DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
3.1 Kesimpulan...................................................................................................11
3.2 Saran.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
BAB I. PENDAHULUAN
1 George Kahin, Indonesian Foreign Policy and the Dilemma of Dependence (1976)
Belanda itu sebenarnya merupakan gambaran konkret dari dinamika
politik internasional yang diwarnai pertentangan politik antara dua
adikuasa ketika itu, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Ketika itulah Hatta
mulai memformulasikan adagium politik luar negeri kita yang bebas dan
aktif.
Berkaitan dengan konsep tentang kepentingan nasional dan politik
luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin, arah kebijakan
politik luar negeri Indonesia yang didominasi oleh Soekarno menjadi
sangat aktif dan asertif bahkan konfrontatif 2. Gaya inilah yang kemudian
mengarah pada politik luar negeri Indonesia yang high profile. Ini dapat
terlihat dari politik “mercusuar” yang dicanangkan Soekarno. Di sisi lain,
Bantarto Bandoro memandang politik luar negeri Indonesia pada zaman
Demokrasi Terpimpin lebih dipengaruhi oleh spektrum pergeseran
keseimbangan antara internal change (dinamika domestik) dan external
change (dinamika konstelasi internasional) yang ikut mempengaruhi corak
politik luar negeri3. Bantarto Bandoro menambahkan bahwa spektrum
pergeseran keseimbangan keseimbangan antara internal change dengan
external change bergerak pada dua ekstremitas, yakni deliberative dan
spirited. Apabila rezim dominan oleh keinginannya untuk mengadopsi
kecenderungan-kecenderungan yang terjadi pada dinamika konstelasi,
maka corak politik luar negeri yang dikembangkan akan menjadi
deliberative.Sebaliknya, bila dinamika domestik yang dijadikan yang
dijadikan titik pijakan utama, maka coraknya sprited (semangat). Namun
ada pula rezim yang menampilkan corak confused (yang berada di antara
dua ekstrimitas spektrum di atas) dalam politik luar negerinya. Ini
disebabkan karena ambisi dalam menyeimbangkan antara tuntutan
domestik dengan realitas internasional. Berdasarkan landasan teoritis tadi,
politik luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin lebih
mengarah pada spirited di mana dinamika politik domestik menjadi
2 Ganewati Wuryandari (ed), Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Pusaran Domestik, Pustaka
Pelajar, 2008,hlm. 249
3. Trikora
a. Gagalkan pembentukan “Negara Papua” dari Belanda
kolonial.
b. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat tanah air
Indonesia.
c. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna
mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air
Bangsa.
4. Persetujuan New York
Konfrontasi Indonesia terhdap belanda ternyata
membuka peluang, pasukan komando mandala menguasai
Teminabuan ke tangan indonesia, dan belanda tetap kukuh
mempertahankan Irian. Kemudian Indonesia melanjutkan
“operasi Jayawijaya” tanggal 14 Agustus 1962. Singkatnya
Tanggal 15 Agustus 1962 Pihak INA dan Belanda
menandatangani kesepakatan yang dikenal dengan “New York
Agreement” yang berisi:
3.1 Kesimpulan
Sejatinya kebijakan politik luar negeri adalah untuk mencapai
kepentingan nasional. Indonesia menyadari perlunya membina kerja sama
internasional dengan negara-negara lain. Semenjak masa kepemimpinan
Soekarno, pada era Demokrasi Terpimpin politik luar negeri Indonesia
berkembang dalam politik konfrontatif terhadap bentuk neo-kolonialisme
dan imperialisme dari Barat yang berhaluan liberal. Perilaku konfrontatif
ala Soekarno ini tercermin dari keinginan untuk menganyang Malaysia
yang dipandang menjadi antek neo-liberalisme dari imperialism Inggris di
kawasan Asia Tenggara. Sikap konfrontatif yang sama juga digalakkan
pada penyelesaian kasus Irian Barat yang dipandang telah menjadi boneka
Belanda hingga berhasil mengintegrasikan Irian Barat ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain politik konfrontatif,
Soekarno juga membina hubungan yang dekat dengan Timur khususnya
Cina yang berhaluan komunis. Kian berkembangnya PKI (Partai Komunis
Indonesia) tidak lepas dari peranan Soekarno yang membuat kebijakan
Nasakom (Nasionalis, agama dan komunis). Ini pula yang menjadi
legitimasi pesatnya perkembangan PKI di Indonesia. Karena anti neo-
kolonialisme dan imperialisme, maka Soekarno juga menjadi pemimpin
yang anti hubungan internasional terhadap negara-negara Barat yang
berbuntut pada keluarnya Indonesia dari keanggotaan PBB. Selain itu bagi
Soekarno harga diri adalah harga mati. Ini dilandasi dan dipengaruhi oleh
pemikirannya yang neo-Marxist-Lennist.
Kegigihan pemerintah dalam upaya menguasai Irian Barat, terlihat
dari tahap awal diplomasi, kemenlu yang berpidato di depan pendukung
Negara Belanda dengan nada keras, artinya, ketegasan pemerintah dalam
hal ini jelas bahwa Indonesia ingin menguasai Irian Barat. Serangan yang
dilancarkan Indonesia yang dikenal dengan “Serangan Jayawijaya”
menguasai bunker Belanda merupakan peringatan bahwa Indonesia benar-
benar ingin menjaga kedaulatan Negaranya. Timbul sebuah
pertanyaan,”Bisakah nilai-nilai ini dapat dipertahankan dan diperjuangkan
dalam hal mempertahankan kedaulatan Indonesia yang sekarang ini
mengancam segala aspek?”. Pemuda-pemuda seperti kita lah, yang
mempunya ambisi dan visi dalam mempertahankan negara ini.
3.2 Saran
Makalah sederhana ini membahas tentang Soekarno dan Politik
Luar Negri Indonesia era Demokrasi Terpimpin, dengan maksud dan
tujuan pada represi ingatan kepada kita di era kepemimpinan Soekarno.
Kami tidak bermaksud untuk menambah kerancuan analisa, tetapi sebagai
manusia lemah, kami menyadari bahwa karya tulis sederhana ini masih
memiliki begitu banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saran pembaca sangat kami harapkan. Maka dengan lapang
dada kami mengharapkan beragam kritik dan saran yang membangun
guna penyempurnaan karya tulis ini ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, Roeslan. 1956. Mendajung dalam Tanjung. Jakarta : Penerbit
Endang Elizabeth, Andriana. Dimensi Internasiona Kasus Papua.
Gaffar,Afan. 2006. Politik Indonesia Transisi Menuju
Demokrasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kahin, George. 1976. Indonesian Foreign and The Dilema of
Independence.
Morgenthau, Hans J. 2010. Politik Antarbangsa. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor
Wulandari, Ganewati, ed.2008. Politk Luar Negeri Indonesia di Tengah
Pusaran Domestik.
Wuryandari, Ganewati 2008. Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah
Pusaran Domestik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.