Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam melakukan aktifitas, kita akan memerlukan energi baik itu berupa

aktifitas fisik maupupun psiologik. Energi yang ada pada manusia sebagian

besar dan hampir seluruhnya berasal dari glukosa yang dikomsumsi dan

dimetabolisme oleh tubuh.

Namun kadangkala metabolisme yang diharapkan dari sumber energi

ini tidak berlansung sebagaimana mestinya, yang mungkin disebabkan

berbagai faktor, diantaranya disfungsi organ-organ tubuh yang berperan dalam

metabolisme tersebut.

Diabetes merupakan penyakit yang dapat menggangu metabolisme

glukosa tersebut, dimana glukosa yang seharusnya menjadi bermanfaat dan

merupakan sumber energi, berubah menjadi musuh dalam tubuh yang

mengganggu system kestabilan organ. Akibat dari penyakit diabetes mellitus

ini, penderita akan kekurangan energi sehingga penderita mudah lelah dan

berat badan terus menurun. Kadar glukosa yang berlebih akan dikeluarkan

melalui ginjal dan dikeluarkan bersama urin. Gula bersifat menarik air,

sehingga penderita banyak mengeluarkan urin dan selalu merasa kehausan.

Saat ini diabetes melitus tidak hanya dianggap sebagai gangguan

metabolisme karbohidrat, tetapi juga dapat menyangkut metabolisme protein

dan lemak yang diikuti dengan komplikasi yang bersifat menahun ( kronis )

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
terutama terjadi pada struktur pembuluh darah. Dengan adanya berbagai

faktor-faktor yang menyebabkan Diabetes melitus, dilakukanlah percobaan ini

sehingga dapat memberikan suatu gambaran dari berbagai mekanisme kerja

obat-obat hiperglikemik oral dari waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan

glukosa darah.

1.2 Maksud Percobaan

Maksud percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami efek

antidiabetik dari beberapa golongan obat antidiabetes pada hewan coba

mencit (Mus musculus).

1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah mangamati efek antidiabetes dari obat

glukovance,renabetic, forbrtes dan ekstrak teh hijau( Camellie sinensis) pada

hewan coba mencit (Mus musculus) secara oral.

1.4 Prinsip Percobaan

Prinsip praktikum ini yaitu berdasarkan efek penurunan glukosa darah

akibat dari pemberian obat hiperglikemik oral yaitu (glukovance®,renabetic®,

dan forbrtes® )dan ekstrak teh hijau (Camellie sinensis ), serta Na CMC

sebagai kontrol dengan menggunakan hewan coba mencit (Mus musculus)

yang terlebih dahulu diinduksi dengan glukosa 10%, kemudian diukur kadar

glukosa darah dengan menggunakan alat glukometer pada menit 30, 60 dan

90

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Penelitian insulin merupakan bab yang menarik dalam

farmakoterapi.Tahun 1869 Langherhans menemukan kelompok sel dalam

pangkreas yang disebut sesuai dengan namanya. Tahun 1889 von Mering

atau Minkowski dapat menunjukkan pada anjing suatu kondisi penyakit yang

terjadi setelah pangkreasnya diambil. Kondisi penyakit ini mirip dengan

gambaran klinik diabetes melitus. Gejala-gejala ini dapat dihilangkan lagi

dengan implantasi jaringan pankreas dibawah kulit. Walau pun demikian

mereka tidak berhasil memelihara ekstrak kelenjar pankreas yang telah

diambil, yang dengan ekstrak ini memungkinkan pengobatan hewan

percobaan (Mutschler, 1991).

Insulin adalah polipeptida dengan BM kira-kira 6000. Polipeptida ini

terdiri dari 51 asam amino tersusun dalam dua rantai, rantai A terdiri dari 21

asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Antara rantai A dan B

terdapat 2 jembatan disulfide yaitu antara A-7 dengan B-7 dan A-20 dengan B-

19. Selain iu masih terdapat jembatan disulfide antara asam amino ke-6 dan

ke-11 pada rantai AKarena insulin babi lebih mirip insulin insani maka dengan

bahan insulin babi mudah dibuat insulin insani semisintetik. Disamping itu juga

dapat disintesis insulin manusia dengan teknik rekombinan DNA

(Ganiswarna,dkk,1995).

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
Proinsulin disintesis dalam elemen poliribosom reticulum endoplasmic

sel ß pancreas. Prohormon tersebut ditransfer kesistem reticulum endoplasmic

dan kemudian ke kompleks Golgi. Ditempat terakhir ini terjadi perubahan

proinsulin menjadi insulin. Granula yang mengandung insulin, proinsulin dalalm

jumlah kecil dan peptide-C kemudian terlepas dari apparatus Golgi

(Ganiswarna,dkk, 1995).

Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi

insulin relativ maupun absolute. Hiperglikemia timbul karena penyerapan

glukosa kedalam sel terhambat serta metabolismenya terganggu. Dalam

keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme

sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-

40% diubah menjai lemak. Pada diabetes mellitus seua proses tersebut

terganggu, glukosa tidak dapat masuk kedalam sel, sehingga energi terutama

diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia

sendiri relativ tidak berbahaya, kecuai bila hebat sekai hingga darah darah

menjadi hiperosmotik terhadap cairan intrasel. Yang nyata berbahaya ialah

glikosuria yang timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga

diuresis meningkat sehingga disertai dengan hilangnya berbagai elektrolit. Hal

inilah yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit kepada

penderita diabetes yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi, maka badan

berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia). Badan diberi 4

kalori untuk setiap gram glukosa yang diekskresi. Polifagia timbul karena

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
perangsangan pusat nafsu makan dihipotalamus oleh kurangnya pemakaian

glukosa dikelenjar itu (Ganiswarna,dkk,1995).

Kadar glukosa serum puasa normal (teknik autonalisis) adalah 70-110

mg/dl. Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih

tinggi dari 110 mg/dl. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hamper

semuanya diabsorpsi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma

tidak melebihi 160-180 mg/dl. Jika konsentrasi tubulus naik melebihi kadar ini,

glukosa tersebut akan keluar bersama urine, dan keadaan ini disebut sebagai

glikosuria (Katzung,2002).

