2 Modulasi Amplitudo
Tujuan pengajaran:
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan bisa memahami
1. tujuan dari proses modulasi dan manfaatnya
2. karakteristik dari modulasi amplitudo dan jenisnya
3. kelemahan dari jenis modulasi amplitudo
Isi modul:
2.1 Pendahuluan dan motivasi
2.2 Modulasi amplitudo jalur ganda tanpa sinyal pembawa (DSB-SC)
2.3 Modulasi amplitudo jalur ganda dengan sinyal pembawa (DSB with carrier)
2.4 Frequency-Division Multiplexing (FDM)
2.5 Latihan
Tujuan dari modulasi adalah untuk memindahkan posisi spektrum dari sinyal data, dari
pita spektrum yang rendah (base band) ke pita spektrum yang jauh lebih tinggi (band
pass). Hal ini dilakukan pada transmisi data tanpa kabel (dengan antena), yang mana
dengan membesarnya frekuensi data yang dikirim, maka dimensi antenna yang
digunakan akan mengecil.
Contoh: data 1 berfrekuensi f1 = 3 kHz → panjang gelombangnya
3 ⋅ 10 8 m/s
λ1 = = 100 km
3 ⋅ 10 3 1/s
data 2 berfrekuensi f 2 = 300 MHz → panjang gelombangnya
3 ⋅ 10 8 m/s
λ2 = = 1m
3 ⋅ 10 8 1/s
dengan ω c = 2π f c ,
2.2 Modulasi amplitudo jalur ganda (double side band amplitude modulation DSB-
SC)
Bentuk dari sinyal yang termodulasi amplitudo dengan jalur ganda memiliki bentuk
sinyal
x DSB (t ) = a o m(t ) cos(ω c t ) (2.2)
Jadi modulator DSB-AM berfungsi sebagai pengali sinyal pembawa dengan sinyal data.
a o merupakan konstanta yang muncul dalam proses perkalian.
Persamaan x DSB (t ) di atas dituliskan dalam bentuk fungsi waktu. Dalam bentuk
spektrumnya kita bisa hitung dengan mencari transformasi Fourier dari x DSB (t )
1 jω c t 1 − jω c t
Dengan cos( ω c t ) = e + e , maka
2 2
⎧1 jω t ⎫ ⎧1 − jω t ⎫
X DSB (ω ) = F ⎨ a o m(t ) e c ⎬ + F ⎨ a o m(t ) e c ⎬ (2.5)
⎩2 ⎭ ⎩2 ⎭
Jika M (ω ) adalah hasil transformasi Fourier dari m(t )
m(t ) M (ω ) (2.6)
maka dengan teorema modulasi (pada sifat-sifat transformasi Fourier, bab 1)
ao a
X DSB (ω ) = M (ω − ω c ) + o M (ω + ω c ) (2.7)
2 2
Dari persamaan (2.7) bisa kita interpretasikan:
Term yang pertama menyatakan bahwa x DSB (t ) mempunyai spektrum yang sama dengan
m(t ) tetapi beramplitudo setengahnya dan posisi spektrumnya bergeser ke kanan sejauh
frekuensi pembawa ω c .
Term kedua menyatakan hal sama sehubungan dengan amplitudonya, tetapi pergeseran
spektrumya sekarang ke kiri.
Berikut ini akan digambarkan bentuk-bentuk sinyal dalam proses modulasi, baik sebagai
fungsi waktu ataupun dalam bentuk spektralnya (gambar 2.2-2.4).
Sinyal pembawa
10
-2
-4
-6 ω
-8 − ωc ωc
-10
0 1 2 3 4 5 6 7 8
-2 ω
-4
− ωmax ω max
-6
-8
-10
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Sinyal termodulasi
10
0
− ωc −ω max − ωc + ω max ωc − ω max ωc + ω max
ω
-2 − ωc ωc
-4
-6
-8
-10
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Sinyal DSB-AM x DSB (t ) dikalikan dengan sinyal pembawanya secara koheren cos(ω c t ) ,
berarti, sinyal pengalih di demodulator ini tak mempunyai beda phasa dengan sinyal
pembawa yang kita gunakan di modulator. Kemudian disaring spektrum yang rendahnya
dengan filter lolos bawah (low-pass filter).
xDSB (t ) y (t )
cos(ω ct )
Gambar 2.5
d (t ) = x DSB (t ) cos(ω c t )
D(ω ) = F {d (t )} = 1
F {ao m(t ) } + 1 F {ao m(t ) cos(2ω c t )}
2 2
D(ω ) =
1
2
1 1
ao M (ω ) + { F
2 2
{a o }
m(t ) e j 2ω ct +
1
2
F {a o }
m(t ) e − j 2ω ct }
1 1 1
D(ω ) = ao M (ω ) + ao M (ω − 2ω c ) + ao M (ω + 2ω c ) (2.9)
2 4 4
Y (ω ) = F {y (t )}= 1
a o M (ω ) (2.10)
2
Gambar 2.6-2.8 menunjukkan proses demodulasi ini secara grafis. Gambar 2.7
menunjukkan proses penyaringan sinyal d (t ) dengan filter lolos bawah. Proses
penyaringan bisa digambarkan dalam bentuk spektralnya sebagai perkalian dari fungsi
yang akan disaring d (t ) dengan fungsi penyaringnya, dalam hal ini filter lolos bawah,
yang bentuk idealnya adalah sebuah fungsi segiempat yang terkonsentrasi di frekuensi 0,
dan mempunyai frekuensi batas ω LP .
d (t )
10
8
d (t)
-2
-4 − 2ω c − ωc ωc 2ω c ω
-6
-8
-10
0 1 2 3 4 5 6 7 8
ω LP << 2ω c
− ω LP ω LP 2ω c ω − 2ω c − ωc ωc 2ω c ω
10
6
y (t)
4
-2
-4 − 2ω c − ωc ωc 2ω c ω
-6
-8
-10
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Proses demodulasi sinyal DSB-AM ini, sinyal pembawa harus di’regenerasikan’ oleh
pesawat penerima untuk bisa kemudian digunakan sebagai fungsi pengali (gambar 2.5).
Proses ini biasanya dilakukan oleh suatu rangkaian yang dinamkan “phase-locked loop”.
Dalam proses modulasi ini, sinyal pembawa tak secara eksplisit diketahui, modulasi
amplitudo ini dinamakan juga DSB-SC (double side band – supressed carrier).
Dalam proses demodulasinya kita dihadapi oleh suatu hal yang sensitif, karena sinyal
pembawa yang harus diregenerasikan haruslah koheren dengan sinyal pembawa yang ada
di pesawat pemancar (dalam proses modulasi).
Berikut ini kita akan melihat pengaruh dari sinyal pembawa terregenerasi yang tidak
koheren, yang disebabkan oleh kesalahan pada phasa dan kesalahan pada frekuensi
pada sinyal tersebut.
Kesalahan phasa:
ao a
= m(t ) cos(∆ ϕ ) + o m(t ) cos(2ω c t + ∆ ϕ )
2 2
setelah melalui filter lolos bawah
ao
y (t ) = m(t ) cos(∆ ϕ ) (2.11)
2
Dari persamaan (2.11) bisa kita melakukan interpretasi:
• Jika ∆ ϕ = ±π / 2 : y (t ) = 0 tak ada sinyal yang diterima di receiver
• Jika ∆ ϕ = konst ≠ ±π / 2 : sinyal yang diterima terredam dengan faktor tertentu,
karena cos(∆ ϕ ) ≤ 1
• Jika ∆ ϕ = f (t ) fungsi dari waktu (bersifat random), maka sinyal y (t ) adalah
hasil kali (modulasi) sinyal m(t ) dengan sinyal random tersebut. Dan sinyal
informasi yang ingin kita dapatkan terganggu oleh sinyal ini.
Kesalahan frekuensi:
ao a
= m(t ) cos(∆ ω t ) + o m(t ) cos(2ω c t + ∆ ω t )
2 2
setelah melalui filter lolos bawah, didapati
ao
y (t ) = m(t ) cos(∆ ω t ) (2.12)
2
Keluaran yang semestinya sinyal infomasi yang murni ini, ternyata dikalikan dengan
sinyal harmonis, dengan frekuensi yang tak diketahui. Perkalian ini menyebabkan apa
yang dinamakan proses ‘beating’, yang merupakan distorsi pada sinyal yang kita miliki.
