21.400 – Rp 15.200
Arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan = Rp 6.200

6) Arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan = jumlah pengeluaran pembiayaan


Arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan = Rp 5.200

7) Arus kas masuk dari aktivitas non-anggaran = jumlah potongan PFK tahun
berjalan
Arus kas masuk dari aktivitas non-anggaran = Rp 4.800

8) Arus kas keluar dari aktivitas non-anggaran = jumlah potongan PFK yang
disetor selama tahun berjalan
Arus kas keluar dari aktivitas non-anggaran = Rp 4.820

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 91


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Selanjutnya, laporan arus kas secara ringkas dapat disusun sebagai


berikut :

LAPORAN ARUS KAS


Pemerintah Daerah “Q”
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2005
(dalam jutaan rupiah)

Rp

Arus Kas Dari Aktivitas Operasi


(Rp 60.700 – Rp 45.700) 15.000
Arus Kas Dari Aktivitas Investasi Aset Non-Keuangan
(Rp 10 – Rp 24.100) (24.090)
Arus Kas Dari Aktivitas Pembiayaan
(Rp 6.200 – Rp 5.200) 1.000
Arus Kas Dari Aktivitas Non-Cadangan
(Rp 4.800 – Rp 4.820) (20)
Kenaikan (Penurunan) Kas (8.110)
Saldo Kas Pada Awal Tahun 15.255
Saldo Kas Pada Akhir Tahun 7.145

Berdasarkan contoh di atas, SiLPA akhir tahun dalam Laporan Realisasi


APBD Pemda “Q” untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2005 adalah Rp
7.110. Jumlah SiLPA tersebut harus sama dengan jumlah SiLPA yang akan
dilaporkan pada kelompok “Ekuitas Dana Lancar” di Neraca, yang dapat
dihitung dengan rumus:

SiLPA = Jumlah kas akhir tahun – Jumlah Kewajiban PFK akhir tahun

Berdasarkan data mengenai posisi kas dan utang PFK di atas, SiLPA dalam
neraca dapat dihitung:

SiLPA = Rp 7.145 – Rp 35 = Rp 7.110.

Ternyata, jumlah SiLPA akhir tahun di Laporan Realisasi APBD sudah


sama dengan jumlah SiLPA di Neraca. Pengujian ini memberikan salah satu
indikasi bahwa penyusunan laporan keuangan sudah benar.

92 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

F. Rangkuman

Hubungan antar pos laporan realisasi APBD adalah sebagai berikut:


1) Bila anggaran direncanakan defisit (negatif), maka jumlah pembiayaan neto
harus positif, dengan jumlah minimal sama dengan jumlah defisit tersebut.
(Jumlah pembiayaan neto positif berarti jumlah penerimaan pembiayaan
lebih besar dari pada jumlah pengeluaran pembiayaan).
2) Pembiayaan neto negatif hanya diijinkan bila anggaran direncanakan
surplus, dan jumlah surplusnya minimal sama dengan jumlah pembiayaan
neto yang negatif tersebut. (Jumlah pembiayaan neto negatif berarti jumlah
penerimaan pembiayaan lebih kecil dari jumlah pengeluaran pembiayaan).
3) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) akan muncul dalam beberapa
kondisi berikut:
• Bila jumlah pembiayaan neto positif lebih besar daripada jumlah defisit,
maka selisihnya menjadi SiLPA.
• Bila terjadi surplus dan pembiayaan neto positif.
• Bila terjadi pembiayaan neto negatif tetapi surplusnya lebih besar.

Hubungan antar pos-pos di dalam neraca adalah sebagai berikut:


1). Total aset harus sama dengan total kewajiban dan ekuitas dana. Bila
tidak, dapat dipastikan masih ada kesalahan dalam penyusunan neraca
tersebut.
2). Ekuitas dana menunjukkan jumlah aset bersih pemerintah daerah. Oleh
karena itu, total ekuitas dana harus sama dengan selisih antara total aset
dengan kewajiban.
3). Jumlah Ekuitas Dana Lancar harus sama dengan jumlah aset lancar di
kurangi kewajiban jangka pendek.
4). Jumlah SiLPA di dalam ekuitas dana lancar adalah jumlah total kas dikurangi
utang Perhitungan Fihak Ketiga (potongan taspen, askes, PPh dan PPn).
5). Jumlah Ekuitas Dana Investasi diperoleh dengan perhitungan:
Investasi Jangka Panjang + Aset Tetap + Aset Lainnya – Kewajiban Jangka
Panjang
6) Jumlah ekuitas dana cadangan menunjukkan jumlah aset berupa dana
cadangan. Oleh karena itu, jumlah ekuitas dana cadangan sama dengan
jumlah dana cadangan.

Hubungan berikut dapat digunakan dalam menilai kebenaran angka-


angka dalam laporan arus kas:
1) Saldo kas pada akhir tahun harus sama dengan jumlah kas pada akhir
tahun di Neraca.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 93


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

2) Jumlah arus kas masuk dari aktivitas operasi dapat sama dengan jumlah
pendapatan daerah dikurangi penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
(dalam laporan realisasi anggaran)
3) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas operasi sama dengan jumlah total
belanja (dalam laporan realisasi anggaran) tetapi tidak termasuk belanja
modal.
4) Jumlah arus kas masuk dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama
dengan jumlah pendapatan dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
(dalam laporan realisasi anggaran).
5) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas investasi aset non-keuangan sama
dengan jumlah belanja modal di laporan realisasi anggaran.
6) Jumlah arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan
jumlah pengeluaran pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran.

94 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Bab 7
Analisis
Perbandingan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
• Memperoleh pemahaman mengenai keunggulan dan kelemahan
analisis perbandingan.
• Memperoleh pemahaman mengenai jenis-jenis analisis perbandingan
pada laporan keuangan daerah.
• Memperoleh pemahaman dan memiliki kemampuan untuk melakukan
analisis perbandingan pada laporan keuangan daerah.

A. Keunggulan dan Kelemahan Perbandingan

Perbandingan pos-pos laporan keuangan sering disebut dengan istilah


rasio keuangan. Oleh karena itu, jika seseorang atau lembaga melakukan
perhitungan dengan membandingkan pos-pos laporan keuangan suatu entitas,
dengan maksud untuk mengetahui capaian atau kinerja keuangan entitas
dimaksud, dikatakan ia/mereka melakukan analisis rasio keuangan.

