Anda di halaman 1dari 10

PENYUSUNAN KARYA ILMIAH POPULER

24 10 2008

14 Votes
Oleh: Urip Santoso[1]
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu

Ilutrasi
John seorang mahasiswa tingkat satu di suatu universitas. Ia sangat gemar
membaca baik bahan kuliah, iptek, pengetahuan umum, novel, cerita bersambung, cerpen
dan sebagainya. Ia tidak habis mengerti, mengapa para penulis atau pengarang begitu
pandai bercerita lewat tulisan atau karangan yang runtut, menarik dan mengesankan. Ia
juga banyak mendengar dari teman-temannya yang pandai menulis atau mengarang
bahwa honorariumnya cukup lumayan sebagai tambahan biaya hidup. Yah, sebagai
seorang mahasiswa dari keluarga yang kurang berada, maka “imbalan” yang didengarnya
cukup menggiurkan.
“Ah, kalau seandainya aku bisa menulis, pasti aku tak usah minta kiriman uang.
Kasihan ortu. Mereka sangat lelah,” angannya.
John ternyata tidak hanya berangan-angan. Ia wujudkan angan-anganya dengan
perbuatan. Ia pergi ke perpustakaan, diskusi dan wawancara dengan para pakar. Ia juga
melahap buku-buku yang membahas cara menulis dan mengarang.
”Ah, rasanya sih mudah menulis,” pikirnya. Aku tinggal membuat ide – yang
sebetulnya sudah bertimbun dalam otakku –, menulis tema, pokok pikiran, judul,
kerangka tulisan, mencari bahan dan menulis.” ”Ah, gampang,” batinnya.
Iapun mulai mencari bahan-bahan tulisan yang ia harapkan dapat mendukung
tulisan yang hendak ia buat. Setelah bahan tulisan tersedia, iapun mulai menulis. Namun,
begitu pena menyentuh kertas, setumpuk ide yang ada dalam otaknya tidak mau keluar.
Macet!
”Ah, kenapa seret amat,” keluhnya. Ia coba dan coba sampai akhirnya ia putus asa
dan berhenti menulis.
”Ah, barangkali aku tidak bakat,” pikirnya.
—–000—–

Bakat barangkali sangat mendukung seseorang untuk menjadi penulis atau


pengarang yang baik. Namun tanpa latihan, mustahil seseorang akan bisa menjadi
seorang penulis atau pengarang. Pada hemat saya, kemampuan menulis lebih banyak
ditentukan oleh latihan yang intensif. Banyak diantara kita yang berhenti menulis pada
tahap awal seperti John. Ketika penanya seret, mereka berhenti menulis serta
menganggap bahwa mereka tidak berbakat.
Sebenarnya, langkah-langkah yang ditempuh oleh John sudah benar. Ia belajar
terlebih dahulu teori atau tuntunan menulis, baru setelah memahaminya ia mencari bahan
untuk ditulis. Ia juga telah mencoba menulis berulang kali. Namun ia merasa gagal.
Padahal ia belum cukup banyak berlatih. Einstein bilang: “Jika anda telah gagal sepuluh
ribu kali maka cobalah lagi barangkali pada yang ke sepuluh ribu satu kali anda berhasil.”
Ya, kita harus mempunyai motivasi yang kuat untuk berlatih terus sampai sukses
menjemput kita.
Ada langkah yang barangkali cukup praktis. Jika anda merasa pena sudah mulai
seret, berhentilah menulis. Simpan tulisan itu dan kemudian baca ulang tulisan itu pada
kesempatan yang lain. Anda akan melihat berbagai kelemahan dan kekurangan tulisan
anda. Jika anda sudah tahu kekurangan tulisan itu, saya yakin anda akan mengetahui cara
untuk memperbaikinya. Sebagai langkah awal, anda bisa menulis apa saja, asal sesuai
dengan tema yang telah ditentukan. Hal ini sangat penting, untuk menjaga agar pena anda
tidak seret kembali, dan agar berbagai ide dalam otak anda bisa dituangkan ke dalam
tulisan. Baru setelah selesai, anda bisa mengoreksi draft kasar sampai tulisan itu anda
nilai sudah baik. Draft terakhir sebaiknya dibaca oleh teman anda. Sebab seringkali kita
sudah menilai bahwa tulisan kita sangat sempurna, setelah dibaca oleh orang lain ternyata
masih banyak bolong-bolongnya.

