PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistemastis, yang dilakukan orang-orang yang diserahi
tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai
dengan cita-cita pendidikan (Achmad Munib, 2004:34). Pendidikan ialah pimpinan yang
diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani
dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat (M. Ngalim Purwanto, 2002:10).
Dalam arti lain, pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat mengembangkan
bakat, potensi dan ketrampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan, oleh karena itu sudah
belajar peserta didik (siswa). Prestasi belajar siswa di sekolah sering diindikasikan dengan
permasalahan belajar dari siswa tersebut dalam memahami materi. Indikasi ini dimungkinkan
karena faktor belajar siswa yang kurang efektif, bahkan siswa sendiri tidak merasa termotivasi di
dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Sehingga menyebabkan siswa kurang atau bahkan tidak
memahami materi yang bersifat sukar yang di berikan oleh guru tersebut. Kecenderungan
pembelajaran yang kurang menarik ini merupakan hal yang wajar di alami oleh guru yang tidak
memahami kebutuhan dari siswa tersebut baik dalam karakteristik, maupun dalam
pengembangan ilmu. Dalam hal ini peran seorang guru sebagai pengembang ilmu sangat besar
untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik bukan
1
hanya pembelajaran berbasis konvensional. Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari
suasana pembelajaran yang kondusif serta hubungan komunikasi antara guru, siswa dapat
berjalan dengan baik. Berangkat dari hal tersebut multimedia interaktif dalam kelas
dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses komunikasi di dalam pembelajaran akan lebih
bermakna (menarik minat siswa dan memberikan kemudahan untuk memahami materi karena
penyajiannya yang interaktif), jika memanfaatkan berbagai media sebagai sarana penunjang
kegiatan pembelajaran. Dari segi pengertian, multimedia interaktif dapat di artikan sebagai
kombinasi berbagai unsur media yang terdiri dari teks, grafis, foto, animasi, video, dan suara
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat.
Fenomena tersebut mengakibatkan adanya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah
satu diantaranya bidang pendidikan. Untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang
pendidikan tak lepas dari peran sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta. Menurut beberapa
ahli (Darsono, 2001; Muhroji, 2006; Wibowo, 2006; Ibnu, 2007), sekolah merupakan tempat
pengembangan kurikulum formal, yang meliputi: (1) tujuan pembelajaran,(2) bahan pelajaran
yang tersusun sistematis, (3) strategi pembelajaran, dan (4)sistem evaluasi untuk mengetahui
ditetapkan, oleh karena itu pembelajaran PKn harus dibuat lebih menarik dan mudah dipahami,
karena PKn lebih membutuhkan pemahaman dari pada penghafalan. Untuk mengantisipasi hal
tersebut salah satunya perlu di dukung media pembelajaran yang sesuai.Penggunaan media
2
pesan dan isi pelajaran pada saat itu, selain itu juga akan memberikan pengertian konsep yang
sebenarnya secara realistis. Dalam proses perolehan atau perubahan terhadap pengertian-
pengertian yang mendalam (insights) diperlukan suatu alat pendidikan ataupun media
pembelajaran. Dengan bantuan media dapat diajarkan cara-cara mencari informasi baru,
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat
yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan pembelajaran dan bahkan
sangat membantu efektifitas proses pembelajaran serta penyampaian pesan dan isi pelajaran
sehingga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman karena menyajikan informasi secara
menarik dan terpercaya. Selain itu media pembelajaran juga dapat memudahkan penafsiran data
dan memadatkan informasi. Hal ini memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan proses dan hasil belajar.Lee, Nicoll, dan Brooks (2005) dalam
Kerja dengan Menggunakan Physlets”, menemukan bahwa siswa merasa tertolong dengan
penggunaan model pembelajaran MMI jenis Physlets, dalam hal memvisualisasikan konsep-
konsep yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret.Model pembelajaran MMI jelas sesuai
dengan tujuan pembelajaran PKn di kelas yaitu menanamkan konsep secara langsung baik yang
bersifat abstrak maupun konkret. Hendrawan dan Yudhoatmojo (2001) dalam penelitiannya
MMI) dapat meningkatkan nilai para siswa (konsep), sikap mereka terhadap belajar, dan evaluasi
3
dari pengalaman belajar mereka. Berdasarkan hasil observasi awal di SMA N 1 BAGAN
pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Akibatnya hasil penguasaan konsep yang
dicapai dari pembelajaran konvensional cukup rendah. Seperti ditunjukkan oleh rata-rata hasil
ujian sekolah di SMA N 1 BAGAN SINEMBAH hanya mencapai nilai 6,44 pada skala 10.
