BJT1
BJT1
8 Maret 2011
Definisi
• Transistor adalah komponen • Transistor dapat
elektronik yang memiliki tiga
sambungan: berfungsi semacam
– Kolektor’ kran listrik, dimana
– Basis
– Emitor berdasarkan arus
• Transistor adalah alat inputnya (BJT) atau
semikonduktor yang dipakai
sebagai:
tegangan inputnya
– penguat, (FET), memungkinkan
– sirkuit pemutus dan penyambung
(switching),
pengaliran listrik yang
– stabilisasi tegangan, sangat akurat dari
– modulasi sinyal
– osilator
sirkuit sumber
– Dll listriknya.
Transistor NPN
• Arus kolektor Ic adalah arus yg
masuk ke dalam kolektor
• Arus basis IB adalah arus yg
masuk ke dalam basis
• Arus emitor Ie adalah arus yg
keluar dari emitor
• Voltase kolektor atau voltase
kolektor-emitor, Vce adalah
voltase antara kolektor dan
emitor
• Voltase basis atau voltase
basis-emitor, Vbe adalah
voltase antara basis dan emitor.
Transistor PNP
• Untuk transitor PNP
semua arus dihitung
terbalik dan voltase-
voltase harus menjadi
terbalik, berarti Vbe dan
Vce menjadi negatif
atau menjadi Veb
(voltase emitor-basis)
dan Vec (voltase emitor
kolektor) seperti pada
gambar
Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus
yang dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar
yang melalui 2 terminal lainnya.
8
Stuktur divais dan cara kerja fisik
10
Gambar 3: Aliran arus pada transistor npn pada mode aktif
Operasi transistor npn dalam mode aktif
• Yang akan diperhatikan hanya aliran arus difusi saja.
• Dalam keadaan forward bias pada emitter – base junction akan
menyebabkan arus mengalir melalui junction.
• Arus ini terdiri dari 2 komponen, yaitu: elektron yang diinjeksikan
dari emitter ke base, dan holes yang diinjeksikan dari base ke
emitter.
• Diinginkan: elektron dari emitter ke base mempunyai level lebih
tinggi daripada holes dari base ke emitter. Diperoleh dengan
membuat bagian emitter di-doped lebih banyak (mempunyai
konsentrasi elektron yang tinggi), dan bagian base di-doped lebih
sedikit (mempunyai konsentrasi holes yang rendah).
• Arus yang mengalir melalui emitter – base junction akan
membentuk arus emitter, (lihat gambar 3), yang terdiri dari arus
elektron dan arus holes. Di sini arus elektron lebih dominan dari
arus holes.
• Elektron yang diinjeksikan dari emitter ke base akan menjadi
pembawa minoritas di daerah base jenis p.
• Bagian base ini biasanya sangat tipis, sehingga pada keadaan
mantap konsentrasi minoritas (elektron) pada base mempunyai
profil garis lurus seperti pada gambar 4.
• Konsentrasi elektron tertinggi di sisi emitter (np(0)), dan yang
terendah (nol) di sisi collector.
• Pada keadaan forward bias pada sebuah pn-junction:
n p 0 n p 0 e vBE / VT (1)
13
Pengurangan pembawa muatan minoritas menyebabkan elektron
yang disuntikkan ke base akan merembas melalui base ke collector.
Arus elektron ini, In, sebanding dengan koefisien arah dari profil
konsentrasi
dnp (x)
In AEqDn
dx (2)
np (0)
AEqDn
W
Tanda (–) menunjukkan bahwa arah arus In adalah dari kanan ke kiri
(arah x negatif).
14
• Beberapa elektron yang merembas ke daerah base akan menyatu
dengan holes yang merupakan pembawa mayoritas pada base.
• Karena base ini tipis, elektron yang hilang karena proses
rekombinasi akan sangat kecil.
• Pengurangan elektron ini yang menyebabkan profil konsentrasi
elektron pada base tidak merupakan garis lurus. (lihat garis terputus
pada gambar 4).
Arus collector
• Dari penjelasan sebelumnya, sebagian besar elektron yang
merembas akan mencapai batas daerah deplesi base – collector.
• Karena collector lebih positif dari base, elektron yang ini akan
tersapu melalui daerah deplesi CBJ ke collector.
• Elektron ini yang akan membentuk arus collector iC.
• Jadi iC = In
Dengan menggunakan persamaan (1) dan (2) diperoleh:
iC I S e vBE / VT (3)
I S AE qDn n p 0 W
n p 0 ni2 N A
AE qDn ni2
IS (4)
N AW
ni = kerapatan pembawa instrinsik
NA = konsentrasi doping pada base
Qn AE q 12 n p 0 W
AE qWni2 vBE / VT
Qn e (7)
2N A
1 AE qWni2 vBE / VT
iB 2 e (8)
2 bNA
D p N A W 1 W 2 v /V
iB I S e BE T (9)
D N L
n D p 2 Dn b
18
Bandingkan pers. (3) dan (9), iB dapat dinyatakan sebagai bagian
dari iC
iC
iB (10)
I
iB S e vBE / VT (11)
Dp N A W 1 W 2
1
(12)
Dn N D L p 2 Dn b
19
Arus Emitter
iE iC iB (13)
1
iE iC (14)
1 vBE / VT
iE ISe (15)
iC iE (16)
(17)
1
iE I S e vBE / VT (18)
(19)
1
20
α≈1
Perubahan yang kecil pada α menyebabkan perubahan yang besar
pada β.