Kemampuan seseorang untuk mengatur kadar gkukosa plasma agar

tetap dalam batas-batas normal dapat ditentukan melalui tes (1) kadar glukosa

serum puasa, dan (2) respons glukosa seru terhadap pemberian glukosa

(Mycek,dkk,2001).

Metabolisme glukosa, setelah karbohidrat dari makanan dirombak dalam

usus, glukosa lalu diserap kedalam darah dan diangkut ke sel-sel tubuh. Untuk

penyerapannya kedalam sel-sel tubuh diperlukan insulin, yang dapat dianggap

sebagai “kunci untuk pintu sel”. Sesudah masuk kedalam sel, glukosa lantas

diubah menjadi energi atau ditimbun sebagai cadangan. Cadangan ini

digunakan bila tubuh kekkurangan energi karena misalnya berpuasa beberapa

waktu ( Tan,dkk, 2002).

Sekresi insulin diatur tudak hanya oleh kadar glukosa darah tetapi juga

oleh hormon lain dan mediator autonomic. Sekresi insulin umummnya dipacu

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
oleh ambilan glukosa darah yang tinggi dan difosforilasi dalam sel-ß pancreas

(Mycek,dkk,2001).

Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai polieptida

yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Sekresi insulin diatur tidak hanya

diatur oleh kadar glukosa darah tetapi juga hormon lain dan mediator

autonomik. Sekresi insulin umumnya dipacu oleh ambilan glukosa darah yang

tinggi dan difosforilasi dalam sel pankreas. Insulin umumnya diisolasi dari

pankreas sapi dan babi, namun insulin manusia juga dapat menggantikan

hormon hewan untuk terapi. Insulin manusia diproduksi oleh strain khusus E.

Coli yang telah diubah secara genetik. mengandung gen untuk insulin

manusia. Insulin babi paling mendekati struktur insulin manusia, yang

dibedakan hanya oleh satu asam amino. Gejala hipoglikemia merupakan

reaksi samping yang paling umum dan serius dari kelebihan dosis insulin.

Reaksi samping lainnya berupa lipodistropi dan reaksi alergi.Diabetes militus

ialah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relatif maupun

absolut. Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel

terhambat serta metabolismenya diganggu. Dalam keadaan normal kira-kira

50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO 2

dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi

lemak (Siswandono, 1995).

Pada diabetes melitus semua proses terganggu, glukosa tidak dapat

masuk kedalam sel, sehingga energi terutama diperoleh dari metabolisme

protein dan lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya,


JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT
150 280 052
kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi hiperosmotik terhadap cairan

intrasel. Yang nyata berbahaya ialah gliosuria yang timbul, karena glukosa

bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat disertai

hilangnya berbagai efektrolit. Hal ini yang menyebabkan terjadinya dehidrasi

dan hilangnya elektrolit pada penderita diabetes yang tidak diobati. Karena

adanya dehidrasi , maka badan berusaha mengatasinya dengan banyak

minum (polidipsia). Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap hari gram glukosa

yang diekskresi (Katzung,dkk,2002).

Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di hipotalamus

oleh kurangnya pemakaian glukosa dikelenjar itu. (Ganiswara,1995)

Diabetes militus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang khususnya menyangkut metabolisme hidratarang

(glukosa) di dalam tubuh. Tetapi metabolisme lemak dan protein juga

terganggu (Lat. Diabetes = penerusan, mellitus = manis madu) (Tan,dkk,2002).

Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi

memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak.

Akibatnya ialah glukosa bertumpuk didalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya

dieksresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu produksi

kemih sangat meningkat dan pasien harus kencing, merasa amat haus, berat

badan menurun dan berasa lelah (Tan,dkk,2002).

Rata-rata 1,5-2% dari seluruh penduduk dunia menderita diabetes yang

bersifat menurun. Di indonesia, penderita diabetes diperkirakan 3 juta orang

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
atau 1,5% dari 200 jatu penduduk, sedangkan di Eropa mencapai 3-5%

(Tan,dkk,2002).

Diabetes merupakan penyakit tunggal. Diabetes merupakan suatu grup

sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan gula

darah yang disebabkan oleh defisiensi insullin relatif atau absolut. Pelepasan

insullin yang tidak adekuat diperberat oleh glukagon yang berlebihan. Diabetes

menimpa kira-kira 10 ribu individu atau kira-kira 5% populasi Amerika Serikat,

dan seperdelapan penyebab kematian di negara ini. Diabetes dapat dibagi

menjadi dua grop berdasarkan kebutuhan atas insullin : diabetes melitus

tergantung insullin (IDDM atau tipe I) dan diabetes melitus tidak tergantung

insullin (NIDDM atau tipe II). Kira-kira satu sampai dua juta pasien menderita

IDDM : sisanya 80 samapai 90% penderita NIDDM (Mycek ,dkk,2001).

Pankreas adalah organ lonjong kira-kira 15 cm, yang terletak dibelakang

hati. Organ ini terdiri dari 98% sel-sel dengan sekresi ekstren, yang

memproduksi enzim-enzim cerna (pankreatin) yang disalurkan keduodenum

dengan sekresi intern, yakni hormon-hormon insullin dan glukagon yang

disalurkan langsung kealiran darah (Tan,dkk,2002).

Ada 4 jenis sel endokrin, yakni (Tan,dkk,2002) :

1. Sel alfa, yang memproduksi hormon glukagon.

2. Sel beta, dengan banyak granul berdekatan membran selnya, yang berisi

insulin. Setiap hari disekresikan CA 2 mg (=50 UI) insulin, yang dengan

aliran darah diangkat kehati. Kira-kira 50% hormon ini dirombak disini,

sisanya diuraikan di ginjal.


JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT
150 280 052
3. Sel D memproduksi somastotatin (antagonis somatropin)

4. Sel PP memproduksi PP (Pancreatic polypeptide), yang mungkin berperan

pada empedu.

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis

dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi

karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus

ditandai dengan hiprglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan

penyakit vaskuler mikroangiopati, dan neuropati. Manifestasi klinis

hiperglikemia biasanya sudah bertahun-tahun mendahului timbulnya kelainan

klinis dari penyakit vaskularnya. Pasien dengan kelainan toleransi glukosa

ringan (gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa) dapat tepat

beresiko mengalami komplikasi metabolik diabetes (Price,dkk,1995)

Empat kategori agen anti diabetik yang kini tersedia di Amerika Serikat :

Sekretagog insulin ( sulfonylurea, meglitinide ), biguanide, thiazolidinedione,

dan penghambat glucosidase-alfa. Sulfonylurea dan biguanide yang tersedia

paling lama dan secara tradisional merupakan pilihan pengobatan awal untuk

diabetes tipe II. Golongan insulin sekretagog dengan kerja cepat yang baru,

meglitinide, merupakan alternatif terhadap sulfonyurea golongan tolbutamide

dengan masa kerja pendek. Thiazolidinedione, yang sedang dalam

perkembangan sejak awal tahun 1980-an, adalah agen yang sangat efektif

untuk menurunkan resistensi insulin (Price,dkk,1995).

Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai polipeptida

yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Disintesis sebagai protein prekursor


JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT
150 280 052
(pro-insulin) yang mengalami pemisahan proteolitik untuk membentuk insulin

pada peptida C, keduanya disekresi oleh sel-β pankreas ( Mycek dkk,2001).

Empat kategori agen anti diabetik yang kini tersedia di Amerika Serikat :

Sekretagog insulin ( sulfonylurea, meglitinide ), biguanide, thiazolidinedione,

dan penghambat glucosidase-alfa. Sulfonylurea dan biguanide yang tersedia

paling lama dan secara tradisional merupakan pilihan pengobatan awal untuk

diabetes tipe II. Golongan insulin sekretagog dengan kerja cepat yang baru,

meglitinide, merupakan alternatif terhadap sulfonyurea golongan tolbutamide

dengan masa kerja pendek. Thiazolidinedione, yang sedang dalam

perkembangan sejak awal tahun 1980-an, adalah agen yang sangat efektif

untuk menurunkan resistensi insulin (Katzung, dkk,2002).

Kepulauan langerhans pada penkreas membentuk organ endokrin yang

menyekresikan insulin yaitu sebuah hormon antidiabetika, yang diberikan

dalam pengobatan daibetes. Insulin ialah sebuah protein yang dapat turut

dicerna oleh enzim-enzim pencerna protein dan karena itu tidak diberikan

melalui mulut melainkan dengan suntikan subkutan. Insulin mengendalikan

kadar glukosa dan bila digunakan sebagai pengobatan dalam hal kekurangan

seperti pada diabetes, ia memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk

mengabsorpsi dan menggunkan glukosa dan lemak (Pearce, 2006).

Secara klinik , defisiensi (kekurangan) insulin mengakibatkan

hiperglikemia yaitu kadar gula darah yang tinggi, turunnya berat bedan, lelah

dan poliuria (sering buang air kecil), disertai haus, lapar, kulit kering, mulut dan

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
lidah kering. Akibatnya juga ketosis serta asidosis dan kecepatan bernapas

bertambah (Pearce, 2006).

Keadaan sebaliknya ialah hipoglikemia, atau kadar gula darah rendah,

dapat terjadi akibat kelebihan dosis insulin , atau karena pasien tidak makan

makanan (atau muntah barangkali) sesudah suntikan insulin, sehingga

kelebihan insulin dalam darahnya menyebabkan koma hipoglikemia (Pearce,

2006).

Demikian maka koma pada seorang pasien dengan diabetes dapat

disebabkan tidak adanya insulin atau terlampau banyak insulin (konma

hipoglikemia) yang diobati dengan glukosa (Pearce, 2006).

Enzim-enzim pankreas (Watson, 2002) :

1. Tripsinogen diubah menjadi tripsin aktif oleh enterokinase, enzim yang

disekresi usus halus. Dalam bentuk aktifnya, tripsin mengubah pepton dan

protein menjadi asam amino.

2. Amilase mengubah zat pati, baik yang masak dan tidak masak menjadi

maltosa (gula malt)

3. Lipase mengubah lemak manjadi asam lemak dan gliserol setelah empedu

mengemulsi lemak yang meningkatkan area permukaan.

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
II.2 Uraian Hewan Coba

a. Klasifikasi Hewan Coba ( Malolle,1989)

Mencit (Mus musculus)

Kingdom : Animalia

Phylum : Cordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

b. Karakteristik Hewan Coba (Malolle, 1989)

Mencit (Mus musculus)

- Berat badan dewasa - jantan : 20-40 g

- betina : 25-40 g

- Mulai dikawinkan - jantan : 50 hari

- betina : 50-60 hari

- Siklus birahi : 4-5 hari

- Produksi anak : 8/bulan

- Lama kehamilan : 19-21 hari

- Jumlah pernapasan : 94-163/menit

- Tidal volume : 0,09-0,23

- Detak jantung : 325-780/menit


JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT
150 280 052
- Volume darah : 76-80 mg/kg

- Tekanan darah : 113-147/81-106 mmHg

- Glukosa dalam darah : 62-175 mg/dL

- Cholesterol : 26-82 mg/dL

- Kalsium dalam serum : 3,2-9,2 mg/IL

- Phosfat dalam serum : 2,3-9,2 mg/IL

- Hemoglobin : 10,2-16,6 mg/dL

II.3 Uraian Tanaman

1. Klasifikasi teh (Camellia sinensis) (Ditjen POM,2000)

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Theales

Familia : Theaceae

Genus : Camellia

Spesies : Camellia sinensis (L)