Pemilihan Tema
Tema merupakan pokok masalah yang akan diuraikan dalam sebuah tulisan.
Tema harus ditentukan sebelum mulai mengarang. Tanpa tema, tidak akan dihasilkan
tulisan yang baik. Tema dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti pengalaman, hasil
penelitian, survei, pengamatan, wawancara, kreasi imajinatif dll. Karangan-karangan
narasi, deskripsi biasanya bersumber dari sumber-sumber tersebut. Akan tetapi tulisan
argumentatif atau persuasi umumnya bersumber dari pendapat dan sikap penulis.
Agar terhindar dari kesulitan memperoleh tema, beberapa hal harus diperhatikan,
antara lain:

1. selalu menambah pengalaman, banyak melihat, mendengarkan, membaca,


berdiskusi, mengalami sendiri berbagai peristiwa.
2. selalu rajinmengamati sesuatu yang terjadi di sekitar kita atau membaca buku,
jurnal, majalah, koran yang merupakan hasil pengamatan/penelitian orang lain.
3. selalu mengembangkan imajinasi dan kreativitas.
4. sering mengadakan diskusi dan tukar-menukar pendapat untuk melatih
mengemukakan pendapat dan mempertahankannya dengan argumentasi dan
contoh yang baik dan tepat serta memperluas cakrawala berpikir.

Untuk menghasilkan sebuah tulisan yang berbobot, penulis harus memilih tema
yang menarik, memungkinkan untuk digarap, ruang lingkup yang tidak terlalu luas dan
tidak terlalu sempit, dan hangat. Coba anda bandingkan tema-tema di bawah ini:

1. Curah hujan di Indonesia vs Curah hujan di pulau Jawa


2. Sejarah seni lukis di Indonesia vs Seni lukis di zaman kemerdekaan
3. Perkembangan Islam vs Sebabnya Islam cepat tersiar
4. Pembangunan di Indonesia vs Pembangunan ekonomi pada Pelita III
5. Pengaruh kebijakan 15 Nopember 1978 terhadap masyarakat vs Pengaruh
kebijakan 15 Nopember 1978 terhadap usaha kerajinan rotan di Amuntai
6. Perkembangan pers di Indonesia vs Perkembangan pers di Indonesia ditinjau dari
segi kebebasannya.
Sering kita mendapatkan tema, ide atau gagasan secara tiba-tiba. Bisa ketika kita
membaca, bisa ketika kita melihat sesuatu, atau bisa seketika atau bahkan dalam mimpi.
Kilasan-kilasan ide atau gagasan atau tema sering mudah kita lupakan. Jika hal itu tidak
segera kita tangkap, maka mereka akan segera menghilang dari pikiran kita. Oleh sebab
itu, ide-ide tersebut harus segera dicatat. Adalah hal yang menarik jika ide-ide itu kita
dokumentasikan dalam sebuah buku ide. Sewaktu-waktu kita dapat mengingat kembali
ide-ide kita yang dituangkan ke dalam sebuah buku. Kita tinggal memilih ide atau tema
mana yang kita nilai sangat menarik bagi pembaca, dan mulailah kita menulis. Menulis
dan menulis, sebagai wahana latihan tanpa mengenal lelah dan putus asa.

Kerangka Tulisan
Setelah menentukan tema, langkah berikutnya adalah membuat kerangka tulisan.
Kerangka tulisan ini sangat penting untuk memandu tahapan menulis agar tidak
menyimpang dari tema. Kerangka tulisan ini selain sangat berguna bagi penulis pemula,
juga berguna untuk menghindari kemungkinan terlupa dan bermanfaat untuk mengkaji
sekali lagi point-point yang penting itu secara kritis.
Ada beberapa macam tipe susunan kerangka tulisan antara lain:

1. Berdasarkan urutan kronologis. Susunan kerangka diatur menurut susunan waktu


kejadian peristiwa yang hendak diuraikan.
2. Berdasar urutan lokal. Susunan kerangka diatur menurut susunan lokal
(ruang/tempat) dari obyek yang hendak diuraikan.
3. Berdasar urutan klimaks. Susunan kerangka diatur menurut jenjang
kepentingannya.
4. Berdasar urutan familiaritas. Susunan kerangka diatur menurut dikenal-tidaknya
bahan yang akan diuraikan.
5. Berdasar urutan akseptabilitas. Susunan kerangka diatur menurut diterima-
tidaknya prinsip yang dikemukakan.
6. Berdasar urutan kausal. Susuanan kerangka diatur menurut hubungan sebab-
akibat.
7. Berdasar urutan logis. Susunan kerangka diatur menurut aspek umum dan aspek
khusus.
8. Berdasar urutan apresiatif. Susunan kerangka diatur menurut pemilikan buruk-
baik, untung-rugi, berguna-tidak berguna, benar-salah, dst.

Untuk bisa membuat kerangka tulisan yang baik, diperlukan langkah-langkah


sebagai berikut:
1. Mencatat di atas kertas segala gagasan yang timbul dari perkiraan, atau yang
dikumpulkan dari sumber-sumber yang ada hubungan dengan tema yang telah
dirumuskan.
2. Kemudian, mulailah gagasan-gagasan tadi diatur, diorganisasi dan
disitematisasikan.
3. Mengkaji sekali lagi gagasan-gagasan yang telah dikelompokkan dalam bab-bab
dan pasal-pasal.
4. Membuat kerangka tulisan yang lengkap dan terperinci yang sudah bebas dari
coretan-coretan. Dalam tahap ini dicantumkan tema, judul dan pokok pikiran yang
mendasari kerangka tulisan tersebut.

Contoh:
Tema: Bermahasiswa yang benar.
Pokok pikiran: Menjadi mahsiswa bukan untuk menaikkan status sosial atau untuk
tujuan-tujuan lain, melainkan untuk belajar lebih banyak dan lebih intens sebagai bekal
menghadapi masa depan bangsa.
Kerangka tulisan
Pendahuluan (Masih banyak diantara mahasiswa belum menyadari dengan baik untuk apa
sebenarnya dia menjadi mahasiswa)
I. Motivasi masuk perguruan tinggi
A. Untuk memperoleh status sosial yang tinggi
B. Untuk menghindari menjadi penganggur
C. Untuk mengembangkan kemampuan diri
II. Karakteristik perguruan tinggi
A. Antara perguruan tinggi dengan sekolah lanjutan
B. Perguruan tinggi sebagai simbol peradaban bangsa
III. Mahasiswa yang ideal
A. Selalu melipatgandakan usaha studi
B. Selalu melatih diri dalam keterampilan memimpin

Beberapa persyaratan membuat kerangka tulisan antara lain:

1. Kerangka harus mengandung pokok-pokok yang cukup mendalam.


2. Kerangka harus disusun secara cermat dan logis.
3. Kerangka yang baik, pokok-pokok yang sejajar harus diberi nomor atau huruf
yang sejenis. Dalam membuat kerangka tulisan tidak boleh ada pembagian yang
pincang.

Pemilihan Judul
Setelah menentukan tema, pokok pikiran dan kerangka tulisan, langkah
selanjutnya adalah membuat judul. Judul, selain harus menarik perhatian pembaca, juga
harus mencerminkan tema tulisan. Hal ini sangat penting artinya bagi pembaca. Setelah
pembaca tertarik terhadap judul yang terpampang di majalah atau koran, maka ia ingin
segera tahu apa isinya. Pembaca akan kecewa jika isi yang ditulis ternyata tidak sesuai
atau semenarik sebagaimana judulnya.
Menarik bukan berarti bombastis. Judul-judul yang bombastis sekilas memang
menarik perhatian pembaca. Akan tetapi pembaca akan segera kecewa ketika membaca
isi tulisan tersebut. Sebab judul yang bombastis itu biasanya tidak mencerminkan isi
tulisan yang dibahas. Betapa sering kita dikecewakan oleh judul-judul buku yang seperti
ini. Membaca judul dan sinopsis buku yang biasanya ditulis di kover belakang kita sering
tertarik untuk membelinya. Akan tetapi, ketika setelah sampai di rumah dan membacanya
kita menjadi sangat kecewa. Demikian pula ketika kita membaca koran atau majalah atau
tulisan apapun, sering dikecewakan oleh judul yang bombastis tetapi isinya tidak relevan.
Perhatikan juduljudul di bawah ini.
1. Aerodynamika msyarakat serangga
Ternyata hanya membahas cara terbang serangga.
2. Razzia penduduk sungai
Ternyata bercerita tentang orang cari ikan
3. Hotel internasional di Teluk Banten
Ternyata berceritera tentang suaka burung
4. Klinik bersalin masyarakat ikan
Ternyata berisi sarang ikan dan cara menetaskan telur.