Selain itu juga,ketika berwawancara dengan salah satu Guru PKn di SMA N I BAGAN
SINEMBAH dalam dalam proses pembelajaran, bahwa ”sikap belajar siswa di SMA ini,
mengenai motivasi cukup rendah dan cenderung malas belajar PKn di kelas”. Atas dasar
pertimbangan nilai rata-rata ujian sekolah dan hasil wawancara tersebut, penulis berkeinginan
menggunakan model pembelajaran MMI dalam pembelajaran PKn di kelas XI pada SMA N 1
BAGAN SINEMBAH agar dapat meningkatkan penguasaan konsep dan memperbaiki sikap
belajar siswa. Selanjutnya, model pembelajaran MMI ini diharapkan dapat menemukan pola
yang lebih efektif untuk mengetahui berbagai kelebihan dan kekurangaan dari model
Dari permasalahan yang telah di kemukakan, maka penulis tertarik untuj melakukan
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di paparkan di atas, maka dapat
multimedia interaktif ( MMI ) dapat meningkatkan motivasi belajar PKn siswa kelas XI SMA N
1 BAGAN SINEMBAH ?”
C. TUJUAN PENELITIAN
1.Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar PKn
interaktif.
2. Tujuan Khusus
2.1 Untuk mengetahui apakah penerapan Model pembelajaran multimedia Interaktif ( MMI )
dapat meningkatkan motivasi belajar PKn siswa kelas XI SMA N 1 BAGAN SINEMBAH.
5
D. Manfaat Penelitian
2. Memberikan pengalaman baru dan menyenangkan baik bagi guru itu sendiri maupun
siswa.
4. Pemanfaatan multimedia dapat membangkitkan motivasi belajar PKn para siswa, karena
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan
yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan
Penggunaan model pembelajaran dalam kegaitan belajar mengajar harus memperhatikan banyak
aspek agar model yang diterapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
tertentu. Jenis skill yang diajarkan juga menentukan model yang diterapkan. Disamping itu,
jumlah siswa dalam satu ruang kelas juga perlu diperhatikan, karena jumlah siswa yang banyak
di banding dengan yang sedikit akan mempengaruhi model pembelajaran yang diterapkan.
Menurut Mulyasa (2002:28) bahwa model pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya
pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang
penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan
teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah
pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi,
perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas
yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun
dalam koridor metode yang sama. Sementara itu, Ibrahim (2000:3) menegaskan bahwa aplikasi
suatu model sangat penting, yaitu suatu model pembelajaran yang menekankan pentingnya
7
membantu siswa memahami stuktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa aktif
terlibat dalam proses pembelajaran, dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya
terjadi melalui penemuan pribadi. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran perlu diterapkan oleh tenaga pendidik dalam usaha mentransformasikan ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai kepada siswa. Pemilihan model pembelajaran harus dipertimbangkan
berdasarkan banyak faktor, diantaranya yaitu; skill yang ingin diajarkan, tingkat kesulitan materi
B. Model Pembelajaran
Agar lebih memahami model pembelajaran, maka perlu memberikan pengertian tentang
model pembelajaran sehingga dapat diaplikasikan dengan baik dan tepat sasaran. Menurut
Ahkmad Sudrajat (2007:7) bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Sedangkan menurut M. Hasan Siddik (2007:12)
bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana pembelajaran yang sedikitnya siswa diarahkan
a) Apersepsi,
b) Explorasi,
Pada tahap ini siswa mengungkapkan dugaan sementara terhadap konsep yang mau
dipalajari. Kemudian siswa menggali menyelidiki dan menemukan sendiri konsep sebagai
8
jawaban daridugaan sementara yang dikemukakan pada tahap sebelumnya, melalui
Konsep, pada tahap ini siswa mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan tamuannya, pada
Tahapan ini pula guru menjadi fasilitator dalam menampung dan membantu siswa membuat
Kesepakatan kelas, yaitu setuju atau tidak dengan pendapat kelompok lain serta memotifasi
siswa mengungkapkan alasan dari kesepakatan tersebut melalui kegiatan tanya jawab dan
d) Pengembangan dan
Aplikasi, pada tahap ini guru memberikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial,
kamudian siswa membuat kesimpulan melalui bimbingan guru dan menerapkan pemahaman
konseptual yang telah diperoleh melalui pembelajaran saat itu melalui pengerjaan tugas.
