Anda di halaman 1dari 9

II.

ISI
Udara merupakan campuran dari gas, yang terdiri dari sekitar 78 % Nitrogen, 20
% Oksigen; 0,93 % Argon; 0,03 % Karbon Dioksida (CO2) dan sisanya terdiri dari
Neon (Ne), Helium (He), Metan (CH4) dan Hidrogen (H2). Udara dikatakan "Normal"
dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya seperti tersebut diatas.
Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang menimbulkan gangguan serta
perubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara sudah tercemar/terpolusi
(Kastiyowati,2001).
A. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya
(substansi fisik, kimia, atau biologi) ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan
terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta
menurunkan kualitas lingkungan (Putra,2009). Pencemaran udara dapat ditimbulkan
oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik
seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara.
Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan
lokal, regional, maupun global (Akhyar,2011). Udara yang tercemar dengan partikel
dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan
jenisnya tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya (Prabu,2008).
B. Klasifikasi Pencemar Udara :
1. Pencemar primer : pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran
udara. Contoh : Karbon monoksida, karbon dioksida, hidrokarbon, SO, Nitrogen
Oksida, Ozon serta berbagai partikel.
2. Pencemar sekunder : pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer
di atmosfer. Contoh : Sulfur dioksida, Sulfur monoksida dan uap air akan menghasilkan
asam sulfurik (Prabu,2008).
C. Pencemaran Udara oleh Belerang Oksida (SOx)

Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO 2 dan gas
SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah
terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi dengan
uap air yang ada diudara untuk membentuk asam sulfat atau H 2SO4. Asam sulfat ini
sangat reaktif, mudah bereaksi (memakan) benda-benda lain yang mengakibatkan
kerusakan, seperti proses perkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya (Lutfi,2009).
SOx mempunyai ciri bau yang tajam, bersifat korosif (penyebab karat), beracun
karena selalu mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan fasa gasnya. Sox
menimbulkan gangguan sistem pernafasan jika kadarnya 400-500 ppm akan sangat
berbahaya, 8-12 ppm menimbulkan iritasi mata, 3-5 ppm menimbulkan bau.
Konsentrasi gas SO2 diudara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia (tercium
baunya) manakala kensentrasinya berkisar antara 0,3 – 1 ppm. Jadi dalam hal ini yang
dominan adalah gas SO2. Namun demikian gas tersebut akan bertemu dengan oksigen
yang ada diudara dan kemudian membentuk gas SO3 melalui reaksi berikut :
2SO2 + O2 (udara)        →         2SO3
Reaksi antara gas SOx dengan uap air yang terdapat di udara akan membentuk
asam sulfat maupun asam sulfit. Apabila asam sulfat dan asam sulfit turun ke bumi
bersama-sama dengan jatuhnya hujan, terjadilah apa yang dikenal dengan Acid Rain
atau hujan asam . Hujan asam sangat merugikan karena dapat merusak tanaman maupun
kesuburan tanah. Pada beberapa negara industri, hujan asam sudah banyak menjadi
persoalan yang sangat serius karena sifatnya yang merusak. Hutan yang gundul akibat
jatuhnya hujan asam akan mengakibatkan lingkungan semakin parah (Saputra,2009).
Pencemaran SOx diudara terutama berasal dari pemakaian baru bara yang
digunakan pada kegiatan industri, transportasi, dan lain sebagainya. Belerang dalam
batu bara berupa mineral besi peritis atau FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral logam
sulfida lainnya seperti PbS, HgS, ZnS, CuFeS 2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi
dan baja (tanur logam) banyak dihasilkan SOx karena mineral-mineral logam banyak
terikat dalam bentuk sulfida. Pada proses peleburan sulfida logam diubah menjadi
oksida logam. Proses ini juga sekaligus menghilangkan belerang dari kandungan logam
karena belerang merupakan pengotor logam. Pada suhu tinggi sulfida logam mudah
dioksida menjadi oksida logam melalui reaksi berikut :
2ZnS + 3O2 → 2ZnO + 2SO2
2PbS + 3O2 → 2PbO + 2SO2
Selain tergantung dari pemecahan batu bara yang dipakai sebagai bahan bakar,
penyebaran gas SOx, ke lingkungan juga tergnatung drai keadaan meteorologi dan
geografi setempat. Kelembaban udara juga mempengaruhi kecepatan perubahan SOx
menjadi asam sulfat maupun asam sulfit yang akan berkumpul bersama awan yang
akhirnya akan jatuh sebagai hujan asam. Hujan asam inilah yang menyebabkan
kerusakan hutan di Eropa (terutama di Jerman) karena banyak industri peleburan besi
dan baja yang melibatkan pemakaian batu bara maupun minyak bumi di negeri itu
(Saputra,2009).
D. Sumber dan pola Paparan
Meskipun sumber alami (gunung berapi atau panas bumi) mungkin hadir pada
beberapa tempat, sumber antropogenik, pembakaran bahan bakar fosil yang
mengandung sulfur, mendominasi daerah perkotaan. Ini termasuk :
 Sumber pokok (pembangkit tenaga listrik, pabrik pembakaran, pertambangan
dan pengolahan logam)
 Sumber daerah (pemanasan domestik dan distrik)
 Sumber bergerak (mesin diesel)
Pola paparan dan durasi sering menunjukkan perbedaan daerah dan musim yang
signifikan, bergantung pada sumber dominan dan distribusi ruang, cuaca dan pola
penyebaran. Pada konsentrasi tinggi, dimana berlangsung untuk beberapa hari selama
musim dingin, bulan musim dingin yang stabil ketika penyebaran terbatas, masih terjadi
pada banyak bagian dunia dimana batu bara digunakan untuk tempat pemanasan.
Sumber daerah biasanya mendominasi pada beberapa peristiwa, hasil pada pola
homogen konsentrasi dan paparan/pembukaan (Saputra,2009). Sebaliknya, jarak
peristiwa waktu-singkat dari menit ke jam mungkin terjadi sebagai hasil pengasapan,
penyebaran atau arah angin dari sumber utama. Hasil pola paparan bervariasi secara
substantial, tergantung pada ketinggian emisi, dan kondisi cuaca. Variabel sementara
dari konsentrasi ambient juga sering tinggi pada keadaan tertentu, khususnya untuk
sumber lokal (Saputra,2009).
E. Dampak Pencemaran oleh Belerang Oksida (SOx)
Sebagian besar pencemaran udara oleh gas belerang oksida (SOx) berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil, terutama batu bara. Adanya uap air dalam udara akan
mengakibatkan terjadinya reaksi pembentukan asam sulfat maupun asam sulfit.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
SO2 + H2O      →         H2SO3
SO3 + H2O     →          H2SO4
Apabila asam sulfat maupun asam sulfit tersebut ikut berkondensasi di udara dan
kemudian jatuh bersama-sama air hujan sehingga pencemaran berupa hujan asam tidak
dapat dihindari lagi. Hujan asam ini dapat merusak tanaman, terkecuali tanaman hutan.
Kerusakan hutan ini akan mengakibatkan terjadinya pengikisan lapisan tanah yang
subur (Saputra,2009).
Walaupun konsentrasi gas SOx yang terdispersi ke lingkungan itu berkadar
rendah, namun bila waktu kontak terhadap tanaman cukup lama maka kerusakan
tanaman dapat saja terjadi. Konsentrasi sekitar 0,5 ppm sudah dapat merusakan
tanaman, terlebih lagi bila konsentrasi SOx di Udara lingkungan dapat dilihat dari
timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Kalau waktu paparan lama, maka daun
itu akan gugur. Hal ini akan mengakibatkan produktivitas tanaman menurun
(Saputra,2009).
Udara yang telah tercemar SOx menyebabkan manusia akan mengalami gangguan
pada sistem pernapasaannya. Hal ini karena gas SOx yang mudah menjadi asam
tersebut menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan saluran napas yang
lain sampai ke paru-paru. Serangan gas SOx tersebut menyebabkan iritasi pada bagian
tubuh yang terkena (Saputra, 2009).
F. Lapisan SO2 dan bahaya bagi kesehatan
SO2 mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesehatan yang akut dan kronis.
dalam bentuk gas, SO2 dapat mengiritasi sistem pernapasan; pada paparan yang tinggi
(waktu singkat) mempengaruhi fungsi paru-paru. SO 2 merupakan produk sampingan
H2SO4 yang mempengaruhi sistem pernapasan. Senyawanya, terdiri dari garam
ammonium polinuklir atau organosulfat, mempengaruhi kerja alveoli dan sebagai bahan
kimia yang larut, mereka melewati membran selaput lendir pada sistem pernapasan pada
makhluk hidup. Aerosol partikulat dibentuk oleh gas ke pembentukan partikel
ditemukan bergabung dengan pengaruh kesehatan yang banyak (Saputra,2009)
Secara global, senyawa-senyawa belerang dalam jumlah cukup besar masuk ke
atmosfer melalui aktivitas manusia sekitar 100 juta metric ton belerang setiap tahunnya,
terutama sebagai SO2 dari pembakaran batu bara dan gas buangan pembakaran bensin.
Jumlah yang cukup besar dari senyawa belerang juga dihasilkan oleh kegiatan gunung
berapi dalam bentuk H2S, proses perombakan bahan organik, dan reduksi sulfat secara
biologis. Jumlah yang dihasilkan oleh proses biologis ini dapat mencapai lebih 1 juta
metric ton H2S per tahun. Sebagian dari H2S yang mencapai atmosfer secara cepat
diubah menjadi SO2 melaui reaksi :
H2S + 3/2 O2 → SO2 + H2O
reaksi bermula dari pelepasan ion hidrogen oleh radikal hidroksil ,
H2S + HO- → HS- + H2O
yang kemudian dilanjutkan dengan reaksi berikut ini menghasilkan SO2
HS- + O2 → HO- + SO
SO + O2 → SO2 + O
Hampir setengahnya dari belerang yang terkandung dalam batu bara dalam bentuk
pyrit, FeS2, dan setengahnya lagi dalam bentuk sulfur organik. Sulfur dioksida yang
dihasilkan oleh perubahan pyrit melalui reaksi sebagai berikut :
4FeS2 + 11O2 → 2 Fe2O3 + 8 SO2
Pada dasarnya, semua sulfur yang memasuki atmosfer dirubah dalam bentuk SO 2 dan
hanya 1% atau 2% saja sebagai SO2. Walaupun SO2 yang dihasilkan oleh aktivitas
manusia hanya merupakan bagian kecil dari SO2 yang ada diatmosfer, tetapi
pengaruhnya sangat serius karena SO2 langsung dapat meracuni makhluk disekitarnya.
SO2 yang ada diatmosfer menyebabkan iritasi saluran pernapasandan kenaikan sekresi
mucus. Orang yang mempunyai pernapasan lemah sangat peka terhadap kandungan SO2
yang tinggi diatmosfer. Dengan konsentrasi 500 ppm, SO2 dapat menyebabkan
kematian pada manusia (Saputra,2009)
Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada konsentrasi
tinggi dapat membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun dan daerah diantara tulang-
tulang daun rusak. Secara kronis SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis. Kerusakan
tanaman iniakan diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. SO2 diudara akan
dirubah menjadi asam sulfat. Oleh karena itu, didaerah dengan adanya pencemaran oleh
SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh aerosol asam sulfat. Kerusakan juga
dialami oleh bangunan yang bahan-bahannya seperti batu kapur, batu pualam, dolomit
akan dirusak oleh SO2 dari udara. Efek dari kerusakan ini akan tampak pada
penampilannya, integritas struktur, dan umur dari gedung tersebut (Achmad,2004).
III. KESIMPULAN
1. Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau
biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk
hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
2. Pencemar udara diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
a. Pencemar primer : pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber
pencemaran udara. Contoh : Karbon monoksida, karbon dioksida, hidrokarbon,
SO, Nitrogen Oksida, Ozon serta berbagai partikel.
b. Pencemar sekunder : pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar
primer di atmosfer. Contoh : Sulfur dioksida, Sulfur monoksida dan uap air akan
menghasilkan asam sulfurik.
3. Dampak dari pencemaran udara oleh belerang oksida, antara lain : kerusakan
tanaman, gangguan kesehatan pada manusia (sistem pernafasannya) dan
sebagainya.
ABSTRAK

Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke


dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan
pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan. Pencemar
udara dibedakan menjadi pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer
adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara.
Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia
merupakan hasil dari pembakaran. Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang
terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dalam
smog fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.
Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO 2 dan gas
SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak mudah
terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi dengan
uap air yang ada diudara untuk membentuk asam sulfat atau H 2SO4. Asam sulfat ini
sangat reaktif, mudah bereaksi (memakan) benda-benda lain yang mengakibatkan
kerusakan, seperti proses perkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya. Pencemaran
udara yang disebabkan oleh belerang oksida dapat memberikan dampak, antara lain :
kerusakan tanaman, gangguan kesehatan pada manusia (sistem pernafasannya) dan
sebagainya. Konsentrasi sekitar 0,5 ppm sudah dapat merusakan tanaman, terlebih lagi
bila konsentrasi SOx di udara lingkungan dapat dilihat dari timbulnya bintik-bintik pada
permukaan daun. Kalau waktu paparan lama, maka daun itu akan gugur. Hal ini akan
mengakibatkan produktivitas tanaman menurun. Gas SOx yang mudah menjadi asam
akan menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan saluran napas yang lain
sampai ke paru-paru. Serangan gas SOx tersebut menyebabkan iritasi pada bagian
tubuh yang terkena.
DAFTAR PUSTAKA

Akhyar,A., 2011
Achmad, R., 2004, Kimia Lingkungan, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta.
Kastyowati, 2001, Dampak dan Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara,
http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?mnorutisi=8&vnomor=7, Diakses
tanggal 14 April 2011.
Lutfi, 2009
Prabu, Putra., 2008, Pencemaran Udara,
http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/12/pencemaran-udara/, Diakses
tanggal 14 April 2011.
Putra, 2009, Pencemaran Udara, Dampak dan Solusinya
http://putracenter.net/2009/01/07/pencemaran-udara-dampak-dan-solusinya/,
Diakses tanggal 14 April 2011.
PAPER KIMIA LINGKUNGAN

PENCEMARAN UDARA OLEH BELERANG OKSIDA (SOx)

Disusun Oleh :
Annita Dewi Nugraeni
H1A008021

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN MIPA
PROGRAM STUDI KIMIA
PURWOKERTO
2011

Anda mungkin juga menyukai