2. Morfologi dan anotomi Teh hijau (Camellie sinensis)

Camellia sinensis berasal dari daratan Asia Selatan dan Tenggara,

namun sekarang telah dibudidayakan di seluruh dunia, baik daerah tropis

maupun subtropis. Tumbuhan ini merupakan perdu atau pohon kecil yang

biasanya dipangkas bila dibudidayakan untuk dipanen daunnya. Ia memiliki

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
akar tunggang yang kuat. Bunganya kuning-putih berdiameter 2,5–4 cm

dengan 7 hingga 8 petal. Daunnya memiliki panjang 4–15 cm dan lebar 2–5

cm. Daun segar mengandung kafein sekitar 4%[1]. Daun muda yang

berwarna hijau muda lebih disukai untuk produksi teh; daun-daun itu

mempunyai rambut-rambut pendek putih di bagian bawah daun. Daun tua

berwarna lebih gelap. Daun dengan umur yang berbeda menghasilkan

kualitas teh yang berbeda-beda, karena komposisi kimianya yang berbeda

3. Kandungan kimia dan khasiat Teh hijau (Camellie sinensis)

Kandungan flavonoid dalam teh merupakan antioksidan yang

bersifat antikarsinogenik, kariostatik serta hipokolesterolemik. Beberapa

peneliti lain juga menyebutkan bahwa teh dapat bekerja sebagai

hipoglikemik dan menghambat aterosklerosis.

II.4 Uraian Bahan

1. Alkohol (Dirjen POM, 1979 hal 65)

Nama resmi : Aethanolum

Nama lain : Etanol

RM/BM : C2H5OH/46,07

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap

dan bergerak ;bau khas; rasa panas. Mudah

terbakar dengan memberikan nyala biru yang

tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P

dan dalam eter P.


JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT
150 280 052
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.

. Kegunaan : Sebagai antiseptikum

2. Air Suling (Dirjen POM, 1979 hal 96)

Nama resmi : Aquadestillata

Nama lain : Aqua,Air suling

RM/BM : H2O/18,02

Pemerian : Cairan Jenih,tidak berwarna,dan berasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : sebagai pelarut

3. Na.CMC (Dirjen POM, 1995 hal 401)

Nama resmi : Natrii carboxymetylcellulosum

Sinonim : CMC, cethylone, thislose, selolax dan polise

Rumus molekul : R (n)-C2H2ONa

Pemerian : Granul putih atau serbuk putih

Kegunaan : Sebagai pensuspensi obat

4. Glukosa (Dirjen POM, 1979 hal 208 )

Nama resmi : Dextrosum

Nama lain : Dekstrosa/glukosa

RM/BM : C6H12O6.H2O/198,17

Rumus bangun :
CH2OH
O
OH OH + H2O
HO
OH
JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT
150 280 052
Pemerian : Hablur tidakberwarna, serbuk hablur atau serbuk

granul putih ; tidak berbau; rasa manis.

Kelarutan : Mudah larut dalam air; sangat mudah larut

dalam air mendidih; larut dalam etanol mendidih;

sukar larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai penginduksi

5. Betadine

Bahan aktif : Povidone Iodine 10%  Iodine 1%

Kegunaan : Antiseptic solution, pertolongan pertama pada luka dan

mencegah infeksi

Pemakaian : Dapat digunakan beberapa kali dalam sehari dan

digunakan dengan konsentrasi penuh baik untuk

mengoles maupun kompres

Perhatian : Hati-hati penggunaan pada penderita yang

hypersinsitive terhadap Iodium. Hanya untuk bagian

luar dari badan.

Penyimpanan : Simpan di tempat sejuk dan kering

Produksi : PT. Mahakam Beta Farma, Jakarta – Indonesia

No. Reg. : DL 0213702741 A1

No. Batch : 0630157

Kegunaan : Sebagai antiseptik

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
II.5 Uraian Obat

a. Metformin (Ditjen POM,1995)

Nama Resmi : Metformini hydrochloridum

Nama lain : Metformin Hidroklorida

RM / BM : C4H11N5.HCl / 165,6

Pemerian : Serbuk hablur putih , tidak berbau atau hampir tidak

Berbau ,higroskopik , Kristal putih dengan suhu lebur

230oC.

Bentuk sediaan : Tablet

Nama paten : Eraphage ® , Glucophage ®, Glucotica ®, Gludepatic ®,

Glumin ®, Methergin ® , Methicol ® , Methioson®,

Methovin®, Methycobal®, Forbetes®.

Kelarutan : Larut dalam air atau alkohol, praktis tidak larut dalam

eter dan kloroform.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai anti diabetes

Farmakodinamik : mekanisme kerjanya tidak diketahui , pelepasan insulin

dari pankreas tidak distimulasi. Metformin

menghambat gluconeogenesis dan pelepasan glukosa

oleh hati dan menurunkan kolesterol/LDL dan

trigliserida (Tjay, 2002).

Farmakokinetik : Resorbsinya dari usus tidak lengkap, BA-nya 50-60%,

PP-nya rendah. Praktis tidak dimetabolisasikan dan


JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT
150 280 052
diekskresikan utuh lewat kemih. Plasma –t1/2-nya 3-6

jam (Tjay, 2002).

Indikasi :Sedian biguanid tidak dapat menggantikan fungsi

insulin endogen, dan digunakan pada terapi diabetes

dewasa (Suharto, 1995).

Kontarindikasi :Sdeiaan biguanid tidak boleh diberikan pada penderita

dengan penyakit hati berat, penyakit ginjal dengan

uremia dan penyakit jantung kongestif. Pada keadaan

gawat sebaiknya juga tidak diberikan biguanid.

Sedangkan pada kehamilan, seperti juga dengan

sediaan ADO lainnya, sebaiknya tidak diberikan

biguanid, sampai terbukti bahwa obat ini tidak

menumbulkan bahaya yang berarti (Suharto, 1995).

Dosis : dosis 3 dd 500 mg atau 2 dd 850 mg d.c. bila perlu

berangsur-angsur dinaikan dalam waktu 2 minggu

sampai maksimal 3 dd 1g (Tjay, 2002)..