Dibandingkan dengan teknik analisis keuangan lainnya, analisis rasio


keuangan memiliki keunggulan, antara lain, sebagai berikut:
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan;
2. Rasio merupakan pengganti (yang lebih sederhana) dari informasi yang
disajikan di dalam laporan keuangan (yang rinci dan rumit);
3. Standarisasi unit-unit pengukuran komponen keuangan pemerintah daerah;
4. Lebih mudah memperbandingkan kondisi keuangan pemerintah daerah
dengan pemerintah daerah lain atau melihat perkembangan pemerintah
daerah secara periodik;
5. Lebih mudah melihat perkembangan pemerintah daerah serta melakukan
prediksi di masa yang akan datang.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 95


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Di sisi lain, khususnya di sektor pemerintahan, analisis perbandingan


pos-pos laporan keuangan ini memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:
1. Belum ada keseragaman dalam hal istilah-istilah rasio maupun dalam
kaidah pengukurannya.
2. Belum ada standar atau patokan yang dapat digunakan untuk menilai baik
atau buruknya suatu angka rasio. Misalnya, bila rasio realisasi pendapatan
pajak mencapai 110%, apakah angka tersebut berarti sangat baik, baik,
sedang atau kurang; berapa angka rasio kemandirian yang harus dicapai
oleh pemda untuk dapat dikatakan mandiri dalam hal pendanaan.
3. Angka rasio yang dihasilkan dari perhitungan perbandingan pos-pos laporan
keuangan suatu pemda belum tentu dapat dibandingkan dengan angka
rasio pemda lainnya, karena mungkin saja teknik perhitungannya berbeda
atau pemilihan metode dan prinsip akuntasi yang berbeda.
4. Validitas angka rasio dipengaruhi secara otomatis oleh validitas angka-
angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan dan dipengaruhi oleh
kelemahan inheren laporan keuangan, seperti nilai perolehan historis, nilai
estimasian, kebebasan memilih metode akuntansi.

B. Jenis-jenis Perbandingan

Pengguna hasil analisis laporan keuangan di sektor bisnis umumnya


adalah investor, kreditor, manajemen dan analis keuangan. Sedangkan di sektor
publik (pemerintahan), pengguna hasil analisis laporan keuangannya lebih luas
lagi, yaitu Pemerintah Daerah (eksekutif), Pemerintah Pusat, DPRD (legislatif),
masyarakat, investor dan kreditor.

Di sektor bisnis (perusahaan), analisis perbandingan pos-pos laporan


keuangan umumnya dinyatakan dalam suatu ukuran rasio keuangan yang
terdiri dari:
1. Rasio likuiditas yaitu rasio untuk mengukur kemampuan suatu entitas
(organisasi) dalam membayar utangnya yang akan jatuh tempo dalam
jangka pendek.
2. Rasio solvabilitas yaitu rasio untuk mengukur kemampuan suatu entitas
untuk membayar semua utangnya.
3. Rasio leverage yaitu rasio untuk mengukur perbandingan dana yang disedia-
kan oleh pemilik dengan dana yang dipinjam dari kreditor;
4. Rasio aktivitas yaitu rasio untuk mengukur efektif-tidaknya perusahaan di
dalam menggunakan dan mengendalikan sumber daya yang dimilikinya;
5. Rasio profitabilitas yaitu rasio untuk mengukur kemampuan entitas dalam
menghasilkan laba (keuntungan).

96 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Sedangkan di sektor publik (pemerintahan), beberapa perbandingan


pos-pos laporan keuangan, khususnya APBD, adalah sebagai berikut:
1. Dari format laporan realisasi APBD, sebagaimana yang telah dibahas di
bab 3, terdapat dua perhitungan yaitu:
a. Perbandingan Realisasi vs Anggarannya
b. Perbandingan Realisasi Tahun Ini vs Tahun Lalu
2. Dari data APBD yang dikembangkan oleh Widodo (dalam Halim, 2007),
antara lain terdapat empat perhitungan, yaitu:
a. Kemandirian Keuangan Daerah
b. Efektifitas Pendapatan Asli Daerah
c. Efisiensi Pendapatan Asli Daerah
d. Keserasian Belanja
3. Dari adaptasi terhadap rasio keuangan sektor bisnis, terdapat tiga
perhitungan perbandingan, yaitu:
a. Likuiditas,
b. Solvabilitas, dan
c. Leverage

Untuk mempermudah penyebutannya, perbandingan dalam kelompok


1 dan 2 di atas (kecuali Kemandirian Entitas) disebut Perbandingan Pos APBD,
sedangkan kelompok 3 disebut Perbandingan Pos Neraca.

Perbandingan Realisasi vs Anggaran


Perbandingan ini untuk mengukur realisasi pos-pos APBD yang meliputi
realisasi pendapatan, belanja, surplus (defisit) dan pembiayaan. Perbandingan
ini pada dasarnya untuk mengetahui keberhasilan pencapaian target pendapatan
dan mengevaluasi ketaatan dalam pelaksanaan belanja dan pembiayaan.

Perbandingan Realisasi Sekarang vs Tahun Lalu


Perbandingan ini dimaksudkan untuk mengukur pertumbuhan (kenaikan/
penurunan) pos-pos APBD dalam dua tahun anggaran yang berurutan. Misalnya
perbandingan realisasi pajak daerah Tahun Anggaran (T.A.) 2006 terhadap
realisasi pajak daerah T.A. 2005 (komparatif vertikal). Bisa juga perbandingan
realisasi pos-pos APBD dilakukan antara satu pemda dengan pemda yang lain
untuk tahun anggaran yang sama (komparatif horizontal).

Efektifitas PAD
Perbandingan ini digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah
daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan
target yang ditetapkan (berdasarkan potensi riil daerah). Kemampuan daerah

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 97


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

dalam melaksanakan tugasnya dikatakan efektif, jika hasil perhitungannya


minimal sebesar 1 atau 100%.

Efisiensi PAD
Perhitungan ini menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan (PAD) dengan realisasi
pendapatan yang diterima. Suatu pemerintah daerah dikatakan efisien dalam
melakukan pemungutan PAD, jika hasil perhitungannya kurang dari 1 atau
lebih kecil dari 100%. Semakin kecil hasil perhitungannya, berarti kinerja
pemerintah daerah semakin baik.

Keserasian Belanja
Rasio keserasian ini digunakan untuk mengukur keserasian belanja
yang direalisasikan oleh pemda. Contoh, rasio total belanja tidak langsung
terhadap total belanja langsung, rasio biaya pemungutan pajak dengan
pendapatan pajak.

Likuiditas
Perhitungan likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan
pemerintah daerah dalam membayar utang (kewajiban) jangka pendeknya.
Rasio ini bisa diukur dengan rasio lancar dan rasio kas.

