Anda di halaman 1dari 2

Abad 8 hingga 10 Masehi, ada sebuah

peradaban di tlatah Jawa Tengah. Kerajaan Mataram Kuno, demikian orang menyebutnya
sebagai pembeda dengan Mataram Islam (yang dianggap modern). Mataram Kuno
merupakan peradaban yang bercorak Hindu dan Budha. Ada Mataram Hindhu dan
Mataram Budha. Keduanya hidup berdampingan dengan damai. Mataram Hindu
(Wangsa Sanjaya) dan Mataram Budha (Wangsa Syailendra), masing-masing memiliki
pengikut dan peradaban.

Keduanya, baik Wangsa Sanjaya maupun Wangsa Syailendra hidup berdampingan


dengan damai dan penuh toleransi, sama-sama meninggalkan jejak peradaban berupa
candi-candi yang tersebar diseantero Jawa Tengah (khususnya tlatah Klaten dan bhumi
Magelang) dan Jogja.

Wangsa Syailendra meninggalkan Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi
Ngawen serta candi-candi kecil yang banyak tersebar di bhumi Magelang. Sedangkan
candi yang dibangun oleh Wangsa Sanjaya antara lain : Kompleks Gunung Dieng, Candi
Kalasan, Candi Prambanan, Candi Rorojongrang, Candi Plaosan serta candi kecil-kecil
yang banyak tersebar di tlatah Jogja dan Klaten.

CandiPlaosan inilah yang banyak disebut-sebut sebagai simbol penyatuan dua Wangsa
ini. Candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan sebagai hadiah pernikahan Rakai Pikatan
(Wangsa Sanjaya) dengan Pramodhawardhani (Wangsa Syailendra). Pramodhawardhani
adalah putri Samaratungga (pendiri Borobudur) dari garwa prameswari. Ketika keduanya
memerintah, banyak mendirikan bangunan-bangunan suci (candi) dan menurut prasasti
Kayumwungan, dialah yang meresmikan Kamulan Bhumisambhara [Candi Borobudur].

Dan karena pernikahan inilah toleransi dan kedamaian mulai terusik. Wangsa Syailendra
juga mulai tenggelam karena terjadi perebutan kekuasaan dengan Balaputradewa (Putra
Samaratungga dari Dewi Tara). Kekalahannya dari perebutan kekuasaan, menjadikan
Balaputradewa hijrah ke Swarnabhumi [Sumatra] dan kemudian menjadi salah satu raja
di Kerajaan Sriwijaya. Maka Dinasti Syailendra berakhir. Meski dengan berakhirnya
wangsa Syailendra toleransi dan kedamaian antara pemeluk hindu dan budha masih tetap
berlanjut. Rakyat seolah tak peduli dengan konflik elitis, bagi meraka hidup damai adalah
sebuah budaya dan peradaban. Jika ingin mengembalikan jatidiri bangsa maka yang
seperti ini yang harus dikembalikan.
Kata Kunci : Candi Borobudur , Candi Kalasan , Candi Mendut , Candi Plaosan , Jogja ,
Klaten , Magelang , Mataram Kuno

Prasasti canggal

Anda mungkin juga menyukai