Efek samping : Efek sampingnya agak sering terjadi dan berupa

gangguan lambung-usus, antara lain anorexia,

terutama pada dosis di atas 1,5 g/hari. Jarang sekali

terjadi acidosis asam laktat yang mengancam jiwa,

terutama pada manula. Maka pasien di atas 60 tahun

hendaknya jangan

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
diberikan metformin sebagai terapi permulaan. Rasa-

logam di mulut adakalanya dialami, risiko hipeglikemia

sangat kecil (Tjay, 2002).

b. Glibenklamida (Ditjen POM,1995)

Nama resmi : Glibenclamidum

Nama lain : Glibenklamida

RM/BM : C23H28ClN3O5S/494,00

Rumus bangun :
Cl

CO.NH.CH2.CH2 SO2.NH.CO.NH

OCH3

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih; tidak

berbau atau hampir berbau.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter;

sukar larut dalam etanol dan dalam methanol;

larut sebagian dalam kloroform.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai anti-diabetik

Bentuk sediaan : Tablet

Nama paten :Euglucon®,Prodiabet®,Prodiamel®, Renabetic®

Farmadinamik : Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi

setelah pemberian sulfonilurea disebabkan

oleh perangsangan sekresi insulin di pankreas


JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT
150 280 052
sejresi insulin di pankreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan

perangsangan oleh glukosa, karena ternyata

pada saat hipeglikemia gagal merangsang

sekresi insulin dalam jumlah yang mencukupi,

obat-obat tersebut masih mampu merangsang

sekresi insulin. Itulah sebabnya mengapa obat-

obat ini sangat bermanfaat pada penderita

diabetes dewasa yang pankreasnya masih

mampu memproduksi insulin. Pada penderita

dengan kerusakan sel β pulau Langrhans

pemberian obat derivat sulfonilurea tidak

bermanfaat (Suharto, 1995).

Farmakokinetik :Absorbsi derivat sulfilurea malalui usus baik,

sehigga dapat diberikan per oral. Setelah

absorbsi, obat ini tersebar keseluruh cairan

eksternal. Dalam plasma sebagian terikat protein

plasma terutama albumin (Suharto, 1995).

Indikasi : memilih sulfonilurea yang tepat untuk penderita

tertentu sangat penting untuk suksesnya terapi.

Yang menentukan bukanlah umur penderita waktu

terapi dimulai, tetapi umur penderita waktu

penyakit diabetes melitus mulai timbul. Pada

umumnya hasil yang baik diperoleh pada


JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT
150 280 052
penderita yang diabetesnya mulai timbul pada

umur diatas 40 tahun (Suharto, 1995).

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
Kontraindikasi : Sulfonilurea tidak boleh diberikan sebagai obat

tunggal pada penderita diabetes yuvenil,

penderita yang kebutuhan insulin nya tidak stabil,

diabetes melitus berat, kehamilan dan keadaan

gawat (Suharto, 1995).

Dosis : permulaan 1 dd 2,5-5 mg, bila perlu dinaikkan

setiap minggu sampai maksimum 2 dd 10 mg

(Tjay, 2002).

Efek samping : efek samping yang dapat terjadi ialah gatal dan

kemerahan pada kulit. apabila voltadex gel

digunakan pada permukaan kulit yang cukup luas

dan dalam jangka panjang kemungkinan

terjadinya efek samping sistemik tidak dapat

dihindarkan sepenuhnya (Suharto, 1995).

c. Glukovance (ISO ;374)

Komposissi : Glibenklamide dan metformin HCl

Indikasi : terapi tahap kedua untuk DM tipe II yang tidak

dapat dikontrol dengan diet, olahraga dan

sulfonilurea atau metformin.

Dosis : terapi awal 1,25 mg/250mg 1-2 x hari. Terapi

kedua 2,5 mg/250 mg 2 x/hari

Kontra indikasi : gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
kongestif, hipersensitif terhadap metformin atau

glibenklamid, asidosis metabolik akut atau kronik.

Efek samping : infeksi saluran nafas atas,diare, sakit kepala dan

muntah.

d. Teh hijau

Klasifikasi teh (Camellia sinensis)

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Theales

Familia : Theaceae

Genus : Camellia

Spesies : Camellia sinensis (L)

Morfologi dan anotomi Teh hijau (Camellie sinensis)

Camellia sinensis berasal dari daratan Asia Selatan dan Tenggara, namun

sekarang telah dibudidayakan di seluruh dunia, baik daerah tropis maupun

subtropis. Tumbuhan ini merupakan perdu atau pohon kecil yang biasanya

dipangkas bila dibudidayakan untuk dipanen daunnya. Ia memiliki akar

tunggang yang kuat. Bunganya kuning-putih berdiameter 2,5–4 cm dengan

7 hingga 8 petal. Daunnya memiliki panjang 4–15 cm dan lebar 2–5 cm.

Daun segar mengandung kafein sekitar 4%[1]. Daun muda yang berwarna
JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT
150 280 052
hijau muda lebih disukai untuk produksi teh; daun-daun itu mempunyai

rambut-rambut pendek putih di bagian bawah daun. Daun tua berwarna

lebih gelap. Daun dengan umur yang berbeda menghasilkan kualitas teh

yang berbeda-beda, karena komposisi kimianya yang berbeda

Kandungan kimia dan khasiat Teh hijau (Camellie sinensis)

Kandungan flavonoid dalam teh merupakan antioksidan yang bersifat

antikarsinogenik, kariostatik serta hipokolesterolemik. Beberapa peneliti lain

juga menyebutkan bahwa teh dapat bekerja sebagai hipoglikemik dan

menghambat aterosklerosis.

