Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT

HAK ANGKET DEWAN PERWAKILAN


RAKYAT dan BATASAN PENYELIDIKAN

Disusun Oleh:

KANIA SYAFIZA
090200116

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) merupakan perwujudan dari

lembaga perwakilan rakyat dimana kedudukannya ialah sebagai

lembaga negara.DPR memiliki fungsi yang harus dijalankan. Pasal 20

A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dan pasal

69 ayat 1(satu) UU No.27 Tahun 2009 mengelompokkan tiga fungsi

DPR.Yaitu fungsi legislasi,fungsi anggaran,dan fungsi pengawasan.

Fungsi legislasi berkaitan dengan kewenangan DPR sebagai pemegang

kekuasaan membentuk Undang-Undang(UU).Fungsi anggaran

merupakan pembahasan untuk memberikan persetujuan atau tidak

memberikan persetujuan terhadap rancangan UU APBN yang

diajukan Presiden.Sedangkan fungsi pengawasan dilakukan melalui

pengawasan atas pelaksanaan UU dan APBN.

Tugas dan wewenang DPR antara lain dapat dilihat dalam pasal 71

UU No.27 Tahun 2009.Dalam rangka menjalankan tugas dan

wewenangnya,DPR didukung oleh hak DPR.Pasal 20 A ayat 2(dua)

UUD 1945 dan pasal 77 UU No.27 Tahun 2009 menyebutkan tiga hak

DPR.yaitu:

 Hak Interplasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan

kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang

penting dan strategis serta berdampak luas terhadap

kehidupan bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara.

 Hak Angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan

terhadap pelaksanaan suatu Undang-Undang dan/atau


kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal

penting,strategis,dan berdampak luas pada kehidupan

bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara yang diduga

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

 Hak Menyatakan Pendapat merupakan hak DPR untuk

menyatakan pendapat atas;

a. Kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa

yang terjadi di tanah air atau di dunia internasional

b. Tindak lanjut pelaksanaan hak interplasi dan hak angket

c. Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden

melakukan pelanggaran hukum baik berupa

pengkhianatan terhadap

negara,penyuapan,korupsi,tindak pidana berat lainnya

maupun perbuatan tercela dan/atau Presiden dan/atau

Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai

Presiden dan/atau Wakil Presiden.

Yang akan kita bahas dalam makalah ini adalah hak DPR yang akhir-

akhir ini populer kembali di masyarakat karena seringkali

diperbincangkan oleh berbagai media massa, cetak maupun

elektronik yaitu hak angket.

Masyarakat umum mulai mengenal istilah hak angket DPR ketika

kasus skandal Bank Century yang terjadi pada tahun 2009 dimana
adanya usulan dari 503 anggota DPR untuk menggunakan hak

angket demi mengungkap skandal tersebut..

Selain dalam kasus Bank Century,tahun 2011 DPR kembali

mengajukan usul penggunaan hak angket,kali ini dalam kasus mafia

pajak. Namun usulan itu kandas karena berdasarkan hasil voting

pada isdang paripurna sebanyak 266 orang menolak penggunaan hak

angket dalam kasus mafia pajak.

Penggunaan hak angket juga sempat santer pada tahun 2008 terkait

dengan kebijakan Pemerintah menaikkan harga BBM beserta

implikasi-implikasinya.Pada pasca reformasi,penggunaan hak angket

sempat digulirkan ketika DPR mencium keterlibatan Presiden

Abdurrahman Wahid dalam penyalahgunaan uang Yayasan Dana

Kesejahteraan (Yanatera) Bulog.

Sebagian masyarakat awam pasti bertanya-tanya apakah hak angket

itu sebenarnya? Mengapa hak angket ini terkesan seperti

penyelidikan terhadap kasus-kasus yang ditentukan oleh DPR?

Bukannya telah ada institusi seperti Kepolisian maupun Kejaksaan

yang melakukan penyelidikan?

Dilihat dari segi defenisi hak angket yang terdapat dalam UU No.27

Tahun 2009,hak angket adalah hak DPR untuk melakukan

penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau

kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting,

strategis,dan berdampak luas pada kehidupan


bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan.

Jadi setiap pelaksanaan suatu UU dalam bentuk kebijakan

pemerintah yang dinilai penting dan merupakan hal yang berdampak

besar yang dicurigai melanggar suatu peraturan perundang-

undangan dan pada kenyataannya mendapat reaksi besar dari

masyarakat,berhak diselidiki oleh DPR sebagai wakil rakyat yang

senantiasa mencari kebenaran. Apa bedanya dengan Kejaksaan atau

Kepolisian? Bedanya, penyelidikan itu dilakukan oleh politisi untuk

menemukan fakta dan “bukti” dari suatu kasus yang mereka selidiki,

dan bukan penyelidikan “pro yustisia” sebagaimana dilakukan

penyelidik polisi dan jaksa. Menurut Prof Bagir Manan mantan Hakim

Agung pemakaian istilah hak penyelidikan sebaiknya dihindarkan.

Pemakaian istilah penyelidikan dapat menimbulkan salah pengertian.

Istilah penyelidikan itu sendiri merupakan proses awal dalam

mengungkapkan dugaan telah terjadi perbuatan pidana. Untuk itu

penggunaan hak angket dimaksudkan sebagai suatu fact finding atau

untuk merumuskan suatu kebijakan.

Untuk lebih jelasnya mengenai hak angket akan saya terangkan pada

bab pembahasan dari permasalahan yang saya kemukakan.


PERMASALAHAN

1. Dalam hal apa hak angket dapat digunakan oleh DPR?

2. Bagaimana pelaksanaan hak angket?

3. Sejauh mana DPR dapat melakukan penyelidikan berkaitan dengan

pelaksanaan hak angket? Apaka ada batasan tertentu?

PEMBAHASAN
1. Dalam hal apa hak angket dapat digunakan oleh DPR?

Hak angket dapat digunakan oleh DPR apabila terjadi sesuatu hal

meliputi kebijaksanaan pemerintah yang berkenaan dengan kepentingan

negara maupun masyarakat banyak,dan hal tersebut diduga

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang ada.

Sehingga DPR harus turun tangan untuk melakukan penyelidikan

terhadap hal trersebut. Apakah memang benar melanggar peraturan

perundang-undangan atau tidak.

Contohnya pada hak angket skandal Bank Century dimana DPR

mengadakan penyelidikan terhadap Bank Indonesia yang notabene

lembaga pemerintah atas dana talangan terhadap Bank Century. Untuk

lebih jelasnya kita harus mengetahui kronologisnya.

2003
Bank CIC diketahui didera masalah yang diindikasikan dengan adanya
surat-surat berharga valutas asing sekitar Rp2 triliun, yang tidak memiliki
peringkat, berjangka panjang, berbunga rendah, dan sulit di jual. BI
menyarankan merger untuk mengatasi ketidakberesan bank ini.

2004
Bank CIC merger bersama Bank Danpac dan bank Pikko yang kemudian
berganti nama menjadi Bank Century. Surat-surat berharga valas terus
bercokol di neraca bank hasil merger ini. BI menginstruksikan untuk di
jual, tapi tidak dilakukan pemegang saham. Pemegang saham membuat
perjanjian untuk menjadi surat-surat berharga ini dengan deposito di Bank
Dresdner, Swiss, yang belakangan ternyata sulit ditagih.

2005
BI mendeteksi surat-surat berharga valas di Ban Century sebesar US$210
juta.

30 Oktober dan 3 November 2008


Sebanyak US$56 juta surat-surat berharga valas jatuh tempo dan gagal
bayar. Bank Century kesulitan likuiditas. Posisi CAR Bank Century per 31
Oktober minus 3,53%.

13 November 2008
Bank Century gagal kliring karena gagal menyediakan dana (prefund)

17 November 2008
Antaboga Delta Sekuritas yang dimilik Robert Tantutar mulai default
membayar kewajiban atas produk discreationary fund yang di jual Bank
Century sejak akhir 2007.

20 November 2008
BI Mengirim surat kepada Menteri Keuangan yang menentapkan Bank
Century sebagai bank gagal yang berdampak sistemik dan mengusulkan
langkah penyelamatan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Di hari
yang sama, Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK) yang beranggotakan
BI, Menteri Keuangan, dan LPS, melakukan rapat.

21 November 2008
Ban Century diambil alih LPS berdasarkan keputusan KKSK dengan surat
Nomor 04.KKSK.03/2008. Robert Tantular, salah satu pemegang saham
Bank Century, bersama tujuh pengurus lainnya di cekal. Pemilik lain, Rafat
Ali Rizvi dan Hesham Al-Warraq menghinglang.

23 November 2008
LPS memutuskan memberikan dana talangan senilai Rp2,78 triliun untuk
mendongkrak CAR menjadi 10%.

5 Desember 2008
LPS menyuntikkan dana Rp2,2 triliun agar Bank Century memenuhi
tingkat kesehatan bank.

9 Desember 2008
Bank Century mulai menghadapi tuntutan ribuan investor Antaboga atas
penggelapan dana investasi senilai Rp1,38 triliun yang mengalir ke Robert
Tantular.

31 Desember 2008
Bank Century mencatat kerugian Rp7,8 triliun pada 2008. Aset-nya
tergerus menjadi Rp5,58 triliun dari Rp14,26 triliun pada 2007.

3 Februari 2009
LPS menyuntikkan dana Rp1,5 triliun.

11 Mei 2009
Bank Century keluar dari pengawasan khusus BI.
3 Juli 2009
Parlemen mulai menggugat karena biaya penyelamatan Bank Century
terlalu besar.

21 Juli 2009
LPS menyuntikkan dana Rp630 miliar.

18 Agustus 2009
Robert Tantular dituntut delapan tahun penjara dan denda Rp50 miliar
subsider lima bulan kurungan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Sebelumnya pada 15 Agustus, manajemen Bank Century menggugatnya
sebesar Rp2,2 triliun.

3 September 2009
Kepala Kepolisian Republik Indonesia menyampaikan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat agar terus mengejar aset Robert Tantular sebesar
US$19,25 juta, serta Hesham Al-Warraq dan Rafat Ali Rizvi sebesar
US$1,64 miliar.

10 September 2009
Robert Tantular divonis 4 tahun penjara dan dengan Rp50 miliar.

Dari kronologis diatas dapat kita lihat hak angket dapat digunakan ketika

suatu kebijakan pemerintah dinilai bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan. Dalam hal ini penyuntikan dana yang terlalu besar

untuk menyelamatkan Bank Century. Besarnya dana talangan itu sungguh

tidak masuk akal. Sebab, kalaupun Bank Century nanti berhasil diobati

dan sehat kembali, paling-paling laku dijual hanya Rp 2 triliun saja.

Bayangkan berapa besar kerugian negara untuk bank yang satu ini. Tidak

hanya kerugian negara begitu besar, tetapi pembohongan yang dilakukan

pihak terkait dalam kasus mengucuran dana talangan Bank Century dinilai

luar biasa.  Dana talangan mengalir deras, tetapi entah megalir ke mana, di

mana diyakini masuk ke kantong pribadi oknum tertentu, terutama

deposan besar. Dana talangan yang dikeluarkan kepada Bank Century

ternyata juga dibawa lari oleh pemegang sahamnya yang saat ini sudah

berada di luar negeri.


Laporan awal audit Badan Pemeriksa Keuangan pada tanggal 30 September

2009 terhadap Bank Century sebanyak 8 halaman beredar luas di

masyarakat. laporan tersebut mengungkapkan banyak kelemahan dan

kejanggalan serius di balik penyelamatan Bank Century dan ada dugaan

pelanggaran kebijakan dalam memberikan bantuan ke Bank Century.

Akibat kejanggalan temuan BPK tersebut, Sekjen PDI Perjuangan Pramono

Anung membentuk tim kecil untuk menggulirkan hak angket guna

mangkaji kasus Bank Century. Lima hari kemudian, wacana pembentukan

Panitia Khusus Hak Angket DPR untuk mengusut kasus Bank Century

menjadi perdebatan di DPR. Tanggal 12 November 139 anggota DPR dari 8

Fraksi mengusulkan hak angket atas pengusutan kasus Bank a Century.

Yang kemudian disetujui oleh DPR sehingga dibentuklah panitia angket

Bank Century.
2.Bagaimana pelaksanaan hak angket?

Tata cara pelaksanaan hak angket terdapat dalam UU No.27 Tahun 2009

pasal 177 s/d pasal 183 dan Tata Tertib DPR.

Dalam pasal 177 dikatakan bahwa jumlah anggota DPR yang

mengusulkan hak angket sekurang-kurangnya 25 orang dan harus lebih

dari satu fraksi.Pengusulan harus disertai dengan materi kebijakan atau

pelaksanaan UU yang akan diselidiki serta alasan penyelidikan.Usul

tersebut akan menjadi hak angket apabila mendapat persetujuan dalam

rapat paripurna yang dihadiri lebih dari ½ anggota DPR dan disetujui

oleh lebih dari ½ anggota DPR yang hadir. Apabila DPR tidak menyetujui

usul hak angket,maka usul tersebut tidak dapat diajukan kembali.

Apabila usul hak angket disetujui,maka DPR membentuk panitia

angketyang terdiri atas semua unsur fraksi DPR dengan keputusan DPR.

Panitia angket dalam melakukan penyelidikan selain meminta

keterangan dari Pemerintah, dapat juga meminta keterangan dari

saksi,pakar, organisasi profesi, dan/atau pihak terkait lainnya (pasal

179). Warga negara Indonesia dan/atau orang asing yang bertempat

tinggal di Indonesia juga dapat dipanggil oleh panitia hak angket untuk

dimintai keterangan. panitia angket dapat memanggil secara paksa


dengan bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan

ketentuan peraturan perundangundangan,apabila warga negara

Indonesia dan/atau orang asing yang dipanggil untuk memberikan

keterangan, tidak memenuhi panggilan setelah dipanggil 3 (tiga) kali

berturut-turut tanpa alasan yang sah.

Mengenai pelaporan kerja dari panitia angket ini,panitia angket

melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat paripurna DPR paling

lama 60 (enam puluh) hari sejak dibentuknya panitia angket.

Selanjutnya Rapat paripurna DPR mengambil keputusan terhadap hasil

laporan panitia angket mengenai fakta-fakta maupun bukti-bukti yang

merupakan hasil penyelidikan. Apabila rapat paripurna DPR

memutuskan bahwa pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau

kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis,dan

berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan

bernegara bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan, DPR dapat menggunakan hak menyatakan pendapat.

Sebaliknya apabila rapat paripurna DPR memutuskan bahwa

pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah

yang berkaitan dengan hal penting, strategis,dan berdampak luas pada

kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara tidak bertentangan

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, usul hak angket

dinyatakan selesai dan materi angket tersebut tidak dapat diajukan

kembali.

Dalam melaksanakan tugasnya, panitia angket dapat memanggil warga

negara Indonesia dan/atau orang asing yang bertempat tinggal di


Indonesia untuk memberikan keterangan.Dimana pihak yang dipanggil

untuk dimintai keterangan wajib memenuhi panggilan tersebut.Apabila

diperlukan,panitia hak angket dapat meminta bantuan Kepolisian

Negara Republik Indonesia. Misalnya pihak yang dipanggil untuk

dimintai keterangan oleh pihak angket tidak hadir setelah dipanggil tiga

kali berturut-turut dengan alasan yang tidak jelas.

Pelaksanaan hak angket menurut UU No.27 Tahun 2009 berbeda

dengan menurut peraturan perundang-undangan sebelumnya yaitu

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan

Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

Rakyat,Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah.

Perbedaannya dapat kita lihat pada mekanisme pelaksanaan hak angket

pada UU No.22 Tahun 2003 yaitu Penjelasan Pasal 27 huruf c UU no 22

Tahun 2003 :

1. Sekurang-kurangnya 10 orang Anggota dapat mengajukan usul

kepada DPR untuk menggunakan hak angket mengenai kebijakan

pemerintahyang penting dan strategis serta berdampak luas pada

kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan.

2. Usul disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPR yang disertai

daftar nama dan tanda tangan pengusul serta nama Fraksinya.

3. Usul dinyatakan dalam suatu rumusan secara jelas tentang hal yang

disertai dengan penjelasan dan rancangan biaya.


4. Dalam Rapat Paripurna berikutnya setelah usul untuk mengadakan

angket diterima oleh Pimpinan DPR, Pimpinan DPR memberitahukan

kepada Anggota masuknya usul untuk mengadakan angket,

kemudian usul tersebut berserta penjelasan dan rancangan biayanya

dibagikan kepada seluruh Anggota.

5. Dalam Rapat Bamus yang membahas penentuan waktu pembicaraan

dalam Rapat Paripurna tentang usul mengadakan angket, kepada

pengusul diberikan kesempatan untuk memberikan penjelasan

tentang usulnya secara ringkas.

6. Dalam Rapat Paripurna yang telah ditentukan, pengusul memberikan

penjelasan tentang maksud dan tujuan usul untuk mengadakan

angket dan rancangan biayanya.

7. Rapat Paripurna memutuskan untuk menyetujui atau menolak usul

tersebut setelah mendengarkan pendapat Fraksi.

8. Keputusan diambil setetlah diberikan kesempatan kepada Fraksi

untuk memberikan pendapatnya.

9. Selama usul untuk mengadakan angket mengenai suatu hal belum

disetujui oleh Rapat Paripurna, pengusul berhak mengajukan

perubahan atau menarik usulnya kembali.

10. Pemberitahuan tentang perubahan atau penarikan kembali

usul tersebut harus ditandatangani oleh semua pengusul dan

disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPR, kemudian

dibagikan kepada seluruh Anggota.

11. Apabila jumlah penandatangan usul untuk mengadakan angket

mengenai suatu hal yang belum dibicarakan dalam Rapat Paripurna


ternyata menjadi kurang dari sepuluh orang, harus diadakan

penambahan penandatangan sehingga jumlahnya mencukupi.

12. Apabila sampai 2 kali Masa Persidangan jumlah

penandatangan tidak terpenuhi, usul tersebut menjadi gugur.

13. Apabila Rapat Paripurna memutuskan untuk menyetujui usul

mengadakan angket, DPR membentuk Panitia Khusus yang

dinamakan Panitia Angket.

14. Keputusan DPR untuk mengadakan angket mencakup juga

penentuan biaya Panitia Angket.

15. Keputusan DPR disampaikan kepada Presiden dan diumumkan

dalam Berita Negara.

16. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Panitia Angket

memberikan laporan tertulis kepada Pimpinan DPR, kemudian

laporan tersebut dibagikan kepada seluruh Anggota.

17. Pengambilan keputusan tentang laporan Panitia Angket,

didahului dengan laporan hasil Panitia Angket dan pendapat akhir

Fraksi, kemudian keputusan tersebut disampaikan kepada Presiden.

18. DPR dapat menindaklanjuti keputusan sesuai dengan

kewenangan DPR menurut peraturan perundang-undangan.

Perbedaannya terlihat dari jumlah minimum anggota DPR yang

mengajukan usul hak angket tersebut,pada UU No.27 Tahun 2008

jumlah minimumnya harus 25 orang. Pada UU No 22 Tahun 2003

jumlah minimum 10 orang.


UU No 22 Tahun 2003 penyampaian usul harus kepada pimpinan DPR

terlebih dahulu. Sedangkan pada UU No.27 Tahun 2008,penyampaian

usul hak angket dapat dilakukan dalam rapat paripurna.

Dapat dilihat bahwa pelaksanaan hak angket menurut UU No 22 Tahun

2003 lebih bertele-tele.


3. Sejauh mana DPR dapat melakukan penyelidikan berkaitan dengan

pelaksanaan hak angket? Apaka ada batasan tertentu?

Sejauh ini,belum ada pengaturan yang jelas mengenai batasan

pelaksanaan penyelidikan oleh panitia hak angket dalam peraturan

perundang-undangan. Apakah ini berarti DPR memiliki kekuasaan

seluas-luasnya dalam melakukan peyelidikan pada hak angket? DPR

adalah salah satu lembaga perwakilan rakyat. Wajar saja jika dalam

penyelidikan atas suatu dugaan kebijaksanaan pemerintah yang

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,diharapkan

adanya keterbukaan dari pihak-pihak terkait agar mendapatkan hasil

yang maksimal.