Lebih lanjut Hamzah B. Uno (2007:25) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah
ilmu.Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu
rencana pembelajaran atau pendekatan pembelajaran yang terencana yang berkaitan dengan
suatu model pembelajaran tersebut. Tujuan utamanya adalah agar siswa dapat meningtkan
Banyak sekali jenis-jenis model pembelajaran yang dapat diaplikasikan oleh tenaga
pendidik di sekolah dalam rangka meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa dan
meningkatkan hasil belajar mereka. Menurut Dedi Supriawan dan Benyamin Surasega (1990:31)
9
(1) modelinteraksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan
(4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model
pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran. Sementara itu Hamzah B. Uno
5) model penumbuhan kognitif, tokohnya adalah Piaget, Freud Irving Seil dan Kohlberg,
7) model memory, tokohnya adalah antara lain Herry Loereyne, dan Jerry Lucas.
Selanjutnya, beberapa model pembelajaran yang bisa diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran
Jenis model pembelajaran ini bertujuan untuk mendorong siswa belajar secara bersama
atau kelompok yang berarti ”kelompok prestasi siswa berdasarkan kelompok. Menurut Slavin
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.
10
Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua
4) Guru member kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu,
6) Kesimpulan
2. Jigsaw Approach
Jigsaw ini juga dikatakan sebagai “model tim ahli” dengan penerapannya berkelompok. Menurut
4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu
5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap
8) Penutup.
11
3. Kepala Bernomor Struktur
Medote pembelajaran ini dilakukan dalam kelompok, dimana setiap siswa dalam satu
kelompok memiliki nomor tertentu yang akan dijadikan patokan dalam penentuan pembagian
tugas berangkai dalam proses belajar. Adapun langkahlangkahnya menurut Depdiknas (2007:11)
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor,
2)Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai.
Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua
mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan
seterusnya.
Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari
kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain.
Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bias saling membantu atau
5) Kesimpulan
Metode pembelajaran yang berdasarkan masalah yang ditemukan siswa sdalam proses
pembelajaran dapat dijadikan strategi pembelajaran agar masalah yang dihadi siswa dapat
teratasi. Dalam hal ini, guru harus jeli melihat permasalahan siswa dalam belajar dalam rangka
menentukan sarana atau alat pembelajaran. Disamping itu, guru juga harus bisa merangsang
motivasi siswa dalam proses belajar agar mereka berpartisipasi aktif dalam pemecahan masalah
12
tersebut. Menurut Depdiknas Depdiknas (2007:12) tentang langkah-langkah penerapannya
1) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat
pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan
3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk
masalah,
dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka
5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka
5. Group Investigation
Metode pembelajaran ini mendorong siswa untuk aktif dan kreatif selama proses
yang biasanya dilakukan di luar kelas, seperti penyelidikan jumlah dan jenis buku di
perpustakaan sekolah, mendata tanaman atau menyelidiki tanaman dalam pelajaran biologi dan
lain-lain. Menurut Yadi Rosadi (2007:9) bahwa model koperatif tipe Group Investigation dengan
pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal
13
mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan
dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengoalahn data penyajian
data hasi investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil
kuis dan berikan reward. Sedangkan Depdiknas (2007:14) menyatakan bahwa langkah-langkah
3) Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang
4) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat
penemuan,
pembahasan kelompok,
7) Evaluasi, dan
8) Penutup.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa guru memiliki banyak pilihan
dalam menentukan metode pembelajaran dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajarannya. Guru juga bisa memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
pembelajaran dapat tercapai. Disamping itu, penerapan metode yang tepat akan mendorong
14
D. Model Pembelajaran Multimedia Interaktif ( MMI )
Salah satu model pembelajaran yang dapat diaplikasikan tenaga pendidik Multimedia
Interaktif ( MMI ). Secara etimologis multimedia berasal dari kata multi (Bahasa Latin, nouns)
yang berarti banyak, bermacam-macam, dan medium (Bahasa Latin) yang berarti sesuatu yang
dipakai untuk menyampaikan atau membawa sesuatu. Kata medium dalam American Heritage
Electronic Dictionary (1991) juga diartikan sebagai alat untuk mendistribusikan dan
Beberapa definisi multimedia menurut beberapa ahli (dalam Rachmat dan Alphone, 2005/2006;
1. Kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output Media ini dapat berupa audio
(suara, musik), animasi, video, teks, grafik dan gambar (Turban dan kawan-kawan, 2002)
2. Alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan
3. Multimedia dalam konteks komputer menurut Hofstetter 2001 adalah: pemanfaatan komputer
untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, video, dengan menggunakan tool
4. Multimedia sebagai perpaduan antara teks teks, grafik, sound, animasi, dan video untuk
15
5. Multimedia merupakan kombinasi dari data text, audio, gambar, animasi, video, dan interaksi
(Zeembry, 2008)
6. Multimedia (sebagai kata sifat) adalah media elektronik untuk menyimpan dan menampilkan
meru-pakan perpaduan antara berbagai media (format file) yang berupa teks, gambar (vektor
atau bitmap), grafik, sound, animasi, video, interaksi, dll. yang telah dikemas menjadi file digital
sangatlah banyak diantaranya untuk: media pembelajaran, game, film, me-dis, militer, bisnis,
Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dalam pembelajaran multimedia yaitu:
2. Memberikan pengalaman baru dan menyenangkan baik bagi guru itu sendiri maupun
siswa.