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat yang Dipakai

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah

a. Batang pengaduk

b. Gelas kimia

c. Gelas ukur

d. Glukometer

e. Kanula

f. Kertas Timbang

g. Spoit 1 ml

h. Sendok tanduk

i. Timbangan Analitik

III.2 Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

a. Aquadest

b. Betadine

c. Alkohol 70%

d. Glukovance® (glibenclamid dan metformin )


JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT
150 280 052
e. Forbetes® (metformin HCl)

f. ekstrak teh hijau (Camellia sinensis)

g. Na.CMC

h. Renabetic® (Glibenclamid)

III.3 Cara Kerja

1. Penyiapan Hewan

a) Hewan coba dimandikan sehari sebelum dilakukan percobaan.

b) Hewan coba hendaknya dipuasakan semalam sebelum percobaan

c) Sebelum digunakan hewan tersebut harus terlebih dahulu ditimbang

d) Diberikan tanda pada bagian tertentu dari hewan coba untuk menyatakan

berat, nomor hewan coba dsb

2. Penyiapan Bahan

a) Penyiapan sampel

1. Ditimbang Na-CMC sebanyak 1 gram dan di dispersikan dengan air

sebanyak 100 ml

2. Ditimbang ekstrak teh hijau ( Camellia sinensis) sebanyak 5 ml dan di

dispersikan dengan dispersi Na-CMC 1% sebanyak 50 ml

b) Penyiapan Obat

1. Glibenklamid

1. Ditimbang 8,02 mg glibenklamid (renabetic®) dan

didispesikan dengan Na-CMC 1% hingga 10 ml (larutan a)

2. Dipipet 1 ml dari larutan a dan dicukupkan volumenya

dengan Na-CMC 1% hingga 10 ml (larutan b)


JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT
150 280 052
3. Dipipet 0,4 ml larutan b dan dicukupkan volumenya dengan

Na-CMC 1% hingga 10 ml

2. Metformin

1. Ditimbang 23,07 mg Metformin(forbetes®) tablet dan

dispersikan dengan 10 ml Na-CMC 1% (larutan a)

2. Dipipet 3,9 ml larutan a dan cukupkan volumenya dengan

Na-CMC 1% hingga 10 ml

3. Perlakuan Hewan Coba

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2. Dipuasakan mencit (mus musculus)

3. Ditimbang menci (mus musculus).

4. Diukur kadar glukosa awal mencit (mus musculus).

5.Diberikan glukosa 10% kepada mencit (mus musculus) sesuai dengan

volume pemberian masing-masing mencit .

6. Diukur kadar glukosa mencit (Mus musculus) setelah pemberian glukosa

10% dengan menggunakan alat glukometer pada menit ke 30.

7. Diberikan Na-CMC kepada mencit (Mus musculus) kelompok 1 sebagai

kontrol, renabetic untuk mrncit kelompok 2, Glukovance untuk mencit

kelompok tiga dan forbetes untuk mencit kelompok empat.dan ekstrak

tapak kuda untuk mencit kelompok lima.

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
8. Diukur kadar glukosa mencit tiap 30’, 60’. Dan 90’ menit dengan

menggunakan alat glukometer.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel hasil pengkuran kadar glukosa darah mencit

Kadar Glukosa Darah


Puasa DM 30’ 60’ 90’
PERLAKUAN BB/g VP
(ML) (Mg/Dl)
Na CMC (kontol)

Kontrol (+) 20 0,67 30 148 111 97 96

Kontrol (-) 21 - 58 70 127 24 24


Glukovance® 23 0,76 64 111 85 67 22

23 0,76 68 110 56 23 23
®
Renabetic 24 0,8 51 109 47 39 39

22 0,73 27 132 60 39 39
Forbetes® 23 0,76 61 102 113 89 87

22 0,73 33 109 134 80 72


Ekstrak teh hijau 20 0,67 64 121 53 52 52

25 0,83 53 107 60 47 47

27 0,9 38 189 139 80 63

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
BAB V

PEMBAHASAN

Percobaan kali ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan efek dari

obat-obat anti diabetes melitus golongan sulfonylurea yaitu Glibenklamid

(renabetic®) dan golongan biguanid yaitu Metformin (forbetes ®), dan Glukovance

serta teh hijau (Camellia sinensis) dengan konsentrasi 1% dan Na CMC sebagai

kontrol pada hewan coba mencit (Mus musculus).

Diabetes melitus adalah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin

relativ yang terjadi jika produksi indulin tidak sesuai dengan kebutuhannya maupun

defisiensi absolute yang terjadi jika pancreas tidak berfungsi lagi dalam

mensekresi insulin.

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan yang paling sering

terjadi. Salah satu kelenjar endokrin yaitu pankreas sebagai insulin tidak normal.

Diabetes terdapat 2 tipe, yaitu :

1. Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM ; tipe I) disebabkan oleh defisiensi

absolut atau penghancuran sel β yang dapat mengurangi produksi insulin.

Biasanya terjadi sebelum usia 15 tahun dan mengakibatkan penurunan berat

badan, hiperglikomia, hetoksidosis, asteroksis, kerusakan retina dan gagal

ginjal. Karena sel batu pada langerhans rusak maka pasien membutuhkan

injeksi insulin.

2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin,(N-IDDM;tipe II) disebabkan oleh

penurunan pelepasan insulin atau kelainan respon jaringan terhadap insulin

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
yang menyebabkan hiperglikemia, tetapi tidak hetoksidosis. Tipe ini sering

terjadi pada usia lebih dari 35 tahun

Gejala – gejala penyakit diabetes melitus adalah Polyuria yaitu volume urin

yang banyak atau sering buang air kecil,Polidipsia yaitu kurangnya cairan dalam

tubuh(banyak minum) ,Polyphagia yaitu banyaknya makan yang dapat

menyebabkan meningkatnya glukosa dalam darah.

Kadar glukosa serum puasa normal (teknik autoanalisis) adalah 70-110

mg/dl. Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa puasa yang lebih tinggi

dari 110 mg/dl. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus ginjal dan hamper semuanya

diabsorpsi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi

160-180 mg/dl. Jika konsentrasi tubulus naik melebihi kadar ini, glukosa tersebut

akan keluar bersama urine, dan keadaan ini disebut sebagai glikosuria.

Pada praktikum ini digunakan hewan uji yaitu mencit jantan, hal ini

disebabkan karena mencit betina mengalami fase estrus dimana pada fase ini

terjadi peningkatan hormone estrogen dan hormone pertumbuhan yang akan

mempengaruhi sekresi insulin.

