Anda di halaman 1dari 4

Kepemimpinan VOC dipegang oleh dewan beranggotakan 17

orang yang berkedudukan di Amsterdam. Oleh pemerintah Belanda,


VOC diberi oktroi (hak-hak istimewa) sebagai berikut.
1. Dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia.
2. Monopoli perdagangan.
3. Mencetak dan mengedarkan uang sendiri.
4. Mengadakan perjanjian dan melakukan perang dengan negara
lain.
5. Menjalankan kekuasaan kehakiman dan melakukan pemungutan
pajak.
6. Memiliki angkatan perang sendiri. Mengadakan pemerintahan
sendiri.

Untuk melaksanakan kekuasaannya di Indonesia, diangkatlah


Gubernur Jendera VOC antara lain sebagai berikut.
A. Pieter Both, yaitu Gubernur Jenderal VOC pertama yang
memerintah tahun 1610-1619 di Ambon.
B. Jan Pieterzoon Coen, yaitu Gubernur Jenderal VOC kedua yang
memindahkan pusat VOC dari Ambon ke Jayakarta (Batavia).
Timbulnya masalah keuangan yang dialami Belanda, mendorong
Belanda mengirim Johannes Van den Bosch ke Indonesia dengan
tugas meningkatkan penerimaan negara. Van den Bosch
mengeluarkan peraturan tanam paksa (cultuur stelsel) di
Indonesia untuk menambah penerimaan negaranya.

Tanam paksa adalah peraturan yang mewajibkan setiap desa


utnuk menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi
ekspor, khususnya kopi, tebu, dan nila. Hasil tanaman ini akan dijual
kepada pemerintah kolonial dengan harga yang sudah dipastikan dan
hasil panen diserahkan kepada pemerintah kolonial juga. Penduduk
desa yang tidak memiliki tanah harus bekerja 75 hari dalam setahun
(20%) pada kebun-kebun milik pemerintah yang menjadi semacam
pajak. Sistem tanam paksa ini jauh lebih keras dan kejam dibanding
sistem monopoli VOC. Aset tanam paksa inilah yang memberikan
sumbangan besar bagi modal pada zaman keemasan kolonialis liberal
Hindia Belanda pada tahun 1835 hingga 1940.

Perlawanan VOC
Perlawanan terhadap VOC dilakukan di berbagai wilayah di
Indonesia. Di Indonesia bagian timur seperti Maluku dan Makassar
perlawanan dilakukan sejak tahun 1630–1800. Perlawanan dilakukan
terhadap kepentingan VOC berlangsung sampai dengan meninggalnya
Kakiali (tokoh penggerak perlawanan terhadap VOC di Hitu) pada
tahun 1643. VOC memanfaatkan La Tenritatta to ‘Unru atau Arung
Palakka (1634–1696) untuk bisa menguasai Makassar. Meskipun
penguasa Gowa memberikan otonomi yang luas pada daerah-daerah
yang dikuasainya,hal itu tetap menimbulkan kebencian di kalangan
daerah-daerah taklukan. Inilah yang mendasari Bugis mau menerima
ajakan VOC untuk menghancurkan Makassar (Gowa). Sultan
Hasanudin (1653–1669) akhirnya mengalami kekalahan pada tahun
1669, setelah digempur oleh pasukan VOC dengan sekutunya pasukan
Bugis. Arung Palakka pun menjadi orang terkuat yang menguasai
Sulawesi Selatan di bawah monopoli VOC.
Perlawanan terhadap VOC di Jawa dilakukan oleh Kerajaan
Mataram. Selama pemerintahan Sultan Agung, awalnya memberikan
keleluasaan pada VOC untuk berdagang. VOC diberi izin mendirikan
loji di Jepara. Namun, Mataram kemudian menolak keberadaan VOC
di Jawa. Upaya untuk melawan VOC di Batavia dilakukan Sultan Agung
tahun 1628–1629, tetapi mengalami kegagalan. Hal yang sama
dilakukan oleh Amangkurat I (1646–1677) sebagai pengganti Sultan
Agung. Keberadaan VOC pun masih sangat dibatasi dan VOC bisa
masuk ke wilayah Jawa dengan ditarik pajak. Bahkan pada tahun 1660
Amangkurat I menutup perdagangan dengan VOC karena VOC
menyerang Palembang.
VOC berhasil menguasai Jawa setelah Amangkurat II menjadi
raja. Sejak saat itu, konflik berkepanjangan terjadi di antara sesama
elite Mataram. VOC berhasil mencampuri kekuasaan hingga memecah
Mataram menjadi empat kerajaan. Itulah beberapa contoh
perlawanan rakyat kepada bangsa Eropa. Tentu masih banyak reaksi
dan perlawanan yang dilakukan rakyat terhadap dominasi bangsa
Eropa.
Kekuasaan VOC di Indonesia
Pada tahun 1596 Cornelis de Houtman tiba di Banten untuk tujuan
perdagangan. Karena sikap Belanda yang sombong, maka mereka
diusir dari Banten. Pada tahun 1598, penjelajahan Belanda di bawah
pimpinan Jacob van Neck tiba di Banten. Mereka diterima dengan
baik oleh penguasa Banten, juga pendaratan di sepanjang pantai
Utara Jawa dan Maluku. Sejak ini, hubungan dagang dengan para
pedagang Belanda semakin ramai. Dalam perkembangannya,
antarpedagang Belanda terjadi persaingan yang kian memanas. Untuk
mengatasi persaingan yang rawan ini dibentuklah suatu kongsi dagang
berupa persekutuan dagang India Timur atas prakarsa Johan van
Oldenbarnevelt.
Kongsi dagang ini dibentuk tanggal 20 Maret 1602 dengan nama
Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Tujuan pembentukan
VOC sebenarnya tidak hanya untuk menghindari persaingan di antara
pedagang Belanda, tetapi juga:
Menyaingi kongsi dagang Inggris di India, yaitu EIC (East India
Company),
Menguasai pelabuhan-pelabuhan penting dan kerajaan-kerajaan,
serta
Melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah.

Di Indonesia, VOC berusaha mengisi kas keuangannya yang kosong.


VOC menerapkan aturan baru yaitu Verplichte Leverantie atau
penyerahan wajib. Tiap daerah diwajibkan menyerahkan hasil bumi
kepada VOC menurut harga yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai