Permukiman Pesisir 5. Djaka - Kuswaji
Permukiman Pesisir 5. Djaka - Kuswaji
DI KABUPATEN KULONPROGO
The Analysis of Rural Settlement Characteristics on The Coastal Area
in District of Kulonporogo
oleh:
Djaka Marwasta
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur,
Telp (0274) 902337, Fax (0274) 589595 e-mail:marwasta_d@hotmail.com
ABSTRACT
Settlement is the most important area in the activity of disaster mitigation. The Biggest detriment caused
by disaster is generally placed at the settlement or residential area. Thereby, the identification of the settlement characteristics
is required to be able to recognize the disaster risk. This research aim to identify the characteristics of the rural
settlement on the coastal area in the District of Kulonprogo. This area is chosen based on the consideration of coastal
morphological characters. This area have slopeslightly coastal zone which face to Indonesian Ocean. In this situation,
hence in the event of tidal wave, there will be wide spread overflowing run up water.
Two approaches is used in this research, they are; (1) Morphological Approach, and (2) Behaviour Approach.
Both of the approaches is conducted with comparative perspective. The existance of the settlement which have been
filtered through settlement and coastal tipology are compared. The data are collected and analyzed through: (1)
Mapping and GIS tools; (2) survey method; (3) Indepth interview; and (4) statistical analysis. Thirty household are
selected proportionally to setlement unit as a respondent in indepth interview. In order to analyze the data, descriptive
analysis (frequency tables) and crossed tables are used.
This research indicate that rural settlements on the coastal area in the District of Kulonprogo are spatialy
distributed as a ribbon pattern. This pattern are coincident with the shape of the coast and the linearity of the road
as well. Most of the buildings are in good condition, and they characterized by moderate housing density. In the term of
coastal morphology, the research area is dominated by sandy coast with slopeslightly relief. Generally, the socio economic
condition of the peoples living there are low to medium economic level, low education, and rarely medium income. Related
to tidal flood vulnerability, this research area is the second level (moderate) hazardeous zone.
Analisis Karakteristik Permukiman Desa-Desa ... (Djaka Marwasta dan Kuswaji Dwi P.) 57
bahwa perlu adanya sosialisasi mengenai progo. Secara umum penelitian ini bertujuan
tingkat bahaya yang mungkin terjadi di untuk: (1) mengidentifikasi karakteristik
daerah-daerah permukiman di sepanjang permukiman, kondisi sosial- ekonomi dan
pantai dan pesisir, terutama pada pantai fisik lingkungan permukiman desa-desa
yang berhadapan langsung dengan zona pesisir sepanjang Pantai Selatan Jawa di
tumbukan lempeng tektonik. Kabupaten Kulonprogo; (2) mengkaji ke-
terkaitan antara karakteristik permukiman
Per mukiman mer upakan daerah dengan kondisi sosial-ekonomi dan fisik
yang paling penting dalam kegiatan mitigasi lingkungan permukiman desa-desa pesisir
bencana alam, karena merupakan tempat sepanjang Pantai Selatan Jawa di Kabu-
tinggal dan tempat berkumpulnya pendu- paten Kulonprogo; serta (3) pemintakatan
duk (Katayama, 2000). Kerugian terbesar bahaya bencana gelombang pasang..
akibat bencana umumnya terdapat pada
daerah permukiman penduduk. Dengan de- METODE PENELITIAN
mikian identifikasi karakteristik permu-
kiman perlu dilakukan untuk dapat menge- Secara umum penelitian bersifat
nali tingkat resiko bencana yang mungkin deskriptif-evaluatif dengan menggunakan
terjadi. dua pendekatan yaitu pendekatan Morpho-
logical Approach dan Behaviour Approach
Secara umum penelitian ini bertujuan (Neer, 1999). Pendekatan pertama ber-
untuk mengidentifikasi karaktersitik per- kaitan dengan kajian aspek setting geografis
mukiman desa-desa pesisir sepanjang Pan- dan lingkungan dari eksistensi dan karak-
tai Selatan Jawa di Kabupaten Kulonprogo. teristik permukiman. Pendekatan kedua
Pemilihan Kabupaten Kulonprogo sebagai berkaitan dengan kajian proses memukimi
daerah penelitian didasari pertimbangan oleh penduduk, “survival strategy” yang di-
bahwa di Kabupaten ini memiliki pantai miliki oleh penduduk yang dimanifestasi-
yang berhadapan dengan Samudera Indo- kan dalam kondisi sosio-ekonomiknya.
nesia dan umumnya morfologi pantainya Kedua pendekatan tersebut dioperasio-
cenderung landai. Sebagaimana diketahui nalisasikan dengan comparative perspective,
bahwa di Samudera Indonesia terdapat yaitu dengan membandingkan eksistensi
pertemuan lempeng tektonik Australia dan permukiman yang disaring melalui meka-
Euro-Asia sehingga kemungkinan terjadi- nisme penentuan tipologi permukiman dan
nya tsunami relatif besar. Dengan morfologi tipologi pantai
pantai yang landai, maka apabila terjadi
gelombang pasang menyebabkan air akan Data yang digunakan dalam peneli-
masuk ke daratan relatif jauh sehingga tian ini diperoleh dari interpretasi citra
daerah luapan airnya sangat luas. Landsat ETM tahun 2004 (http://
www.Landsat.org) (http://www.usgs.gov/
Obyek penelitian ini ialah karakteris- pubprod/satellitedata), peta-peta tematik,
tik permukiman, lingkungan fisik, dan data PODES 2005, dan hasil wawancara
kondisi sosial ekonomi desa pesisir. Lokasi terhadap responden secara indepth interview.
Penelitian adalah desa-desa yang memiliki Untuk penentuan responden di dalam
pantai di Samudera Indonesia yang ter- kegiatan indepth interview digunakan
masuk dalam Wilayah Kabupaten Kulon- teknik quota sampling. Sebanyak 30 KK
Analisis Karakteristik Permukiman Desa-Desa ... (Djaka Marwasta dan Kuswaji Dwi P.) 59
Gambar 1. Peta Bentuklahan Daerah Penelitian
Analisis Karakteristik Permukiman Desa-Desa ... (Djaka Marwasta dan Kuswaji Dwi P.) 61
Tabel 1. Kepadatan dan Permanensi Rumah Mukim Menurut Desa
Luas
non Kepadatan
Desa Rumah Permanen % % Permukiman
Permanen (rumah/ha)
(Ha)
Jangkaran 324 217 66,98 107 33,02 13,8 23,5
Sindutan 392 263 67,09 129 32,91 11 35,6
Palihan 420 249 59,29 171 40,71 17,2 24,4
Glagah 542 361 66,61 181 33,39 18 30,1
Karang Wuni 725 521 71,86 204 28,14 14,4 50,3
Garongan 614 359 58,47 255 41,53 24,4 25,2
Pleret 777 285 36,68 492 63,32 31,8 24,4
Bugel 862 400 46,40 462 53,60 31,7 27,2
Karang Sewu 1456 1333 91,55 123 8,45 23,4 62,2
Banaran 1109 1075 96,93 34 3,07 49,9 22,2
Jumlah 7221 5063 70,11 2158 29,89 235,6 30,6
Sumber: Hasil Pengolahan Data PODES tahun 2003 dan Hasil Analisis dengan SIG
dijadikan sebagai tolok ukur kualitas per- terhadap terbentuknya pola persebaran
mukiman pada umumnya (Yunus, 1989). permukiman tertentu adalah morfologi
Semakin banyak bangunan non permanen pantai, bentuk lahan, dan aksesibilitas fisik.
mengindikasikan semakin rendahnya
kualitas permukiman. Persentase bangunan Secara morfologis daerah penelitian
permanen di semua desa yang diteliti ada- termasuk ke dalam tipe pantai berpasir,
lah 70% yang menunjukkan bahwa secara dimana aktivitas yang dominan adalah
umum kualitas permukiman di daerah pe- proses sedimentasi material gunungapi yang
nelitian tergolong cukup baik. Desa Banaran terbawa oleh air sungai (dalam hal ini sungai
merupakan desa yang memiliki kualitas Progo, Serang, dan Bogowonto), maupun
permukiman terbaik di antara desa lainnya, aktivitas pasang surut air laut. Ciri morfo-
sedangkan Desa Pleret merupakan desa logis pantainya adalah berlereng cenderung
dengan kualitas permukiman terendah. landai, banyak dijumpai gumuk pasir (sand
dunes), bermaterial pasir lepas, dan garis
Kondisi fisik lingkungan merupakan pantainya cenderung lurus dan panjang.
faktor penting dalam proses memukimi
maupun produk yang berupa permukiman Di kanan-kiri aliran sungai di daerah
(Bockstael, 1996). Pola persebaran permu- penelitian dapat dijumpai satuan bentuk-
kiman rural lebih banyak ditentukan oleh lahan tanggul alam. Tanggul alam di daerah
faktor fisik lingkungan dibandingkan per- penelitian dapat dikelompokkan menjadi 2,
timbangan-pertimbangan sosio-ekonomik yaitu: tanggul alam muda (F2) yang ada di
semata (Knox,2004) (Hardie,1997). Dalam sekitar aliran Sungai Serang, dan tanggul
hal permukiman di daerah pesisir, kondisi alam tua (F3). Tanggul alam muda terben-
fisik yang secara signifikan berpengaruh tuk akibat aktivitas Sungai Serang, yang
Analisis Karakteristik Permukiman Desa-Desa ... (Djaka Marwasta dan Kuswaji Dwi P.) 63
Tabel 2. Keluarga Miskin, Jenis Pekerjaan Utama Kepala Keluarga, dan Keluarga
dengan Anggota Rumah Tangga Berpendidikan Tinggi menurut Desa
KK
Jumlah Jumlah KK KK KK dengan
Desa % % non % %
Penduduk KK Miskin Pertanian ART di PT
Pertanian
Jangkaran 1735 322 9 2,80 258 80,12 64 19,88 8 2,48
Sindutan 2012 489 5 1,02 429 87,73 60 12,27 11 2,25
Palihan 2433 466 5 1,07 265 56,87 201 43,13 10 2,15
Glagah 2680 578 5 0,87 346 59,86 232 40,14 16 2,77
Karang Wuni 2794 704 35 4,97 598 84,94 106 15,06 45 6,39
Garongan 3388 772 3 0,39 676 87,56 96 12,44 32 4,15
Pleret 4925 898 5 0,56 741 82,52 157 17,48 73 8,13
Bugel 4442 917 4 0,44 876 95,53 41 4,47 67 7,31
Karang Sewu 7506 1586 25 1,58 1110 69,99 476 30,01 237 14,94
Banaran 5330 1131 7 0,62 791 69,94 340 30,06 42 3,71
Jumlah 37245 7863 103 1,31 6090 77,45 1773 22,55 541 1,31
miskin kurang dari 3%, kecuali di desa secara umum. Karang Sewu, walaupun se-
Karang Wuni yang hampir mencapai 5% cara umum tergolong desa miskin, tetapi
(lihat Tabel 2). memiliki kemajuan dalam bidang pendi-
dikan.
Pendidikan merupakan salah satu
parameter yang banyak digunakan untuk Dapat disimpulkan bahwa secara
menilai kondisi sosial ekonomi penduduk. umum kondisi sosial ekonomi di daerah pe-
Salah satu tolok ukur untuk menentukan nelitian masih didominasi sektor pertanian
tingkat pendidikan penduduk adalah de- tanaman pangan, tingkat ekonomi masya-
ngan melihat persentase keluarga yang me- rakat umumnya miskin hingga cukup, dan
miliki anggota rumah tangga berpendidikan tingkat pendidikan relatif rendah. Budaya
perguruan tinggi. Dengan adanya anggota maritim belum banyak menyentuh sistem
rumah tangga berpendidikan tinggi akan kegiatan keseharian penduduk walaupun
berdampak pada pola pikir dan pola tindak mereka tinggal di daerah pesisir yang memi-
di dalam keluarga. liki sumberdaya kelautan yang masih me-
limpah. Dampak terhadap mitigasi keben-
Diukur berdasarkan persentase ke- canaan daerah pesisir adalah bahwa sense
luarga dengan anggota rumah tangga ber- penduduk terhadap bencana akibat akti-
pendidikan perguruan tinggi, Desa Karang vitas laut masih tergolong rendah. Seperti
Sewu merupakan desa dengan tingkat pen- yang pernah terjadi beberapa waktu yang
didikan tertinggi dibanding desa-desa lain lalu tentang kemungkinan terjadinya badai
(lihat Tabel 2). Jumlah keluarga yang me- tropis di Pantai Selatan Jawa, ternyata ma-
miliki anggota rumah tangga berpendidikan lah disikapi dengan cara-cara dan budaya
tinggi membawa dampak pada tingkat agraris yaitu makan sayur tujuh macam.
