24 10 2008
14 Votes
Oleh: Urip Santoso[1]
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
Ilutrasi
John seorang mahasiswa tingkat satu di suatu universitas. Ia sangat gemar
membaca baik bahan kuliah, iptek, pengetahuan umum, novel, cerita bersambung, cerpen
dan sebagainya. Ia tidak habis mengerti, mengapa para penulis atau pengarang begitu
pandai bercerita lewat tulisan atau karangan yang runtut, menarik dan mengesankan. Ia
juga banyak mendengar dari teman-temannya yang pandai menulis atau mengarang
bahwa honorariumnya cukup lumayan sebagai tambahan biaya hidup. Yah, sebagai
seorang mahasiswa dari keluarga yang kurang berada, maka “imbalan” yang didengarnya
cukup menggiurkan.
“Ah, kalau seandainya aku bisa menulis, pasti aku tak usah minta kiriman uang.
Kasihan ortu. Mereka sangat lelah,” angannya.
John ternyata tidak hanya berangan-angan. Ia wujudkan angan-anganya dengan
perbuatan. Ia pergi ke perpustakaan, diskusi dan wawancara dengan para pakar. Ia juga
melahap buku-buku yang membahas cara menulis dan mengarang.
”Ah, rasanya sih mudah menulis,” pikirnya. Aku tinggal membuat ide – yang
sebetulnya sudah bertimbun dalam otakku –, menulis tema, pokok pikiran, judul,
kerangka tulisan, mencari bahan dan menulis.” ”Ah, gampang,” batinnya.
Iapun mulai mencari bahan-bahan tulisan yang ia harapkan dapat mendukung
tulisan yang hendak ia buat. Setelah bahan tulisan tersedia, iapun mulai menulis. Namun,
begitu pena menyentuh kertas, setumpuk ide yang ada dalam otaknya tidak mau keluar.
Macet!
”Ah, kenapa seret amat,” keluhnya. Ia coba dan coba sampai akhirnya ia putus asa
dan berhenti menulis.
”Ah, barangkali aku tidak bakat,” pikirnya.
—–000—–
Pemilihan Tema
Tema merupakan pokok masalah yang akan diuraikan dalam sebuah tulisan.
Tema harus ditentukan sebelum mulai mengarang. Tanpa tema, tidak akan dihasilkan
tulisan yang baik. Tema dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti pengalaman, hasil
penelitian, survei, pengamatan, wawancara, kreasi imajinatif dll. Karangan-karangan
narasi, deskripsi biasanya bersumber dari sumber-sumber tersebut. Akan tetapi tulisan
argumentatif atau persuasi umumnya bersumber dari pendapat dan sikap penulis.
Agar terhindar dari kesulitan memperoleh tema, beberapa hal harus diperhatikan,
antara lain:
Untuk menghasilkan sebuah tulisan yang berbobot, penulis harus memilih tema
yang menarik, memungkinkan untuk digarap, ruang lingkup yang tidak terlalu luas dan
tidak terlalu sempit, dan hangat. Coba anda bandingkan tema-tema di bawah ini:
Kerangka Tulisan
Setelah menentukan tema, langkah berikutnya adalah membuat kerangka tulisan.
Kerangka tulisan ini sangat penting untuk memandu tahapan menulis agar tidak
menyimpang dari tema. Kerangka tulisan ini selain sangat berguna bagi penulis pemula,
juga berguna untuk menghindari kemungkinan terlupa dan bermanfaat untuk mengkaji
sekali lagi point-point yang penting itu secara kritis.
Ada beberapa macam tipe susunan kerangka tulisan antara lain:
Contoh:
Tema: Bermahasiswa yang benar.
Pokok pikiran: Menjadi mahsiswa bukan untuk menaikkan status sosial atau untuk
tujuan-tujuan lain, melainkan untuk belajar lebih banyak dan lebih intens sebagai bekal
menghadapi masa depan bangsa.
Kerangka tulisan
Pendahuluan (Masih banyak diantara mahasiswa belum menyadari dengan baik untuk apa
sebenarnya dia menjadi mahasiswa)
I. Motivasi masuk perguruan tinggi
A. Untuk memperoleh status sosial yang tinggi
B. Untuk menghindari menjadi penganggur
C. Untuk mengembangkan kemampuan diri
II. Karakteristik perguruan tinggi
A. Antara perguruan tinggi dengan sekolah lanjutan
B. Perguruan tinggi sebagai simbol peradaban bangsa
III. Mahasiswa yang ideal
A. Selalu melipatgandakan usaha studi
B. Selalu melatih diri dalam keterampilan memimpin
Pemilihan Judul
Setelah menentukan tema, pokok pikiran dan kerangka tulisan, langkah
selanjutnya adalah membuat judul. Judul, selain harus menarik perhatian pembaca, juga
harus mencerminkan tema tulisan. Hal ini sangat penting artinya bagi pembaca. Setelah
pembaca tertarik terhadap judul yang terpampang di majalah atau koran, maka ia ingin
segera tahu apa isinya. Pembaca akan kecewa jika isi yang ditulis ternyata tidak sesuai
atau semenarik sebagaimana judulnya.
Menarik bukan berarti bombastis. Judul-judul yang bombastis sekilas memang
menarik perhatian pembaca. Akan tetapi pembaca akan segera kecewa ketika membaca
isi tulisan tersebut. Sebab judul yang bombastis itu biasanya tidak mencerminkan isi
tulisan yang dibahas. Betapa sering kita dikecewakan oleh judul-judul buku yang seperti
ini. Membaca judul dan sinopsis buku yang biasanya ditulis di kover belakang kita sering
tertarik untuk membelinya. Akan tetapi, ketika setelah sampai di rumah dan membacanya
kita menjadi sangat kecewa. Demikian pula ketika kita membaca koran atau majalah atau
tulisan apapun, sering dikecewakan oleh judul yang bombastis tetapi isinya tidak relevan.
Perhatikan juduljudul di bawah ini.
1. Aerodynamika msyarakat serangga
Ternyata hanya membahas cara terbang serangga.
2. Razzia penduduk sungai
Ternyata bercerita tentang orang cari ikan
3. Hotel internasional di Teluk Banten
Ternyata berceritera tentang suaka burung
4. Klinik bersalin masyarakat ikan
Ternyata berisi sarang ikan dan cara menetaskan telur.
Judul-judul tersebut memang sangat menarik, namun bisa jadi pembaca sangat
kecewa karena isinya tidak seperti yang dibayangkan oleh pembaca sewaktu membaca
judul.
Contoh-contoh berikut ini merupakan contoh-contoh judul yang kurang baik dan
berkesan membosankan dan melelahkan.
Judul sebaiknya juga tidak terlalu pendek. Mungkin judul-judul pendek hanya
sesuai pada karangan seperti novel, cerpen, puisi dll. Jika anda ingin tetap menggunakan
judul pendek karena hal tersebut dapat mencerminkan sesuatu bahasan yang hendak anda
tonjolkan, maka judul pendek itu bisa dibuat, dengan catatan menambah sebjudul di
bawahnya.
Contoh:
1. Sapi Bali
Riwayat penciptaan dan cara peternakannya
2. Daun Katuk
Sebagai obat pelangsing tubuh yang manjur
3. Bulu entok
Sebagai bahan pembuatan bola bulu tangkis
4. Kijing Taiwan
Benar-benar menyelundup ke Indonesia
Untuk membuat judul, sebelumnya kita membuat synopsis, agar diperoleh
gambaran keseluruhan isi artikel, kemudian membuat paling sedikit 3 judul. Di bawah ini
merupakan ringkasan proses pembuatan judul.
Pendahuluan
Setelah pembaca tertarik dengan judul yang anda tampilkan, maka pembaca akan
segera melirik ke pendahuluan. Mereka mengharapkan membaca sesuatu yang menarik
sesuai dengan persepsi pembaca ketika membaca judul. Minat membaca akan menurun
atau meningkat tergantung dari sajian dalam pendahuluan. Oleh karena itu, sub-
pendahuluan perlu mendapat perhatian yang serius. Dalam tulisan populer dan ilmiah
populer, anda tidak perlu menulis ”Pendahuluan” untuk menunjukkan sub-bagian
pendahuluan sebagaimana dalam tulisan ilmiah. Anda langsung saja menulis apa yang
akan anda kemukakan dalam sub-bagian pendahuluan itu.
Ada tujuh macam bentuk pendahuluan, yang dapat kita pilih yaitu:
1. Ringkasan. Pendahuluan berbentuk ringkasan ini nyata-nyata mengemukakan topik
dan poko isi tulisan secara garis besar.
2. Pernyataan yang menonjol. Kadang-kadang disebut juga pendahuluan kejutan.
Biasanya diikuti dengan kalimat kekaguman.
3. Pelukisan. Pendahuluan yang melukiskan suatu fakta, kejadian atau hal.
4. Anekdot.
5. Pertanyaan. Pendahuluan berbentuk pertanyaan yang merangsang keingintahuan
merupakan pendahuluan yang bagus.
