TUGAS
PENGINDERAAN JAUH DASAR
(GKP 1201)
KONTRIBUSI PENGINDERAAN JAUH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
NASIONAL
INDONESIA
Disusun oleh :
Nama : Brianardi Widagdo
NIM : 2010/301014/GE/06821
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
2011
Menurut Iwan, untuk memantau wilayah perairan Indonesia, TNI Angkatan Laut perlu
memperoleh bantuan teknis dalam bidang teknologi penginderaan jauh yang dikembangkan
Lapan. Dengan demikian, TNI Angkatan Laut dapat memanfaatkannya dalam upaya
pengembangan sistem pertahanan negara.
Sistem pertahanan yang dapat didukung melalui inderaja yaitu pengamatan, identifikasi dan
komunikasi, serta pemetaan. Iwan menjelaskan, inilah yang menjadi motivasi TNI Angkatan
Laut bekerja sama dengan Lapan dalam melaksanakan bimtek.
Sementara itu, Deputi Bidang Penginderaan Jauh Lapan, Ir. Nurhidayat, Dipl. Ing. dalam
sambutannya mengatakan bahwa Lapan memiliki tugas dalam bidang inderaja. “Tugas Lapan
menghasilkan data penginderaan jauh dan mendistribusikannya pada pengguna. Data tersebut
digunakan bersama oleh berbagai instansi agar bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.
Bimtek ini merupakan cara meningkatkan kemampuan sumber daya pengguna dalam
penginderaan jauh. Bimtek diikuti oleh 22 peserta yang terdiri dari TNI Angkatan Laut,
Pustopad, Bakorkamla, dan Badan Inteligen Negara. Pelatihan berlangsung pada 21 Februari
hingga 4 Maret 2011.
Materi bimtek meliputi praktikum pengolahan data, konversi format, penajaman citra,
pembuatan citra komposit, koreksi geometric, cropping dan mosaic data, interpretasi visual,
labelling, layout, penggunaan Global Position System (GPS), serta survei lapangan. Dari
hasil survei lapangan dilanjutkan dengan praktikum pengolahan DEM dan deteksi garis
pantai. (LAPAN/WDN)
Sumber : http://www.mik-news.co.cc/2011/02/inderaja-dukung-pemantauan-wilayah.html
Andi juga memaparkan bahwa Lapan menyediakan data hasil perekaman inderaja. Data
tersebut diolah, diproses, kemudian dianalisis. Data ini kemudian digunakan untuk
perencanaan tata ruang perkotaan, pemetaan zona potensi penangkapan ikan, pemantauan
perubahan penutupan lahan, mitigasi bencana alam, dan pemutakhiran peta topografi.
Sementara itu, dalam kunjungan ini, peneliti Pusdata Lapan Danang Surya Candra, M. Sc.
menjelaskan mengenai prinsip penginderaan jauh. Ia menjelaskan, penginderaan jauh artinya
mengamati permukaan bumi. Salah satu cara kerja teknologi penginderaan jauh adalah
dengan menempatkan peralatan pengindera seperti kamera di atmosfer. Kamera yang
digunakan oleh satelit beresolusi tinggi sehingga obyek pengamatan terlihat jelas. Kamera
satelit tersebut digunakan untuk mengambil gambar obyek rupa bumi seperti kepulauan,
perkotaan, dan perkebunan.
Prinsip sensor dalam satelit yaitu, semakin tinggi intensitas gelombang yang dipantulkan
maka semakin baik perekaman yang didapatkan. Oleh karena itu, penginderaan jauh satelit
baik sekali untuk memantau kebakaran hutan. Hal ini disebabkan, panas yang diakibatkan
oleh pembakaran hutan dapat ditangkap sensor satelit dengan baik.
Ternyata, terdapat dua sistem orbit satelit yaitu orbit polar dan ekuatorial. Dalam sistem orbit
polar, satelit mengelilingi bumi dengan melewati kutub. Sementara itu, dalam orbit
ekuatorial, satelit bergerak sejajar garis ekuator.
