Anda di halaman 1dari 11

Tugas Interkoneksi

Untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah interkoneksi

Hariyo Eko 107401882


E/2007

Institut Manajemen Telkom


2010
1. Mengapa incumbent lebih cenderung menggunakan perhitungan Top Down Fully Distributed
Cost dalam perhitungan Cost Interkoneksi ? Jelaskan perbedaan significant antara metoda
perhitungan Top Down dan Bottom Up!

Top Down Fully Distributed Cost menggunakan pendekatan akuntansi di mana keseluruhan
biaya yang terjadi dalam kegiatan produksi / jasa, dialokasikan di seluruh kegiatan /
layanan. Secara keseluruhan biaya yang dialokasikan akan meliputi bagian dari biaya umum
tetap ,semua biaya langsung, serta biaya tidak langsung.

Top-down menggunakan pendekatan secara umum dikaitkan dengan biaya historis. Mulai
dari biaya keseluruhan, kemudian dikelompokkan sesuai unsur-unsur pembentuk pelayanan
yang diberikan, sesuai dengan model layanan, melalui driver biaya dan tanpa
memperhitungkan jumlah pelayanan yang diberikan.

Sementara Bottom Up mengharuskan penetapan biaya interkoneksi untuk merujuk pada


permintaan layanan sebagai patokan biaya, kerena jaringan yang diadopsi disesuaikan
untuk melayani permintaan,kemudian biaya jasa diagregasi oleh biaya elemen jaringan yang
digunakan dalam layanan ini.

2. Jelaskan dan berikan keuntungan dan kerugian untuk masing-masing metode Pembebanan
interkoneksi berikut :

a. Forward Looking Incremental Cost


Tarif ditetapkan berdasarkan besarnya biaya pengadaan fasilitas dan layanan
interkoneksi. Pendekatan ini mencakup berbagai elemen biaya tetap dan umum
(misalnya biaya overhead, dan biaya tetap-layanan) yang dikeluarkan dari
analisis LRIC tradisional. Pada metoda ini biaya interkoneksi ditetapkan
berdasarkan proyeksi ke depan yang akan dibutuhkan untuk memberikan
layanan kepada operator pencar iakses, sehingga sering digunakan istilah Long
Run Incremental Costs (LRIC).
Biasanya menyebabkan tarif interkoneksi yang lebih rendah yang merangsang
kompetisi tetapi memberikan pendapatan yang lebih rendah untuk incumbent.

2
b. Historical Accounting Costs
Pungutan tariff mengacu pada rekaman data accounting dari operator yang
menyediakan layanan dan fasilitas interkoneksi. Kurang efisien, selain itu, rekap
akuntansi sering salah mengutarakan nilai riil aktiva yang berdasarkan
kebijakan akuntansi yang subjektif dan politis terhadap keputusan investasi
Biasanya diperlukan pengkajian untuk menetapkan / mengalokasikan
membukukan biaya untuk fasilitas dan layanan interkoneksi.

c. Bill and Keep / Sender Keep All (SKA)


Pembayaran tarif tidak bergantung pada transaksi interkoneksi yang terjadi.
Tarif baru dibayar bila terdapat traffic imbalances. Dalam beberapa kasus dapat
merugikan incumbent bahkan memicu persaingan yang tidak sehat di dalam
industry itu sendiri.

d. Revenue Sharing
Besaran tarif interkoneksi dibayar berdasarkan konsep bagi hasil antara pemain
baru dengan incumbent. Dalam beberapa pengaturan pembagian pendapatan,
tidak ada biaya tambahan yang dibayarkan antara operator interkoneksi untuk
terminasi dari masing-masing lain lalu lintas. Sedangkan pada kasus lainnya,
biaya tambahan yang berlaku untuk biaya interkoneksi langsung (misalnya link
transmisi, interface interkoneksi). Umumnya dianggap non-transparan
Berpotensi tidak efisien dan kompetitif anti (yaitu ketika pendapatan berlebihan
saham dibayar).