6. Ktipan orang lain. Pendahuluan berupa kutipan ucapan seseorang (tentunya orang
terkenal) dapat langsung menyentuh rasa pembaca.
7. Amanat langsung. Pendahuluan berbentuk amanat (pesan) langsung kepada pembaca
sehingga terasa akrab.
Bagian pendahuluan mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai pemancing minat dan
mengatur pembaca ke arah pembahasan. Hal terakhir ini sering kali lebih sulit daripada
menulis judul atau isi. Seringkali kita mengalami kesulitan sehingga kita menjadi kesal
dan putus asa. Jika anda mengalami hal ini, maka langkah yang sebaiknya dilakukan
adalah menunda dulu bagian pendahuluan iniu dan menulis bagian lain, misalnya isi
tulisan. Baru setelah dirasa bisa melanjutkan, anda dapat menulis pendahuluan kembali.
Seringkali pendahuluan mengalami perubahan berulangkali untuk memperoleh alinea
pendahuluan yang dapat memancing minat.
Misalnya contoh proses pembuatan judul dan alinea pendahuluan di bawah ini.
Konsep awal:
PERGANTIAN KELAMIN DAN CARA BETERNAK BELUT
Ikan belut yang kita kenal enak dagingnya itu ternyata mempunyai cara hidup
yang aneh. Kalau muda berupa betina semua, dan kalau tua berganti kelamin menjadi
jantan semua. Dalam tulisan di bawah ini akan dikemukakan tingkah laku mereka
dalam perkawinan, dan cara beternak mereka di kolam air tawar.
Setelah konsep ditulis ulang, alinea pembuka itu menjadi:
SKANDAL SEKS KAUM BELUT
Sebagai ikan buas yang suka berlindung dalam sarang penyamunnya, lindung
atau belut menarik perhatian, karena skaldal seksnya. Kalau masih muda mereka
menikmati hidup sebagai juwita belut betina, maka setelah tua mereka berganti kelamin
menikmati Sorga Dunia untuk kedua kalinya sebagai Don Juan belut jantan.
Tingkah lakunya yang aneh dalam perkawinan, antara lain membentuk sarang
busa, kita pakai untuk mengambil tindakan teknis dan cara beternak mereka di kolam air
tawar.
Revisi ini mungkin bukan tulisan akhir, karena barangkali perlu dicekulang lagi.
Bila anda merasa revisi itu sudah baik dan tidak tahu lagi bagian mana yang perlu
direvisi, maka ada baiknya anda minta tolong kepada teman anda untuk membacanya.
Biasanya teman anda akan lebih jeli dalam melihat kelemahan tulisan anda.
Tidak selamanya usaha membuat pendahuluan demikian dapat berhasil, terutama
jika sinopsis artikel yang bersangkutan tidak menarik. Dalam hal ini, pendahuluannya
sebaiknya kita susun berupa sari yang disarikan dari sinopsis yang paling menonjol dan
menarik perhatian.
Misalnya contoh sebagai berikut:
Judul MENUJU TENAGA SURYA
Novelty lead Kali ini seorang presiden pun naik ke atap rumah dalam rangka
Usaha melawan krisis energi. Cina memasak dengan tenaga matahari.
Tapi listrik tenaga surya masih mahal harganya. Diharapkan makin
murah, nanti menjelang tahun 2000.
Tubuh utama Mungkin bsru ksli ini seorang Presiden Amerika Serikat naik ke
Atap Gedung Putih. Ini terjadi ketika Jimmy Carter meresmikan
pemakaian alat pemasak air yang menggunakan tenaga matahari
tanggal 20 Juni 1979 yang lalu. (Dan seterusnya).
Cara lain untuk memancing minat baca ialah mengingatkan seseorang (pembaca)
kepada kejadian serupa, atau juga berupa dongeng, kisah atau cerita yang familiar dari
orang lain.
Misalnya contoh sebagai berikut;
Judul AIR KELAPA
. 1000 liter sehari terbuang
. Siapa yang mau ikut memanfaatkannya?
Pendahuluan Air kelapa yang pertama kali kita dengar ialah air kelapa Ki
Ageng Giring dalam Babad Tanah Jawi dulu. Kata sahibulhikayat, kelapa
yang dipetiknya di atas pohon diringi oleh suara gaib yang mengiang di
telinganya: ”Pengumuman! Barang siapa yang bisa minum air kelapa
’yang ini’ sekaligus dalam satu tarikan, ia akan menurunkan raja-raja
Mataram!”