Judul-judul tersebut memang sangat menarik, namun bisa jadi pembaca sangat
kecewa karena isinya tidak seperti yang dibayangkan oleh pembaca sewaktu membaca
judul.
Contoh-contoh berikut ini merupakan contoh-contoh judul yang kurang baik dan
berkesan membosankan dan melelahkan.

1. Setiap empat jam ada orang ditabrak trem di Betawi


2. Varietas-varietas atau strain-strain ikan mas dan masalahnya dalam pemuliaan.
3. Perlu kita perhatikan adanya serangan penyakit pada tanaman kacang tanah,
terutama becak dan belang daun.

Judul-judul tersebut di atas dapat diperbaiki sebagai berikut:

1. Tiap empat jam ada orang ditabrak trem


2. Masalah strain ikan mas dalam pemuliaan
3. Perlu perhatian terhadap serangan penyakit pada kacang tanah

Judul sebaiknya juga tidak terlalu pendek. Mungkin judul-judul pendek hanya
sesuai pada karangan seperti novel, cerpen, puisi dll. Jika anda ingin tetap menggunakan
judul pendek karena hal tersebut dapat mencerminkan sesuatu bahasan yang hendak anda
tonjolkan, maka judul pendek itu bisa dibuat, dengan catatan menambah sebjudul di
bawahnya.
Contoh:
1. Sapi Bali
Riwayat penciptaan dan cara peternakannya
2. Daun Katuk
Sebagai obat pelangsing tubuh yang manjur
3. Bulu entok
Sebagai bahan pembuatan bola bulu tangkis
4. Kijing Taiwan
Benar-benar menyelundup ke Indonesia
Untuk membuat judul, sebelumnya kita membuat synopsis, agar diperoleh
gambaran keseluruhan isi artikel, kemudian membuat paling sedikit 3 judul. Di bawah ini
merupakan ringkasan proses pembuatan judul.

Tabel 1. Proses pembuatan judul


No. Tema Sinopsis Judul
1. Dengan pupuk majemuka. Arti dan jenis pupuk1. Gunakan pupuk majemuk
kita melipatgandakanmajemuk demi suksesnya
hasil bumi dalam rangkab. Pengaruhnya terhadappembangunan
partisipasi dalamtanaman pangan 2. Arti, pengaruh dan cara
pembangunan c. Cara pemakaiannya pemakaian pupuk majemuk
3. Pupuk majemuk
* Pengaruh dan
pemakaiannya bagi
peningkatan hasil tanaman
2. Penggunaan jaring trawla. Pengertian ikan demersal1. Jaring trwal
yang benar, dalamdan daerah penyebarannya 2. Ikan demersal dan cara
peningkatan pemanfaatanb. Cara penangkapan ikanpenangkapannya yang benar
sumber ikan demersaldemersal dengan jaring trawl dengan jaring trawl
yang hidup di dekat dasar 3. Penangkapan ikan dasar
laut dengan jaring trawl

Pendahuluan
Setelah pembaca tertarik dengan judul yang anda tampilkan, maka pembaca akan
segera melirik ke pendahuluan. Mereka mengharapkan membaca sesuatu yang menarik
sesuai dengan persepsi pembaca ketika membaca judul. Minat membaca akan menurun
atau meningkat tergantung dari sajian dalam pendahuluan. Oleh karena itu, sub-
pendahuluan perlu mendapat perhatian yang serius. Dalam tulisan populer dan ilmiah
populer, anda tidak perlu menulis ”Pendahuluan” untuk menunjukkan sub-bagian
pendahuluan sebagaimana dalam tulisan ilmiah. Anda langsung saja menulis apa yang
akan anda kemukakan dalam sub-bagian pendahuluan itu.
Ada tujuh macam bentuk pendahuluan, yang dapat kita pilih yaitu:
1. Ringkasan. Pendahuluan berbentuk ringkasan ini nyata-nyata mengemukakan topik
dan poko isi tulisan secara garis besar.
2. Pernyataan yang menonjol. Kadang-kadang disebut juga pendahuluan kejutan.
Biasanya diikuti dengan kalimat kekaguman.
3. Pelukisan. Pendahuluan yang melukiskan suatu fakta, kejadian atau hal.
4. Anekdot.
5. Pertanyaan. Pendahuluan berbentuk pertanyaan yang merangsang keingintahuan
merupakan pendahuluan yang bagus.
6. Ktipan orang lain. Pendahuluan berupa kutipan ucapan seseorang (tentunya orang
terkenal) dapat langsung menyentuh rasa pembaca.
7. Amanat langsung. Pendahuluan berbentuk amanat (pesan) langsung kepada pembaca
sehingga terasa akrab.
Bagian pendahuluan mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai pemancing minat dan
mengatur pembaca ke arah pembahasan. Hal terakhir ini sering kali lebih sulit daripada
menulis judul atau isi. Seringkali kita mengalami kesulitan sehingga kita menjadi kesal
dan putus asa. Jika anda mengalami hal ini, maka langkah yang sebaiknya dilakukan
adalah menunda dulu bagian pendahuluan iniu dan menulis bagian lain, misalnya isi
tulisan. Baru setelah dirasa bisa melanjutkan, anda dapat menulis pendahuluan kembali.
Seringkali pendahuluan mengalami perubahan berulangkali untuk memperoleh alinea
pendahuluan yang dapat memancing minat.
Misalnya contoh proses pembuatan judul dan alinea pendahuluan di bawah ini.
Konsep awal:
PERGANTIAN KELAMIN DAN CARA BETERNAK BELUT
Ikan belut yang kita kenal enak dagingnya itu ternyata mempunyai cara hidup
yang aneh. Kalau muda berupa betina semua, dan kalau tua berganti kelamin menjadi
jantan semua. Dalam tulisan di bawah ini akan dikemukakan tingkah laku mereka
dalam perkawinan, dan cara beternak mereka di kolam air tawar.
Setelah konsep ditulis ulang, alinea pembuka itu menjadi:
SKANDAL SEKS KAUM BELUT
Sebagai ikan buas yang suka berlindung dalam sarang penyamunnya, lindung
atau belut menarik perhatian, karena skaldal seksnya. Kalau masih muda mereka
menikmati hidup sebagai juwita belut betina, maka setelah tua mereka berganti kelamin
menikmati Sorga Dunia untuk kedua kalinya sebagai Don Juan belut jantan.
Tingkah lakunya yang aneh dalam perkawinan, antara lain membentuk sarang
busa, kita pakai untuk mengambil tindakan teknis dan cara beternak mereka di kolam air
tawar.
Revisi ini mungkin bukan tulisan akhir, karena barangkali perlu dicekulang lagi.
Bila anda merasa revisi itu sudah baik dan tidak tahu lagi bagian mana yang perlu
direvisi, maka ada baiknya anda minta tolong kepada teman anda untuk membacanya.
Biasanya teman anda akan lebih jeli dalam melihat kelemahan tulisan anda.
Tidak selamanya usaha membuat pendahuluan demikian dapat berhasil, terutama
jika sinopsis artikel yang bersangkutan tidak menarik. Dalam hal ini, pendahuluannya
sebaiknya kita susun berupa sari yang disarikan dari sinopsis yang paling menonjol dan
menarik perhatian.
Misalnya contoh sebagai berikut:
Judul MENUJU TENAGA SURYA
Novelty lead Kali ini seorang presiden pun naik ke atap rumah dalam rangka
Usaha melawan krisis energi. Cina memasak dengan tenaga matahari.
Tapi listrik tenaga surya masih mahal harganya. Diharapkan makin
murah, nanti menjelang tahun 2000.