Sebelum perlakuan mencit dipuasakan terlebih dahulu dipuasakan untuk

menghilangkan faktor makanan. Walaupun demikian faktor variasi biologis dari

hewan tidak dapat dihilangkan sehingga faktor ini relatif dapat mempengaruhi

hasil.

Untuk mengukur kadar glukosa dari hewan uji digunakan alat yaitu

seperangkat alat ukur yang terdiri dari glukometer dan strip pembaca glukosa

darah yang terpasang pada bagian atas glukometer . Dalam strip terdapat enzim
JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT
150 280 052
glukooksigenase yang mana jika sampel darah mengenai strip maka akan

langsung terbaca oleh glukometer.

Sebelum pemberian obat antidiabetes hewan uji terlebih dahulu diinduksi

dengan glukosa 10 % hal ini bertujuan agar kadar glukosa hewan uji meningkat

sehingga mudah diuji dengan obat-obat antidiabetes dan dapat dilihat efek terapi

dari obat obat antidiabetik oral yang digunakan.

Mekanisme glukosa secara langsung merngasang sekresi insulin. Pertama,

berdasarkan teori reseptor glukosa, sel beta pangkreas mempuntyai reseptor

spesifik yang dapat mengikat glukosa dan memberi respon dengan gejala

meningkatkan sintesa dan sekresi insulin melalui aktivitas second messenger.

Kedua teori metabolisme glukosa juga menghambat sekresi insulin. Kedua

mekanisme ini dapat dibuktikan secara eksprimental dan mungkin keduanya

bekerja dalam mekanisme glukosa mengatur sekresi insulin.

Setelah hewan coba diinduksi dengan glukosa 10% masing- masing

hewan coba diukur kadar glukosa DM kemudian diberi obat dimana kelompok

1diberi Na CMC sebagai kontrol, kelompok 2 diberi glukovance ® , kelompok 3

diberi Renabetic® , kelompok 4 diberi Forbetes® dan kelompok 5 diberi ekstrak teh

hijau.

Renabetic® adalah salah satu obat paten dari glibenklamid golongan

sulfonilurea, glibenklamida merupakan derivat klorometoksi generasi-2 dengan

khasiat hipoglikemisnya yang kira-kira 100 kali lebih kuat daripada tolbutamida.

Pola kerjanya berlainan dengan sulfonilurea lainnya, yaitu dengan single-dose pagi

hari mampu menstimulasi sekresi insulin pada setiap pemasukan glukosa.


JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT
150 280 052
Obat hipoglikemik oral dari golongan sulfonylurea yang digunakan yaitu

glibenklamid (renabetic®). dengan mekanisme kerja meningkatkan sekresi insulin

dari sel beta pulau langerhans,sedangkan pada pengobatan jangka panajang efek

utamanya adalah meningkatkan efek insulin terhadap jaringan perifer dan

penurunan pengeluaran glukosa dari hati (efek ekstra pankreatik)

Forbetes® merupakan salah satu obat paten dari metformin golongan

biguanid. Golongan ini tidak merangsang atau menghambat perubahan glukosa

menjadi lemak, diabsorbsi di intestin.

Obat Hipoglikemik Oral dari golongan Biguanid yang digunakan adalah

Metformin (fotbetes®) dengan mekanisme kerja menurunkan glukosa darah tidak

tergantung pada adanya fungsi pankreatik sel-sel B. Glukosa tidak menurun pada

subjek normal setelah puasa satu malam,tetapi kadar glukosa darah pasca

prandial mereka menurun selama pemberian biguanid. Mekanisme kerja yang

diusulkan adalah stimulasi glikolisis secara langsung dalam jaringan dengan

peningkatan eliminasi glukosa dari darah, penurunan glukoneogenesis hati,

melambatkan absorbsi glukosa dari saluran cerna dengan peningkatan perubahan

glukosa menjadi laktat oleh enterosit dan penurunan kadar glukagon plasma.

Glukovance® merupakan kombinasi dari glibenklamid dan metformin.

Adapun mekanisme kerjanya berdasarkan kerja glibenklamid yaitu

mengontrol glukosa dengan meningkatkan insulin dan kerja metformin dengan

kerja tidak menyebabkan sekresi insulin tetapi dengan menurunkan produksi

glukosa di hepar dan meningkatkan sensivitas jaringan otot dan adipose terhadap

insulin.
JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT
150 280 052
Teh adalah salah satu bahan minuman alami yang sangat populer di

masyarakat. Kandungan flavonoid dalam teh merupakan antioksidan yang bersifat

antikarsinogenik, kariostatik serta hipokolesterolemik. Beberapa peneliti lain juga

menyebutkan bahwa teh dapat bekerja sebagai hipoglikemik dan menghambat

aterosklerosis. Pemberian sari seduhan daun teh hijau dosis 25 x dosis manusia

(1,35 g/200 gbb) yang diberikan per oral pada tikus normal yang diberi diet glukosa

memperlihatkan efek hipoglikemik pada 1/2 jam dan 1 jam setelah perlakuan.

Sebagai pembanding dipakai tolbutamid. Mekanisme dari Teh hijau adalah

membantu menurunkan level gula darah dengan cara meningkatkan fungsi insulin

dalam tubuh dan kandungan epigalokatekin galat pada teh hijau bekerja dengan

cara menghambat transport sodium glukosa pada mukosa

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa obat glukovance memberiakn

efek lebih cepat kemudian golongan sulfonilurea yaitu Glibenklamid (renabetik®)

memberikan efek yang lebih cepat bila dibandingkan dengan obat golongan

biguanid yaitu Metformin (forbetes). Glukovance memberikan efek lebih cepat dari

pada obat lain karena merupakan kombinasi glibenklamid dan metformin sehingga

memiliki kemampuan seperti glibenklamid dan metformin dalam menurunkan kadar

gula darah. Hal ini dapat dilihat dari penurunan kadar glukosa darah mencit dari

pengukuran setelah dipuasakan,kadar setelah induksi hingga menit ke 90 setelah

pemberian obat renebetic® mengalami penurunan dari 109 mg/dl menjadi 39

mg/dl,adapun setelah pemberian obat forbetes® mengalami penurunan dari 102

mg/dl menjadi 87 mg/dl, adapun setelah pemberian obat glukovance® mengalami

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
penurunan dari 111 mg/dl menjadi 22 mg/dl sedangkan setelah pemberian ekstrak

the hijau mengalami penurunan dari 121 mg/dl menjadi 52 mg/dl

Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa penurunan kadar

glukosa darah yang terjadi setelah pemberian sulfonilurea disebabkan oleh

perangsangan sekresi insulin dipankreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan

perangsangan oleh glukosa, karena ternyata pada saat hiperglikemia gagal

merangsang sekresi insulin dalam jumlah yang mencukupi, obat-obat tersebut

masih mampu merangsang sekresi insulin. Itulah sebabnya mengapa obat-obat ini

sangat bermanfaat pada penderita diabetes dewasa yang pankreasnya masih

mampu memproduksi insulin.

Beberapa faktor kesalahan yang mungkin mempengaruhi data yang

diperoleh yaitu,kurangnya waktu puasa mencit, kurangnya ketelitian praktikan

dalam menimbang mencit sehingga akan berpengaruh pada volume pemberian

pada mencit dan tidak sempurnanya suatu obat masuk kedalam tubuh mencit

akibat cara perlakuan pemberian yang salah.

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah :Obat anti diabetik

yang efek kerja obatnya yang paling cepat dalam menurunkan kadar glukosa

dalam darah yaitu glukovance kemudian Glibenklamida (Renaberic®) .

VI.2 Saran

Diharapkan pemakaian obat – obat antidiabetes lain dalam praktikum

sehingga semua kelompok dapat bekerja dan lebih aktif

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM.,1979,Farmakope Indonesia edisi III ,DEPKES RI,Jakarta

Ditjen POM.,1995,Farmakope Indonesia edisi IV ,DEPKES RI,Jakarta

Ganiswarna,S.G,Setiabudy.R,Suyatna F.D,Purwantyastuti,Nafrialdi.,1995,
Farmakologi dan Terapi, Universitas Indonesia, Jakarta

Hardjasaputra,P.S.L,Budipranoto,G,Sembiring,SU,Kamil,I.,2002,Data Obat di
Indonesia edisi 10,Grafidian Medipress,Jakarta

Katzung.G.B. Farmakologi Dasar Dan Klinik, 2002, Salemba Medika, Jakarta

Malole, 1989, Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan Di Laboratorium, IPB,


Bogor

Mutschler,E., 1999, Dinamika Obat, Institut Teknologi Bandung, Bandung

Mycek,M.J,Harvey.R.A,Champe.P.C,Fisher.B.D.,2001, Farmakologi Ulasan


Bergambar, Widya Medika, Jakarta

Pearce, 2006, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT.Gramedia, Jakarta

Price.S.A,Wilson.L.MC., (1995)Patofisiologi, EGC. Jakarta.

Siswandono.MS (1995), Kimia Medicinal, Jilid I, Universitas Gajah Mada Press,


Yogyakarta.

Tan.H.T & Raharja.K., 2002, Obat-Obat Penting, PT.Elex Media Komputindo


Gramedia, Jakarta.

Watson, 2002, Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat, EGC, Jakarta

LAMPIRAN

SKEMA KERJA

Mencit

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
Diukur kadar glukosa darah puasa

Induksi glukosa 10 %

Ukur kadar glukosa awal setelah 30’

Kontrol (-) = - Glikovance® Renabetic® Forbetes® teh hijau


Kontrol (+) = Na CMC
Klp. 1 klp.2 klp.3 klp.4 klp.5

Ukur kadar glukosa mencit pada menit 60’ dan 90’

Data Pengamatan

Kesimpulan

LAMPIRAN

1. Volume pemberian

- untuk mencit 20 gram

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
20 x 1 ml = 0,67 ml

30

- untuk mencit 22 gram

22 x 1 ml = 0,73 ml

30

- untuk mencit 23 gram

23 x 1 ml = 0,76 ml

30

- untuk mencit 24 mg

24 x 1 ml = 0,8 ml

30

- untuk mencit 25 gram

25 x 1 ml = 0,83 ml

30

- untuk mencit 24 mg

27 x 1 ml = 0,9 ml

30

2. Perhitungan dosis

a. Glibenklamid® tablet

Dosis lazim = 5 mg
JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT
150 280 052
Berat etiket = 5 mg

Berat rata– rata = 126,265 mg

- untuk mencit 20 gram = 5 mg x 0,0026 = 0,013 mg

- untuk mencit 30 gram = 30 x 0,013 = 0,0195 mg


20

b. Metformin tablet

Dosis lazim = 500 mg

Berat etiket = 500 mg

Berat rata– rata = 615,715 mg

- untuk m®encit 20 gram = 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg

- untuk mencit 30 gram = 30 x 1,3 = 1,95 mg


20

3. Pembuatan larutan stok dibuat 10 ml

Pengenceran untuk Glibenclamid tablet

50 mg 10 ml (50mg/10ml)

1 ml 10 ml (5mg/10ml)

x ml 10 ml (0,02mg/10ml)

x ml X 5 mg = 0,02 mg

10ml

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052
x = 0,04 ml

Stok 10 ml

10 ml X 0,0195 mg = 0,195 mg/ml

1 ml

Berat yang Ditimbang :

0,195mg X 205,68 mg = 8,02 mg

5 mg

Pengenceran untuk Metformin tablet

50 mg 10 ml (50mg/10ml)

1 ml 10 ml (5mg/10ml)

x ml 10 ml (1,95mg/10ml)

x ml X 5 mg = 1,95 mg

10ml

x = 3,9 ml

10ml X 1,95 mg = 19,5 mg/ml

1 ml

Berat yang Ditimbang :

19,5 mg X 591,52 mg = 23,07 mg

500 mg

JUMASNI ADNAN SISKA NURYANTI S.Si APT


150 280 052

Anda mungkin juga menyukai