Solvabilitas
Perhitungan solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan
pemerintah daerah dalam membayar semua utangnya yang akan jatuh tempo.
Rasio ini bisa diukur dengan rasio utang terhadap aktiva atau rasio utang
terhadap ekuitas dana.

Leverage
Perhitungan leverage digunakan untuk mengukur perbandingan
antara ekuitas dana (kekayaan bersih pemerintah daerah) dengan total utang.

Kemandirian
Perbandingan ini digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian
pemerintah daerah dalam hal pendanaan aktivitasnya. Rasio ini dapat diukur
dengan membandingkan jumlah PAD terhadap jumlah DAU ditambah jumlah
pinjaman (selain utang PFK dan utang pajak PPn/PPh). Di samping itu, tingkat
kemandirian dapat juga dibaca sebagai indikator tingkat partisipasi masyarakat
lokal terhadap pembangunan daerah, indikator perkembangan ekonomi daerah
dan kesejahteraan masyarakatnya.

98 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

C. Perbandingan Pos APBD

Contoh laporan realisasi APBD di bawah ini akan digunakan untuk


memberikan ilustrasi mengenai beberapa perbandingan pos-pos APBD.

Laporan Realisasi APBD Pemerintah Daerah “Suka2”


Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2007 dan 2006
(dalam jutaan rupiah)
Anggaran Setelah Realisasi Realisasi
Perubahan TA 2007 TA 2006
TA 2007

PENDAPATAN 359.995 3360.353 338.265


PENDAPATAN ASLI DAERAH 38.200 38.603 36.665
Pajak Daerah 21.250 21.568 20.210
Retribusi Daerah 12.950 13.145 12.560
Bagian Laba dari Perusda/BUMD 1.800 1.650 1.750
Lain-lain PAD yang Sah 2.200 2.240 2.145

DANA PERIMBANGAN 321.795 321.750 301.600


Dana Bagi Hasil 34.750 34.750 35.600
Dana Alokasi Umum 275.500 275.500 255.500
Dana Alokasi Khusus 11.545 11.500 10.500

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 0 0 0


BELANJA 349.820 347.933 281.200
BELANJA TIDAK LANGSUNG 247.820 246.355 208.940
Belanja Pegawai 215.540 214.400 188.540
Belanja Bunga 120 120 150
Belanja Subsidi 10.000 10.000 8.500
Belanja Bantuan Keuangan 22.000 21.700 11.600
Belanja Tak Terduga 160 135 150

BELANJA LANGSUNG 102.000 101.578 72.260


Belanja Pegawai 8.000 7.978 7.160
Belanja Barang dan Jasa 19.000 18.660 14.500
Belanja Modal 75.000 74.940 50.600
SURPLUS (DEFISIT) 10.175 12.420 57.065
PEMBIAYAAN 56.515 56.515 7.450
Penerimaan Pembiayaan 64.515 64.515 10.450
Pengeluaran Pembiayaan 8.000 8.000 3.000
SiLPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran) 66.690 68.935 64.515

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 99


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

1. Realisasi vs Anggaran
Berdasarkan data di atas dapat digambarkan perhitungan realisasi anggaran
sebagai berikut:

Laporan Realisasi APBD Pemerintah Daerah “Suka2”


Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2007 dan 2006
(dalam jutaan rupiah)
Anggaran Setelah Rasio Realisasi
Perubahan TA 2007 Realisasi TA 2007 (%)
(1) (2) (3) = (2) : (1)

PENDAPATAN 359.995 360.353 100,09


PENDAPATAN ASLI DAERAH 38.200 38.603 101,05
Pajak Daerah 21.250 21.568 101,50
Retribusi Daerah 12.950 13.145 101,51
Bagian Laba dari Perusda/BUMD 1.800 1.650 91,67
Lain-lain PAD yang Sah 2.200 2.240 101,82

DANA PERIMBANGAN 321.795 321.750 99,97


Dana Bagi Hasil 34.750 34.750 100
Dana Alokasi Umum 275.500 275.500 100
Dana Alokasi Khusus 11.545 11.500 99,61

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 0 0 0


BELANJA 349.820 347.933 99,46
BELANJA TIDAK LANGSUNG 247.820 246.355 99,41
Belanja Pegawai 215.540 214.400 99,47
Belanja Bunga 120 120 100
Belanja Subsidi 10.000 10.000 100
Belanja Bantuan Keuangan 22.000 21.700 98,64
Belanja Tak Terduga 160 135 84,38

BELANJA LANGSUNG 102.000 101.578 99,59


Belanja Pegawai 8.000 7.978 99,73
Belanja Barang dan Jasa 19.000 18.660 98,21
Belanja Modal 75.000 74.940 99,92
SURPLUS (DEFISIT) 10.175 12.420 122,06
PEMBIAYAAN 56.515 56.515 100
Penerimaan Pembiayaan 64.515 64.515 100
Pengeluaran Pembiayaan 8.000 8.000 100
SiLPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran) 66.690 68.935 103,36

100 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Realisasi anggaran dihitung secara sederhana yaitu dengan membandingkan


realisasi pos-pos APBD (kolom 2) dengan anggarannya masing-masing
(kolom 1). Perbandingan ini tidak hanya dihitung untuk mengetahui tingkat
realisasi tahunan, tetapi juga bisa dilakukan untuk melihat realisasi triwulanan
dan semesteran.

Realisasi Pendapatan
Semua pos PAD melampaui targetnya masing-masing, kecuali pos bagian
laba dari BUMD, meskipun pelampauannya sangat kecil. Harus dicermati
bahwa target pendapatan T.A. 2007 (setelah perubahan anggaran) idealnya
harus lebih besar atau paling tidak sama dengan realisasi pendapatan T.A.
2006. Untuk itu, agar mendapat gambaran yang lebih baik, seyogyanya
realisasi pendapatan tahun berjalan dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
misalnya realisasi pajak daerah TA 2007 dibandingkan dengan realisasi
pajak daerah TA 2006.

Realisasi Belanja
Realisasi belanja tidak diperkenankan melebihi plafonnya. Analisis rasio
realisasi belanja di atas menunjukkan angka tertinggi 100%, hal ini menunjuk-
kan ketaatan pada peraturan. Sementara rata-rata tingkat penyerapan
adalah lebih dari 90%, hal ini menunjukkan tingkat penyerapan dana yang
optimal.