16
6. Mengikuti perkembangan Iptek, dll.
Secara keseluruhan, multimedia terdiri dari tiga level (Mayer, 2001) yaitu :
1. Level teknis, yaitu multimedia berkaitan dengan alat-alat teknis ; alat-alat ini dapat
2. Level semiotik, yaitu representasi hasil multimedia seperti teks, gambar, grafik, tabel, dll.
3. Level sensorik, yaitu yang berkaitan dengan saluran sensorik yang berfungsi untuk
Dengan memanfaatkan ketiga level di atas diharapkan kita dapat mengoptimalkan multimedia
dan mendapatkan efektifitas pemanfaatan multimedia pada proses pembelajaran. Berikut ini
Yang dimaksud dengan multi bentuk representasi adalah perpaduan antara teks, gambar nyata,
atau grafik. Berdasarkan hasil penelitian tentang pemanfaatan multi bentuk representasi,
informasi/materi pengajaran melalui teks dapat diingat dengan baik jika disertai dengan gambar.
Hal ini dijelaskan dengan dual coding theory (Paivio, 2006). Menurut teori ini, sistem kognitif
manusia terdiri dua sub sistem : sistem verbal dan sistem gambar (visual). Kata dan kalimat
biasanya hanya diproses dalam sistem verbal (kecuali untuk materi yang bersifat kongkrit),
sedangkan gambar diproses melalui sistem gambar maupun sistem verbal. Jadi dengan adanya
gambar dalam teks dapat meningkatkan memori oleh karena adanya dual coding dalam memori
17
Seseorang yang membaca/memahami teks yang disertai gambar, aktifitas yang dilakukannya
yaitu : memilih informasi yang relevan dari teks, membentuk representasi proporsi berdasarkan
teks tersebut, dan kemudian mengorganisasi informasi verbal yang diperoleh ke dalam mental
model verbal.
Demikian juga ia memilih informasi yang relevan dari gambar, lalu membentuk image, dan
mengorganisasi informasi visual yang dipilih ke dalam mental mode visual. Tahap terakhir
adalah menghubungkan ‘model’ yang dibentuk dari teks dengan model yang dibentuk dari
gambar .Model ini kemudian dapat menjelaskan mengapa gambar dalam teks dapat menunjang
Fitur penting lain dalam multimedia adalah animasi. Berbagai fungsi animasi antara lain : untuk
mengarahkan perhatian peserta diklat pada aspek penting dari materi yang sedang dipelajari
(tetapi awas, animasi dapat juga mengalihkan perhatian peserta dari topik utama), Menurut
Schnotz dan Bannert (2003), pemahaman melalui teks dan gambar dapat mendukung
pembentukan mental model melalui berbagai route (yang juga ditunjang oleh latar belakang
Menurut model ini, gambar dapat menggantikan teks dan demikian pula sebaliknya. Model ini
dapat juga menjelaskan perbedaan tiap-tiap individu dalam belajar menggunakan multimedia
Beberapa hasil penelitian menunjukkan siswa yang memiliki latar belakang pengetahuan
sebelurnnya (prior knowledge) tinggi tidak memperoleh banyak keuntungan dengan adanya
gambar pada teks, sedangkan peserta diklat dengan prior knowledge rendang sangat terbantu
dengan adanya gambar pada teks. Berarti bagi fasilitator/widyaiswara cukup jelas kapan
menggunakan gambar pada teks dan kapan tidak menggunakannya. Tetapi perlu diingat juga
18
bahwa pada dasamya gambar sebagai penunjang penjelasan substansi materi yang tertera pada
teks, jadi jangan sekali-sekali porsi gambar melebihi teks yang ada. Juga gambar harus relevan
b. Animasi
Menurut Reiber (1994) bagian penting lain pada multimedia adalah animasi. Animasi dapat
digunakan untuk menarik perhatian peserta didik jika digunakan secara tepat, tetapi sebaliknya
anirnasi juga dapat mengalihkan perhatian dari substansi materi yang disampaikan ke hiasan
animatif yang justru tidak penting. Animasi dapat membantu proses pelajaran jika peserta didik
banya akan dapat melakukan proses kognitif jika dibantu dengan animasi, sedangkan tanpa
animasi proses kognitif tidak dapat dilakukan. Berdasarkan penelitian, peserta didik yang
merniliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan rendah cenderung memerlukan bantuan,
salah satunya animasi, untuk menangkap konsep materi yang disampaikan. Jadi seorang
saluran sensorik yang tersedia pada media tersebut. Dengan penggunaan multi saluran sensorik,
dimungkinkan penggunaan bentuk-bentuk auditif dan visual. Menurut hasil penelitian, perolehan
pengetahuan melalui teks yang menggunakan gambar disertai animasi, motivasi belajar peserta
akan lebib baik jika teks disajikan dalam bentuk auditif daripada visual. Hal ini terjadi karena
19
pengaruh perhatian bercabang (split attention). Dalam pembelajaran melalui gambar dan teks
auditif, peserta terpaksa membagi perhatiannya antara dua sumber informasi. Tetapi dengan
pembelajaran melalui gambar dan teks auditif, kapasitas secara penuh tersedia untuk gambar,
Pembelajaran non linear dirnaksudkan sebagai proses pembelajaran yang tidak hanya
pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai somber ekstenal seperti nara sumber di lapangan,
studi literatur dari beberapa perpustakaan, situs internet, dan sumber-sumber lain yang relevan
dan menunjang peningkatan diri. Berdasarkan suatu penelitian dikatakan bahwa tingkat
pemahaman dengan sistem pembelajaran non linear merniliki hasil yang lebih baik dibanding
peserta didik mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan hanya dari pendidik. Jadi tugas
pendidik untuk dapat merangsang dan menciptakan suatu kondisi semangat menambah ilmu para
peserta didik dari berbagai sumber lain. Hal ini biasanya terjadi pada peserta didik yang lebih
“advance” yaitu siswa yang merniliki prior knowledge lebih tinggi karena kesadaran akan
pentingnya peningkatan kualitas dan pengembangan diri, tidak atau sedikit terjadi pada peserta
e. Interaktivitas
Interaktivitas disini diterjernahkan sebagai tingkat interaksi dengan media pembelajaran yang
digunakan, yakni multimedia. Karena kelebihan yang dirniliki multimedia, memungkinkan bagi
siapapun (pendidik dan peserta didik) untuk eksplore dengan memanfaatkan detail-detail di
20
dalam multimedia dalam menunjang kegiatan pembelajaran. Permasalahannya tinggal
bagaimana aktivitas behavioristik terhadap multimedia memberikan dampak positif bagi kedua
belah pihak (WI & peserta). Kata kunci pada interaktivitas adalah widyaiswara/fasilitator harus
mempunyai cukup pengetahuan akan prior knowledge peserta diktat dan marnpu memberikan
motivasi kepada peserta untuk meningkatkan interaksinya dengan multimedia secara holistik
(keseluruhan).
Menurut Wahono (2007) penilaian multimedia pembelajaran berdasarkan beberapa aspek yaitu :
Reliable (handal)
(jelas, singkat, lengkap), trouble shooting (jelas, terstruktur, dan antisipatif), desain
21
Reusable (sebagian atau seluruh program media pembelajaran dapat dimanfaatkan
Interaktivitas
Kedalaman materi
Komunikatif; sesuai dengan pesan dan dapat diterima/sejalan dengan keinginan sasaran
22
Kreatif dalam ide berikut penuangan gagasan
merupakan perpaduan antara berbagai media (format file) yang berupa teks, gambar (vektor
atau bitmap), grafik, sound, animasi, video, interaksi, dll. yang telah dikemas menjadi file digital
film, medis, militer, bisnis, desain, arsitektur, olahraga, hobi, iklan/promosi, dll. (Wahono,
2007). Bila pengguna mendapatkan keleluasaan dalam mengontrol multimedia tersebut, maka
Thorn (2006) mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif, yaitu :
(1) Kriteria pertama adalah kemudahan navigasi, (2) Kriteria kedua adalah kandungan
kognisi. (3) Kriteria ketiga adalah presentasi informasi, (4) Kriteria keempat adalah
integrasi media, (5) Kriteria kelima adalah artistik dan estetika dan (6) Kriteria penilaian
23
E. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses kegiatan pembelajaran yang terencan dan terarah yang
ditujukan kepada peserta didik. Keberhasil belajar dapat diamati melalui adanya peningkatan,
penambahan dan pendalaman pengetahuan, serta perubahan sikap dan keterampilan yang
dimiliki oleh peserta didik Devid Haryalesmana (2008:2) menyatakan bahwa belajar dapat
diartikan sebagai penambahan, perluasan dan pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta
perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Belajar
juga adalah adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal
pendidik di sekolah adalah untuk merubah perilaku peserta didik ke arah positif serta
memberikannya pengalaman dan pelatihan agar mereka menjadi individu yang terampil di
bidangnya masing-masing sehingga mereka mempunyai kecakapan yang dapat diandalkan untuk
masa depannya. Menurut S.Nasution (1982:68) belajar adalah sebagai perubahan kelakuan,
pengalaman dan latihan. Jadi, belajar membawa suatu perubahan pada diri individu yang belajar.
Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga
membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini
meliputi segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar. Sedangkan Mahfud
Shalahuddin (1990:29) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan. Perubahan itu sendiri
berangsur-angsur dimulai dari sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau
24
dimilikinya dan dipergunakannya sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang menjalani proses
belajar didefinisikan:
a) belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan,
belajar disebut juga teori perkembangan mental yang pada prinsipnya berisi tentang apa yang
terjadi dan apa yang akan diharapkan terjadi pada mental anak didik yang dapat dilakukan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan pelaksanaan serangkaian proses
pembelajaran yang dilakukan secara sistematis, terencana yang terwujud dalam tiga ranah, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik. Disamping itu hasil belajar dapat dilihat dari adanya keluasan
wawasan dan pengetahuan seseorang serta adanya perubahan sikap positif dan penghargaaan
terhadap nilainilai luhur dalam usaha pembentukan pola pikir dan karakter seseorang.
Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut turut berperan
dalam dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah
“motivasi”.
dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental
25
terhadap perorangan atau orang-orang dalam anggota masyarakat. Motivasi juga dapat di artikan
sebagai peruses untuk mencoba mempengaruhi orang atau orang-orang yang di pimpinnya agar
memlakukan pekerjaan yang diinginkan, sesuai dengan tujuan tertentu yang telah di tetapkan
terlebih dahulu.
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat yang dapat diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.
Motif tidak dapat diinterprentasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan dorongan, atau
pembakit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu( Andi R Isbandi, 2004)
mengidentifikasian kata motif dan kata motivasi. Motif adalah daya penggerak dalam diri
seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu ( W.S
Wingkel:2006). Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri
seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baikdalam memenuhi
kebutuhannya
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah
perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara potensialterjadi sebagai hasil dari
praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Hakikatnya motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan
beberapa indikator atau beberapa unsur yang mendukung seseorang dalam belajar. Indikator
26
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar
dengan baik.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa di
setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat terdiri dari Pendidikan Bahasa,
Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa menetapkan bahwa “Pendidikan Pancasila,
Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan termasuk dalam Mata Kuliah Umum
Dengan penyempurnaan kurikulum tahun 2000, menurut Kep. Dirjen dikti No.
dimembahas tentang hubungan antara warga negara dengan negara. Sebutan Pendidikan
Kewarganegaraan adalah tentang hubungan warga negara dengan negara, dan Pendidikan
27
B.Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
kewarganegaraan memiliki visi, misi, tujuan dan ruang lingkup isi. VISI mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai
sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga
negara. Adapun MISI mata pelajaran ini adalah membentuk warga Negara yang baik, yakni
warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa
1. memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis dan kreatif, sehingga mampu
3. memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang
28
Hal tersebut sejalan dengan konsep Benjamin S. Bloom tentang pengembangan
yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum, dan moral. Secara lebih
dan tanggung jawab warga negara, hak asasi manusia, prinsip-prinsip dan proses demokrasi,
lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasar hukum dan
peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-norma dalam
masyarakat.
berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Contoh keterampilan intelektual adalah
keterampilan dalam merespon berbagai persoalan politik, misalnya merancang dialog dengan
anggota partai politik. Contoh keterampilan berpartisipasi adalah keterampilan menggunakan hak
dan kewajiban di bidang hukum, misalnya segera melapor kepada polisi atas tindakan kejahatan
yang diketahui.
substantive dan esensial dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dimensi ini dapat
kewarganegaraan yang baik, memiliki keterampilan intelektual maupun partisipatif, dan pada
akhirnya pengetahuan serta keterampilan itu akan membentuk suatu karakter atau watak yang
29
mapan, sehingga menjadi sikap dan kebiasaan sehari-hari. Watak yang mencerminkan warga
negara yang baik itu misalnya sikap religius, toleran, jujur, adil, demokratis, taat hukum,
Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga
negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, trampil, berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan
UUD 45
Tata tertib dalam kehidupan rumah tangga,tata tertib di keluarga, norma yang berlaku di
bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, sistim hukum dan peradilan internasional
Hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan
30
4. Kebutuhan Warga Negara, meliputi ;
Hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebutuhan berorganisasi dan
mengemukakan bahwa dengan pemanfatan multitimedia dapat menambah daya tarik siswa
dalam proses pembelajaran dan mendorong peningkatan belajar siswa sehingga terlaksnanya
dan hiburan kepada siswa sehingga dengan penerapan pembelajaran ini di mana siswa dan guru
dapat saling berinteraksi agar pelajaran tidak terasa jenuh karena dalam model ini juga terdapat
animasi, video dll sehinnga siswa dapat terfokus dalam pelajaran PKn yang pada awalnya terasa
sangat membosankan.
31
I.Kerangka Berpikir
belajar mengajar harus dibuatkan suatu media agar siswa lebih memahami materi yang
disampaikan lagi pula komunikasi tidak akan berjalan tanpa adanya bantuan sarana penyampai
pesan atau media. Untuk mengantisipasi hal tersebut salah satunya perlu di dukung media
efektivitas proses pembelajaran serta penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu, selain
itu juga akan memberikan pengertian konsep yang sebenarnya secara realistis.
Menurut teori-teori Gestalt-field (Dahar, 1996), belajar merupakan suatu proses perolehan atau
(outlooks), harapan-harapan, atau pola-pola berpikir. Dalam proses perolehan atau perubahan
Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977)
berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi
Seandainya suatu kegiatan belajar mengajar tidak menggunakan media, maka besar
kemungkinan hasil belajar siswa tidak akan memuaskan, sehingga akibatnya SDM kurang
berkualitas. Semakin baik dan interaktif suatu mesdia pembelajaran maka akan membawa
dampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Brown (1973) mengungkapkan bahwa media
32
pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap
efektivitas pembelajaran.
Hamalik (1986) dalam azhar Arsyad (2002) mengemukakan bahwa pemakai media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membantu efektifitas proses pembelajaran serta penyampaian pesan dan isi pelajaran sehingga
dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman karena menyajikan informasi secara menarik
dan terpercaya. Selain itu media pembelajaran juga dapat memudahkan penafsiran data dan
memadatkan informasi. Hal ini memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran, yang pada
multimedia interaktif diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa
sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media digunakan untuk meningkatkan
pengalaman belajar agar menjadi lebih konkret. Pengajaran menggunakan media tidak hanya
sekedar menggunakan kata-kata (simbol verbal). Dengan demikian, dapat kita harapkan hasil
penyampaian materi, diskusi, dan kegiatan pembelajaran lain dilakukan melalui media komputer
menekankan pentingnya media sebagai alat untuk merangsang proses belajar. Sutopo (2003)
33
menjelaskan bahwa model pembelajaran multimedia interaktif dalam banyak aplikasi, pengguna
dapat memilih apa yang akan dikerjakan selanjutnya, bertanya, dan mendapatkan jawaban yang
Pada Sistem pembelajaran yang lebih inovatif dan interaktif, pengajar akan selalu dituntut
untuk kreatif inovatif dalam mencari terobosan pembelajaran mampu mengabungkan antara text,
gambar, audio ,musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung
guna tercapainya tujuan pembelajaran mampu menimbulkan rasa senang selama proses PBM
berlangsung. Hal ini akan menambah motivasi siswa selama proses PBM hingga didapatkan
J. Hipotesis
interaktif dapat meningkatkan motivasi belajar PKn siswa kelas XI SMA N 1 Bagan Sinembah
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi kegiatan penelitian ini yaitu di SMA Negeri 1 Bagan Sinembah tahun ajaran
2010/2011. Sedangkan subjek dalam penelitian adalah siswa kelas XI.b SMA N 1 Kecamatan
Bagan Sinembah dengan jumlah siswa 38 orang,17 0rang laki-laki dan 21 orang perempuan
dengan kemampuan siswa yang heterogen. yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani Bagan Batu,
Rokan Hilir
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dari bulan oktober 2010 sampai dengan selesai
Subjek yang di teliti adalah siswa kelas XI.b SMA Negeri 1 Bagan Sinembah tahun
pelajaran 2010/2011, karakteristinya adalah lebih dari 70% dari 38 orang siswa kurang
termotivasi belajar PKn. Siswa kurang memperhatikan pelajaran, terkesan acuh dan kurang
35
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini ada dua variabel yaitu dengan menggunakan variabel bebas dan
terikat. Variabel bebas adalah penggunaan media CD Interaktif Multimedia dalam pemelajaran Lilit
ulang Motor Induksi 1 Phase, dan variabel terikatnya respon dan minat terhadap sistem pemelajaran
3.3.1 Perencanaan
pembelajaran.
