Anda di halaman 1dari 13

BAB 16

SISTEM AKUNTANSI BELANJA PEMERINTAH DAERAH

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa dapat


 Mahasiswa dapat memahami sistem akuntansi belanja pada sektor publik.
 Mahasiswa dapat menjelaskan elemen-elemen sistem akuntansi belanja pada sektor publik

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa dapat:
 Menyebutkan karakteristik belanja
 Menyebutkan tujuan sistem akuntansi belanja
 Menyebutkan elemen sistem akuntansi belanja
 Menyebutkan contoh aktivitas pengendalian belanja
 Menjelaskan jaringan prosedur sistem belanja
 Menjelaskan flowchart sistem belanja
 Mempresentasikan sistem akuntansi belanja

PENDAHULUAN
.......
.......
Permasalahan yang akan dibahas dalam bab ini adalah:
 Apa definisi dan fungsi
 Pengertian dan Karakteristik Belanja
 Tujuan Sistem Akuntansi Belanja
 Kebijakan Akuntansi Belanja
 Elemen Sistem Akuntansi Belanja
 Aktivitas Pengendalian Belanja
 Prosedur Transaksi Belanja
 Flowchart Sistem Belanja

URAIAN MATERI

PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK BELANJA

Bab 10 Sistem Akuntansi Belanja Pemerintah Daerah 1


Pengertian Belanja/Biaya
Biaya (expenses
(expenses)) adalah penurunan manfaat ekonomis masa depan atau jasa potensial
selama periode pelaporan dalam bentuk arus kas keluar atau konsumsi aktiva atau terjadinya
kewajiban yang ditimbulkan, sebagai akibat pengurangan aktiva/ekuitas neto selain dari yang
berhubungan dengan distribusi ke entitas ekonomi itu sendiri.
Biaya-biaya operasi (operating
(operating expenses)
expenses) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
menyokong kegiatan operasi entitas secara rutin. Belanja barang dan jasa (goods
(goods and services
expenditure)
expenditure) adalah semua pembayaran pemerintah dalam pertukaran barang dan jasa, baik
dalam bentuk upah dan gaji untuk karyawan, kontribusi pengusaha untuk karyawan, atau
pembelian lain atas barang dan jasa.
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) no. 01 tentang Penyajian Laporan
Keuangan
“Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. “

Karakteristik Belanja/Biaya
Biaya dapat dikategorikan sebagai be
belanja atau beban. Belanja adalah jenis biaya yang
timbul berdampak langsung terhadap berkurangnya saldo kas maupun uang entitas yang berada
di bank. Beban dapat berarti pengakuan biaya-biaya nonkas, baik karena penyusutan,
amortisasi, penyisihan atau cadangan, penyisihan persediaan, maupun pemanfaatan persediaan
itu sendiri. Berdasarkan manfaatnya, biaya yang terjadi pada suatu peride dapat diklasifikasikan
sebagai biaya operasi dan biaya nonnoperasi.

TUJUAN SISTEM AKUNTANSI BELANJA


Secara umum, prosedur belanja bertujuan untuk :
1. Memberikan prosedur yang baku atas aktivitas yang berkaitan dengan perolehan informasi
mengenai belanja/biaya, mulai dari pengakuan sampai pada proses pencatatannya.
2. Memberikan informasi mengenai alur belanja atau biaya yang ada, sehingga Pemda dapat
memperhitungan tingkat pengeluaran yang memungkinkan, karena disesuaikan dengan tingkat
dana yang tersedia. Sistem ini berfungsi juga sebagai pengendali pengeluaran.

KEBIJAKAN AKUNTANSI BELANJA


Belanja/biaya diakui dalam laporan keuangan jika penurunan manfaat ekonomi masa
depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan
apabila pengukurannya dapat diuji serta bebas dari bias. Pengakuan belanja/biaya terjadi
bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva (misalnya, akrual hak
pegawai dan penyusutan aktiva tetap).
Seluruh biaya, kecuali biaya penyusutan, amortisasi, dan penyisihan diakui pada saat
terjadinya sebesar kas yang akan dikeluarkan atau sebesar harga barang dan atau jasa yang