Harus dicermati bahwa persentase tingkat penyerapan dana idealnya


selaras dengan tingkat penyelesaian kegiatannya (kinerja program/kegiatan).
Sebagai contoh, realisasi belanja pembangunan gedung (belanja modal)
adalah 100%, akan tetapi tingkat penyelesaian gedung tersebut baru 90%.
Hal ini perlu mendapat jawaban tersendiri dari pihak pengelola kegiatannya
kenapa hal tersebut terjadi. Sebaliknya bila tingkat penyelesaian gedung
tersebut sudah 100% sementara penyerapan dananya adalah 96%, berarti
terdapat efisiensi 4% dari anggaran belanjanya.

Surplus (defisit)
Pemda yang mengalami defisit belum tentu kinerjanya lebih buruk dari pemda
yang surplus, karena mungkin saja pemda yang defisit tersebut mempunyai
anggaran belanja kegiatan yang jauh lebih besar dibanding dengan pemda
yang surplus. Surplus (defisit) hakikatnya bukan merupakan anggaran, tetapi
perhitungan yang menunjukan selisih dari anggaran pendapatan dan anggaran
belanja. Dengan demikian, tidak ada larangan atau bukan hal yang salah
bila realisasi defisit melebihi 100% dari yang direncanakan (misal karena

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 101


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

anjloknya realisasi pendapatan pajak dari yang ditargetkan), sepanjang


jumlah pembiayaan netonya dapat menutup realisasi defisit tersebut.

Realisasi Pembiayaan
Anggaran pengeluaran pembiayaan sifatnya seperti belanja di mana jumlah
yang dianggarkan merupakan pagu yang tidak boleh dilewati. Sedangkan
anggaran penerimaan pembiayaan sifatnya seperti pendapatan di mana
jumlah yang dianggarkan adalah target yang boleh dilampaui, sepanjang
tidak ada peraturan khusus yang melarangnya.

SiLPA akhir tahun


Seperti halnya surplus (defisit), SiLPA hakikatnya bukan anggaran tetapi
perhitungan yaitu selisih antara surplus (defisit) dengan pembiayaan neto.
Dengan demikian, yang menjadi fokus evaluasi adalah realisasi pendapatan,
belanja, dan pembiayaan.

2. Realisasi Sekarang vs Tahun Lalu

Perhitungan perbandingan realisasi sekarang vs tahun lalu (rasio komparatif)


pada dasarnya sama dengan perhitungan realisasi anggaran di atas, yaitu
angka pada kolom (2) dibagi dengan angka pada kolom (1). Dalam hal ini,
kolom (1) diisi dengan angka-angka realisasi APBD TA 2006 dan kolom (2)
diisi dengan angka-angka realisasi APBD TA 2007.

Berdasarkan data di atas dapat di gambarkan penggunaan rasio realisasi


anggaran untuk perbandingan realisasi saat ini vs tahun lalu (komparatif)
sebagai berikut:

Laporan Realisasi APBD Pemerintah Daerah “Suka2”


Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2007 dan 2006
(dalam jutaan rupiah)
Rasio Komparatif
Realisasi TA 2006 Realisasi TA 2007 (%)
(1) (2) (3) = (2) : (1)

PENDAPATAN 338.265 360.353 106,53


PENDAPATAN ASLI DAERAH 36.665 38.603 105,29
Pajak Daerah 20.210 21.568 106,72
Retribusi Daerah 12.560 13.145 104,66
Bagian Laba dari Perusda/BUMD 1.750 1.650 94,29
Lain2 PAD yang Sah 2.145 2.240 104,43

102 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Laporan Realisasi APBD Pemerintah Daerah “Suka2”


Untuk Tahun Anggaran yang Berakhir 31 Desember 2007 dan 2006
(dalam jutaan rupiah)
Rasio Realisasi
Realisasi TA 2006 Realisasi TA 2007 (%)
(1) (2) (3) = (2) : (1)

DANA PERIMBANGAN 301.600 321.750 106,68


Dana Bagi Hasil 35.600 34.750 97,61
Dana Alokasi Umum 255.500 275.500 107,83
Dana Alokasi Khusus 10.500 11.500 109,52

LAIN2 PENDAPATAN YANG SAH 0 0 0


BELANJA 281.200 347.933 123,73
BELANJA TIDAK LANGSUNG 208.940 246.355 117,91
Belanja Pegawai 188.540 214.400 113,72
Belanja Bunga 150 120 80
Belanja Subsidi 8.500 10.000 117,64
Belanja Bantuan Keuangan 11.600 21.700 187,07
Belanja Tak Terduga 150 135 90

BELANJA LANGSUNG 72.260 101.578 140,57


Belanja Pegawai 7.160 7.978 111,42
Belanja Barang dan Jasa 14.500 18.660 128,69
Belanja Modal 50.600 74.940 148,10
SURPLUS (DEFISIT) 57.065 12.420 21,76
PEMBIAYAAN 7.450 56.515 758,59
Penerimaan Pembiayaan 10.450 64.515 617,37
Pengeluaran Pembiayaan 3.000 8.000 266,67
SiLPA (Sisa Lebih Pembiayaan 64.515 68.935 106,85
Anggaran)

a. Rasio komparatif untuk pendapatan dapat diturunkan menjadi rasio


pertumbuhan. Sebagai contoh pajak daerah TA. 2007 tumbuh 6,72%
(106,72%-100%). Harus dicermati untuk pos pendapatan yang cenderung
naik dan jumlahnya signifikan seperti pajak daerah, retribusi daerah, dana
alokasi umum (DAU). Bila rasio komparatif dari ketiga pos pendapatan ini
turun signifikan, misal rasionya 90% (angka ini bukan hasil penelitian),
maka perlu mendapat penjelasan dari pemda karena ketiga pos tersebut
secara normal cenderung naik setiap tahunnya dan rasio komposisinya
signifikan terhadap jumlah pendapatan daerah.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 103


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

b. Rasio komparatif baik untuk pos pendapatan dan pos belanja secara umum
di atas 100%. Hal ini menunjukkan kondisi yang normal, terlebih lagi belanja
yang cenderung naik setiap tahunnya.

c. Rasio komparatif untuk pos pembiayaan naik spektakuler hingga rasio


tertinggi 758%. Hal ini disebabkan karena SiLPA awal tahun 2006 yang
masuk ke penerimaan pembiayaan TA 2006 jumlahnya jauh lebih kecil
(Rp 10.450 juta) dibanding SiLPA awal tahun 2007 yang masuk ke
penerimaan pembiayaan TA 2007 (Rp 64.515 juta), bila dalam contoh di
atas diasumsikan penerimaan pembiayaan hanya berasal dari SiLPA awal
TA 2007 sebesar Rp 64.515 berasal dari SiLPA akhir TA 2006.