Kesimpulan:
Modulasi amplitudo jalur ganda paling tidak mempunyai dua kekurangan, yang pertama
membutuhkan demodulasi yang koheren, yang kedua, informasi yang hanya
membutuhkan spektrum ω max dikirimkan dengan mengkonsumsi spektrum yang
besarnya dua kalinya (sebab itu nama jalur ganda).
2.3 Modulasi amplitudo jalur ganda dengan sinyal pembawa (DSB with Carrier)
Modulasi amplitudo jalur ganda dengan sinyal pembawa, atau yang lebih dikenal dengan
nama modulasi amplitudo biasa (AM), diperkenalkan untuk menghindari problem
pertama yang dihadapi oleh DSB-SC. Yaitu dengan cara menambahkan suatu konstanta
ke sinyal informasi, sebelum dikirimkan ke modulator
x AM (t ) = a o (1 + m(t ) ) cos(ω c t ) (2.13)
=
ao
2
{ } a
2
{a
2
} a
F e jω t + o F e − jω t + o M (ω − ω c ) + o M (ω + ω c )
2
dengan
{ } {
F e jω t = 2πδ (ω − ω c ) dan F e − jω t = 2πδ (ω + ω c )}
ao a
X AM (ω ) = πa oδ (ω − ω c ) + πa oδ (ω + ω c ) + M (ω − ω c ) + o M (ω + ω c ) (2.14)
2 2
Gambar 2.9
Proses demodulasi sinyal AM dilakukan dengan cara yang berbeda dari demodulasi
terhadap DSB-SC. Yaitu dengan menggunakan detektor amplop (envelope detector),
tetapi rangkaian ini hanya akan bekerja dengan benar, yaitu menghasilkan sinyal
informasi yang diinginkan, jika
1 + m(t ) ≥ 0 (2.15)
Seperti yang diperlihatkan oleh gambar 2.10a dan 2.10b. Jika syarat di persamaan (2.15)
terpenuhi, maka amplop (pembungkus) dari sinyal termodulasi sama dengan sinyal
informasi yang ingin kita dapatkan.
1.5 1.5
amplop sinyal AM
1 1
amplop sinyal AM
0.5 0.5
0 0
sinyal informasi
-0.5 -0.5
-1 -1 sinyal informasi
-1.5 -1.5
0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10
Jika sinyal informasi berupa sinyal sinus, maka indeks modulasi sama dengan amplitudo
dari sinyal itu. Untuk gambar 2.10a µ = 0,4 dan gambar 2.10b µ = 0,8 /0,6 = 1,33.
Sekarang kita akan menghitung daya dari sinyal termodulasi AM, dengan menggunakan
sinyal informasi berupa fungsi sinus (modulasi single-tone)
x AM (t ) = a o (1 + m(t ) ) cos(ω c t )
ao µ
= a o cos(ω c t ) + [cos(ω c t + ω m t ) + cos(ω c t − ω m t )]
2
Dari sinyal di atas bisa dihitung
1 2
Daya sinyal pembawa Pc = ao (2.17)
2
Daya sinyal berita pada sinyal termodulasi
1⎛a µ⎞ 1⎛a µ⎞
2 2
1 2
Ps = ⎜ o ⎟ + ⎜ o ⎟ = a o µ 2 (2.18)
2⎝ 2 ⎠ 2⎝ 2 ⎠ 4
Efisiensi dari modulasi amplitudo AM didefinisikan dengan:
Ps
η= × 100% (2.19)
Pt
2 4
ωc,1 ωc,1
m2(t)
M2(ω) m2(t) m2(t)
saluran BPF LPF
Σ
ωc,2 ωc,2
m3(t)
M3(ω) m3(t) m3(t)
BPF LPF
ωc,3 ωc,3
Gambar 2.11
Sinyal yang diterima akan disaring dengan filter lolos tengah sesuai dengan posisi
spektralnya masing-masing, dan setelah didemodulasikan, maka disaring lagi dengan
filter lolos bawah untuk menghilangkan sinyal-sinyal berfrekuensi tinggi.
2.5 Latihan
Sebuah sinyal termodulasi amplitudo AM diberikan di bawah ini
8
-2
-4
-6
-8
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Hitunglah:
a. Indeks modulasi
b. Efisiensi dari modulasi amplitudo
c. Berapa amplitudo sinyal pembawa, sehingga indeks modulasinya menjadi 0,1.