kemajuan sosial dan ekonomi masyarakat
Tipe Permukiman
Sektor Pekerjaan Jumlah
A % B % C %
Pertanian 9 (82) 6 (50) 1 (14) 16
Perdagangan&Jasa 1 (9) 3 (25) 4 (57) 8
PNS 1 (9) 3 (25) 2 (29) 6
Jumlah 11 (100) 12 (100) 7 (100) 30
Analisis Karakteristik Permukiman Desa-Desa ... (Djaka Marwasta dan Kuswaji Dwi P.) 65
Tabel 4. Tipe Permukiman menurut Tingkat Ekonomi
Tipe Permukiman
Tingkat Ekonomi Jumlah
A % B % C %
Rendah 3 (27) 1 (8) 1 (14) 5
Sedang 6 (55) 10 (84) 4 (57) 20
Tinggi 2 (18) 1 (8) 2 (29) 5
Jumlah 11 (100) 12 (100) 7 (100) 30
Sumber: Hasil Olahan Data Primer 2005
Tipe Permukiman
Tingkat Pendidikan Jumlah
A % B % C %
Rendah 6 (55) 3 (25) 1 (14) 10
Sedang 3 (27) 6 (50) 2 (29) 11
Tinggi 2 (18) 3 (25) 4 (57) 9
Jumlah 11 (100) 12 (100) 7 (100) 30
karak-teristik permukiman akan dapat Namun demikian, ada dua hal yang
dianalisis dengan jelas apabila terdapat variasi cukup memberikan pengaruh positif
tipe morfologi pantai untuk berbagai karak- terhadap rendahnya kerentanan terhadap
teristik permukiman. bencana, yaitu kepadatan penduduk dan
aksesibilitas untuk mencapai daerah atas.
Salah satu faktor yang sangat perlu Penentuan tingkat resiko ini hanya didasar-
diperhatikan bagi permukiman-permu- kan pada jumlah penduduk, kepadatan
kiman pada daerah pesisir adalah kera- rumah mukim, dan kepadatan jalan. Secara
wanan terhadap bencana alam, terutama umum tingkat resiko bencana tsunami di
yang disebabkan oleh aktivitas laut, misal- desa-desa pesisir tersebut terdistribusi secara
nya rob dan tsunami. Usaha mitigasi atau- acak, tidak menunjukkan pola atau kon-
pun meminimalisasi resiko apabila terjadi sistensi ruang tertentu. Namun demi-kian
bencana sangat diperlukan untuk menghin- secara umum tingkatnya adalah sedang.
dari banyaknya korban bencana, salah satu
caranya adalah dengan melakukan pemin- KESIMPULAN DAN SARAN
takatan tingkat bahaya bencana untuk dae-
rah-daerah di sepanjang pantai dan pesisir. Kesimpulan
Dalam penelitian ini analisis deskriptif 1. Karakteristik permukiman desa-desa
kualitatif digunakan untuk menakar tingkat pesisir sepanjang Pantai Selatan Jawa
bahaya masing-masing desa di daerah pene- di Kabupaten Kulonprogo menunjuk-
litian. Dari faktor fisik jelas bahwa semua kan pola mengelompok (clustered) ber-
desa memiliki tingkat bahaya yang hampir bentuk linear sejajar garis pantai, kepa-
sama, karena umumnya penduduk meng- datan rumah sedang, terletak pada
huni di satuan bentuklahan beting gisik yang satuan bentuklahan beting gisik, tipe
memiliki ketinggian relatif rendah terhadap morfologi pantai berpasir, lereng landai,
muka air laut. Keberadaan gumuk pasir juga aksesibilitas fisik baik, ditandai kepa-
kurang membantu karena volume-nya yang datan jalan tinggi, serta kondisi sosial
relatif kecil. Dengan bentuk permukiman ekonomi penduduk kategori menengah,
yang memanjang sepanjang pantai, resiko dicirikan oleh pekerjaan sektor perta-
terkena gelombang pasang semua desa nian, tingkat ekonomi sedang, tingkat
tersebut relatif tinggi. pendidikan sedang.
Analisis Karakteristik Permukiman Desa-Desa ... (Djaka Marwasta dan Kuswaji Dwi P.) 67
2. karakteristik permukiman berhubungan Saran
secara signifikan dengan kondisi sosial Perlu dilakukan sosialisasi kepada ma-
ekonomi penduduk dan kondisi fisik syarakat pesisir selatan di Kabupaten Kulon-
lingkungan permukiman, dimana progo mengenai mitigasi bencana gelombang
semakin tinggi kondisi sosial ekonomi pasang maupun tsunami secara intensif, meng-
semakin baik tipe permukimannya. ingat masyarakat setempat kurang memiliki
sense of hazard terhadap potensi bencana ter-
3. secara umum tingkat bahaya terhadap sebut. Demikian pula kebijakan tata ruang
bencana gelombang pasang di daerah daerah pesisir perlu dirumuskan secara sung-
penelitian berada pada tingkat sedang. guh-sungguh untuk mengurangi resiko ben-
cana yang mungkin terjadi pada kawasan itu.
DAFTAR PUSTAKA