Tubuh utama Mungkin bsru ksli ini seorang Presiden Amerika Serikat naik ke
Atap Gedung Putih. Ini terjadi ketika Jimmy Carter meresmikan
pemakaian alat pemasak air yang menggunakan tenaga matahari
tanggal 20 Juni 1979 yang lalu. (Dan seterusnya).

Cara lain untuk memancing minat baca ialah mengingatkan seseorang (pembaca)
kepada kejadian serupa, atau juga berupa dongeng, kisah atau cerita yang familiar dari
orang lain.
Misalnya contoh sebagai berikut;
Judul AIR KELAPA
. 1000 liter sehari terbuang
. Siapa yang mau ikut memanfaatkannya?
Pendahuluan Air kelapa yang pertama kali kita dengar ialah air kelapa Ki
Ageng Giring dalam Babad Tanah Jawi dulu. Kata sahibulhikayat, kelapa
yang dipetiknya di atas pohon diringi oleh suara gaib yang mengiang di
telinganya: ”Pengumuman! Barang siapa yang bisa minum air kelapa
’yang ini’ sekaligus dalam satu tarikan, ia akan menurunkan raja-raja
Mataram!”

Isi Tulisan
Pada alinea atau kalimat terakhir dari pendahuluan sangat dianjurkan merupakan
alinea atau kalimat penghubung antara pendahuluan dan isi tulisan. Hal ini perlu
diperhatikan agar pembaca tidak merasa ada sesuatu yang hilang sewaktu membaca isi
utama tulisan anda. Jika tidak ada kalimat penghubung, seolah-olah pembaca diajak
melompat sehingga terasa mengganjal.
Untuk menghindari pembaca cepat bosan, maka isi utama tulisan sebaiknya
dibagi ke dalam sub-sub. Sub-sub ini juga perlu dipilih kata-kata yang menarik tanpa
meninggalkan maknanya. Memang cukup sulit. Untuk mengtasi hal ini, maka pertama-
tama tulis dahulu sub yang sesuai walaupun belum terasa menarik. Cara ini adalah untuk
memandu jalannya tulisan yang sedang disusun. Baru setelah sub-sub tersusun, kita dapat
memeriksanya kembali.
Etelah judul sub dibuat, kita mulai menulis pikiran, gagasan, fakta dll. sesuai
dengan judul sub tersebut. Agar sub-sub menarik, maka harus dibuat alinea-alinea yang
menarik, berkesinambungan dan dinamis serta cepat berpindah tepat pada waktunya.
Dengan adanya alinea-alinea, pembaca akan tahu, suatu gagasan pokok dimulai dan
diakhiri, serta kemudian berpindah ke gagasan berikutnya. Dengan demikian, pembaca
dapat dengan mudah menelusuri anak-anak tangga tanpa kesulitan.

Contoh alinea yang baik:


Sebagai ikan buas, para kakap jelas tidak cocok untuk dipelihara dalam tambak
bersama ikan bandeng dan udang, karena terang mereka akan menghabiskan benih
bandeng dan udang, yang sangat berharga.
Tetapi di India, ikan kakap justru sengaja dipelihara dalam tambak juga,
meskipun dengan pemberian makanan tambahan berupa udang kerdil setengah mati.
Sedangkan di Muangthai, ikan kakap dipelihara dengan pemberian makanan berupa
ikan rucah sebangsa teri.