α disebut penguatan arus common-base.
21
Rekapitulasi dan Model Rangkaian Pengganti
• Tegangan forward bias vBE menyebabkan arus iC mengalir ke
collector mempunyai hubungan eksponensial.
• Arus iC tidak tergantung dari tegangan vCB selama CBJ reverse bias,
vCB ≥ 0
• Pada mode aktif, collector berkelakuan seperti sebuah sumber arus
ideal yang konstan di mana harga arus ditentukan oleh vBE.
• iB = 1/βF x iC
• iE = iB + iC
• Karena iB << iC → iE ≈ iC
• iE = αF x iC
• αF ≈ 1
Model orde satu dari transistor pada mode aktif ditunjukkan pada
gambar 5(a) dan 5(b)
Gambar 5: Model rangkaian pengganti sinyal besar untuk BJT npn yang bekerja
pada mode forward active.
23
Struktur Transistor
Divais tidak simetris berarti jika collector dan emitter ditukar dan
transistor bekerja pada mode reverse active, α = αR dan β = βR yang
mempunyai harga yang berbeda dengan αF dan βF.
24
Karena divais dirancang untuk bekerja optimum pada mode
forward active, αR << αF dan βR << βF.
αR berkisar antara 0,01 – 0, 5 dan βR berkisar antara 0,01 – 1.
Gambar 7: Model transistor npn yang bekerja pada mode reverse active.
25
Struktur pada gambar (6) terlihat bahwa CBJ mempunyai luas yang
lebih besar dari EBJ.
ISC yang besar mempunyai dampak bahwa untuk arus yang sama,
CBJ mempunyai penurunan tegangan yang lebih kecil jika di-bias
maju daripada penurunan tegangan maju pada EBJ, VBE.
26
Model Ebers-Moll
IS vBE 1
iE e VT
I S 1 (31)
F F
1
iC I S e vBE VT
IS 1 (32)
R
I 1 1
iB S e vBE VT
I S (33)
F F R
29
Selama ini, kondisi untuk cara kerja mode forward active adalah
vCB ≥ 0 agar CBJ dalam keadaan reverse bias. Pada
kenyataannya, sebuah pn junction tidak dalam keadaan forward
bias jika tegangannya tidak melebihi kira-kira 0,5 V.
Jadi cara kerja transistor npn pada mode forward active masih
tetap bisa dicapai bila vCB turun sampai mencapai –0.4 V.
Pada gambar 9 terlihat, arus iC tetap konstan pada αFiE untuk vCB
sampai –0,4 V
Di bawah harga ini,CBJ akan ‘on’ dan meninggalkan mode
forward active memasuki daerah kerja mode jenuh, di mana iC
menurun.
30
Gambar 9: Karakteristik iC – vCB dari transistor npn yang dicatu dengan arus
IE yang tetap.
31
Cara Kerja pada Mode Jenuh
I
iC I S e vBE VT S e vBC VT (34)
R
32
Gambar 10: Profil konsentrasi pembawa muatan minoritas (elektron) pada
base dari sebuah transistor npn
Gambar 11: Aliran arus pada transistor pnp untuk bekeja pada mode forward
active.
34
Gambar 12: Model sinyal besar untuk transistor pnp yang bekerja pada
mode aktif.
Gambar 14: Polaritas tegangan dan aliran arus dalam transistor yang di bias
dalam mode aktif
36
Ringkasan hubungan arus – tegangan dari BJT pada mode aktif
iC IS ev BE VT
iC IS v BE VT
iB e
iC IS v BE VT
iE e
Catatan: untuk transistor pnp, gantilah vBE dengan vEB
iE
iC i E i B 1 i E
1
iC i B i E 1 i B
1 1
38
Contoh soal 1:
41
iC IS ev BE VT
42
Gambar 17: Pengaruh suhu pada karakteristik iC – vBE
44
Gambar 18: karakteristik iC – vCB dari sebuah transistor npn
45
Dalam daerah aktif, vCB ≥ –0,4 V, kurva iC – vCB berbeda dengan
yang diharapkan karena:
– Kurva tidak datar tapi menunjukkan koefisien arah yang positif.