Bab 10 Sistem Akuntansi Belanja Pemerintah Daerah 2


dikonsumsi. Sedangkan biaya penyusutan, amortisasi, dan penyisihan diakui secara periodic
sebesar perhitungan alokasi harga perolehan atau penurunan manfaat ekonomi atau perhitungan
kemungkinan tidak tertagihnya piutang pada periode berjalan.
Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri atas urusan wajib, urusan
pilihan, dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat
dilaksanakan bersama antara pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-
undangan.
Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang
diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial,
dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
Klasifikasi belanja menurut urusan wajib, yaitu :
1. Pendidikan.
2. Kesehatan.
3. Pekerjaan umum.
4. Perumahan rakyat.
5. Penataan ruang.
6. Perencanaan pembangunan.
7. Perhubungan.
8. Lingkungan hidup.
9. Pertanahan.
10. Kependudukan dan catatan sipil.
11. Pemberdayaan perempuan.
12. Keluarga berencana dan keluarga sejahtera.
13. Sosial.
14. Tenaga kerja.
15. Koperasi dan usaha kecil dan menengah.
16. Penanaman modal.
17. Kebudayaan.
18. Pemuda dan olah raga.
19. Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri.
20. Pemerintahan umum.
21. Kepegawaian.
22. Pemberdayaan masyarakat dan desa.
23. Statistik.
24. Arsip.
25. Komunikasi dan informatika.

Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan, yaitu :


1. Pertanian.
2. Kehutanan.
3. Energi dan sumber daya mineral.

Bab 10 Sistem Akuntansi Belanja Pemerintah Daerah 3


4. Pariwisata.
5. Kelautan dan perikanan.
6. Perdagangan.
7. Perindustrian.
8. Transmigrasi.
Belanja menurut urusan pemerintahan yang penangannya dalam bagian atau bidang
tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah yang
ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan didjabarkan dalam bentuk program dan
kegiatan yang diklasifikasikan menurut urusan wajib dan urusan pilihan.
Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan
keterpaduan pengelolaan keuangan Negara, yaitu :
1. Pelayanan umum.
2. Ketertiban dan ketentraman.
3. Ekonomi.
4. Lingkungan hidup.
5. Perumahan dan fasilitas umum.
6. Kesehatan.
7. Pariwisata dan budaya.
8. Pendidikan.
9. Perlindungan sosial.
Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pada
masing-masing pemerintah daerah. Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan
disesuaikan dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.
Belanja menurut kelompok belanja, yaitu :
1. Belanja tidak langsung.
Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan, tidak terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
2. Belanja langsung.
Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan, terkait secara langsung
dengan pelaksaan program dan kegiatan.

SISTEM AKUNTANSI BELANJA

Dokumen yang digunakan


a. Faktur tagihan dari rekanan
b. Berita Acara Serah Terima Barang (BASTB).
c. Surat Permintaan Pembayaran (SPP), terdiri dari dua jenis, yaitu :
 SPP-BT (SPP – Beban Tetap) adalah surat permintaan pembayaran untuk belanja beban
tetap pada tahun anggaran yang bersangkutan.

Bab 10 Sistem Akuntansi Belanja Pemerintah Daerah 4


 SPP-PK (SPP – Pengisian Kas) adalah surat permintaan pembayaran untuk pengisian kas
belanja unit kerja pada tahun anggaran yang bersangkutan.
d. Surat Per
Perintah Membayar Uang (SPMU), merupakan dokumen yang digunakan untuk
mengajukan pencairan anggaran belanja dari unit kerja kepada fungsi keuangan melalui
fungsi perbendaharaan.
e. Surat Pertanggungjawaban (SPJ), merupakan bukti bahwa pemegang kas telah melakukan
pertanggungjawaban bulan sebelumnya dan berhak mengajukan SPP untuk bulan berikutnya.

Catatan Akuntansi
a. Register SPP-SPMU, merupakan daftar SPP yang diterbitkan oleh pemegang kas dan daftar
SPMU yang telah diotorisasi oleh fungsi perbendaharaan.
b. Buku kas umum, merupakan catatan penerimaan dan pengeluaran kas yang diselenggarakan
oleh pemegang kas berdasarkan SPP dan SPMU.
c. Register SPP-PK dan SPP-BT, merupakan daftar SPP yang diterima oleh pemegang kas.
d. Register SPMU, merupakan daftar SPMU yang diterbitkan oleh fungsi perbendaharaan.
e. Register SPJ, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi verifikasi untuk mencatat
SPJ yang telah disahkan.
f. Jurnal pengeluaran kas.
g. Buku besar kas dan pembantu pengeluaran kas.

Laporan
Laporan Keuangan yang dihasilkan dari Sistem Akuntansi Belanja Daerah tentunya adalah
Laporan Realisasi Anggaran.

PROSEDUR TRANSAKSI BELANJA OPERASIONAL BEBAN TETAP

Dalam Sistem Akuntansi Informasi Belanja Daerah ada beberapa tahapan dalam prosedur yang
harus dilewati sebelum dihasilkan laporan keuangan yaitu Laporan Realisasi Anggaran.
Tahapan-tahapan tersebut ialah :
1. Rekanan mengirimkan barang disertai Faktur Tagihan ke Satuan Kerja.
2. Satuan Kerja setelah menerima barang membuat Berita Acara Serah Terima Barang
(BASTB). Setelah BASTB ditandatangani, Satuan Kerja membuat SPP. Selanjutnya
mengajukan SPP, Faktur, BASTB dan bukti pendukung lainnya ke Unit Perbendaharaan.
3. Unit Perbendaharaan pertama meneliti kelengkapan dokumen SPP, faktur, BASTB dan
bukti pendukung. Bila tidak lengkap maka berkas tersebut dikembalikan ke Satuan Kerja. Bila
sudah lengkap maka berkas SPP tersebut disampaikan ke petugas Perekaman untuk direkam

Bab 10 Sistem Akuntansi Belanja Pemerintah Daerah 5


ke dalam tabel SPP dalam database,
database, selanjutnya dibuat printout rekaman dan dilampirkan ke
berkas SPP. Berkas tersebut selanjutnya disampaikan ke Unit Verifikasi.
4. Unit Verifikasi meneliti kebenaran perekaman SPP yaitu membandingkan antara SPP dengan
printout rekaman. Jika terdapat kesalahan dikembalikan ke petugas perekaman. Jika sudah
benar Unit Verifikasi meneliti kebenaran hukum SPP, Faktur, BASTB dan bukti
pendukungnya. Selanjutnya meneliti kesesuaian SPP dengan SKO yang dapat dilakukan
dengan membandingkan data SPP yang sudah direkam dengan data SKO yang sudah ada
dalam database.
database. Jika tidak sesuai maka dikembalikan ke Unit Perbendaharaan. Jika sudah
sesuai maka Unit Verifikasi dengan menggunakan menu komputer menyetujui SPP yang
secara otomatis komputer merekam data SPP ke dalam tabel SPMU dan mencetak lembar
disposisi cetak SPMU. Berkas SPP, Faktur, BASTB, dokumen pendukung, printout rekaman,
dan lembar disposisi cetak SPMU ke Unit Perbendaharaan.
5. Unit Perbendaharaan setelah menerima berkas dari Unit Verifikasi selanjutnya mencetak
SPMU berdasarkan data yang sekarang sudah terdapat di tabel SPMU. Unit Perbendaharaan
tidak dapat mengisi atau mengubah tabel SPMU. Wewenang tersebut hanya diberikan kepada
Unit Verifikasi. Unit Perbendaharaan diberi hak membaca tabel tersebut sehingga unit ini
dapat mencetak SPMU. SPMU tersebut selanjutnya didistribusikan ke Satuan Kerja, Unit
Pembukuan, dan Arsip.
6. Unit Pembukuan mengarsipkan SPMU yang diterima dari Unit Perbendaharaan. Secara
bulanan Unit Pembukuan melakukan posting data SPMU yang sudah terdapat dalam tabel
SPMU. Proses posting ini dilakukan secara komputer dan tidak memerlukan perekaman ulang
data SPMU. Dengan proses posting ini maka data SPMU yang terdapat dalam tabel SPMU
akan dicopy ke dalam tabel buku besar sesuai tabel posting rule yang tersedia dalam
database.
database. Setelah dilakukan posting,
posting, selanjutnya dilakukan pencetakan DTP (Daftar
Transaksi dan Posting).
Posting). Selanjutnya DTP diteliti kebenarannya dan dibandingkan dengan
SPMU. Jika tidak benar proses posting diulang. Jika sudah benar, maka dilanjutkan dengan
proses pelaporan keuangan. Selanjutnya dilakukan cek kebenaran proses pelaporan keuangan
dengan membandingkan data yang dicetak dalam lembar pengontrol. Jika belum benar, maka
proses pelaporan keuangan diulang. Jika sudah benar maka LPJ dicetak. Selanjutnya
didistribusikan ke Satuan Kerja, Kepala Daerah, dan Arsip.

Bab 10 Sistem Akuntansi Belanja Pemerintah Daerah 6


FLOWCHART SISTEM BELANJA OPERASIONAL BEBAN TETAP
Satuan Kerja Unit Perbendaharaan Petugas Perekaman Unit Verifikasi Unit Pembukuan

A2
Rekanan Faktur, BASTB, SPP, bukti lainnya Faktur, BASTB, SPP, bukti lainnya Faktur, BASTB, SPP, bukti lainnya

SPMU
Faktur Tagihan

entry
Memeriksa kelengkpan membandingkan

Mbuat BASTB, SPP


update SPMU
Faktur, BASTB, SPP, bukti lainnya SPP Meneliti kebenaran hkm

Faktur, BASTB, SPP, bukti lainnya Entry data


Print out
A1
SPP

posting
SPMU
Faktur, BASTB, SPP, bukti lainnya
Faktur, BASTB, SPP, bukti lainnya Memban-dingkan
SKO
Print out
BB
Cetak SPMU
SPMU
Validasi, update, print out
SPMU
DTP SPMU

SPMU SPMU A2
Disposisi SPMU

Membandingkan

Faktur, BASTB, SPP, bukti lainnya


A1
Membuat LK

Bab 10 Sistem Akuntansi Belanja Pemerintah Daerah 7


AKTIVITAS PENGENDALIAN BELANJA
Setelah dibuat Sistem Akuntansi Informasi Belanja Daerah maka pemerintah daerah
melakukan pengendalian internal atas sistem tersebut dengan cara :
1. Dalam transaksi belanja harus ada otorisasi umum dan khusus, terutama untuk setiap
pembelian.
2. Setiap surat pesanan pembelian harus didasarkan pada surat permintaan pembelian yang telah
diotorisasi.
3. Setiap penerimaan barang harus didasarkan pada surat pesanan pembelian yang telah
diotorisasi.
4. Bukti kas keluar dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap dan sah.
5. Setiap pencatatan ke register buku kas keluar harus didukung dengan bukti kas keluar yang
dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap.
6. Pertanggungjawaban secara periodik semua formulir bernomor urut tercetak.
7. Panduan akun dan tinjauan terhadap pemberian kode akun.
8. Peninjauan kinerja secara periodik.

RANGKUMAN

Biaya (expenses
(expenses)) adalah penurunan manfaat ekonomis masa depan atau jasa potensial
selama periode pelaporan dalam bentuk arus kas keluar atau konsumsi aktiva atau terjadinya
kewajiban yang ditimbulkan, sebagai akibat pengurangan aktiva/ekuitas neto selain dari yang
berhubungan dengan distribusi ke entitas ekonomi itu sendiri.
Secara umum prosedur belanja bertujuan untuk memberikan
memberikan prosedur yang baku dan
memberikan informasi mengenai alur belanja atau biaya yang ada. ada. Belanja
Belanja diklasifikasikan
menurut urusan wajib dan urusan pilihan. Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan
untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan Negara.
Negara. Sedangkan Klasifikasi
belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pada masing-masing
pemerintah daerah.
daerah.
Elemen Sistem Akuntansi Belanja Daerah terdiri dari dokumen, catatan dan laporan.
Prosedur Sistem Informasi Akuntansi Belanja Daerah dilaksanakan oleh beberapa entitas dengan
masing-masing tugasnya. Pihak-pihak terkait tersebut adalah Satuan Kerja, Unit Perbendaharaan,
Petugas Perekaman, Unit Verifikasi, dan Unit Pembukuan. Pada Sistem Informasi Belanja
Daerah pun dilakukan pengendalian-pengendalian internal agar tdak terjadi kesalahan-kesalahan.

Bab 10 Sistem Akuntansi Belanja Pemerintah Daerah 8


LAMPIRAN

Bab 10 Sistem Akuntansi Belanja Pemerintah Daerah 9


PRE TEST

1.

Bab 10 Sistem Akuntansi Belanja Pemerintah Daerah 10


POST TEST

PERTANYAAN RIVIU

PILIHAN GANDA

Bab 10 Sistem Akuntansi Belanja Pemerintah Daerah 11


PERTANYAAN DISKUSI

1.

SOAL KASUS

KASUS 1

Bab 10 Sistem Akuntansi Belanja Pemerintah Daerah 12


DAFTAR PUSTAKA

1. Indra Bastian, Sistem Akuntansi Sektor Publik,


Publik, Edisi 2, Cetakan ke-2, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta 2007
2. Deddi Nordiawan dkk. Akuntansi Pemerintahan,
Pemerintahan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta 2008
3. Mulyadi, Sistem Akuntansi,
Akuntansi, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat, Jakarta 2001
4. Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
5. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
6. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
7. UU No. 7 tentang Keuangan Negara
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah

Bab 10 Sistem Akuntansi Belanja Pemerintah Daerah 13

Anda mungkin juga menyukai