Analisis rasio komparatif di atas dapat juga dikembangkan dengan me-


nambahkan kolom baru untuk jumlah perubahannya (yang menggambarkan
pertumbuhan positif/negatif), seperti berikut ini.

Perubahan = Naik(Turun) Rasio


Realisasi Realisasi Komparatif
TA 2006 TA 2007 Jumlah % (%)
Pos/Rekening
( 1 ) (2) (3) =(2) - (1) (4) =(3) : (1) (5) =(2) : (1)

PAD
Pajak Daerah 20.210 21.568 1.358 6,72 106,72
Retribusi Daerah 12.560 13.145 585 4,66 104,66
Dst….

Perhitungan rasio komparatif lainnya adalah dengan membandingkan


Realisasi Anggaran T.A. 2007 terhadap nilai Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Sebagai contoh, bila PDRB pada T.A. 2007 sebesar Rp. 8,5 Triliun,
maka ilustrasinya dapat digambarkan sebagai berikut:

(dalam jutaan rupiah)

Realisasi (%) terhadap


TA 2007 PDRB

PENDAPATAN 360.353 4.24%


PENDAPATAN ASLI DAERAH 38.603 0.45%
Pajak Daerah 21.568 0.25%
Retribusi Daerah 13.145 0.15%
Bagian Laba dari Perusda/BUMD 1.650 0.02%
Lain2 PAD yang Sah 2.240 0.03%

104 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

(dalam jutaan rupiah)

Realisasi (%) terhadap


TA 2007 PDRB

DANA PERIMBANGAN 321.750 3.79%


Dana Bagi Hasil 34.750 0.41%
Dana Alokasi Umum 275.500 3.24%
Dana Alokasi Khusus 11.500 0.14%

LAIN2 PENDAPATAN YANG SAH 0 0.00%


BELANJA 347.933 4.09%
BELANJA TIDAK LANGSUNG 246.355 2.90%
Belanja Pegawai 214.400 2.52%
Belanja Bunga 120 0.00%
Belanja Subsidi 10.000 0.12%
Belanja Bantuan Keuangan 21.700 0.26%
Belanja Tak Terduga 135 0.00%

BELANJA LANGSUNG 101.578 1.20%


Belanja Pegawai 7.978 0.09%
Belanja Barang dan Jasa 18.660 0.22%
Belanja Modal 74.940 0.88%

SURPLUS (DEFISIT) 12.420 0.15%


PEMBIAYAAN 56.515 0.66%
Penerimaan Pembiayaan 64.515 0.76%
Pengeluaran Pembiayaan 8.000 0.09%
SiLPA (Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran) 68.935 0.81%

3. Keserasian
Berdasarkan Pemendagri 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, belanja dibagi ke dalam dua kelompok: belanja tidak
langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung adalah belanja
yang tidak terkait langsung dengan adanya program dan kegiatan.
Sedangkan belanja langsung adalah belanja yang terkait secara langsung
dengan adanya program dan kegiatan.

Belanja langsung harus ditetapkan indikator kinerjanya sebab akan diukur


kinerja pelaksanaan program/kegiatannya. Sedangkan belanja tidak

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 105


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

langsung tidak dapat (sulit) untuk ditetapkan indikator kinerjanya, karena


itu belanja tidak langsung tidak perlu diukur kinerjanya. Berdasarkan konsep
tersebut maka perbandingan yang serasi adalah bila belanja langsung
lebih besar dan semakin lebih besar dibanding belanja tidak langsung.

Analisis bisa dikembangkan lebih spesifik lagi dengan mencermati berapa


komposisi antara belanja langsung yang dinikmati secara langsung atau
sebagian besar oleh masyarakat (belanja publik) dan belanja langsung
yang tidak dinikmati secara langsung oleh masyarakat (belanja non publik).
Perbandingan yang serasi adalah bila belanja publik lebih besar dan semakin
lebih besar dibanding dengan belanja non publik.

Berdasarkan contoh di atas:


Rasio keserasian belanja = belanja langsung : belanja tidak langsung
Rasio keserasian belanja = 101.578 : 246.355 = 41,23%

Dapat dikatakan bahwa rasio belanja masih jauh dari keseimbangan


(keserasian) karena belanja tidak langsung masih mendominasi. Sedangkan
kondisi ideal yang diharapkan adalah belanja langsung (terutama yang
bermanfaat langsung bagi publik) yang lebih besar dan semakin lebih besar
dari belanja tidak langsung.

D. Perbandingan Pos Neraca

Data berikut ini diambil dari Neraca Pemerintah Daerah “Suka2” untuk
memberikan ilustrasi perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas, leverage, dan
kemandirian.

NERACA Pemerintah Daerah “Suka2”


Per 31 Desember 2007
(dalam jutaan rupiah)

AKTIVA Rp 663.325 PASSIVA Rp 663.325

Aktiva Lancar 72.825UTANG 12.890


Kas 68.935Utang Jk. Pendek 6.890
Piutang Pajak Daerah 2.350Utang Potongan PFK 1.550
Persediaan 1.540Utang Pajak Pusat 2.340
Bagian Lancar Utang Jk. Panjang 3.000
Investasi Jk Panjang 25.000 Utang Jk. Panjang 6.000
Aktiva Tetap 560.500 EKUITAS DANA 650.435
Dana Cadangan 5.000 Ekuitas Dana Lancar 65.935
Ekuitas Dana Investasi 579.500
Ekuitas Dana Cadangan 5.000

106 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

1. Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan pemda untuk membayar utang
(kewajiban) jangka pendeknya. Rasio ini bisa diukur dengan rasio lancar
dan rasio kas (terhadap utang jk. Pendek). Pos persediaan pada neraca
pemda umumnya bukan persediaan barang dagang yang ditujukan untuk
dijual tetapi untuk digunakan dalam operasi pemerintah atau diserahkan
kepada masyarakat. Oleh karena itu, dalam perhitungan rasio lancar
sebaiknya pos persediaan tidak diperhitungkan.

Rasio lancar = (aktiva lancar – persediaan) : utang jk. Pendek


Rasio lancar = (72.825 – 1.540) : 6.890
Rasio lancar = 10,35

Rasio lancar ini menunjukkan perbandingan antara aktiva lancar (di luar
persediaan) dengan utang jangka pendek yang besarnya adalah 10,53:1.
Hal ini berarti untuk setiap Rp 1 utang, pemda mempunyai Rp 10,35 aktiva
yang sangat lancar. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan
pemda sangat likuid.

Rasio kas = kas dan setara kas : utang jk. Pendek


Rasio kas = 68.935 : 6.890
Rasio kas = 10

Kesimpulan: rasio kas menunjukkan perbandingan yang lebih likuid dari


rasio lancar, dalam hal ini perbandingan antara kas dengan utang jangka
pendek adalah 10 : 1. Hal ini berarti untuk setiap Rp 1 utang, pemda
mempunyai Rp 10 kas dan setara kas. Kondisi ini menunjukkan bahwa
kodisi keuangan pemda sangat likuid. Artinya tanpa harus menunggu
ditagihnya piutang pajak, pemda sudah dapat melunasi utang jangka pendek
tsb pada saat ini.

2. Solvabilitas
Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan pemda untuk
membayar semua utangnya yang akan jatuh tempo. Rasio ini bisa diukur
dengan rasio aktiva terhadap utang atau rasio ekuitas dana terhadap utang.

Rasio solvabilitas = total aktiva : total utang


Rasio solvabilitas = 663.325 :12.890 = 51,46

Kesimpulan: rasio solvabilitas menunjukkan perbandingan antara total

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 107


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

aktiva dengan total utang yang besarnya adalah 51,46 : 1. Hal ini berarti
untuk setiap Rp 1 utang, pemda mempunyai Rp 51,46 aset. Kondisi ini
menunjukkan bahwa kondisi keuangan pemda masih sangat solvable.

3. Leverage
Rasio leverage digunakan untuk mengukur perbandingan antara ekuitas
dana (kekayaan bersih pemda) dengan total utang. Rasio leverage selama
ini hanya digunakan di sektor perusahaan untuk mengukur komposisi sumber
pembiayaan yang berasal dari kreditor dan investor. Di pemerintah daerah,
rasio ini mungkin belum (tidak) merupakan rasio yang penting sebab tingkat
utang daerah yang masih relatif kecil dan syarat penarikan pinjaman daerah
menggunakan DSCR dan rasio maksimum pinjaman.

Rasio leverage = total ekuitas dana : total utang


Rasio leverage = 650.435 : 12.890 = 50,46

Kesimpulan: rasio leverage menunjukkan perbandingan antara kekayaan


bersih (ekuitas dana) dengan utang, yang besarnya adalah 50 : 1. hal ini
menunjukkan bahwa kondisi keuangan Pemkab Masyarakat Sejahtera
sangat solid.

4. Kemandirian
Rasio kemandirian digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian pemda
dalam hal pendanaan aktivitasnya. Rasio ini dapat diukur dengan membanding-
kan jumlah PAD terhadap jumlah DAU ditambah jumlah pinjaman (selain
utang PFK dan utang pajak PPn/PPh).

Dana alokasi umum merupakan dana yang berasal dari APBN yang
ditransfer ke pemda dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Dana
alokasi umum masih merupakan sumber pembiayaan yang utama (andalan)
bagi pemda-pemda pada umumnya. Dengan demikian, dapat dikatakan
bila perbandingan sumber pembiayaan dari PAD terhadap DAU semakin
besar, berarti hal ini menunjukkan tingkat kemandirian yang semakin
meningkat pula. Bila pinjaman jumlahnya dianggap material, maka untuk
mengukur kemandirian unsur pinjaman tersebut harus diperhitungkan,
akan tetapi sebaiknya mengeluarkan utang PFK dan utang pajak pusat
sebab kedua jenis utang tersebut tidak dimaksudkan untuk menambah
sumber pendanaan pemda.

108 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Rasio kemandirian =
Realisasi PAD : {DAU + (Utang – Utang PFK – Utang pajak pusat)}
Rasio kemandirian = 38.603 : {275.500 + (12.890 – 1.550 – 2.340)}
Rasio kemandirian = 38.603 : 284.500 = 13,57%

E. Rangkuman

Analisis perbandingan pos-pos laporan keuangan pemerintah daerah


memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:
• Belum ada keseragaman.
• Belum ada standar untuk melakukan penilaian
• Hasil perhitungannya belum tentu dapat dibandingkan
• Validitas hasil perhitungannya tergantung pada validitas angka-angka
laporan keuangan

Beberapa perbandingan pos-pos laporan keuangan pemerintah daerah


adalah sebagai berikut:
• Perbandingan Realisasi vs Anggarannya
• Perbandingan Realisasi Tahun Ini vs Tahun Lalu
• Kemandirian Keuangan Daerah
• Efektifitas Pendapatan Asli Daerah
• Efisiensi Pendapatan Asli Daerah
• Keserasian Belanja
• Likuiditas
• Solvabilitas
• Leverage

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 109


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Halaman ini sengaja dikosongkan

110 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Bab 8
Analisis
Kecenderungan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat:
• Memperoleh pemahaman mengenai pengertian analisis kecenderungan
beserta sifat-sifatnya.
• Memperoleh pemahaman dan memiliki kemampuan untuk melakukan
analisis kecenderungan dengan menggunakan tahun dasar, bergerak,
dan menggunakan diagram pencar.

A. Pengertian dan Sifat Analisis Kecenderungan

Analisis kecenderungan (trend) adalah suatu teknik analisis yang


mencoba untuk mengidentifikasi pola-pola dari kecenderungan (perubahan-
perubahan yang terjadi dalam beberapa periode yang telah lalu) sebagai
dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di masa mendatang.

Suatu perubahan tentunya dapat diakibatkan oleh adanya interaksi


dari sejumlah faktor (variabel). Apabila faktor-faktor tersebut diperkirakan
dapat menyebabkan perubahan terhadap data yang kita analisis, maka dalam
hal ini dapat digunakan analisis sebab-akibat. Penggunaan regresi linear
sederhana dan regresi berganda merupakan contoh dari analisis sebab-akibat.

Sementara itu, apabila kita hanya menyusun suatu model dengan


menggunakan hubungan antara variabel tanpa memperhatikan apakah yang
satu mempengaruhi yang lain atau tidak, maka kita melakukan analisis
kecenderungan sederhana. Dengan demikian, sifat-sifat analisis kecenderungan
dapat disimpulkan sebagai berikut :
• Bertujuan untuk mengetahui arah atau kecenderungan suatu pos (misalnya
pos belanja pemeliharaan, pos pendapatan pajak daerah).
• Membutuhkan data runtut waktu (time series data) selama beberapa tahun
sebagai bahan analisis.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 111


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

• Analisis dilakukan dengan membandingkan (menghubungkan) angka-


angka untuk pos yang sama dari laporan beberapa tahun yang berurutan.

