Anda di halaman 1dari 6

TEORI- TEORI PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN
Alangkah pentingnya kita berteori dalam praktek di lapangan pendidikan karena
pendidikan dalam praktek harus dipertanggungjawabkan. Tanpa teori dalam arti
seperangkat alasan dan rasional yang konsisten dan saling berhubungan maka tindakan-
tindakan dalam pendidikan hanya didasarkan atas alasan-alasan yang kebetulan. Hal itu
tidak boleh terjadi karena setiap tindakan pendidikan bertujuan menunaikan nilai yang
terbaik bagi peserta didik dan pendidik. Bahkan pengajaran yang baik sebagai bagian
dari pendidikan selain memerlukan proses dan alasan rasional serta intelektual juga
terjalin oleh alasan yang bersifat moral.
Ini berarti bahwa sebaiknya pendidikan tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang
yang mampu bertanggung jawab secara rasional, sosial dan moral. Sebaliknya apabila
pendidikan dalam praktek dipaksakan tanpa teori dan alasan yang memadai maka
hasilnya adalah bahwa semua pendidik dan peserta didik akan merugi. Kita merugi
karena tidak mampu bertanggung jawab atas esensi perbutan masing-masing dan
bersama-sama dalam pengamalan Pancasila. Pancasila yang baik dan memadai,
konsisten antara pengamalan (lahiriah) dan penghayatan (psikologis) dan penataan nilai
secara internal. Dalam hal ini kita bukan menyaksikan kegiatan (praktek) pendidikan
tanpa dasar teorinya tetapi suatu praktek pendidikan nasional tanpa suatu teori yang baik.

II. RUMUSAN MASALAH


A. Apa Pengertian Teori Pendidikan ?
B. Bagaimana Uraian tentang Macam-macam Teori Pendidikan ?

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me”
sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam
memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
1
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Pengertian yang pertama mengacu kepada pendidikan pada umumnya, yaitu
pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat umum. Dan Pendidikan adalah pengaruh
bimbingan dan arahan dari orang dewasa kepada orang lain, untuk menuju kearah
kedewasaan, kemandirian serta kematangan mentalnya. Pekerjaan mendidik
mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan
manusia.1
Sedangkan teori sendiri adalah pendapat yang dikemukakan sebagai suatu
keterangan mengenai suatu peristiwa, ajaran tentang kaidah-kaidah dasar atau asas-
asas tentang sesuatu. Atau dengan kata lain, teori adalah pengetahuan tentang sesuatu
masalah yang hanya bersifat perenungan saja, misalnya teori pendidikan dan
sebagainya. Jadi, teori pendidikan adalah suatu teori yang mengemukan mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, misalnya mengenai kurikulum, kegiatan
belajar, proses pengajaran, sistem belajar dan lain-lain.2

B. Macam-macam Teori Pendidikan


1. Teori Nativisme
Nativisme berasal dari kata perkataan natives yang artinya pembawaan.
Aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan
kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor
pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan
ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak lahir. Lingkungan kurang
berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Hasil pendidikan
tergantung pada pembawaan. Seorang filsuf Jerman Schopenhauer berpendapat
bahwa bayi itu lahir sudah lengkap dengan pembawaan baik ataupun buruk.
Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak itu
sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat menjadi jahat, dan yang baik menjadi baik”.
Pendidikan yang tidak seusia dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan
berguna untuk perkembangan anak itu sendiri. Bagi nativisme, lingkungan sekitar

1
Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm.2-3
2
M. Sastrapradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hlm. 502
2
tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi
perkembangan anak. Pembawan tidak dapat dirubah dari kekuatan luar.3
Meskipun dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang
tuanya (secara fisik) dan jiga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya.
Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang dapat
mempengaruhi pembentukan dan perkembangan anak. Pendidikan yang diberikan
tidak sesuai dengan pembawaan seseorang tidak akan ada gunanya untuk
perkembangannya. Oleh karena itu teori ini merupakan teori pesimis dalam
pendidikan.4
2. Teori konvergensi
Perintis aliran ini adalah William Stern, seorang ahli pendidikan bangsa
Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan kedunia ini sudah disertai
pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat
bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor
lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang
dibawa pada waktu anak dilahirkan tidak akan berkembang dengan baik tanpa
adanya dukungan lingkungan yang baik sesuai dengan perkembangan bakat
itu.Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan
anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak dapat bakat yang diperlukan
untuk mengembangkan itu.5 Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak berbahasa
dengan kata-kata, adalah juga hasil dari konvergensi. Pada akan manusia ada
pembawaan untuk berbicara melalui situasi lingkungannya, anak berbicara dalam
bahasa tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam
mengembangkan pembawaan bahasanya. Karena itu setiap anak manusia mula-
mula menggunakan bahasa lingkungannya. Missal bahasa jawa, sunda, bahasa
inggris, bahasa jerman dan lain sebaginya. Kemampuan dua orang anak yang
tinggal dalam lingkungan yang sama untuk mempelajari bahasa mungkin tidak
sama. Itu disebabkan oleh factor kualitas pembawaan dan perbedaan situasi
lingkungan, biar pun lingkungan kedua anak tersebut menggunakan bahasa yang
sama. Willianm Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantug pada
pembawan dan lingkungan, Karena itu teori W. Stern disebut teori konvergensi

3
Ag. Soejono, Aliran Baru dalam Pendidikan, (Bandung: CV. Ilmu, 1978), hlm. 25
4
Prof. Dr. Made Pidarta, Op. Cit, hlm. 20
5
Ag. Soejono, Op. Cit, hlm. 30
3
( konvergen artinya memusat kesatu titik). Jadi menurut teori
konvergensi, Pendidikan mungkin dilaksanakan.
Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada
anaka didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah
berkembangnya potensi yang kurang baik. Yang membatasi hasil pendidikan
adalah pembawaan dan lingkungan.6
3. Teori Empirisme
Empirisme berasal dari bahasa Latin dari kata “empericus” yang artinya
pengalaman. Pelopor teori ini adalah John Locke.7 Yang menyatakan bahwa
pikiran bukanlah pembawaan bakat,tetapi timbul dari apa adanya pengalaman yaitu
dari perasaan-perasaan.8
Didalam bukunya yang berjudul “Some thoughts concerning education” ia
berpendapat bahwa manusia lahir dengan jiwa yang masih kosong, dan jiwa ini
terisi oleh ide-ide atau pengertian-pengertian karena pengaruh dari luar melalui
proses psichologis sensation dan reflexetion. Sensation ialah pengalaman (empiri)
yang ditangkap oleh indra kita, reflection ialah pengolahan hasil kesan indra tadi
dari dalam jiwa kita. J Locke berpendapat bahwa anak yang baru lahir itu ibarat
kertas yang masih putih dan pendidik dapat membuat coretan diatas kertas tadi
menurut kehendaknya. Jadi pendidikan adalah maha kuasa, teorinya ini disebut
teori tabula rasa (tabula rasa = meja dilapisi lilin yang digunakan untuk menulis
bangsa Yunani Kuno).9
Aliran empirisme dipandang berat sebelah, sebab hanya mementingkan
peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar
yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan. Pada hal kenyataannya
dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena bakat, meskipun
lingkungan disekitarnya tidak mendukung.
Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari
dalam diri berupa kecerdasan atau kemauan keras, anak berusaha mendapatkan
lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang ada dalam
dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat yang

6
Zahara Idris MA, Dasar-dasar Kependidikan, (Padang: Angkasa Raya,1987), hlm. 28
7
Ibid, hlm. 30
8
Samuel Smith. Ph. D, Gagasan-gagasan besar tokoh dalambidang pendidikan, (Bandung: Bumi
Aksara, 1986), hlm 171
9
Drs. Suwanto, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1982), hlm. 27
4
memandang manusia sebagai mahluk yang pasif dan dapat dimanipulasi,
umpamanya melalui modifikasi tingkah laku.
4. Fitrah
Rasulullah SAW bersabda:

‫جسانه‬
ّ ‫ودانه أو يم‬
ّ ‫ودانه أو يه‬ ّ ‫ك‬
ّ ‫ل مولود يولد على الفطرة فأبواه يه‬

“Setiap anak pasti dilahirkan dalam keadaan suci. Orang tuanyalah yang
menjadikannya yahudi, nasrani dan majusi.”

Hadits di atas menjelaskan betapa besar pengaruh pendidikan orang tua


terhadap anaknya, secara tidak langsung ia dapat menentukan keadaan anaknya
kelak di masa yang akan datang. Oleh karena itu sudah seharusnyalah para orang
tua bersungguh- sungguh dan berhati- hati (dengan tetap berdasarkan agama)
dalam mendidik anaknya.
Hadist diatas juga menekankan bahwa fitrah yang dibawa semenjak lahir
bagi anak itu sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan. Fitrah itu sendiri tidak
akan berkembang tanpa dipengeruhi kondisi lingkungan sekitar yang mungkin
dapat memodifikasikan atau dapat diubah secara drastis manakala lingkungannya
itu tidak dapat menjadikannya lebih baik.
Sekilas riwayat ini mengandung kejanggalan, karena bersekuensi bahwa
setiap yang lahir akan ada yang menjadi Yahudi atau yang lainnya. Juga bahwa
sebagian dari yang dilahirkan itu tetap menjadi seorang muslim dan tidak terjadi
padanya perubahan. Jawabnya adalah, kekufuran yang terjadi (setelah bayi lahir)
bukan bawaan diri sang bayi dan tabiatnya, namun hal itu terjadi karena adanya
sebab dari luar. Jika seorang bayi bisa selamat dari sebab dari luar yang
mempengaruhinya, ia terus berada pada kebenaran (fitrahnya). Hal ini menguatkan
pendapat yang benar dalam mengartikan fitrah.10

IV. KESIMPULAN

10
Abdurrahman saleh Abdullah, Teori Pendidikan menurut Al- qur’an, (Jakrta: Robbani Press, 2005),
hlm. 62
5
Pengertian Teori Pendidikan adalah suatu teori yang mengemukan mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan pendidikan, misalnya mengenai kurikulum, kegiatan belajar,
proses pengajaran, sistem belajar dan lain-lain.
Macam-macam teori pendidikan:
 teori Nativisme, bahwa pendidikan ditekankan pada kemampuan dalam diri anak,
sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak.
 teori Konvergensi, bahwa seorang anak dilahirkan kedunia ini sudah disertai
pembawaan baik maupun pembawaan buruk
 teori Empirisme, bahwa pikiran bukanlah pembawaan bakat,tetapi timbul dari apa
adanya pengalaman yaitu dari perasaan-perasaan
 Fitrah, bahwa seorang anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan lingkungan turut
andil dalam proses pembentukan pribadi orang tersebut.

V. PENUTUP
Demikian pembahasan makalah ini kami buat. Semoga dapat bermanfaat bagi
para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Mudah-mudahan apa yang telah
kita diskusikan dapt menambah ilmu danwawasan kita dan juga menambah rsa puji
syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberi kita akal pikiran yang telah
diciptakan-Nya. Kami juga menyampaikan terima kasih pada pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini. Saran dan kritik sangat kami harapkan agar
makalah ini lebih baik dan guna memperbaiki makalah kami selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai