Anda di halaman 1dari 4

BAGIAN IBU DALAM HUKUM WARIS ISLAM (KHI)

I. Pembahasan
Dalam menguraikan prinsip-prinsip hukum waris berdasarkan hukum Islam, satu-
satunya sumber tertinggi dalam kaitan ini adalah Al-Qur’an dan sebagai
pelengkap yang menjabarkannya adalah Sunnah Rasul beserta hasil-hasil ijtihad
atau upaya para ahli hukum Islam terkemuka. Berkaitan dengan hal tersebut, di
bawah ini akan diuraikan beberapa ayat suci Al-Qur’an yang merupakan sendi
utama pengaturan warisan dalam Islam. Ayat-ayat tersebut secara langsung
menegaskan perihal pembagian harta warisan di dalam Al-Qur’an, masing-
masing tercantum dalam surat An Nissa (Q.S. 4), surat Al-Baqarah (Q.S. 2), dan
terdapat pula pada dalam surat Al-Ahzab (Q.S. 33).

Ayat-ayat suci yang berisi ketentuan hukum waris dalam Al-Qur’an, sebagian
besar terdapat dalam surat An Nisaa (Q. S. 4) di antaranya sebagai berikut:
a. Q.S. 4 : 7 “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta
sepeninggalan Ibu-Bapak, dan kerabatnya , dan bagi wanita ada pula dari
harta peninggalan Ibu-Bapak, dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak
menurut bagian yang telah di tetapkan”. Dalam ayat ini secara tegas Allah
menyebutkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan merupakan ahli waris.
b. Q.S. 4 : 11 “Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian
pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu; bagian seorang anak laki-laki sama
dengan bagian dua anak perempuan;1 dan jika anak itu semuanya
perempuan lebih dari dua,2 maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh
separo harta. Dan untuk dua orang ibubapa, bagi masing-masingnya
seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai
anak; jika orang yang meninggal tidak amempunyai anak dan ia diwarisi oleh

1
Bagian laki-laki dua kali bagian perempuan karena kewajiban laki-laki lebih berat dari
perempuan, seperti kewajiban membayar mas kawin dan memberi nafkah (lihat Surat An Nisaa ayat 34).
2
Lebih dari dua maksudnya: dua atau lebih sesuai dengan yang diamalkan Nabi.

1
ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu
mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.
Pembagian-pembagian tersebut di atas sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat
atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Tentang orang tuamu dan anak-
anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat
(banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Dari ayat ini dapat diketahui
tentang bagian anak, bagian ibu dan bapa, di samping itu juga diatur tentang
wasiat dan hutang pewaris.
c. Q.S. IV : 12 “Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang
ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika
isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari
harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau
(dan) sesudah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta
yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu
mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang
kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan)
sesudah dibayar hutanghutangmu...”. Di dalam ayat ini juga ditentukan
secara tegas mengenai bagian duda serta bagian janda.
d. Q.S. IV : 33 “Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang
ditinggalkan ibu-bapak dan karib kerabat, Kami jadikan pewaris-
pewarisnya....”.3 Secara rinci dalam ayat 11 dan 12 surat An Nisaa di atas,
Allah menentukan ahli waris yang mendapat harta peninggalan dari ibu-
bapaknya, ahli waris yang mendapat peninggalan dari saudara seperjanjian.
Selanjutnya Allah memerintahkan agar pembagian itu dilaksanakan.
e. Q.S. IV : 176 “...Katakanlah: Allah memberi fatwa kepadamu
tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak
mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi
saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya,
dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara

3
Lihat orang-orang yang termasuk ahli waris dalam ayat 11 dan 12 surat An Nisaa.

2
perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan
itudua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan
oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri atas) saudara-
saudara laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki
sebanyak bagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum
ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu”. Ayat ini berkaitan dengan masalah pusaka atau harta peninggalan
kalalah, yaitu seorang yang meninggal dunia tanpa meninggalkan ayah dan
juga anak.

Pihak-pihak yang menjadi berhak menjadi ahli waris adalah mereka yang
memenuhi syarat-syarat (lihat Pasal 171 huruf c KHI):
a. pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau
hubungan perkawinan dengan pewaris;
b. beragama Islam; dan,
c. tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.

Kelompok ahli waris menurut hubungan darah yaitu (lihat Pasal 174 ayat [1]
KHI):
a) golongan laki-laki terdiri dari: ayah, anak laki-laki, saudara laki-laki, paman
dan kakek; dan
b) golongan perempuan terdiri dari: ibu, anak perempuan, saudara perempuan
dan nenek.
Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat warisan hanya:
anak, ayah, ibu, janda atau duda (lihat Pasal 174 ayat [2] KHI).

Hukum Islam telah menetapkan bagian tertentu bagi masing-masing ahli waris.
Pembagiannya antara lain sebagai berikut:
1. Anak perempuan memperoleh ½ bagian, bila dua orang atau lebih
memperoleh 2/3 bagian, apabila anak perempuan bersama-sama dengan

3
anak laki-laki maka bagian anak laki-laki adalah 2:1 dengan anak perempuan
(lihat Pasal 176 KHI);
2. Ibu mendapat 1/6 bagian bila ada anak atau dua saudara atau lebih. Bila
tidak ada anak atau dua orang saudara atau lebih, maka ia mendapat 1/3
bagian (lihat Pasal 178 KHI);
3. Apabila pewaris memiliki istri lebih dari seorang, maka masing-masing istri
berhak mendapat bagian atas gono-gini dari rumah tangga dengan suaminya
(lihat Pasal 190 KHI).

II. Kesimpulan
Dengan demikian dari Kompilasi Hukum Islam dapat dilihat bahwa bagian ibu
adalah :
• 1/3, bila tidak ada anak / tidak ada 2 orang saudara atau
lebih.
• 1/6, bila ada anak / ada 2 orang saudara atau lebih.
• 1/3, dari sisa sesudah diambil bgn janda atau duda bila
bersama ayah (tidak ada anak / tidak ada 2 orang saudara atau lebih).

Anda mungkin juga menyukai