Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH SATOP II

DEPOT AIR MINUM ISI ULANG

Di Susun Oleh

Nama : Abdulloh Qumaeni

Nim : H 16.08.0033

UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

2011
POLIVINILIDENA KLORIDA

Plastik merupakan material yang baru secara luas dikembangkan dan


digunakan sejak abad ke-20 yang berkembang secara luar biasa penggunaannya dari
hanya beberapa ratus ton pada tahun 1930-an, menjadi 150 juta ton/tahun pada tahun
1990-an dan 220 juta ton/tahun pada tahun 2005. Saat ini penggunaan material plastik
di negara-negara Eropa Barat mencapai 60kg/orang/tahun, di Amerika Serikat
mencapai 80kg/orang/tahun, sementara di India hanya 2kg/orang/tahun.[1]

Jenis plastik

Plastik dapat digolongkan berdasarkan:

 Sifat fisikanya
o Termoplastik. Merupakan jenis plastik yang bisa didaur-ulang/dicetak
lagi dengan proses pemanasan ulang. Contoh: polietilen (PE),
polistiren (PS), ABS, polikarbonat (PC)
o Termoset. Merupakan jenis plastik yang tidak bisa didaur-
ulang/dicetak lagi. Pemanasan ulang akan menyebabkan kerusakan
molekul-molekulnya. Contoh: resin epoksi, bakelit, resin melamin,
urea-formaldehida
 Kinerja dan penggunaanya
o Plastik komoditas
 sifat mekanik tidak terlalu bagus
 tidak tahan panas
 Contohnya: PE, PS, ABS, PMMA, SAN
 Aplikasi: barang-barang elektronik, pembungkus makanan,
botol minuman
o Plastik teknik
 Tahan panas, temperatur operasi di atas 100 °C
 Sifat mekanik bagus
 Contohnya: PA, POM, PC, PBT
 Aplikasi: komponen otomotif dan elektronik
o Plastik teknik khusus
 Temperatur operasi di atas 150 °C
 Sifat mekanik sangat bagus (kekuatan tarik di atas 500
Kgf/cm²)
 Contohnya: PSF, PES, PAI, PAR
 Aplikasi: komponen pesawat
 Berdasarkan jumlah rantai karbonnya
o 1 ~ 4 Gas (LPG, LNG)
o 5 ~ 11 Cair (bensin)
o 9 ~ 16 Cairan dengan viskositas rendah
o 16 ~ 25 Cairan dengan viskositas tinggi (oli, gemuk)
o 25 ~ 30 Padat (parafin, lilin)
o 1000 ~ 3000 Plastik (polistiren, polietilen, dll)
 Berdasarkan sumbernya
o Polimer alami : kayu, kulit binatang, kapas, karet alam, rambut
o Polimer sintetis:
 Tidak terdapat secara alami: nylon, poliester, polipropilen,
polistiren
 Terdapat di alam tetapi dibuat oleh proses buatan: karet sintetis
 Polimer alami yang dimodifikasi: seluloid, cellophane (bahan
dasarnya dari selulosa tetapi telah mengalami modifikasi secara
radikal sehingga kehilangan sifat-sifat kimia dan fisika asalnya)

Proses manufaktur plastik

 Injection molding

Bijih plastik (pellet) yang dilelehkan oleh sekrup di dalam tabung yang berpemanas
diinjeksikan ke dalam cetakan.

 Ekstrusi

Bijih plastik (pellet) yang dilelehkan oleh sekrup di dalam tabung yang berpemanas
secara kontinyu ditekan melalui sebuah orifice sehingga menghasilkan penampang
yang kontinyu.

 Thermoforming

Lembaran plastik yang dipanaskan ditekan ke dalam suatu cetakan.


 Blow molding

Bijih plastik (pellet) yang dilelehkan oleh sekrup di dalam tabung yang berpemanas
secara kontinyu diekstrusi membentuk pipa (parison) kemudian ditiup di dalam
cetakan.

Sifat polimer konduktif

Polimer semikonduktif dan konduktif adalah polimer terkonjugasi yang menunjukkan


perubahan ikatan tunggal dan ganda antara atom-atom karbon pada rantai utama
polimer. Ikatan ganda diperoleh dari karbon yang memiliki empat elektron valensi,
namun pada molekul terkonjugasi hanya memiliki tiga (kadang-kadang dua) atom
lain. Elektron yang tersisa membentuk ikatan π, elektron yang terdelokalisasi pada
seluruh molekul. Suatu zat dapat bersifat polimer konduktif jika mempunyai ikatan
rangkap yang terkonjugasi. Contoh dari polimer terkonjugasi adalah plastik tradisonal
(polyethylen), sedangkan polimer konduktif antara lain : polyacetilen, polpyrol,
polytiopen, polyaniline dan lain lain. Indonesia merupakan salah satu penghasil biji
plastik untuk jenis Polypropylene atau PP dan High Density PolyEthylene atau
HDPE.

Pembuatan Polyacetilen

Polimer konduktif dapat dibuat dari polyacetilen. Polyacetilen merupakan polimer


terkonjugasi sederhana yang mempunyai dua bentuk: yaitu bentuk cis dan trans
polyacetilen.

Sedangkan pembuatan polyacetilen dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu


 1. cara pemanasan
 2. cara dopping.

Polyacetilen bentuk trans dibuat dengan kondisi temperatur yang berbeda. Katalis
Ti(O-n-C4H9)4-(C2H5)3Al.

Temperatur (oC)  % trans


150 100
100 92,5
50 67,6
18 40,7
0 21,4
-18 4,6
-78 1,9

Temperatur yang menunjukan proses isomerisasi irreversibel dengan bentuk cis


terjadi pada temperatur yang lebih tinggi pada 145 oC menghasilkan bentuk trans.
Bentuk cis secara termodinamika kurang stabil dibandingkan dengan bentuk trans.
Pada temperatur tinggi, dan secara spontan isomer cis dapat berubah menjadi trans.

Konduktifitas polyacetilen dapat ditingkatkan dengan proses halogenasi. Struktur


polyacetilen dapat mengalami resonansi sehingga konduktifitasnya menjadi lebih
besar. Adanya resonansi pada poliasetilen menyebabkan material dapat
menghantarkan arus listrik.

Bila klorin ditambahkan pada film, ternyata tidak menghasilkan spektrum garis, tetapi
reaksi adisi klorin menghasilkan spektrum polyacetilen yang jelas. Sekarang dikenal
doping-induced pita IR yang disusun dari 3 pita yaitu pada 1397, 1288 dan 888 cm-1,
absorbsi kuat jelas dibanding undoped polymer.

Industri

Sekarang ini utamanya ada enam komoditas polimer yang banyak digunakan, mereka
adalah polyethylene, polypropylene, polyvinyl chloride, polyethylene terephthalate,
polystyrene, dan polycarbonate. Mereka membentuk 98% dari seluruh polimer dan
plastik yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Masing-masing dari polimer
tersebut memiliki sifat degradasi dan ketahanan panas, cahaya, dan kimia.
Sekilas

Meskipun istilah polimer lebih populer menunjuk kepada plastik, tetapi polimer
sebenarnya terdiri dari banyak kelas material alami dan sintetik dengan sifat dan
kegunaan yang beragam. Bahan polimer alami seperti shellac dan amber telah
digunakan selama beberapa abad. Kertas diproduksi dari selulosa, sebuah polisakarida
yang terjadi secara alami yang ditemukan dalam tumbuhan. Biopolimer seperti protein
dan asam nukleat memainkan peranan penting dalam proses biologi.

Bahan-bahan yang digunakan

Bungkus plastik pertama kali dibut dari polivinil klorida (PVC) yang sampai
sekarang tetap menjadi bahan yang paling umum digunakan, tapi berbagai alternatif
non-PVC kini dijual karena adanya kekhawatiran risiko dalam transfer pemlastis
(peliat) dari PVC ke makanan. Polimerisasi bahan yang sepenuhnya bisa saja
mengandung sisa-sisa monomer vinil klorida. Untuk berbagai aplikasi jasa boga
makanan, PVC adalah yang paling umum digunakan. Untuk pemakaian rumah tangga,
LDPE yang sering digunakan sebab diakui lebih aman.

Semakin banyak negara mengkhawatirkan dampak lingkungannya PVC, sebab bahan


itu bertoksik dan lebih sulit didaur-ulang. Toh biarpun begitu, PVC masih saja
digunakan karena sifat mudah direnggangkannya yang menawarkan presentasi jasa
boga makanan yang sempurna. PVC juga merekat dengan baik ke berbagai jenis
permukaan. Namun sejumlah negara mulai melarang penggunaan PVC di mainan
untuk bayi dan berbagai aplikasi yang bersentuhan dengan makanan.

Saput berbais PVC mengandung pemlastis (peliat). Tapi pemlastis ditemukan


berpindah tempat ke sejumlah makanan, misalnya keju maupun daging dan ikan
berlemak. Pemlastis yang penggunaannya dilarang di banyak negara adalah bis(2-
ethylhexyl) adipate (DEHA). Walau tidak dilarang, beberapa pemlastis seperti ftalat
(yang paling sering adalah dibutil ftalat dan bis(2-etileksil) ftalat (DEHP)) juga
dianggap memiliki efek merugikan. Di Britania Raya, pemlastis berpolimer
menggantikan DEHP.[1]

Bahan yang umum digunakan sebagai alternatifnya PVC adalah polietilena


berdensitas rendah (low density polyethylene yang disingkat menjadi LDPE), yang
kurang merekat bila dibandingkan dengan PVC. Tapi proses produksi yang baru
semakin mempersempit celah kekuatan rekatan antara PVC dengan polietilina
berdensitas rendah. Linear low density polyethylene (LLDPE) kadang-kadang
ditambahkan ke bahan, sebab meningkatkan kerekatan dan kuat tariknya film (saput).
[2]
Sejumlah merk bungkus plastik di Barat (seperti Glad Cling Wrap, Handi-Wrap,
dan Saran Premium Wrap) berbasis LDPE.

Permukaan Glad Press'n Seal ditutupi dengan lesung pipit profil (shaped dimple),
yang menahan perekat agar tidak bersentuhan dengan permukaan. Saat sedang
ditangani, bungkus tidak lengket, tapi saat tekanan diaplikasikan maka lesung pipit
dipipihkan dan perekat didorong menjauhi permukaan.[3] Jenis perekat yang
digunakan dapat dimakan dan mirip dengan permen karet.[4]

PVdC memiliki sifat-sifat sebagai perintang yang lebih baik daripada LDPE yang
lebih bisa ditembus, sehingga mengurangi risiko bakar sejuk beku (mutung beku) bagi
makanan yang dibungkus di dalamnya. Namun, LDPE lebih murah dan lebih mudah
dibuat. Untuk mencapai kekuatan rekat yang diinginkan, polimer tertentu yang bobot
molekulnya lebih rendah harus ditambahkan, yang paling umum dipakai adalah
poliisobutena (PIB) dan polietilena-vinilasetat (EVA) kopolimer. Rantai mereka siap
berinteraksi satu sama lain dan bobot molekul yang rendah membuat keduanya lebih
banyak bergerak di dalam matriks polimer inang.[5]

Anda mungkin juga menyukai