Peserta kunjungan terdiri dari 115 siswa dan enam guru pembimbing. Menurut guru
pembimbing, Wawan Safturi, kunjungan ini bertujuan untuk mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan dan teknologi penginderaan jauh. Kunjungan tersebut sekaligus berkaitan
dengan mata pelajaran geografi dan fisika. Dalam kegiatan ini, para siswa mengunjungi
fasilitas pengolahan data penginderaan jauh Lapan.
Sumber :
http://www.suaramandiri.com/index.php?option=com_content&view=article&id=119:contoh-
berita-iptek-2&catid=161:iptek&Itemid=119
11/11/2010 17:51
Liputan6.com, Jakarta: Letusan Gunung Merapi berdampak hebat bagi vegetasi dan
lingkungan sekitar lereng Merapi. Citra satelit yang diterima Lembaga Penerbangan
Antariksa Nasional (Lapan), Kamis (11/11), memperlihatkan ada penambahan luas kawah
akibat letusan Merapi. Demikian diungkapkan Kepala Teknologi Pengindraan Jauh Lapan
Agus Hidayat.
Jika dibandingkan dengan foto-foto kawasan Gunung Merapi pada 2008 silam, sebelum
meletus, tampak di kawasan puncak Merapi masih tertutup vegetasi pohon-pohon. Sedangkan
pada foto-foto sekarang, puncak Merapi terlihat ada penambahan kawah akibat erupsi besar
pada 5 November silam.
Tak hanya itu, dari foto tersebut juga tampak lelehan lava berupa garis-garis lava yang
mengalir ke arah lereng selatan Merapi. Adapun citra satelit Gunung Merapi itu diperoleh
Lapan melalui satelit internasional dengan metode pencitraan potis maupun
radar.(BJK/ANS)
Sumber :
http://tekno.liputan6.com/berita/201011/306070/citra_satelit_perlihatkan_kawah_merapi_meluas
17 Januari 2003
Wilayah laut Indonesia yang luas dengan garis pantai yang panjang dan dengan posisi
geografisnya yang unik memiliki sumber daya terumbu karang yang kaya dan luas. Untuk
pengelolaannya yang efektif dan efisien sangat diperlukan informasi mengenai luas dan
sebaran terumbu karang di seluruh perairan Indonesia. Permasalahannya adalah bahwa sangat
sulit untuk dapat menyediakan data dan informasi mengenai luas dan sebaran terumbu karang
secara nasional dalam waktu yang cepat melalui pengamatan dan pengukuran langsung,
karena akan memerlukan tenaga yang berat, biaya mahal dan waktu yang sangat lama. Oleh
karena itu perlu digunakan alternatif teknologi yang dapat mempercepat penyediaan data dan
informasi mengenai luasan terumbu karang tersebut, misalnya penggunaan teknologi
penginderaan jauh. Atas dasar pertimbangan itu, maka COREMAP melalui Deputi I bidang
Informasi dan Pelatihan Terumbu Karang, bekerjasama dengan Bank Data Inderaja Landsat-
TM LAPAN, melakukan kegiatan pemetaan untuk memperoleh data mengenai luas dan
sebaran terumbu karang serta panjang garis pantai di Indonesia menggunakan teknologi
penginderaan jauh dan sistem informasi geografi (SIG).
Yang dimaksud dengan data dan informasi mengenai luas dan sebaran terumbu karang dalam
pemetaan ini mencakup luas dan sebaran pasir karang, rataan terumbu tengah, tubir dan
lereng terumbu. Dengan kata lain dalam kegiatan ini terumbu karang terdiri dari binatang
karang, derivatnya dan habitat yang ada di dalamnya.
Adapun batasan-batasan mengenai peristilahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah:
Luas terumbu karang: di ukur mulai dari garis pantai dengan dasar pasir karang, rataan
terumbu, tubir dan lereng terumbu sampai kedalaman di mana karang masih hidup dan
membentuk terumbu;
Takat (patch reef); diukur sesuai dengan kondisi yang terekam oleh citra Landsat -TM
Karang tepi (fringing reef ); diukur mulai dari garis pantai sampai batas kedalaman di mana
karang masih hidup dan membentuk terumbu.
Karang penghalang (barrier); di ukur luasnya di kedua sisi, baik yang menghadap ke laut
lepas maupun yang menghadap ke pulau utama;
Atol; diukur di kedua sisi, baik yang menghadap ke laut lepas maupun ke lagoon (goba).
Goba yang kedalamannya kurang dari 10 meter dianggap sebagai satu kesatuan luas karang
di atol tersebut;
Panjang garis pantai; diukurmengikuti garis pantai yang ada pada citra Landsat-TM
Untuk mencapai hasil yang optimal, Deputi I COREMAP membagi pelaksanaan kegiatan
pemetaan ini dalam dua tahap, yaitu:
Tahap I (tahun anggaran 1999/2000) untuk daerah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara
Barat dan Sulawesi.
Tahap II (tahun anggaran 2000/2001) untuk daerah Kalimantan, Nusa Tenggara Timur,
Maluku dan Irian Jaya
Pemetaan tahap pertama saat ini telah selesai dilakasanakan dan hasilnya sebagai berikut:ÿ
Data luas terumbu karang dalam bentuk tabular untuk setiap wilayah;
Data sebaran spasial terumbu karang skala 1 : 100.000 digital dalam media perekam CD-
ROM untuk setiap wilayah;ÿ
Data sebaran spasial terumbu karang dalam bentuk hardcopy skala 1 : 500.000 dan rekaman
digital dalam media CD-ROM untuk wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Sulawesi;ÿ
Data garis pantai hasil pembaharuan dengan menggunakan citra satelit dalam bentuk media
rekaman CD-ROM.ÿ
Kegiatan pemetaan tahap kedua waktu ini masih dalam proses awal. Berbekal pengalaman
yang diperoleh pada pelaksanaan tahap pertama serta dengan peralatan dan fasilitas yang
tersedia diharapkan implementasi tahap kedua akan berjalan lebih lancar
Geryanto Nugrahadi
Sumber : http://www.coremap.or.id/berita/article.php?id=156
Indonesia yang mempunyai luas wilayah yang cukup luas memerlukan penginderaan
jauh untuk memantau perkembangan kewilayahan dengan data spasial yang aktual.
Penginderaan Jauh mempunyai kemampuan dalam penyampaian informasi yang lebih cepat
dan efesien dengan cakupan wilayah yang luas, sehingga kita bisa mengetahui perkembangan
wilayah secara periodik. Pertahanan kesatuan Republik Indonesia memerlukan informasi
dengan cepat, berikut kemampuan penginderaan jauh dalam pertahanan nasional :
Penginderaan Jauh mempunyai fungsi lain selain untuk pemantauan kewilayahan secara
nasional. Dari artikel diatas, Penginderaan Jauh berfungsi dalam penanganan Bencana dan
Sumberdaya Alam. Sebelum bencana alam terjadi biasanya didahului oleh adanya gejala-
gejala tertentu. Contohnya, sebelum gunung api meletus biasanya didahului oleh adanya
peningkatan suhu permukaan bumi di sekitar gunung api tersebut. Peningkatan panas ini
dapat diketahui dari perubahan yang terjadi pada citra Satelit Penginderaan Jauh. Bahaya
longsoran tanah atau pergeseran tanah pada umumnya diawali dengan adanya retakan atau
rekahan atau patahan bidang tanah secara vertikal. Gejala demikian dapat diketahui dari hasil
analisis citra foto atau citra radar. Bahaya badai atau angin ribut sebelumnya dapat diketahui
dari adanya dua blok massa udara bertekanan sangat tinggi dan di lain pihak massa udara
bertekanan rendah. Gejata udara ini dapat diketahui dari citra satellt GMS (Geostationary
Meteorological Satellite). Demikian pula dengan bencana alam lainnya seperti banjir,
kebakaran hutan, secara tidak langsung dapat diramalkan sebelumnya melalui perubahan
gejala tertentu pada lingkungan setempat.
Perubahan gejata ini dapat diketahui dari perubahan citra satelit dalam kurun waktu yang
relatif singkat (Mahdi Kartasasmita, dkk, 1998). Dengan citra satelit, kebakaran hutan dapat
diketahui secara dini, bahkan dapat diantisipasi. Guguran daun dari pohon-pohon pada suatu
areal hutan yang luas akibat kekeringan pada musim kemarau sangat rentan menimbulkan
kebakaran yang hebat bilamana pada areal hutan tersebut berhembus angin kencang. Kondisi
tersebut dapat diketahui dari citra Satelit. Kita, bahkan penduduk negara tetangga kita dapat
mengetahui jumlah titik api pada kebakaran hutan di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dll.
Untuk bencana alam yang ditimbulkan oleh dampak perbuatan manusia, seperti pertanian liar
di daerah terlarang, illegal logging, illegal mining, dan lain-lain, dengan data citra satelit
dapat diketahui dan bahayanya dapat diantisipasi secara dini. Kerusakan lingkungan,
khususnya hutan yang sekarang marak terjadi dengan demikian dapat diminimalisasi, karena
segera dapat diketahui sejak dini melalui citra satelit (Agus Hidayat, 1995).
Sumberdaya alam Indonesia sangatlah melimpah. Potensi sumberdaya alam (SDA) bagi
nagara sedang berkembang (developing country) seperti Indonesia belum dapat diketahui
secara pasti dan menyeluruh, terutama untuk daerah luar Jawa yang berpenduduk relatif
jarang. Dengan adanya teknologi Inderaja Satelit, proses inventarisasi SDA tersebut dapat
dipercepat. Salah satu kegiatan yang telah hampir selesai dilaksanakan adalah inventarisasi
sumberdaya lahan Nasional (SDLN) yang diwujudkan dalam bentuk peta tematik RePPProT
(Regional Physical Planning Program for Transmigration), proyek bersama Deptrans PPH,
BPN dan Bakosurtanal di era Orba. Daerah dengan potensi sumberdaya lahan (SDL) yang
miskin, namun padat penduduknya diplot sebagai daerah sumber penyedia transmigran,
sedangkan daerah dengan potensi SDL yang kaya SDA di luar Jawa diplot sebagai daerah
tujuan/penerima transmigran. Dalam peta RePPProT tersebut tergambar pula kondisi
vegetasi/tutupan lahan di setiap daerah. Potensi-potensi SDA yang lain seperti sumberdaya
mineral tambang, air tanah, sumberdaya maritim, dll., semuanya dapat diketahui melalui
teknologi Inderaja.
Di bidang perikanan, jasa teknologi ini juga dapat dirasakan manfaatnya, sekalipun tidak
langsung. Hal-hal yang diketahui secara langsung adalah kondisi kekeruhan air, gerakan
massa air (arus, panas atau dingin) dan sifat air lainnya. Dengan mengetahui kondisi air
seperti itu dapat diperkirakan di tempat mana saja terdapat kumpulan ikan jenis tertentu. Para
pencuri ikan (illegal fishing) juga menggunakan data peta/citra hasil teknologi Inderaja
Satelit ketika mencuri ikan di perairan Indonesia. Sehubungan dengan itu, dengan memahami
hasil anaIisis Inderaja di perairan, aparat Kamla dapat memperkirakan keberadaan para
pencuri ikan (Hasyim B., 1995). Wilayah laut Indonesia yang luas dengan garis pantai yang
panjang dan dengan posisi geografisnya yang unik memiliki sumber daya terumbu karang
yang kaya dan luas. Untuk pengelolaannya yang efektif dan efisien sangat diperlukan
informasi mengenai luas dan sebaran terumbu karang di seluruh perairan Indonesia. Untuk
perencanaan dan pengelolaan daerah pesisir yang lebih baik, maka para pengambil keputusan
membutuhkan data yang teliti, lengkap, aktual dan mudah diintegrasikan dengan data yang
lain. Hal ini dapat dipenuhi oleh data atau informasi yang berasal dari Sistem Informasi
Geografis melalui analisis ekologi dan penginderaan jauh. Metode Penginderaan Jauh dapat
berguna dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir sehingga dapat dilakukan
dengan baik dan terarah serta dapat menghindari eksploitasi yang tidak terkendali. Penelitian
yang lebih mendalam tentang metode Penginderaan Jauh yang ditawarkan masih sangat luas
dan belum sempurna mengingat setiap kasus yang dihadapi dapat menimbulkan
permasalahan baru yang dapat menimbulkan pemikiran dan teknik-teknik tertentu.
UGM | KONTRIBUSI PENGINDERAAN JAUH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL INDONESIA 11
Brianardi Widagdo
PENGINDERAAN JAUH DASAR 10/301014/GE/06821
Penggabungan disiplin ilmu pengetahuan sangat memungkinkan dan sangat diperlukan dalam
pengembangan Penginderaan Jauh, mengingat kehandalan dari Penginderaan Jauh sangat
ditentukan oleh data dan informasi yang diperoleh dari pakar yang benar-benar mengetahui
bidang ilmu tersebut. SIG juga memungkinkan untuk mengintegrasikan semua disiplin ilmu
dalam suatu sistem yang terkoordinasi.
Pembangunan wilayah memiliki hakekat yaitu bidang dari geografi yang difungsikan
untuk memahami berbagai macam elemen dari wilayah baik fisik lingkungan, sosial, budaya,
ekonomi, kelembagaan, maupun berbagai macam keluaran untuk organisasi spasial, seperti
RTRW, RDTR, dll. Berbagai macam elemen inilah yang kemudian dirancang dalam suatu
perencanaan untuk diterapkan proses pembangunan kedepan, artinya dengan memahami
banyak tentang elemen tersebut pembangunan yang dilakukan didalam wilayah tersebut
mampu dilakukan secara berkelanjutan (sustainable).
Suatu wilayah baik di pedesaan maupun di perkotaan menampilkan wujud yang rumit,
tidak teratur dan dimensi yang heterogen. Kenampakan wilayah perkotaan jauh lebih rumit
dari pada kenampakan daerah pedesaan. Hal ini disebabkan persil lahan kota pada umumnya
sempit, bangunannya padat, dan fungsi bangunannya beraneka. Oleh karena itu sistem
penginderaan jauh yang diperlukan untuk penyusunan tata ruang harus disesuaikan dengan
resolusi spasial yang sepadan. Untuk keperluan perencanan tata ruang detail, maka resolusi
spasial yang tinggi akan mampu menyajikan data spasial secara rinci. Data satelit
seperti Landsat TM dan SPOT dapat pula digunakan untuk keperluan penyusunan tata ruang
hingga tingkat kerincian tertentu, misalnya tingkat I (membedakan kota dan bukan kota).
hingga sebagian tingkat II (perumahan, industri, perdagangan, dsb.).Sedangkan untuk tingkat
III (rincian dari tingkat II, misalnya perumahan teratur dan tidak teratur) dan tingkat IV
(rincian dari tingkat III, misalnya perumahan teratur yang padat, sedang, dan jarang.
Welch (1982) menyatakan bahwa untuk penyusunan tata ruang perkotaan di Amerika Serikat
dengan memanfaatkan data penginderaan jauh, menggunakan konsep hubungan antara
resolusi spasial data penginderaan jauh dan tingkat kerincian data yang dihasilkan.
Berbagai fenomena permukiman dan permumahan yang dapat direkam melalui penginderaan
jauh ini, dapat dijadikan suatu referensi oleh seorang perencana dalam melakukan
regionalisasi suatu kawasan, dan mempengaruhi penanganan pembangunan di setiap kawasan
yang akan berbeda-beda. Salah satu masalah di Indonesia adalah pengembangan wilyah di
daerah perbatasan. Untuk mengembangkan wilayah perbatasan berdasarkan opsi
pembangunan pulau-pulau kecil, arahan pemanfaatan pulau-pulau kecil, prospek
pengembangan wilayah. Berikut pendapat dari Dietrich.G. Bengen Dr.Ir. (2003) tentang
pembangunan :
1. Pembangunan yang tidak berdampak negatif sama sekali pada lingkungan, misalnya
dengan menentukan suatu pulau dengan perairannya sebagai kawasan “wildlife
sanctuary”.
2. Pembangunan yang hanya sedikit dampak negatifnya, misalnya pengembangan
subsistem untuk memenuhi kebutuhan lokal secara berkelanjutan; dan
3. Pembangunan yang berakibat perubahan radikal dalam lingkungan, seperti
pertambangan skala besar, kegiatan militer, pengujian nuklir dan pengembangan
wisata yang intensif.
Untuk mengembangkan wilayah perbatasan sebaiknya diambil opsi 1 dan 2 yaitu wildlife
sanctuary (konservasi) dan pengembangan untuk memenuhi kebutuhan lokal secara
berkelanjutan. Pembangunan daerah perbatasan diperlukan data spasial yang mencakup
keseluruhan wilayah sehingga pembangunan daerah perbatasan dapat dilakukan secara
maksimal tanpa mengganggu stabiltas nasional. Penginderaan Jauh dapat memberi informasi
tentang batas-batas kenegaraan, sekaligus juga memberi informasi tentang Sumberdaya yang
terdapat dan berpontensi dalam suatu daerah, sehingga data spasial dari penginderaan jauh
diperlukan agar pembangunan di daerah perbatasan berjalan lancar dan maksimal.
Deskripsi fungsi penginderaan jauh untuk pembangunan wilayah diatas hanyalah salah
satu contoh pemanfaatan semata, dan masih banyak fungsi yang dimiliki penginderaan jauh
dalam usaha melakukan pembangunan disuatu wilayah, seperti halnya untuk penyelesaian
konflik sektor kelingkunganan, kebencanaan, bahkan yang sedang berkembang saat ini
adalah penginderaan jauh yang digunakan dalam usaha pertahanan dan keamanan kedaulatan
negara. Oleh sebab itulah perkembangan era global saat ini, sangatlah membantu dalam
UGM | KONTRIBUSI PENGINDERAAN JAUH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL INDONESIA 14
Brianardi Widagdo
PENGINDERAAN JAUH DASAR 10/301014/GE/06821
KESIMPULAN
1. Penginderaan Jauh terdapat banyak informasi yang dapat direkam, terutama data
spasial yang dapat digunakan dalam berbagai disiplin ilmu.
2. Identifikasi Penginderaan Jauh dapat menggunakan tiga pendekatan yaitu Pendekatan
Spasial, Ekologi dan Kompleks Wilayah.
3. Pemanfaatan Penginderaan Jauh sangat luas, diantaranya untuk Pertahanan Nasional
dalam pemantauan kewilayahan, Memberi informasi tentang Bencana lebih cepat
sehingga penyelesaian masalah Bencana akan lebih cepat teratasi dan Pemanfaatan
Sumberdaya Alam sesuai dengan potensi SDA di semua daerah.
4. Penginderaan Jauh yang menghasilkan citra maupun foto udara mampu untuk
melakukan perekaman terhadap berbagai elemen wilayah sehingga dapat menjadi
bahan dalam usaha melakukan proses pembangunan baik mulai dari perencanaan
sampai dengan monitoring dan evaluasi.
5. Pembangunan di daerah perbatasan memerlukan data spasial yang akurat dan aktual
sehingga pembangunan di daerah perbatasan dapat maksimal dan cepat.
Daftar Pustaka
CPLO. 1996. Penginderaan Jauh Terapan. Jakarta: U Press.
Lillesand, Thomas M. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Sutanto. 1992. Penginderaan Jauh; Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2000. Sumberdaya Lahan Indonesia dan
Pengelolaannya. Bogor : Puslit Tanah dan Agroklimat.
Sumodiningrat, G. Kemiskinan dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan. Makalah pada
Seminar Kritik Atas Kebijakan Pembangunan Perdesaan di Indonesia. (2005).
diselenggarakan oleh Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
(P4W). Institut Pertanian Bogor.
http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1200/1018
http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/818/742
http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/05-Penggunaan%20Metode%20Analisa_Bangun.PDF
http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=505