Anda di halaman 1dari 3

c  

    

 
 
oleh Elvin Marwady, 1006673380

Data Publikasi :
Judul buku : Buku Ajar II Manusia, Akhlak, Budi Pekerti, dan
Masyarakat
Nama pengarang : DR. Drs. H. Zakky Mubarak, MA, Dra. Husmiaty Hasyim,
M.Ag, R.Ismala Dewi, SH.MH, Drs. Ari Harsono, M.M.
Kota/penerbit : Jakarta/Badan Penerbit FKUI
Tebal halaman : 143

Judul teks : Dinamika Konflik Etnis dan Agama di Lima Wilayah


Konflik Indonesia
Nama pengarang : Rusmin Tumanggor, Jaenal Apirin, Imam Soeyoeti
Kota/penerbit :-
Tebal halaman : 19
Sumber :
http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/PDF/rusmin.pdf (tanggal
2 November 2010, pukul 5:53)

Judul teks : Memahami Kemajemukan Masyarakat Indonesia


Nama pengarang : Turmono Rahardjo
Kota/penerbit :-
Tebal halaman : 14
Sumber :
http://eprints.undip.ac.id/19642/1/MEMAHAMI_KEMAJEMUKAN_MASYAR
AKAT_INDONESIA.pdf (tanggal 2 November 2010, pukul 6:22)




   
 Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk karena masyarakat
Indonesia terbagi dalam kelompok-kelompok persatuan yang memiliki budaya
yang berbeda. Kemajemukan masyarakat Indonesia dapat dilihat dengan adanya
keragaman suku bangsa, bahasa, kepercayaan (agama), serta kondisi geografis dan
topografi dari persebaran wilayah di Indonesia. Kondisi masyarakat Indonesia
yang multikultur atau memilki keragaman budaya membuat Indonesia tidak
terhindarkan dari fenomena dan pengaruh eksternal global yang merupakan akibat
adanya interaksi dan hubungan antar budaya yang berbeda-beda.
Fenomena amuk massa merupakan salah satu fenomena yang sering
terjadi di Indonesia. Fenomena amuk massa dapat terjadi karena adanya
ketidakadilan dalam interaksi budaya, seperti adanya dominasi budaya dari suatu
kelompok masyarakat tertentu yang biasanya disertai dengan diskriminasi budaya
atau ras tertentu, hegemoni budaya, dan imperialisme budaya.



 Pada satu sisi, kemajemukan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia
merupakan kekayaan bangsa yang sangat bernilai. Namun pada sisi yang lain,
keragaman kultural memiliki potensi bagi terjadinya disintegrasi atau perpecahan
bangsa. Pluralitas budaya ini sering kali dijadikan alat untuk memicu munculnya
konflik suku bangsa, agama, ras, dan antar golongan (SARA).
Sehingga pada akhirnya, kemajemukan di dalam masyarakat Indonesia
membuat bangsa Indonesia menghadapi suatu persoalan pelik yaitu pertikaian
antar kelompok masyarakat yang intensitasnya cenderung meningkat belakangan
ini. Pertikaian antar kelompok masyarakat tersebut muncul dalam bentuk konflik
antar etnis atau konflik antar agama. Konflik-konflik tersebut biasanya
diekspresikan dalam bentuk penggalangan massa yang tidak jarang disertai
dengan tindakan anarkis, atau dalam kata lain konflik tersebut diwujudkan dengan
melakukan amuk massa.
Amuk massa yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat merupakan
ekspresi atau bentuk ketidaksukaan terhadap kelompok masyarakat lain yang
dapat disebabkan karena adanya perbedaan latar belakang budaya sehingga
adanya upaya untuk melakukan penyerangan fisik yang semakin lama semakin
mengarah kepada wujud pemusnahan terhadap kelompok masyarakat tertentu.
Ada beberapa contoh konflik budaya yang pernah terjadi di Indonesia :

 Konflik antara etnis Dayak atau Melayu dengan etnis Madura di Sambas dan
Sampit.
Konflik etnis di Sambas dan Sampit banyak dipicu oleh kenyataan bahwa
etnis Madura pada taraf tertentu telah menjelma menjadi kelompok yang
menguasai berbagai sumber daya ekonomi dan perilaku sosial etnis Madura
yang cenderung mengeksklusifkan diri. Kondisi ini dianggap tidak adil oleh
etnis Dayak atau Melayu sehingga terjadilah konflik yang berkepanjangan.
  Konflik antar agama di Ambon dan Poso.
Konflik ágama yang terjadi di Ambon dan Poso terjadi antara pemeluk ágama
Kristen dan pemeluk ágama Islam di wilayah tersebut. Konflik ágama ini
berawal dari adanya sikap suatu kelompok ágama tertentu yang menyinggung
harga diri kelompok ágama lainnya sehingga hal ini dianggap sebagai suatu
penghinaan sehingga konflik pun menjadi hal yang tidak terelakkan lagi.

   
Amuk massa yang dilakukan oleh satu atau beberapa kelompok
masyarakat dapat berujung pada konflik budaya yang berkepanjangan. Oleh sebab
itu, perlu adanya penanganan terhadap setiap konflik yang terjadi. Solusi utama
dalam fenomena amuk massa yang berkaitan dengan kondisi budaya bangsa
Indonesia adalah perlu adanya rasa toleransi antar budaya di Indonesia yang dapat
diwujudkan dalam bentuk saling pengertian, saling menghormati, saling
menerima keberagaman, adanya suasana dialogis, dan adanya kesetaraan atau
kesederajatan dalam interaksi antar budaya. Apabila solusi utama ini tidak dapat
diwujudkan, maka penanganan atau penyelesaian konflik dapat diupayakan oleh
pemimpin suku atau pemimpin ágama. Selain itu, adanya peran serta pemerintah
dalam menyelesaikan konflik-konflik yang berkepanjangan berupa pembentukan
berbagai kebijakan interaksi budaya juga sangat penting dalam mengatur
kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk.

Anda mungkin juga menyukai