e. Interconnect Charges based on Retail Prices


Tarif yang dipungut berdasarkan besarnya biaya yang dibebankan kepada end
user. Sulit untuk memperkirakan potongan yang tepat - dapat mengakibatkan
inefisiensi (diskon tinggi yaitu menghambat pembangunan fasilitas yang
kompetitif; diskon rendah memperlemah kelangsungan keuangan persaingan)
Khususnya ditolak dalam beberapa wilayah yurisdiksi (misalnya Hong Kong,
China yang membedakan "pembawa-ke-carrier" biaya dari harga eceran)

3
3. Ada beberapa pendekatan cost interconnection , sebutkan 3 pendekatan perhitungan cost
interconnection yg anda ketahui berikut keuntungan dari masing-masing pendekatan tsb,
menurut saudara pendekatan yg mana yg paling baik
1. Revenue sharing
- Pendekatan ini mudah dimengerti, namun memerlukan mekanisme charging
interkoneksi yang bervariasi sesuai call scenario yang terjadi.

- Proporsi sharing merupakan kesepakatan/negosiasi antar operator yang


merefleksikan proporsi network cost terhadap revenue retail yang biasanya mengacu
kepada tarif retail incumbent.

- Dengan pendekatan ini, seluruh penyelenggara dimungkinkan untuk menjaga


reasonable RoR-nya sementara tarif retail masih belum sempurna di rebalancing
(harga tdk seimbang dengan biayanya)

2. Cost based
Pendekatan ini paling adil terutama pada industri yang semakin kompetitif dan
merupakan pilihan terbaik dari sudut pandang ekonomi, penyelenggara membayar tarif
interkoneksi sebesar biaya yang relevan.
Keuntungan :
o Sinyal harga yang benar utk kompetisi efektif

o Standard yang obyektif

3. Capacity based
Pendekatan ini juga sederhana terutama karena chargingnya tidak rumit, namun untuk
menentukan level harga diperlukan perhitungan yang seksama agar mendapatkan hasil
yang optimal (biasanya penyelenggara telah memiliki historical record mengenai traffic
pattern). Pendekatan ini populer seiring peningkatan layanan broadband dan volume
trafik data. Keuntungannya sederhana. Pendekatan yang terbaik terutama pada industry
yang semakin kompetitif dan merupakan pilihan yang adl dari sudut pandang ekonomi,
penyelenggara membayar tariff interkoneksi sebesar biaya yang relevan sehingga
diperoleh standar yang efektif.

4
4. Dalam Cost based dikenal model Top Down dan Bottom Up, apa beda dan plus minus
masing-masing model tsb. Jelaskan !

Top Down : Menggunakan laporan akuntasi penyelenggara sebagai starting point, yang
merefleksikan biaya aktual dalam menyediakan dan memelihara kapasitas eksisting (general
ledger/GL sebagai sumber utama ditambah data operasional terkait)
PLUS
– Menunjukkan biaya aktual operasi untuk kondisi pasar nasional.

– Mudah dilakukan „audit trail‟


MINUS
– Tidak dapat digunakan untuk memperhitungkan perbaikan efisiensi, mengingat
informasi jaringan dan operasi bersifat historis

– Perlu upaya keras untuk mengembangkan sistem akuntansi yang mendukung


perhitungan yang baik (bisa 2-3 th)

– Masalah kerahasiaan data, mengingat semua data harus dipublikasikan

Bottom Up: Didasari dari disain „engineering model‟ dari jaringan penyelenggara yang
efisien, yang dapat dilakukan secara :
– Greenfield network topology -> disain dari nol

– Scorched node network topology -> dimulai dari memetakan node2 jaringan eksisting
PLUS
– Kerjasama dengan penyelenggara minim terutama untuk data (dan tidak ada
masalah dengan kerahasiaan data)

– Memperhitungkan kondisi teknis dan operasional yang secara teoritis efisiensi


MINUS
– Hampir selalu „underestimate‟ dibandingkan biaya aktual

– Disain teoritis tidak mengabaikan „uncertainty‟ dan perubahan kondisi


– Perlu upaya yang keras untuk membangun model untuk memberikan hasil yang
kredibel

– Sulit untuk dipahami secara umum dan diverifikasi outputnya

5
5. Bertepatan hari kebangkitan nasional yang lalu, Presiden SBY telah meresmikan kick off
program Universal Service Obligation, sebagai tanda dimulainya penggelaran akses
telekomunikasi dan informatika di 24. 056 desa, Apa yang anda ketahui tentang USO ?
Jelaskan Benefit & Cost analisis anda tentang “Fund” dalam menangani USO tsb.

USO atau Universal Service Obligation atau dalam PP 52/2000 disebut Kewajiban Pelayanan
Umum (KPU) merupakan kewajiban pemerintah untuk men-subsidi publik
• Definisi umum :
“making basic telephony services available to all at an affordable price”

Analisis benefit dan cost dari USO ini adalah


Daerah non USO merupakan daerah yang sudah tidak perlu layanan universal. Jadi layanan
sudah memungkin untuk tersedia secara penuh. Untuk operator yang beroperasi di daerah
non USO, dia hanya berkewajiban menyediakan dana untuk ADC
Daerah USO merupakan layanan telekomunikasi di daerah-daerah yang secara umum tidak
menguntungkan untuk membangun layanan telekomunikasi. Contohnya:
– Daerah pedesaan tapi cakupan luas

– Daerah perkotaan yang kemampuan masyarakat masih rendah

Dari sisi profitablitas, operator berkewajiban menyediakan ADC untuk daerah tadi dan
memperoleh US funds untuk melayani USO.

6. Pelaksanaan Kliring Trafik Telekomunikasi saat ini masih belum menemukan pola yang dapat
disepakati oleh semua pihak, apa dampak yang akan terjadi menurut saudara, serta apa
saran saudara untuk menanggulangi masalah ini.

Belum adanya satu pola universal yang disetujui dan diaplikasikan oleh seluruh pihak terkait
menyebabkan pihak yang melakukan sistem otomatisasi kliring interkoneks (SOKI) dengan
banyak operator akan mengalami masalah dalam penghitungan trafik dan biaya
interkoneksi, yang berujung pada inefisiensi. Di samping itu, sering terjadi perbedaan antara
jumlah data trafik interkoneksi antar operator satu dengan operator lainnya dapat
membutuhkan waktu yang lama, dengan perbedaan jumlah data trafik interkoneksi
seringkali menguntungkan operator incumbent karena memiliki posisi tawar yang kuat,
6
sistem SOKI ini juga lambat dan tidak cocok diterapkan karena melibatkan operator
incumbent yang melakukan pengoperasian sistem tersebut.

7. Akhir2 ini, SMS gratis banyak diterapkan oleh beberapa Operator sebagai upaya pemasaran
dalam rangka mengakuisi pelanggan baru. Impelementasi SMS gratis menjadi permasalahan
dalam interkoneksi karena penerapannya tidak dibatasi hanya pada trafik sms on net, tetapi
mencakup off net atau melibatkan network operator lain. Saudara tau bahwa saat ini, untuk
interkoneksi SMS diberlakukan Sender Keep All (SKA). Apabila saudara ditunjuk sebagai GM
Marketing Telkomsel, yang memiliki jumlah pelanggan terbesar, apakah saudara setuju
diberlakukannya settlement Interkoneksi SMS? Berikan penjelasan dan alasan singkat
mencakup
a. Latar belakang atau tujuan penerapan SMS gratis ditengah implementasi SKA untuk
Interkoneksi SMS
Latar belakang penerapan sms gratis tidak bisa dipungkiri didasarkan pada
persaingan industry telekomunikasi yang semakin ketat, merupakan strategi
marketing. System SKA, secara tidak langsung dijadikan senjata oleh para provider
untuk menjaring pelanggan baru. Implementasi SKA membuat para pemanggil
memungut biaya percakapan, dan penerima tidak memperoleh revenue. Artinya
dalam industry telekomunikasi saat ini para provider non incumbent leluasa
menyerang operator incumbent, sedangkan operator incumbent tidak bisa
membarikadenya karena hukum interkoneksi.

b. Permasalahan apa yang dihadapi operator besar seperti Telkomsel atas penerapan
SKA untuk Interkoneksi SMS.
Permasalah yang timbul adalah operator incumbent seakan memberi jalan pada
operator lain mendesak pasar mereka. Trafik kanal para operator incumbent
seringkali dipenuhi operator lain dan para operator incumbent tidak mendapatkan
kompensasi apapun untuk layanan ini.

c. Menurut saudara, bagaimana alternative solusinya?


Solusi yang mungkin paling ideal, yang mampu menjaga kompetisi sekaligus
melindungi hak para operator adalah revenue sharing.

7
8. Dalam industri Telekomunikasi, maka kunci untuk memenangkan kompetisi salah satunya
adalah Efisiensi. Apakah saudara setuju dengan pernyataan tersebut, berikan penjelasan
ringkas yang menggambarkan sebuah siklus atau mata rantai (dimulai dari efisiensi
investasi/capex, pricing, akuisisi pelanggan, revenue dan laba perusahaan)?

Interkoneksi sebagai ketersambungan antar jaringan telekomunikasi sangat berperan


penting, terutama dalam industry telekomunikasi multi operator, konektifitas yang terjadi,
yang diharapkan oleh setiap penggunanya , tidak hanya hubungan internal satu jaringan,
tapi any-to-any. Artinya dibutuhkan suatu jaringan kesatuan nasional.
Satu penyelenggara yang berinterkoneksi dengan penyelenggara lain tidak dapat
mengontrol panggilan yang telah diserahkan kepada penyelenggara lain, sehingga sangat
penting standard interkoneksi baik dari sisi ekonomis dan teknis dari jaringan
telekomunikasi. Disisi lain sebagai pembangkit panggilan end-to-end, mereka harus
memberikan jaminan kepada pengguna baik dari kualitas dan tarif, apalagi tarif pungutnya
yang sangat tergantung dari biaya interkoneksinya.
Sisi ekonomis dan sisi teknis saling berkaitan erat, karena sisi teknis juga sebagai sebab
akibat biaya ( cost driver) dalam perhitungan biaya interkoneksi, sementara dilain pihak sisi
ekonomis juga menjadi dasar penentuan tingkat kualitas dalam penyediaan interkoneksi.
Itulah sebabnya interkoneksi yang dihitung dari jaringan yang dibangun dengan konfigurasi
yang efisien, akan mendorong penurunan biaya interkoneksi.
Dengan demikian penetapan biaya interkoneksi dapat dijadikan sebagai pendorong
peningkatan efisiensi dalam penyediaan interkoneksi. Hal ini mengakibatkan apabila biaya
interkoneksi ditetapkan over price (diatas harga yang sebenarnya), akan mendorong industri
tidak efisien, sementara apabila biaya interkoneksi ditetapkanunder price (dibawah biaya
sebenarnya) tidak akan menarik minat investasi di jaringan telekomunikasi.
Untuk itu penetapan biaya interkoneksi harus tepat dalam menjaga keseimbangan industri
yaitu menjaga pertumbuhan dan mendorong pertumbuhan efisiensi industri.

9. INTERKONEKSI JARINGAN DAN JASA

Diketagui data biaya interkoneksi per menit sbb :


Originating Cost Esia Lokal = Rp 125/menit
Transit Cost (Tlkm) Jarak Jauh = Rp 500/menit

8
Terminating Cost Flexi = Rp 125/menit
Retail Price ISAT (end to end) = Rp. 2.250/menit

0229xx 041170xx
ESIA BDG Flexi Makasar
TLKM1 011 ISAT TLKM2

OLEC IEC IEC IEC TLEC

Recognizable as directly Transit carriers are unrecognizable


interconnected as not directly interconnected

PERTANYAAN (Panggilan dari Esia Bandung ke Flexi Makasar, transit via Tlkm, Isat sbg Service
Provider) :
a. Operator mana yang akan melakukan penagihan kpd end user & berapa rupiah jumlah
tagihannya bila durasi percakapan (minute of use = 10menit)?
Yang menagih adalah ISAT dengan besar biaya Rp 22.500,-

b. Operator mana saja yang akan melakukan penagihan biaya interkoneksi dan berapa
jumlah tagihannya dan kepada operator mana harus ditagihkan?
Operator yang ditagihkan adalah ISAT, operator yg melakukan tagihan adalah TLKM1
dan ESIA
ISAT akan menagih ke ESIA sebesar Rp 5.000,-
TLKM akan menagih ke ESIA sebesar Rp 10.000,-
FLEXI Makassar akan menagih ke ESIA sebesar Rp 5.000,-

c. Apakah ISAT sebagai penyelenggara jasa (011) memperoleh margin laba kotor per menit,
berapa jumlahnya atas panggilan tsb?
Ya, ISAT memperoleh margin laba kotor sejumlah 22.500-10.000=12.500/100= Rp 125,-
per menit
9
10. Dalam suatu interkoneksi lokal dari Fixed ke Mobile, maka terdapat data-data sebagai berikut :

a. Sentral Lokal : Cost Rp. 6 Milyar, Trafik 100 Juta menit dengan distribusi trafik :
a. 1 LE : 32%
b. 2 LE : 33%
c. 3 LE : 30%
d. 4 LE : 5%
b. Transmisi Lokal : Cost Rp. 2 Milyar, Trafik 50 Juta menit dengan distribusi trafik :
a. 0 TRL : 32%
b. 1 TRL : 33%
c. 2 TRL : 30%
d. 3 TRL : 5%
c. Sentral Trunk : Cost Rp. 300 juta, Trafik 20 Juta menit dengan distribusi trafik
a. 1 TRK : 90%
b. 2 TRK : 10%
d. Transmisi jarak jauh : Cost Rp. 3 Milyar, Trafik 10 juta menit dengan distribusi trafik :
a. 0 TRJJ : 90%
b. 1 TRJJ : 10%

Pertanyaan :
a. Hitung Routing Factor Interkoneksi Lokal dari Fixed ke Mobile untuk elemen-elemen Sentral
Lokal, Transmisi Lokal, Sentral Trunk, dan Transmisi Jarak Jauh !
Perhitungan Routing Factor
(1) Sentral Lokal = (1 x 32%) + (2 x 33%) + (3 x 30%) + (4 x 5%) = 2.08

(2) Transmisi Lokal = (0 x 32%) + (1 x 33%) + (2 x 30%) + (3 x 5%) = 1.08

(3) Sentral trunk = (1 x 90%) + (2 x 10%) = 1.10

(4) Transmisi jarak Jauh = (0 x 90%) + (1 x 10%) = 0.10

b. Hitung tarif interkoneksi Lokal dari Fixed ke Mobile


(1) Perhitungan Biaya elemen jaringan per menit
i. Sentral Lokal = Rp. 6 Milyar / 100 juta menit = Rp. 60 per menit

10
ii. Transmisi Lokal = Rp. 2 Milyar / 50 juta menit = Rp. 40 per menit

iii. Sentral Trunk = Rp. 300 juta / 20 juta menit = Rp. 15 per menit

iv. Transmisi Jarak Jauh = Rp. 3 Milyar / 10 juta menit = Rp. 300 per menit
(2) Tarif Interkoneksi Lokal dari Fixed ke Mobile
= (2.08 x Rp. 60 per menit) + (1.08 x Rp. 40 per menit) + (1.10 x Rp. 15 per
menit) + (0.10 x Rp. 300 per menit) = Rp. 214.5 per menit

11

Anda mungkin juga menyukai