Isi Tulisan
Pada alinea atau kalimat terakhir dari pendahuluan sangat dianjurkan merupakan
alinea atau kalimat penghubung antara pendahuluan dan isi tulisan. Hal ini perlu
diperhatikan agar pembaca tidak merasa ada sesuatu yang hilang sewaktu membaca isi
utama tulisan anda. Jika tidak ada kalimat penghubung, seolah-olah pembaca diajak
melompat sehingga terasa mengganjal.
Untuk menghindari pembaca cepat bosan, maka isi utama tulisan sebaiknya
dibagi ke dalam sub-sub. Sub-sub ini juga perlu dipilih kata-kata yang menarik tanpa
meninggalkan maknanya. Memang cukup sulit. Untuk mengtasi hal ini, maka pertama-
tama tulis dahulu sub yang sesuai walaupun belum terasa menarik. Cara ini adalah untuk
memandu jalannya tulisan yang sedang disusun. Baru setelah sub-sub tersusun, kita dapat
memeriksanya kembali.
Etelah judul sub dibuat, kita mulai menulis pikiran, gagasan, fakta dll. sesuai
dengan judul sub tersebut. Agar sub-sub menarik, maka harus dibuat alinea-alinea yang
menarik, berkesinambungan dan dinamis serta cepat berpindah tepat pada waktunya.
Dengan adanya alinea-alinea, pembaca akan tahu, suatu gagasan pokok dimulai dan
diakhiri, serta kemudian berpindah ke gagasan berikutnya. Dengan demikian, pembaca
dapat dengan mudah menelusuri anak-anak tangga tanpa kesulitan.
Dari contoh di atas, jelas bahwa sebuah alinea yang menarik harus beruntut atau
berkesinambungan. Namun alinea yang beruntun saja masih belum tentu enak dibaca.
Harus pula diusahakan agar tiap kalimat dalam alinea itu merupakan irama yang teratur.
Contoh: Pikiran masih jernih, dan badan masih segar
Berikut contoh alinea yang kalimatnya tidak berirama:
Praktis semua orang tua mengetahui bahwa kebiasaan caranya memakan sirih
adalah suatu etiket pergaulan resmi yang pada jaman dahulu kala tidak semua orang
menguasainya, bilamana ingin diterima di kalangan para pembesar dan para raja-raja.
Alinea itu dapat disusun kembali dan terasa lebih berirama sebagai berikut:
Praktis semua orang tua tahu, bagaimana cara makan sirih. Yaitu menggoyang-
goyangkan rahang menguyah daun sirih, kapur dan pinang, kemudian menyumbat mulut
dengan segumpal tembakau. Susur, namanya.
Pada jaman dahulu, semua orang yang akan menghadiri rapat para pembesar
sipil dan militer harus memakan sirih. Waktu itu, kebiasaan ini merupakan etiket yang
harus dikuasai oleh semua orang, bila ingin diterima di kalangan mereka.
Alinea yang tidak dinamis akan membuat sebuah alinea terasa lamban.
Contoh dan perbaikannya (?)
Penutup
Sebagaimana pendahuluan, maka kata penutup sebagai isyarat penutup sebuah
tulisan tidak dicantumkan pada tulisan populer. Penutup ini dapat berupa alinea terakhir
dari sebuah tulisan. Penutup biasanya bergaya pamit. Gaya pamit itu biasanya cukup
dihasilkan dengan menyelipkan kata demikian, jadi, maka, akhirnya atau kalimat
pertanyaan.
Contoh ?
Format Tulisan
Agar tulisan kita bisa dimuat di suatu majalah, koran, jurnal atau yang sejenisnya,
kita harus memperhatikan format dan bahasa media masa tersebut. Kalau anda
perhatikan, setiap media masa biasanya mempunyai format tulisan dan gaya bahasa yang
berbeda. Bahkan, kadangkala kualitas bahasa dari suatu media masa akan menunjukkan
bobot media masa tersebut. Untuk itu, anda harus menyesuaikan dengan gaya bahasa
media masa tersebut. Jika anda merasa belum mampu, maka anda dapat memilih media
masa yang belum mempunyai bentuk dan gaya bahasa.
Persiapan Naskah
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam mempersiapkan naskah.
Betapapun bagusnya tulisan kita, mungkin sekali setelah sampai di meja redaksi langsung
dibuang ke tong sampah. Mengapa? Alasannya sederhana! Naskah kotor!
Daftar Pustaka
Rifai, M. A. 1995. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan Karya Ilmiah
Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.