Latar Belakang
mash, pellet, dan crumble yang disesuaikan dengan kebutuhan dan palatabilitas
(tingkat kesukaan) ternak. Untuk itu pembuatan pakan ternak memerlukan teknik-
bungkil kedelai, dan tepung ikan. Sebagian masih didatangkan dari luar negeri
kebutuhan manusia. Bahan baku pakan alternatif tersebut misalnya tepung daun
lamtoro, tepung daun gamal, tepung bekicot, tepung kulit ubi kayu, dan limbah
daging yang cepat dalam waktu relatif singkat. Akan tetapi diantara serat kasar
1
meningkatkan kolesterol darah, yang menyebabkan timbulnya aterosklerosis dan
mempunyai gizi yang cukup. Pemberian ransum yang berasal dari bahan pakan
lokal ini diharapkan dapat menurunkan persentase kadar LDL (Low Density
broiler.
Perumusan Masalah
Ditinjau dari aspek ekonomis, biaya pakan sangat tinggi mencapai 70%
dari total biaya produksi. Ditinjau dari aspek biologis, pertumbuhan dan produksi
maksimal tercapai bila kualitas dan kuantitas pakan memadai. Produk efisien akan
tercapai bila tersedia pakan murah dan kebutuhan zat-zat nutrisi terpenuhi. Salah
satunya upaya yang menjadi efektif dalam rangka penghematan biaya produksi
adalah membuat pakan sendiri. Persoalan kecernaan terhadap bahan baku yang
pakan lokal diharapkan dapat memberikan keseimbangan energi dan protein pada
ransum yang dapat menaikkan kadar HDL dan menurunkan kadar LDL pada
karkas broiler.
Hipotesis
dapat menaikkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) dan menurunkan kadar
2
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menaikkan kadar HDL dan menurunkan
kadar LDL pada karkas broiler dari pemberian berbagai bentuk ransum yang
masyarakat khususnya peternak tentang adanya bahan pakan lokal yang dapat
3
TINJAUAN PUSTAKA
daging, masa panen pendek dan menghasilkan daging berserat lunak, timbunan
daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (North and Bell, 1990).
jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5 – 6 minggu dengan tujuan
sebagai penghasil daging. Sehubungan dengan waktu panen yang relatif singkat
maka jenis ayam ini mempersyaratkan pertumbuhan yang cepat, dada lebar yang
disertai dengan timbunan daging yang baik, dan warna bulu yang disenangi,
pedesaan baik sebagai usaha pokok atau sambilan, terutama di Jawa. Penyebaran
broiler cukup luas karena produksi dagingnya dapat diterima oleh seluruh lapisan
masyarakat dan harganya relatif murah bila dibandingkan dengan daging merah.
4
Ransum Unggas
Ransum adalah pakan jadi yang siap diberikan pada ternak, disusun dari
bahan baku pakan yang disusun dengan formulasi tertentu untuk tujuan dan
pemberian tertentu pula. Ransum baik secara teori adalah ransum yang
mengandung zat gizi dalam takaran yang seimbang, disukai ternak, mudah
dibagi menjadi tiga jenis yaitu mash, pellet, dan crumble (Alamsyah, 2005).
Untuk memenuhi kebutuhan gizi, ternak harus diberi ransum yang terdiri
dari campuran berbagai bahan baku pakan. Bahan baku dapat diklasifikasikan ke
dan babi, sumber energi diperoleh dari biji-bijian terutama jagung. Di negara lain
yang tidak memiliki jagung, maka biji gandum, barley, triticale atau sorgum dapat
yaitu:
1. Jagung
5
sumber energi yang baik. Kandungan serat kasarnya rendah (sekitar 2%),
sehingga memungkinkan jagung dapat digunakan dalam tingkat yang lebih tinggi.
ini memberi warna kuning telur yang bagus dan daging yang menarik, tidak pucat
(Santoso, 1996).
2. Bungkil Kelapa
digunakan sebagai pakan lemak. Indonesia kaya akan pohon kelapa dan banyak
kandungan protein cukup tinggi sekitar 21,6% dan energi metabolis sekitar 1540 -
1745 Kkal/Kg. Tetapi bungkil kelapa ini miskin akan Cysine dan Histidin serta
kandungan lemaknya tinggi sekitar 15%. Oleh karena itu penggunaan dalam
menyusun ransum tidak melebihi 20%, sedang kekurangan Cysine dan Histidin
dapat dipenuhi dari tepung itu atau Cysine buatan pabrik (Santoso, 1996).
Secara umum bungkil kelapa berwarna coklat, ada coklat tua ada coklat
muda (coklat terang) sebaiknya dipilih bungkil kelapa yang berwarna coklat muda
atau coklat terang inilah yang kita pilih. Bungkil Kelapa mudah dirusak oleh
jamur dan mudah tengik, sehingga harus hati-hati dalam menyimpannya (Santoso,
1996).
3. Bungkil kedelai
pakan ayam karena kacang kedelai mentah mengandung beberapa trypsin, yang
6
tidak tahan terhadap panas, karena itu sebaiknya kacang kedelai diolah lebih
sekitar 2240 Kkal/Kg, kandungan serat kasar rendah, sekitar 6%. Tetapi
4. Tepung ikan
Tepun ikan merupakan bahan pakan yang sangat terkenal sebagai sumber
protein yang tinggi. Tetapi perlu diketahui bahwa kandungan gizi tepung ikan ini
berbeda, sesuai dengan jenis ikannya. Disamping jenis ikan, proses pengeringan
ikan juga mempengaruhi kualitas tepung ikan tersebut. Ada beberapa macam
juga rendah kadar proteinnya. Tepung ikan lokal yang bersumber dari sisa industri
ikan kalengan atau limbah tangkapan nelayan dan hanya dijemur dengan panas
sumber protein dengan asam amino yang baik, tepung ikan juga merupakan
sumber mineral dan vitamin. Dengan kandungan gizi yang sangat baik ini maka
tak heran bila harganyapun mahal. Oleh karena itu, untuk menekan harga ransum,
pengguna tepung ikan dibatasi dibawah 8%. Di Indonesia, tepung ikan ada
7
beberapa macam baik produk lokal maupun import dengan kualitas yang beragam.
Dengan kondisi ini peternak disarankan membeli tepung ikan dari penjual yang
terpercaya dan sudah biasa menjual tepung ikan yang baik (Santoso, 1996).
Kandungan gizi tepung daun gamal terdiri dari 3 – 6,4% nitrogen, 0,31%
posfor, 0,77% kalsium, 15 – 30% serat kasar dan 10% abu. Gamal memiliki nilai
gizi yang cukup baik yaitu 22,1% bahan kering, 23,5% protein dan Energi
metabolismenya 4200 Kkal/kg energi. Pemberian tepung daun gamal segar pada
reproduksi dan produksi. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman leguminosa
pohon tropis yang multi fungsi baik sebagai kayu bakar, tanaman pagar, pakan
ternak dan pencegah erosi. Daun gamal yang rontok dan jatuh ke tanah pada
musim kemarau sangat bermanfaat juga untuk meningkatkan bahan organik serta
semakin banyak kumarin yang hilang. Proses pelayuan pada suhu kamar selama
24 jam dapat menghilangkan kadar kumarin sampai 77% (Badan Penelitian dan
alkaloid yang beracun dengan nama mimosin. Pemberian tepung daun lamtoro
8
dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan ayam berhenti bertelur. Karena
itu, kendatipun kandungan protein daun lamtoro cukup tinggi (22,30%), dalam
1996).
Selain itu, kandungan xanthofilnya cukup baik 660 ppm. Nilai ini jauh di
bantuan sinar matahari, sekaligus untuk menghilangkan zat mimosin atau zat yang
cukup merontokkan bulu unggas, lalu ditumbuk atau digiling menjadi tepung
(Ichwan, 2005).
Bulu unggas yang dikenal sebagai limbah unggas ternyata dapat dijadikan bahan
ransum yang merupakan sebagai sumber protein. Namun, protein yang terdapat
pada bulu unggas sulit dicerna oleh ayam dan itik. Oleh karena itu sebelum
keratin (sejenis protein yang sukar larut dan sulit dicerna) dan perlu dicampur
dengan tepung daging atau tepung ikan. Bulu-bulu unggas dapat diperoleh dari
Hidrolisat bulu ayam dengan HCl 12% merupakan salah satu cara
pengolahan bulu ayam. Hidrolisat bulu ayam dengan HCl 12% memberikan hasil
9
tepung bulu ayam yang lebih alami dan asam amino yang rusak dapat dikurangi
(Muhtaruddin, 2002).
serat kasar, eceng gondok harus diolah terlebih dahulu (Supartono, 2010). Lebih
bahan makanan ternak dalah salah satu upaya pengendalian tanaman pengganggu
(gulma) ini. Hal ini dilandasi bahwa kandungan protein eceng gondok sebesar
gondok ini sangat menguntungkan karena pemberiannya mudah dan tahan lama
Tepung daun ubi kayu sebagai bahan baku pakan ternak unggas, cukup
potensial karena kadar protein kasarnya mencapai 29%. Seperti halnya tepung
gaplek, meski relatif kecil, ada kelemahan sebab masih ada asam prusidnya
10. Premix
kandungan nutrisi dalam pakan tersebut dalam pakan tidak lengkap atau tidak
10
11. Garam
Garam yang umum digunakan untuk bahan baku pakan adalah garam
dapur berbentuk serbuk. Garam dapur (NaCl) sering digunakan sebakai tambahan
untuk mencukupi kebutuhan kedua mineral yang dikandungnya, yaitu natrium dan
klor. Penggunaannya dibatasi sampai 0,25% saja, karena jika berlebihan akan
(Ichwan, 2005).
pedaging mencapai 2800 – 3200 kkal/kg, sangat sulit tercapai jika hanya
mengandalkan bahan baku lain tanpa menggunakan minyak nabati. Minyak nabati
memiliki kandungan energy metabolism sebesar 9000 kkal/kg dan lemak sebesar
99%. Dalam menyusun formula pakan unggas, penggunaan minyak nabati sebagai
sumber energy pelengkap biasanya sekitar 3 – 6% saja. Pemakaian bahan baku ini
dapat meningkatkan palatabilitas atau cita rasa pakan, tetapi penggunaan minyak
nabati yang berlebihan akan menyebabkan pellet yang terbentuk mudah berubah
Asam amino sintetis dibutuhkan apabila formulasi pakan yang dibuat tidak
mungkin diubah lagi, sedangkan kebutuhan asam amino esensial tertentu masih
kurang dari tingkat kebutuhan ayam ras pedaging. Umumnya ada dua asam amino
esensial yang selalu kurang yaitu methionin dan lisin (Ichwan, 2005).
11
Bentuk Fisik Pakan
Ada beberapa variasi bentuk fisik pakan yang dapat diberikan pada ayam
broiler yaitu tepung (all mash), remah (crumble), dan pellet. Secara naluri, ayam
broiler lebih menyukai pakan yang berbentuk butiran. Meskipun demikian, dalam
menentukan pakan yang dihasilkan, perlu dikaji lebih lanjut. Pasalnya, faktor-
faktor yang harus diperhitungkan tidak saja keluaran berupa Food Convertion
Ratio (FCR) dan bobot ayam pedaging saat panen, tetapi juga biaya seperti mesin
produksi, biaya produksi, biaya operasi, biaya perawatan, dan tenaga kerja
(Ichwan, 2005).
dicampur menjadi homogen. Bentuk ini lebih dikenal dengan nama tepung
lengkap (all mash), karena di dalam campuran pakan tersebut sudah terkandung
seluruh kebutuhan nutrisi yang diperlukan ayam. Bentuk ini menjadi salah satu
pilihan termurah untuk pakan ternak unggas, walaupun ada beberapa kekurangan
Segregasi ini akan menyebabkan pakan yang dikonsumsi menjadi tidak seimbang.
Akibatnya, tempat minum menjadi kotor dan pakan banyak yang terbuang,
sehingga nilai FCR menjadi lebih besar dibandingkan dengan bentuk lainnya. Di
samping itu, bentuk pakan ini kurang diminati ayam pedaging, sehingga bobot
12
akhir pada umur yang sama akan lebih ringan dibandingkan bentuk crumble
(Ichwan, 2005).
b. Pellet
Pakan dengan bentuk butiran lengkap ini sangat disukai bangsa unggas,
terutama broiler. Pemberian pakan bentuk ini akan meningkatkan selera makan
ayam. Pemborosan pakan akibat tumpah atau terbuang bisa ditekan. Setiap butir
pellet mengandung nutrisi yang sama, sehingga formula pakan menjadi efisien
dan ayam tidak diberi kesempatan untuk memilih-milih makanan yang disukai.
meningkatnya biaya operasional. Selain itu, butiran lengkap hanya diberikan pada
c. Crumble
sehingga cocok untuk dikonsumsi ayam mulai masa starter hingga masa finisher
crumble ukurannya lebih kecil, disukai oleh ternak dan tidak mempunyai
dengan ayam yang memperoleh ransum bentuk mash. Crumble ini dapat diberikan
13
Karkas Broiler
pemotongan, setelah dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal leher, dan kaki
sampai batas serta dan isi rongga perut ayam. Rata-rata berat karkas broiler antara
Karkas broiler mengandung lemak yang berlebihan pada bagian perut dan
visceral. Lemak-lemak ini harus dibuang dan diproses kembali menjadi tepung
limbah unggas yang mempunyai harga yang jauh lebih rendah jika dibandingkan
Kandungan lemak dan kolesterol dalam daging ayam broiler relatif lebih
tinggi oleh karena itu sebaiknya konsumsi dibatasi untuk menghindari timbunan
lemak dan meningkatnya kadar kolesterol dalam darah. Komposisi lemak tertinggi
terdapat pada kulit oleh karena itu sebaiknya sebelum diolah terlebih dahulu
ternak ayam berlainan satu sama lain, ada yang memproduksi kolesterol lebih
banyak dibandingkan dengan yang lain, yang disebabkan karena faktor keturunan
14
LDL dan HDL
Ada 2 tipe molekul lipoprotein yang beredar di dalam tubuh kita yaitu
1) LDL
darah akan diendapkan pada dinding pembuluh darah membentuk bekuan yang
dengan daya larut rendah. Molekul ini mengangkut lemak dari hati ke bagian
tubuh yang lain. Terlalu banyak LDL dapat menyebabkan lemak menumpuk di
60-70% dari kolesterol yang ada di dalam tubuh diedarkan dalam bentuk molekul
LDL ini. Kekurangannya adalah, terlalu banyaknya LDL yang bersirkulasi dalam
darah jantung). Untuk mengurangi jumlah LDL dalam darah, dapat dilakukan
dengan mengurangi konsumsi lemak jenuh dan kolesterol itu sendiri dalam
makanan yang dikonsumsi. LDL dianggap sebagai lemak jahat karena dapat
penyumbatan aliran darah menuju otak. Kandungan lemak dalam LDL lebih
banyak daripada HDL, sehingga akan mengambang di dalam darah (Freeman dan
Junge, 2005).
15
2) HDL
berlebihan. HDL memiliki lipoprotein dengan daya larut tinggi. HDL dianggap
sebagai lipoprotein yang baik karena mengeluarkan lemak dari pembuluh darah
HDL bekerja berlawanan dengan LDL. HDL berfungsi untuk menyapu kelebihan
tersebut akan dibawa kembali ke dalam hati/liver atau didaur ulang sebagai
16
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Ternak & analisis LDL dan HDL di Balai Besar Laboratorium Kesehatan,
Makassar.
Materi Penelitian
Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah DOC (Day Old Chick)
dengan strain Hubbard PT Wonokoyo Group Indonesia, Tbk sebanyak 100 ekor.
Bahan yang digunakan yaitu pakan pabrikan berbentuk butiran dan mash, tepung
ikan, tepung daun gamal, tepung daun lamtoro, tepung daun ubi kayu, tepung
eceng gondok, tepung bulu terhidrolisis, minyak nabati, jagung, dedak, bungkil
kedelai, tepung tapioka, premiks, NaCl, tepung mineral mix, vaksin ND, vaksin
Gumboro, vaksin Lasotta, vitachick, vita stress, coxy, desinfektan, sabun, air,
koran bekas.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan, kandang besi,
tempat makan, tempat air minum, ember, gayung, drum, baskom, pisau, oven,
Metode Penelitian
diberikan pada broiler sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 2006
17
Tabel 1. Komposisi ransum dan kandungan nutrisinya berdasarkan
hitungan*)
No. Jenis Bahan Banyaknya Dalam Ransum
(%)
1 Tepung ikan 8
2 Dedak 7
3 Jagung 44
4 Tepung bulu 9,5
5 Bungkil kedele 10
6 Bungkil kelapa 10
7 Gamal 1,6
8 Daun singkong 1,6
9 Enceng gondok 1
10 Lamtoro 1,6
11 Premiks 1,5
12 NaCl 0,5
13 Mineral mix 1,5
14 Minyak 2
15 Methionin 0,1
16 Lysin 0,1
Jumlah 100
Kandungan nutrisi berdasarkan hitungan
Protein (%) 22,8
Energi metabolism (Kkal) 3100
Serat kasar (%) 5
Lemak (%) 6
Calsium (%) 1
Posfor (%) 0,4
Lysin (%) 1
Methionin (%) 0,4
*)
Dihitung Menurut Hasil Analisis Laboratorium Teknologi Pakan Fakultas
Peternakan IPB, Bogor (2009) dari Setiap Jenis Bahan
Cara Pemeliharaan
18
Sebelum DOC memasukkannya ke dalam kandang, terlebih dahulu
melakukan sanitasi kandang. Pada saat DOC tiba lalu diberikan larutan gula
Pemberian larutan gula ini diberikan selama 4 jam. Kemudian memberikan pakan
komersial. DOC sampai umur 10 hari dipelihara diberi ransum komersial. Umur
11 hari broiler di timbang sebagai berat awal, dan diberikan pakan lokal yang
dibuat sendiri sesuai dengan perlakuan. Broiler sebanyak 100 ekor didistribusikan
sesuai perlakuan yaitu 4 perlakuan dan 5 ulangan, ditiap satuan unit percobaan
terdiri dari 5 ekor. Ayam yang diteliti diambil secara acak tanpa memilih jenis
kelamin (unsexing). Kandang yang digunakan adalah kandang besi dengan alas
koran bekas. Pemberian ransum dan air minum secara ad-libitum. Selain
menggunakan vaksin strain ND B1 melalui tetes mata pada umur 4 hari, vaksin
gumboro dilakukan pada umur 14 hari dan vaksin ND Lasotta pada umur 21 hari
Bahan yang terdiri dari daun gamal, daun lamtoro, daun ubi kayu, dan
eceng gondok, semua bahan pakan tersebut hampir sama cara pembuatannya yaitu
pada pembuatan tepung daun lamtoro, tepung daun gamal dan tepung ubi kayu
terlebih dahulu dipisahkan dari tangkainya lalu dijemur di bawah sinar matahari.
19
Pada pembuatan tepung eceng gondok, daunnya dicacah kemudian dikeringkan
menjadi tepung.
pakan, sesuai dengan jumlah yang akan dibuat. Bahan-bahan yang telah digiling
selanjutnya adalah mencetak campuran tadi menjadi bentuk pellet. Ukuran dari
bentuk pellet ini yaitu 5 mm. Setelah dicetak berbrntuk pellet, lalu dijemur
dibawah sinar matahari dan sesekali dibolak-balik agar cepat kering. Setelah
kering pellet kemudian diangkat dan dipecah lagi menjadi bentuk crumble.
Mulai
20
Bahan baku Bahan baku Bahan baku
cairan butiran tepung
Pengeringan
Pengemasan
Pengolahan Data
21
Penelitian ini dilakukan menggunakan analisis sidik ragam dari Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan dimana setiap ulangan
R0 : ransum komersial
Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah kadar LDL dan HDL
karkas broiler.
Sampel untuk parameter yang diukur yaitu mengambil daging paha kiri
(paha atas dan paha bawah). Kemudian mencincangnya hingga halus dan
Metode Kerja
1. LDL
22
Kemudian diinkubasi selama 5 menit. Setelah itu larutan dibaca dengan
2. HDL
Rancangan Penelitian
dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 5 ekor ayam broiler.
Yij = µ + ri + ɛij
Yij = Hasil pengamatan dari peubah pada penggunaan zeloit dalam ransum ke i –
dengan ulangan ke – j.
µ = rata-rata pengamatan
Dimana :
i = 1,2,3,dan 4
j = 1,2,3,4 dan 5
23
Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah dengan analisis sidik ragam sesuai dengan
Perlakuan yang berbanding, dilanjutkan dengan Uji Kontras (Torrie dan Still,
24
HASIL & PEMBAHASAN
Hasil
berikut :
1. LDL
25
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah. 2005. Pengolahan Pakan Ayam dan Ikan Secara Modern. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Anon. 1983. Direction for use Clinical Chemistry. Diagnostica Merck. E. Merck,
P.B. 4119, D-6100.
Anonim. 2007. Membuat Pakan Ayam dan Itik. Dinamika Media, Jakarta.
Freeman, M.W. dan Junge,C (coauthor). The Harvard Medical School guide to
lowering your cholesterol. 2005. Professional Publishing, Mc Graw-Hill:
Two Penn Plaza, New York.
Goodwin, H. M. Jr. 1979. Cobl. Res Worlds. Vol. 2:2. Genetics, nutriction, sex
involved in excessive abdominal fat problem
Ichwan. 2005. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. PT. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
26
Martsiano. 2008. Ransum Ayam Kampung. http://martsiano.wordpress.com/
category/agrinak/ . Diakses 9 Maret 2010.
North, M.O dan D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 3rd
Ed. Van Nostrand Reinhold, New York.
27
Margono,T, D. Suryati, dan S. Hartinah. 2000. Buku Panduan Teknologi Pangan,
Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama
dengan Swiss Development Cooperation, 1993.
Yunilas, 2009. Potensi Limbah Bulu Ayam sebagai Bahan Pakan Alternatif
Sumber Protein Hewani dalam Ransum Unggas. http://yuni-peternakan.
blogspot.com/2009/02/potensi-limbah-bulu-ayam-sebagai-bahan.html.
Diakses 24 April 2010.
a) Alat Tulis
28
Gembok 1 buah Rp. 25.000
Sapu ijuk 1 buah Rp. 15.000
Subtotal Rp. 1.545.000
c) Biaya Pengujian
Subtotal Rp 1.100.000
Transportasi
Transpotasi Pra Penelitian Rp 100.000
Subtotal Rp 100.000
Rekapitulasi Anggaran
d) Transportasi Rp 100.000
e) Lain-lain Rp 100.000
Rp 2.945.000
Terbilang :
29
30