Dalam hal ini ruang lingkup pengawasan harus dikaitkan dengan

kekuasaan dan hak DPR sebagaimana diatur dalam UUD 1945, yang

meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran. Pembatasan

ini perlu agar DPR tidak melakukan fungsi pengawasan yang menjadi

wewenang lembaga lain. Untuk itulah mencermati realitas sekarang

terkait dengan pelaksanaan hak yang dimiliki oleh DPR maka

penggunaan salah satu haknya yakni hak angket difokuskan untuk

melaksanakan fungsi pengawasan dari suatu lembaga perwakilan

rakyat sehingga penyelidikan yang dilakukan oleh DPR sebenarnya

terkait dengan ketentuan hukum, kebijakan-kebijakan yang

menimbulkan korupsi yang menjadi dasar penyempurnaan suatu

aturan hukum atau suatu kebijakan, bukan terkait mengenai dugaan

tindak pidana korupsi, karena jelas perbuatan korupsi merupakan

pelanggaran hukum yang menjadi wewenang penyelidik, penyidik,


penuntut umum dan hakim.Sebenarnya, melalui hak angket inilah

terbangun suatu mekanisme check and balances antara DPR dan

Presiden. Mencermati peran strategis dari hak angket dalam sistem

ketatanegaraan kita, maka melalui hak angket ini DPR tidak dapat

serta merta menjatuhkan Presiden karena untuk terjadinya

impeachmet terhadap Presiden masih panjang tahapan yang harus

ditempuh walaupun begitu hak angket ini merupakan pembuka jalan

bagi DPR untuk meng-impechment Presiden.

Dan ada baiknya juga apabila Hak angket yang diajukan DPR RI

seharusnya dibatasi hanya terkait masalah yang terjadi dalam

periode pemerintahan yang sama. Hal itu disebabkan setiap fungsi

yang melekat dalam lembaga DPR berkaitan dengan periodisasi

jabatan per lima tahun.Karena secara logis kita ketahui hak angket

termasuk dalam hak DPR yang berkait dengan fung-si DPR, yaitu

fungsi pengawasan, anggaran, dan legislasi. Hak-hak itu akan

berhenti saat periode DPR berakhir dan digantikan melalui suksesi

pemilihan umum legislatif.


PENUTUP

 Kesimpulan

Hak angket adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap

pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan Pemerintah

yang berkaitan dengan hal penting, strategis,dan berdampak luas

pada kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara yang

diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam pengusulannya minimal harus 25 orang anggota DPR yang

mengajukan usul hak angket.Rapat paripurna akan menentukan

diterima atau tidaknya usul hak angket tersebut.

Pelaksanaan hak angket dapat dilakukan apabila ada kebijakan dari

suatu lembaga pemerintah yang dinilai bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan dan memiliki adanya indikasi yang

berdampak merugikan masyarakat.

Pembatasan hak angket tidak diatur dalam UU No.27 tahun 2008.

DPR berwenang melakukan penyelidikan terhadap instansi-instansi

pemerintah manapun yang diduga melakukan kebijakan yang

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.Karena DPR

sebagai lembaga perwakilan rakyat diharuskan untuk mengugnkap

fakta yang meresahkan masyarakat,untuk kemudian ditindaklanjuti

sesuai dengan peraturan yang berlaku.


 Saran

Diharapkan ada ke depannya DPR dapat menggunakan hak angket

lebih efisien dan bijaksana.

Keluhan-keluhaan masyarakat agar selalu didengarkan dan jangan

diindahkan. Hak angket adalah salah satu hak DPR yang kuat. DPR

sebagai wakil rakyat harus mampu menggunakannya seefektif

mungkin.Tapi jangan sampai jadi alasan untuk mengimpeach

institusi-institusi tertentu berdasarkan tujuan politik.

Pelaksanaan ujian nasional saya kira pantas mendapat perhatian

DPR karena banyaknya keluhan masyarakat dan besarnya biaya yang

keluar. Sekiranya DPR dapat membantu mencarikan solusi terbaik.


KATA PENGANTAR

 liesajustitia.blogspot.com/.../mencermati-hak-angket-dalam-sistem.html

 bataviase.co.id/node/201059

 www.kema.unpad.ac.id/.../275-rasionalisasi-sikap- hak-angket-pajak-dpr-ri

 http://ikrarnusabhakti.wordpress.com/2011/02/22/lagi-soal-hak-angket-dpr/

 http://id.wikipedia.org/wiki/Panitia_Khusus_Hak_Angket_Bank_Century

 http://gadingmahendradata.wordpress.com/2009/12/15/kronologi-skandal-bank-

century/

 id.wikipedia.org/.../Hak_Angket_Dewan_Perwakilan_Rakyat

 UU Nomor 27 Tahun 2008

 UU Nomor 22 Tahun 2003

 UU Nomor 6 Tahun 1954

Anda mungkin juga menyukai