Dari contoh di atas, jelas bahwa sebuah alinea yang menarik harus beruntut atau
berkesinambungan. Namun alinea yang beruntun saja masih belum tentu enak dibaca.
Harus pula diusahakan agar tiap kalimat dalam alinea itu merupakan irama yang teratur.
Contoh: Pikiran masih jernih, dan badan masih segar
Berikut contoh alinea yang kalimatnya tidak berirama:
Praktis semua orang tua mengetahui bahwa kebiasaan caranya memakan sirih
adalah suatu etiket pergaulan resmi yang pada jaman dahulu kala tidak semua orang
menguasainya, bilamana ingin diterima di kalangan para pembesar dan para raja-raja.
Alinea itu dapat disusun kembali dan terasa lebih berirama sebagai berikut:
Praktis semua orang tua tahu, bagaimana cara makan sirih. Yaitu menggoyang-
goyangkan rahang menguyah daun sirih, kapur dan pinang, kemudian menyumbat mulut
dengan segumpal tembakau. Susur, namanya.
Pada jaman dahulu, semua orang yang akan menghadiri rapat para pembesar
sipil dan militer harus memakan sirih. Waktu itu, kebiasaan ini merupakan etiket yang
harus dikuasai oleh semua orang, bila ingin diterima di kalangan mereka.

Alinea yang tidak dinamis akan membuat sebuah alinea terasa lamban.
Contoh dan perbaikannya (?)

Penutup
Sebagaimana pendahuluan, maka kata penutup sebagai isyarat penutup sebuah
tulisan tidak dicantumkan pada tulisan populer. Penutup ini dapat berupa alinea terakhir
dari sebuah tulisan. Penutup biasanya bergaya pamit. Gaya pamit itu biasanya cukup
dihasilkan dengan menyelipkan kata demikian, jadi, maka, akhirnya atau kalimat
pertanyaan.

Contoh ?

Format Tulisan
Agar tulisan kita bisa dimuat di suatu majalah, koran, jurnal atau yang sejenisnya,
kita harus memperhatikan format dan bahasa media masa tersebut. Kalau anda
perhatikan, setiap media masa biasanya mempunyai format tulisan dan gaya bahasa yang
berbeda. Bahkan, kadangkala kualitas bahasa dari suatu media masa akan menunjukkan
bobot media masa tersebut. Untuk itu, anda harus menyesuaikan dengan gaya bahasa
media masa tersebut. Jika anda merasa belum mampu, maka anda dapat memilih media
masa yang belum mempunyai bentuk dan gaya bahasa.

Persiapan Naskah
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam mempersiapkan naskah.
Betapapun bagusnya tulisan kita, mungkin sekali setelah sampai di meja redaksi langsung
dibuang ke tong sampah. Mengapa? Alasannya sederhana! Naskah kotor!

Daftar Pustaka

Banjarnahor, G. 1994. Wartawan Freelance: Panduan menulis artikel untuk media


cetak dan elektronik. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Brotowidjoyo, M. D. 1995. Penulisan Karangan Ilmiah. Edisi Kedua. Akademika


Pressindo. Jakarta.

Haryanto, A. G. 2000. Penelusuran pustaka. Dalam: Metode Penulisan dan Penyajian


Karya Ilmiah (Haryanto, A. G., H. Ruslijanto dan D. Mulyono ed.). Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Haryanto, A. G., H. Ruslijanto, D. Mulyono. 2000. Metode Penulisan dan Penyajian
Karya Ilmiah. Penebit Buku Kedokteran, Jakarta.

Lindsay, D. 1988. A Guide to Scientific Writing. (Penerjemah S. S. Achmadi). UI-Press,


Jakarta.

Manalu, W. 1999. Penulisan artikel ilmiah pada jurnal ilmiah internasional.


Makalah Pelatihan Penatar Penulisan Artikel Ilmiah di Perguruan Tinggi, DIKTI,
Jakarta.

Mullins, C. J. 1980. The Complete Writing Guide to Preparing Reports, Proposals,


Memos, Etc. Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, NJ.

Nafiah, A. H. 1981. Anda Ingin Jadi Pengarang? Usaha Nasional, Surabaya.

Purbo-Hadiwidjojo, M. M. 1993. Menyusun Laporan Teknik. Penerbit ITB, Bandung.

Purwoko, A. 2006. Mencari dan merumuskan topik penelitian. Disampaikan pada


Pelatihan Peningkatan Kemampuan Menulis Karya Ilmiah, Jurusan Sosial
Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, Bengkulu.

Rifai, M. A. 1995. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan Karya Ilmiah
Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.

Santoso, U. 1998. Penyusunan penulisan ilmiah populer. Pelatihan penulisan ilmiah


populer bagi mahasiswa, Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai