Anda di halaman 1dari 20

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI ASMA
Batasan asma yang lengkap menggambarkan konsep inflamasi sebagai dasar
mekanisme terjadinya asma dikeluarkan oleh GINA (Global Initiative for Asthma). Asma
didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran napas dengan banyak sel yang
berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi ini
menyebabkan episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya
pada malam hari atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan
napas yang luas namun bervariasi, yang paling tidak sebagian bersifat reversibel baik secara
spontan maupun dengan pengobatan. Inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas
jalan napas terhadap berbagai rangsangan.
Batasan di atas memang sangat lengkap, namun dalam penerapan klinis untuk anak
tidak praktis. Agaknya karena itu para perumus Konsensus Internasional dalam pernyataan
ketiganya tetap menggunakan definisi lama yaitu: Mengi berulang dan/atau batuk persisten
dalam asma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah
disingkirkan.
Pedoman Nasional Asma Anak juga menggunakan batasan yang praktis dalam bentuk
batasan operasional yaitu mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik
sebagai berikut: timbul secara episodik, cenderung pada malam hari/dini hari (nokturnal),
musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisis, dan bersifat reversibel baik
secara spontan maupun dengan pengobatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada
pasien/keluarganya.

EPIDEMIOLOGI ASMA
Dilaporkan bahwa sejak dua dekade terakhir prevalensi asma meningkat, baik pada
anak-anak maupun dewasa. Di negara-negara maju, peningkatan berkaitan dengan polusi
udara dari industri maupun otomotif, interior rumah, gaya hidup, kebiasaan merokok, pola
makanan, penggunaan susu botol dan paparan alergen dini. Asma mempunyai dampak
negatif pada kehidupan penderitanya termasuk untuk anak, seperti menyebabkan anak sering
tidak masuk sekolah dan total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10%
pada anak).

1
Berbagai faktor mempengaruhi tinggi rendahnya prevalens asma di suatu tempat,
antara lain umur, gender, ras, sosio-ekonomi dan faktor lingkungan. Faktor- faktor tersebut
mempengaruhi prevalensi asma, terjadinya serangan asma, berat ringannya serangan, derajat
asma dan kematian karena penyakit asma.

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


Secara umum faktor risiko asma dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
1.Faktor genetik
(a)Hiperreaktivitas
(b)Atopi/Alergi bronkus
(c)Faktor yang memodifikasi penyakit genetik
(d) Jenis Kelamin
(e) Ras/Etnik
2. Faktor lingkungan
(a) Alergen didalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing, jamur)
(b) Alergen di luar ruangan (alternaria, tepung sari)
(c) Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang, makanan laut,
susu sapi, telur)
(d) Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, beta-blocker dll)
(e) Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray dll)
(f) Ekspresi emosi berlebih
(g) Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
(h) Polusi udara di luar dan di dalam ruangan
(i) Exercise induced asthma
(j) Perubahan cuaca

PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI ASMA


Asma merupakan suatu proses inflamasi kronik yang khas, melibatkan dinding
saluran respiratorik, menyebabkan terbatasnya aliran udara dan peningkatan reaktivitas
saluran napas. Gambaran khas adanya inflamasi saluran respiratorik adalah aktivasi eosinofil,
sel mast, makrofag, dan sel limfosit. T pada mukosa dan lumen saluran respiratorik. Proses
inflamasi ini terjadi meskipun asmanya ringan atau tidak bergejala.

2
Inflamasi saluran napas yang ditemukan pada pasien asma diyakini merupakan hal
yang mendasari gangguan fungsi : obstruksi saluran napas menyebabkan hambatan aliran
udara yang dapat kembali secara spontan atau setelah pengobatan. Perubahan fungsional yang
dihubungkan dengan gejala khas pada asma ; batuk, sesak dan wheezing dan disertai
hipereaktivitas saluran respiratorik terhadap berbagai rangsangan. Batuk sangat mungkin
disebabkan oleh stimulasi saraf sensoris pada saluran respiratorik oleh mediator inflamasi dan
terutama pada anak, batuk berulang bisa jadi merupakan satu-satunya gejala asma yang
ditemukan

a. Obstruksi saluran respiratori


b. Hiperaktivitas saluran respiratori
c. Otot polos saluran respiratori
d Hipersekresi mucus.

DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI

Anamnesis
Seorang anak dikatakan menderita serangan asma apabila didapatkan gejala batuk
dan/atau mengi yang memburuk dengan progresif. Selain keluhan batuk dijumpai sesak nafas
dari ringan sampai berat. Pada serangan asma gejala yang timbul bergantung pada derajat
serangannya. Pada serangan ringan, gejala yang timbul tidak terlalu berat. Pasien masih
lancar berbicara dan aktifitasnya tidak terganggu. Pada serangan sedang, gejala bertambah
berat anak sulit mengungkapkan kalimat. Pada serangan asma berat, gejala sesak dan sianosis
dapat dijumpai, pasien berbicara terputus-putus saat mengucapkan kata-kata.
Hal-hal yang penting yang perlu dicari dalam riwayat penyakit adalah:
1. Umur mulai timbul serangan pertama.
2. Bentuk dari gejala-gejala.
3. Pencetus dan hal-hal yang dapat memperberat serangan asma.
4. Ringan beratnya gejala-gejala.
5. Pola serangan.
6. Dampak dari penyakit asma pada kehidupan sehari-hari anak itu.
7. Pengobatan yang telah diterima dan manfaat dari pengobatan itu.
8. Riwayat asma dan penyakit atopi pada keluarga.
3
9. Penyakit-penyakit yang pernah diderita sebelumnya.
10. Riwayat kehamilan dan kelahiran.

Pemeriksaan fisik
Gejala dan serangan asma pada anak tergantung pada derajat serangannya. Pada
serangan ringan anak masih aktif, dapat berbicara lancar, tidak dijumpai adanya retraksi baik
di sela iga maupun epigastrium. Frekuensi nafas masih dalam batas normal. Pada serangan
sedang dan berat dapat dijumpai adanya wheezing terutama pada saat ekspirasi, retraksi, dan
peningkatan frekuensi nafas dan denyut nadi bahkan dapat dijumpai sianosis. Berbagai tanda
atau manifestasi alergi, seperti dermatitis atopi dapat ditemukan.
Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus akibat adanya inflamasi kronik
saluran respiratorik. Akibatnya timbul hipersekresi lender, udem dinding bronkus dan
konstriksi otot polos bronkus. Ketiga mekanisme patologi diatas mengakibatkan timbulnya
gejala batuk, pada auskultasi dapat terdengar ronkhi basah kasar dan mengi. Pada saat
serangan dapat dijumpai anak yang sesak dengan komponen ekspiratori yang lebih menonjol

Pemeriksaan Penunjang
Pada serangan asma berat, pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah analisis
gas darah (AGD) dan foto rontgen thoraks proyeksi antero-posterior. Pada AGD dapat
dijumpai adanya peningkatan PCO2 dan rendahnya PO2 (hipoksemia). Pemeriksaan
penunjang lain yang diperlukan adalah uji fungsi paru bila kondisi memungkinkan. Pada
pemeriksaan ini dapat ditemukan adanya penurunan FEV1 yang mencapai <70% nilai
normal. Selain pemeriksaan di atas, pemeriksaan IgE dan eusinofil total dapat membantu
penegakan diagnosis asma. Peningkatan kadar IgE dan eusinofil total umum dijumpai pada
pasien asma. Untuk memastikan diagnosis, dilakukan pemeriksaan uji provokasi dengan
histamin atau metakolin. Bila uji provokasi positif, maka diagnosis asma secara definitive
dapat ditegakkan

4
Diagram 1. Alur diagnosis asma anak

Berdasakan alur diagnosis asma anak, setiap anak yang menunjukkan gejala batuk dan
/ atau wheezing maka diagnosis akhirnya dapat berupa :
1. Asma
2. Asma dengan penyakit lain
3. Bukan asma

5
Klasifikasi Derajat Penyakit
PNAA (Pedoman Nasional Asma Anak) membagi asma anak menjadi 3 derajat
penyakit, dengan kriteria yang lebih lengkap dibandingkan Konsensus Internasional, seperti
dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 1. Klasifikasi Derajat Penyakit Asma Anak

6
Tabel 2. Penentuan derajat serangan asma

7
PENATALAKSANAAN ASMA PADA ANAK
Tujuan tatalaksana asma anak secara umum adalah untuk menjamin tercapainya
potensi tumbuh kembang anak secara optimal. Secara lebih rinci tujuan yang ingin dicapai
adalah :
1. Pasien dapat menjalani aktivitas normalnya, termasuk bermain dan berolahraga.
2. Sesedikit mungkin angka absensi sekolah.
3. Gejala tidak timbul siang ataupun malam hari.
4. Uji fungsi paru senormal mungkin, tidak ada variasi diurnal yang mencolok.
5. Kebutuhan obat seminimal mungkin dan tidak ada serangan.
6. Efek samping obat dapat dicegah agar tidak atau sesedikit mungkin timbul, terutama yang
mempengaruhi tumbuh kembang anak.

8
a. Preventif
- Pengendalian lingkungan
Menghindarkan anak dari asap rokok, tidak memelihara hewan berbulu, memperbaiki
ventilasi ruangan, mengurangi kelembaban kamar untuk anak yang sensitif terhadap debu
rumah dan tungau.
- Pemberian ASI ekslusif minimal 4 bulan
- Menghindari factor pencetus
b. Promotif
Pengobatan yang efektif hanya mungkin berhasil dengan penatalaksanaan yang
komprehensif, dimana melibatkan kemampuan diagnostik dan terapi dari seorang dokter
Puskesmas di satu pihak dan adanya pengertian serta kerjasama penderita dan keluarganya di
pihak lain. Pendidikan kepada penderita dan keluarganya adalah menjadi tanggung jawab
dokter Puskesmas, sehingga dicapai hasil pengobatan yang memuaskan bagi semua pihak.
Beberapa hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh penderita dan keluarganya
adalah:
1. Memahami sifat-sifat dari penyakit asma :
- Bahwa penyakit asma tidak bisa sembuh secara sempurna.
- Bahwa penyakit asma bisa disembuhkan tetapi pada suatu saat oleh karena faktor
tertentu bisa kambuh lagi.
- Bahwa kekambuhan penyakit asma minimal bisa dijarangkan dengan pengobatan
jangka panjang secara teratur.
2. Memahami faktor yang menyebabkan serangan atau memperberat serangan, seperti :
- Inhalan : debu rumah, bulu atau serpihan kulit binatang anjing, kucing, kuda dan
spora jamur.
- Ingestan : susu, telor, ikan, kacang-kacangan, dan obat-obatan tertentu.
- Kontaktan : salap kulit, logam perhiasan.
- Keadaan udara : polusi, perubahan hawa mendadak, dan hawa yang lembab.
- Infeksi saluran pernafasan.
- Pemakaian narkoba atau napza serta merokok.
- Stres psikis termasuk emosi yang berlebihan.
- Stres fisik atau kelelahan.
3. Memahami faktor-faktor yang dapat mempercepat kesembuhan, membantu perbaikan dan
mengurangi serangan :
9
- Menghindari makanan yang diketahui menjadi penyebab serangan (bersifat
individual).
- Menghindari minum es atau makanan yang dicampur dengan es.
- Berhenti merokok (keluarga)
- Menghindari kontak dengan hewan diketahui menjadi penyebab serangan.
- Berusaha menghindari polusi udara (memakai masker), udara dingin dan lembab.
- Berusaha menghindari kelelahan fisik dan psikis.
- Segera berobat bila sakit panas (infeksi), apalagi bila disertai dengan batuk dan
pilek.
- Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, baik obat simptomatis
maupun obat profilaksis.
- Pada waktu serangan berusaha untuk makan cukup kalori dan banyak minum air
hangat guna membantu pengenceran dahak.
- Manipulasi lingkungan : memakai kasur dan bantal dari busa, bertempat di
lingkungan dengan temperatur hangat.
4. Mampu menilai kemajuan dan kemunduran dari penyakit dan hasil pengobatan.
5. Mengetahui kapan “self treatment” atau pengobatan mandiri harus diakhiri dan segera
mencari pertolongan dokter.
Penderita dan keluarganya juga harus mengetahui beberapa pandangan yang salah
tentang asma, seperti :
1. Bahwa asma semata-mata timbul karena alergi, kecemasan atau stres, padahal keadaan
bronkus yang hiperaktif merupakan faktor utama.
2. Tidak ada sesak bukan berarti tidak ada serangan.
3. Baru berobat atau minum obat bila sesak nafas saja dan segera berhenti minum obat bila
sesak nafas berkurang atau hilang.

c. Kuratif
Tatalaksana medikamentosa pada asma dibagi menjadi dua, yaitu tatalaksana saat
serangan dan jangka panjang.

10
Diagram 2. Tatalaksana asma saat serangan

11
Diagram 3. Tatalaksana asma jangka panjang

12
PROGNOSIS

Beberapa studi kohort menemukan bahwa banyak bayi dengan wheezing tidak
berlanjut menjadi asma pada masa anak dan remajanya. Proporsi kelompok tersebut berkisar
antara 45 hingga 85%, tergantung besarnya sampel studi, tipe studi kohort, dan lamanya
pemantauan. Adanya asma pada orang tua dan dermatitis atopik pada anak dengan wheezing
merupakan salah satu indikator penting untuk terjadinya asma dikemudian hari. Apabila
terdapat kedua hal tersebut maka kemungkinan menjadi asma lebih besar atau terdapat salah
satu di atas disertai dengan 2 dari 3 keadaan berikut yaitu eosinofia, rinitis alergika, dan
wheezing yang menetap pada keadaan bukan flu.

13
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur : Aditya /laki-laki/4 tahun 6 bulan

b. Pekerjaan/pendidikan :-

c. Alamat : Aur Duri I no 4, Padang

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan : Belum Menikah

b. Jumlah Saudara : 2 orang

c. Status Ekonomi Keluarga : cukup, penghasilan orang tua ± Rp 2.000.000,-/bulan

d. KB : Tidak ada

e. Kondisi Rumah :

- Rumah permanen, perkarangan cukup luas, kamar 3 buah

- Ventilasi dan sirkulasi udara cukup

- Lantai keramik

- Listrik ada

- Sumber air : sumur pompa. Air minum : air galon

- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah.

- Sampah dibakar

Kesan : hygiene dan sanitasi cukup baik

f. Kondisi Lingkungan Keluarga


14
- Pasien tinggal bersama kedua orangtua dan 2 orang kakak pasien

- Tinggal di daerah perkotaaan yang cukup padat penduduk.

3. Aspek Psikologis di keluarga

- Pasien anak ke 3 dari 3 orang bersaudara

- Hubungan dengan keluarga baik

- Faktor stress dalam keluarga tidak ada.

4. Keluhan Utama

Sesak nafas meningkat sejak 1 hari yang lalu.

5. Riwayat Penyakit Sekarang

• Sesak nafas meningkat sejak 1 hari yang lalu. Sesak nafas berbunyi menciut.
Sebelumnya pasien mengalami batuk pilek sejak 3 hari yang lalu. Batuk
berdahak tetapi tidak bisa dikeluarkan.

• Sesak nafas juga dipengaruhi oleh cuaca dingin

• Demam tidak ada

• Riwayat sering berkeringat pada malam hari tidak ada

• Riwayat penurunan berat badan tidak ada

• Riwayat kontak dengan penderita batuk lama tidak ada

• Riwayat kontak dengan unggas mati mendadak tidak ada

• Riwayat sesak nafas sampai membiru tidak ada

• Riwayat bersin-bersin pagi hari tidak ada

15
• Riwayat mata sering berair bila kena debu tidak ada

• Riwayat galigato ada

• Riwayat biring susu tidak ada

• Riwayat alergi makanan ada, telur dan udang

• Riwayat kekambuhan penyakit < 1 x / bulan

6. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga

- Pasien menderita penyakit yang sama sejak berusia 3 tahun tetapi tidak terlalu
menggangu. Pasien sering berobat ke puskesmas dengan keluhan yang sama.

- Bapak pasien menderita asma. Kambuh saat udara dingin. Bapak pasien juga
sering bersin-bersin pada pagi hari, terutama saat udara dingin.

7. Riwayat Tumbuh-Kembang

- Pasien lahir spontan, ditolong bidan, cukup bulan, langsung menangis. BBL
3000 gram, PBL lupa.

- Makanan dan Minuman :

Bayi : - ASI 0-2 tahun


- Bubur Susu 5-10 bulan

- Nasi Tim 10-13 bulan

Anak : Makanan Utama 3x / hari


Kesan : kualitas dan kuantitas baik
- Imunisasi :
BCG : 2 bulan
DPT : 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
Polio : 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
Hepatitis B : 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan
16
Campak : 9 bulan
Kesan : imunisasi dasar lengkap sesuai umur

8. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : CMC
Nadi : 100 x/ menit
Nafas : 42 x/ menit
Suhu : 37,2 oC
BB : 15 kg

Status Internus
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit normal
Dada :
Paru
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : ekspirasi memanjang, wheezing (+/+), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : tidak tampak membuncit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )
Perkusi : Timpani

17
Auskultasi : BU (+) N
Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, oedem tungkai -/-

9. Laboratorium Anjuran : darah rutin

10. Pemeriksaan Anjuran : spirometri, APE pagi dan sore, uji kulit – alergen

11. Diagnosis Kerja

Asma Bronkial Episodik Jarang, dengan Serangan Ringan

12. Manajemen

a. Preventif :

- Hindari faktor pencetus, seperti cuaca dingin (pakai jaket), makanan, asap
rokok, dll.

- Menjaga kebersihan lingkungan rumah.

- Tingkatkan daya tahan tubuh, dengan makan makanan bergizi

b. Promotif :

- Edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang tatacara menghindari faktor


pencetus
- Edukasi kepada keluarga pasien tentang penyakit dan penatalaksanaan
penyakit apabila dalam serangan.
c. Kuratif :

- Salbutamol tablet 2 mg (3 x 1/2 tab/hari)

- GG tablet 100 mg (3 x 1/2 tab/hari)

- CTM tablet 4 mg (3 x 1/3 tab/hari)

- Vitamin B complex tablet (3 x ½ tab/hari)

18
d. Rehabilitatif :

- Minum obat sesuai anjuran.

- Jika serangan asma semakin bertambah berat, maka segera konsulkan ke


puskesmas atau RS terdekat.

19
DINAS KESEHATAN KODYA PADANG
PUSKESMAS SEBERANG PADANG

Dokter : Nadia
Tanggal : 28 April 2011

R/ Salbutamol tab 2 mg No. V


S 3 dd tab I/2 £
R/ GG tab 100 mg No. V
S 3 dd tab I/2 £
R/ CTM tab 4 mg No. III
S 3 dd tab I/3 £
R/ Vit B complex tab No. V
S 3 dd tab I/2 £

Pro : Aditya
Umur : 4 tahun 6 bulan
Alamat : Aur Duri I no 4, Padang

20

Anda mungkin juga menyukai