Pada bagian berikut akan dibahas tiga metode analisis kecenderungan


sederhana, yaitu analisis kecenderungan dengan tahun dasar, analisis
kecenderungan bergerak (dari tahun ke tahun), dan analisis kecenderungan
dengan diagram pencar.

B. Analisis Kecenderungan dengan Tahun Dasar

Analisis kecenderungan sederhana dimaksudkan hanya untuk me-


ngetahui kecenderungan suatu pos (naik atau turun) dengan membandingkan
angka-angka untuk pos yang sama dari laporan beberapa tahun yang berurutan,
tanpa mengidentifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi perubahan dari
pos tersebut.

Data berikut adalah untuk contoh perhitungan analisis kecenderungan


dengan menggunakan tahun dasar.

(dalam jutaan rupiah)

Jenis Belanja Th. 2001 Th. 2002 Th. 2003 Th. 2004 Th. 2005

Belanja Pemeliharaan Gedung 200 220 245 260 270


Kecenderungan (%) 100 110 123 130 135
Kenaikan dari tahun dasar - 10 23 30 35

Analisis kecenderungan pada contoh di atas menggunakan belanja


tahun 2001 sebagai tahun dasar, dengan jumlah belanja sebesar Rp 200 juta.
Dengan demikian, indeks belanja pemeliharaan gedung tahun 2001 sampai
dengan 2005 dihitung dengan rumus:

Belanja tahun n
----------------------------------- X 100%
Belanja tahun 2001

Dengan demikian, kita dapat melihat besarnya kenaikan dari tahun


ke tahun dengan membandingkan kecenderungan (persentase dari tahun
dasarnya) tahun ke (n) dikurangi dengan kecenderungan tahun ke (n-1). Dari
perhitungan di atas, dengan melihat kenaikan dari tahun 2002 sampai dengan
2005, maka kita dapat memperkirakan kenaikan tahun 2006, yaitu kurang
lebih 40% atau besarnya belanja pemeliharaan gedung tahun 2006 kira-kira
sebesar Rp 280 juta atau 140% X Rp 200 juta.

112 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

C. Analisis Kecenderungan Bergerak

Kelemahan dari analisis kecenderungan dengan tahun dasar adalah


tidak dapat diketahui secara langsung berapa rata-rata kenaikan per tahunnya.
Oleh sebab itu, kita dapat menggunakan analisis kecenderungan bergerak
(dari tahun-ke-tahun) untuk mengetahui rata-rata kenaikan per tahun.

Misalnya terdapat data tentang Belanja Pemeliharaan Gedung sbb

(dalam jutaan rupiah)


Tahun Jumlah Kenaikan Keterangan

2001 200
2002 220 10% Kenaikan dari th. 2001
2003 245 11,36% Kenaikan dari th. 2002
2004 260 6,12% Kenaikan dari th. 2003
2005 270 3,85% Kenaikan dari th. 2004
Rata-rata kenaikan per tahun 7,83% Kenaikan dari th. 2005

Analisis kecenderungan perubahan pada contoh tersebut menggunakan


tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menghitung perubahan (kenaikan
atau penurunan), atau dapat dinyatakan dengan rumus:

Belanja tahun n+1 – Belanja tahun n


------------------------------------------------- X 100%
Belanja tahun n

Teknik analisis ini pada dasarnya sama dengan teknik analisis rasio
komparatif hanya di sini melibatkan data beberapa tahun agar diperoleh rata-
rata kenaikan per tahunnya. Selanjutnya, rata-rata kenaikan per tahun tersebut
dapat digunakan untuk mengestimasi kenaikan yang normal untuk tahun
berikutnya.

Dari contoh tersebut diketahui bahwa kenaikan belanja pemeliharaan


gedung berkisar antara 3,85% s.d. 11,36% atau rata2 sebesar 7,83%. Implikasi
dari hasil analisis ini adalah bila belanja pemeliharaan gedung yang diusulkan
untuk tahun 2006 naik di atas 11,36% (dari belanja th. 2005), maka perlu lebih
dicermati, apakah karena faktor inflasi semata, faktor volume pemeliharaan
gedung yang meningkat, atau kedua-duanya.

Selanjutnya, bila kita menggunakan angka kenaikan rata-rata untuk


mengestimasi belanja pemeliharaan gedung tahun 2006, maka diperkirakan
belanja pemeliharaan gedung tahun 2006 adalah sekitar Rp 300 juta, dengan
perhitungan: Rp 270 juta x 107,83% = Rp 299,76 juta

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 113


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

D. Analisis Kecenderungan dengan Diagram Pencar

Metode ini dilakukan dengan penarikan garis kecenderungan yang


mendekati (mengikuti) pola dari sebaran titik-titik yang ada dalam grafik.
Penggambaran garis kecenderungan dapat dilakukan dengan tangan bebas
atau dengan bantuan penggaris.

Berikut ini disajikan data tentang hasil pajak daerah suatu pemda
selama 10 tahun terakhir dan langkah-langkah bagaimana menentukan garis
kecenderungannya.

Pendapatan Pajak Daerah, periode 1996 s.d. 2005

(dalam jutaan rupiah)


Tahun Pajak daerah

1996 14.750
1997 12.245
1998 10.320
1999 11.145
2000 23.730
2001 23.766
2002 18.165
2003 26.680
2004 28.465
2005 37.062

Maka diagram pencarnya akan nampak seperti di bawah ini.


Pendapatan Pajak Daerah, periode 1996 s.d. 2005
(dalam jutaan rupiah)

40.000

30.000

20.000

10.000

96 97 98 99 00 01 02 03 04 05

114 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Langkah-langkah menentukan garis kecenderungan tersebut di atas


adalah sebagai berikut:
- Buat sumbu tegak Y (yang menunjukkan variable pendapatan pajak daerah)
dan sumbu mendatar X (yang menggambarkan tahun anggaran).
- Dari data yang tersedia pada contoh di atas, buat scatter plot, yaitu kumpulan
titik-titik koordinat (X,Y)
- Dengan jalan observasi atau pengamatan langsung terhadap bentuk scatter
plot, tariklah garis yang kira-kira mendekati (mengikuti) pola dari titik-titik
koordinat yang ada.

Dari diagram di atas maka kita dapat memprediksi pendapatan pajak


daerah untuk tahun-tahun yang akan datang. Garis kecenderungan di atas
juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya keanehan atau ketidak-
aturan yang terjadi. Dengan membandingkan garis kecenderungan dengan
sebaran titik-titik berdasarkan data yang sebenarnya, maka kita dapat melihat
adanya titik-titik yang ‘tidak mengikuti aturan’ misalnya terlalu jauh dari garis
kecenderungan.

Langkah selanjutnya adalah meneliti mengapa situasi tersebut terjadi,


atau kita dapat melakukan analisis hubungan antar variabel, misalnya antara
keadaan ekonomi, kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, biaya
sosialisasi dan pemungutan pajak dengan jumlah pendapatan pajak daerah.

Bagi pemerintah daerah, analisis di atas tentunya sangat bermanfaat


sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi kinerja satker yang bertanggung
jawab atas perolehan pajak daerah, misalnya Dinas Pendapatan Daerah. Di
samping itu, analisis ini dapat juga digunakan sebagai dasar pertimbangan
untuk perencanaan pada tahun-tahun berikutnya.

Bagi auditor, hasil diatas dapat digunakan untuk membuat perencanaan


audit dalam menentukan luasnya dan lokasi bukti-bukti yang akan diuji. Di
samping itu, hasil analisis tersebut dapat juga digunakan sebagai bahan untuk
membuat kesimpulan audit dan saran-saran perbaikan yang diperlukan oleh
manajemen pemerintah daerah.

Perlu diperhatikan bahwa pembuatan garis kecenderungan sifatnya


sangat subyektif. Artinya bila ada beberapa orang diminta untuk menarik garis
kecenderungan dengan, maka kemungkinan akan diperoleh garis kecenderungan
lebih dari satu, sebab masing-masing orang mempunyai pilihan sendiri sesuai
dengan anggapannya garis mana yang mewakili diagram pencar. Oleh karena

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 115


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

itu, metode ini tidak dapat memberikan alasan yang kuat secara ilmiah untuk
digunakan sebagai alat analisis.

E. Analisis Kecenderungan dengan Hubungan Antar Variabel

Terjadinya suatu biaya dan/atau pendapatan tentu ada pemicunya


yang lazimnya disebut sebagai variabel independen. Dalam berbagai situasi,
menentukan hubungan antara dua variablel (dependen dan independen) tidak
mudah dilakukan. Pada bagian ini akan diberikan ilustrasi analisis hubungan
antar dua variabel dengan teknik regresi linier sederhana.

Misalnya terdapat data yang menunjukkan hubungan antara biaya


pemeliharaan jalan (Y) dan luas jalan yang diperbaiki (X) di suatu pemda
dalam lima tahun terakhir sebagai berikut.

Biaya Pemeliharaan Jalan, periode 2001 s.d. 2005

Tahun Luas Jalan (m2) Biaya (jutaan Rp)

2001 50.000 6.250


2002 60.000 7.320
2003 40.000 5.200
2004 55.000 7.700
2005 65.000 9.230

Dari data diatas, kita dapat menentukan hubungan antara X dan Y


dengan menghitung koefisien korelasi (r) dan koefisien penentu (r2) serta
membuat perkiraan berapa besarnya belanja pemeliharaan pada luas jalan
tertentu sebagai berikut.

X Y X-X Y-Y X2 y2 xy
(ribuan) (jutaan) x y

50 6.250 -4 -890 16 792.100 3.560


60 7.320 6 180 36 32.400 1.080
40 5.200 -14 -1.940 196 3.763.600 27.160
55 7.700 1 560 1 313.600 560
65 9.230 11 2.090 121 4.368.100 22.990

Xi = 270 Yi = 35.700 xi= 0 yi = 0 2 2


xi = 370 yi = 9.269.800 xiyi = 55.350
X= 54 Y = 7.140

116 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

a). Koefisien korelasi ( r )

xiyi
= -------------------------------
√ xi2 √ yi2

55.350 55.350
= ----------------------------------- = -------------- = 0,95
370 x 9.269.800 58.548

Koefisien korelasi 0,95 menunjukkan bahwa hubungn X (luas jalan) dan


Y (biaya pemeliharaan) sangat kuat dan positif.

(b). Koefisien penentu (KP) = r2 = (0,95)2 = 0,9025


Hal ini menunjukkan bahwa 90% dari perubahan biaya pemeliharaan (Y)
dipengaruhi oleh luas jalan (X), sedangkan 10% nya disebabkan oleh
faktor lain.

(c). Persamaan regresi linier: Y’ = a + bX

xiyi 55.350
b = --------- = ------------- = 150
2 370
xi

a = Y - b X = 7.140 – (150 x 54) = 7.140 – 8.100 = - 960

Dengan demikian, bila luas jalan 100 m 2 maka perkiraan belanja


pemeliharaan adalah: Y’ = a + bX = -960 + 150 (100) = Rp14.040 juta

F. Rangkuman

Analisis kecenderungan mengidentifikasi pola-pola dari kecenderungan


(perubahan-perubahan yang terjadi dalam beberapa periode yang telah lalu)
sebagai dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di masa
mendatang.

Sifat-sifat analisis kecenderungan adalah:


• Bertujuan untuk mengetahui arah atau kecenderungan suatu pos laporan
keuangan.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 117


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

• Membutuhkan time series data selama beberapa tahun.


• Dilakukan dengan membandingkan (menghubungkan) angka-angka untuk
pos yang sama dari laporan beberapa tahun yang berurutan.

Analisis kecenderungan sederhana, baik dengan tahun dasar maupun


dengan bergerak, membandingkan angka-angka untuk pos yang sama dari
laporan beberapa tahun yang berurutan, tanpa mengidentifikasi variabel-
variabel yang mempengaruhi perubahan dari pos tersebut. Sedangkan analisis
kecenderungan dengan diagram pencar dilakukan dengan penarikan garis
kecenderungan yang mendekati (mengikuti) pola dari sebaran titik-titik yang
ada dalam grafik.

118 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Daftar
Pustaka
Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta:
Penerbit BPFE Yogyakarta.

Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah, edisi 3. Jakarta: Penerbit


Salemba Empat.

LAN dan BPKP, 2000. Akuntabilitas dan Good Governance. Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara

Mahsun, Mohamad, Firma Sulistyowati dan Heribertus A. Purwanugraha,


2007. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit BPFE Yogyakarta

Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik, edisi 2. Yogyakarta: Penerbit Andi


(CV Andi Offset).

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan


dan Kinerja Instansi Pemerintah

Widodo, 2007. “Analisis Rasio Keuangan pada APBD Kabupaten Boyolali”


dalam Abdul Halim. Akuntansi Keuangan Daerah, edisi 3. Jakarta: Penerbit
Salemba Empat.

Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik 119


Analisis Laporan
Keuangan
Daerah

Halaman ini sengaja dikosongkan

120 Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik

Anda mungkin juga menyukai