dilakukan guru dan aktivitas yang dilakukan siswa dan lembar observasi terhadap
36
3.4 Observasi
Pengamatan atau observasi yang dilakukan dalam penelitian ini di lakuka oleh guru PKn
kelas XI yang telah bersedia menjadi observer dalam penelitian ini dengan menggunakan format
siswa.
c. Motivasi belajar siswa selama proses perbaikan berjalan dengan menggunakan model
siswa.
3.5 Refleksi
Setelah perbaikan pembelajaran dilaksanakan guru dan observer melakukan diskusi dan
menganalsis hasil dari proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sehingga diketahui keberhasilan
Hasil dari analisa data tersebut dijadikan sebagai landasan untuk siklus berikutnya,
sihingga antara siklus I dan siklus berikutnya ada kesinambungan dan di harapkan kelemahan
pada siklus yang pertama dapat di jadikan sebagai dasar perbaikan ada siklus berikutnya.
37
3.5 Data dan Cara Pengumpulan Data
Menurut Suharsimi Arikunto (1999 : 151) dijelaskan bahwa metodel pengumpulan data
merupakan cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Lebih lanjut
dikatakan bahwa untuk memperoleh data-data yang diinginkan sesuai dengan tujuan peneliti sebagai
bagian dari langkah pengumpulan data merupakan langkah yang sukar karena data yang salah akan
menyebabkan kesimpulan yang ditarik akan salah juga (Suharsimi Arikunto, 1999 : 21). Agar
terhindar dari kesalahan ini, peneliti berupaya untuk mengkaji secara mendalam terhadap berbagai
persoalan yang berkaitan erat dengan metode pengumpulan data. Pemilihan metode penelitian
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti : obyek penelitian, tujuan penelitian, sampel penelitian,
lokasi, sumber data, waktu dan dana yang tersedia, jumlah tenaga peneliti dan teknik analisis data
yang digunakan.
1. Data tentang penggunaan model pembelajaran Multimedia Interaktif, yaitu data tentang
aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam pembelajaran yang diperoleh melalui lembar
observasi.
2. Data tentang motivasi belajar siswa dalam pembelajaran yang diperoleh melalui lembar
38
3.6 Indikator Kerja
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi
didalam belajar PKn dengan menggunakan Multi media interaktif mencapai 75% dari 17 orang
siswa.
1) Aktivitas guru
Pengukuran aktivitas guru, karena indicator aktivitas guru adalah 6, dengan pengukuran
masing-masing 1 sampai dengan 5 berarti skor maksimal dan minimal adalah 30 (6x5)
Interaktif, yaitu :
39
2) Aktivitas Siswa
Pengukuran terhadap intruman “aktivitas siswa” ini adalah di lakukan = I”. tidak di
lakukan = 0’. Sehingga apabila semua siswa melakukan seperti harapa. Pada semua
komponen. Maka skor maksimal sebesar 102 ( 6x17 ). Mnentukan 4 klasifikasi aktivitas
a. Menggukan klasifikasi yang di inginkan, yaitu 4 klasifikasi yaitu sangat tinggi, tinggi,
Yaitu :
pengukuran masing-masing 0 dan 1 berarti skor maksimal dan minimal adalah adalah
dengan cara :
40
Tinggi apabila 51.2 – 76.7
41
Daftar Pustaka
media.diknas.go.id/media/document/5335.pdf
mkn3-kuningan.net/seminar_uny/11_Sunaryo%20S.pdf –
smkn3-kuningan.net/seminar_uny/04_Nor%20Faizin.pdf
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran/]
http://www.e-dukasi.net/artikel/index.php?id=85
http://www.erlangga.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=365&Itemid=336
http://pendidikansains.blogspot.com/2008/09/penggunaan-model-pembelajaran.html
http://smp1wonosari.wordpress.com/2007/10/27/pengembangan-multimedia-center/
http://www.stttelkom.ac.id/library/index.php?
option=com_repository&Itemid=34&task=detai&nim=113010055
http://www.google.com/reviews.htm
42