Hal ini disebabkan adanya ketergantungan iC terhadap vCB
– Pada harga vCB yang relatif besar, iC meningkat dengan cepat,
karena terjadinya ‘breakdown’
46
Dengan menggunakan persamaan Ebers-Moll, untuk daerah jenuh:
iE = IE:
1 vBC
iC E I E I S F e VT
(35)
R
CBJ lebih besar dari EBJ, penurunan tegangan vBC akan lebih kecil
dari vBE, sehingga menghasilkan tegangan vCE jenuh pada vCE = 0,1
V – 0,3 V.
47
Ketergantungan iC pada tegangan collector –
The Early effect
IC dan vCE adalah koordinat titik kerja BJT pada kurva iC – vCE .
VA
ro (38.a)
I C'
I C' I S e vBE VT (38.b)
49
Gambar 20: Model rangkaian pengganti sinyal besar dari BJT npn yang
bekerja di daerah aktif dalam konfigurasi common-emitter.
50
Karakteristik Common-Emitter
51
Penguatan arus common-emitter β.
Pada gambar 21, sebuah transistor bekerja pada daerah aktif di titik
Q yang mempunyai arus collector ICQ, arus base IBQ dan tegangan
collector – emitter VCEQ. Perbandingan arus collector dan arus base
adalah β sinyal besar atau dc.
I CQ
dc (39)
I BQ
βdc juga dikenal sebagai hFE.
52
Pada gambar 21 terlihat, dengan tegangan vCE tetap perubahan iB
dari IBQ menjadi (IBQ + ∆iB) menghasilkan kenaikan pada iC dari ICQ
menjadi (ICQ + ∆iC)
iC
ac (40)
iB vCE kons tan
53
.
54
Tegangan jenuh VCEsat dan Resistansi jenuh RCEsat
Perhatikan titik kerja X di daerah jenuh → arus base IB, arus collector
ICsat dan tegangan collector – emitter VCEsat.
ICsat < βFIB 55
Karena harga ICsat ditentukan oleh perancang rangkaian, sebuah
transistor jenuh dikatakan bekerja pada ‘forced β’
I
forced Csat (41)
IB
forced F (42)
59
Bagilah persamaan IB dengan persamaan iC dan tulis vBE =vBC+vCE,
sehingga diperoleh:
vCE VT 1
e
iC F I B R
(47)
vCE VT F
e
R
60
Gambar 25: Plot iC (normalisasi) terhadap vCE untuk transistor npn dengan
βF = 100 dan αR = 0,1
61
Kurva dapat didekati dengan garis lurus pada titik βforced/βF = 0,5.
Koefisien arah pada titik ini kira-kira
10 V-1, tidak tergantung dari parameter transistor.
62
Transistor breakdown
63
Untuk konfigurasi common-emitter, breakdown terjadi pada
tegangan BVCEO. Harga BVCEO kira-kira setengah harga BVCBO.
Pada lembaran data transistor, BVCBO disebut ‘sustaining voltage’,
LVCEO
64
Ringkasan Karakteristik arus – tegangan dari BJT
Simbol rangkaian dan arah aliran arus
Transistor npn Transistor pnp
Kondisi:
1. EBJ forward biased:
npn: vBE > VBEon; VBEon ≈ 0,5 V
biasanya vBE = 0,7 V
pnp: vEB > VEBon; VEBon ≈ 0,5 V
biasanya vEB = 0,7 V 65
2. CBJ reverse biased
npn: vBC ≤ VBCon : VBCon ≈ 0,4 V → vCE ≥ 0,3 V
pnp: vCB ≤ VCBon : VCBon : ≈ 0,4 V → vEC ≥ 0,3 V
i B iC i C i B
i E i C i C iC
1 1
66
Model rangkaian ekivalen sinyal besar
npn:
I
i B S ev BE VT
v CE
iC IS ev BE VT
1
VA
ro VA IS ev BE VT
pnp
IS v EB VT
i B e
v
iC IS ev EB VT 1 EC
VA
ro VA IS ev EB VT
67
Model Ebers-Moll
npn pnp
i DE ISE ev BE VT
1
i DE ISE ev EB VT 1
i DC ISC e v BC VT
1 i DC ISC e v CB VT
1
F ISE RISC IS
ISC F luas CBJ
ISE R luas EBJ
68
Cara kerja pada mode jenuh
Kondisi:
1. EBJ forward biased:
npn: vBE > VBEon; VBEon ≈ 0,5 V
biasanya vBE = 0,7 – 0,8 V
pnp: vEB > VEBon; VEBon ≈ 0,5 V
biasanya vEB = 0,7 – 0,8 V
2. CBJ forward biased
npn: vBC ≥ VBCon : VBCon ≈ 0,4 V
biasanya: vBC = 0,5 – 0,6 V
→ vCE = VCEsat = 0,1 – 0,2 V
pnp: vCB ≥ VCBon : VCBon ≈ 0,4 V
biasanya: vCB = 0,5 – 0,6 V
→ vEC = VECsat = 0,1 – 0,2 V
1 forced 1 F
VCEsat VT ln
1 forced F
70